Anda di halaman 1dari 28

MAKHARIJ DAN SIFAT HURUF

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Ilmu Tajwid

Disusun oleh:
Devi Selvia : 170102070107
Nastia Rahmi : 170102070196
Nurimah : 170102070220
Ratnawati : 170102071261

Dosen Pengampu:
Muhammad Iqbal Ansari, M.Pd.I.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
BANJARMASIN
1440H/2020M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Esa, berkat limpahan
rahmat dan taufiq-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tajwid yaitu bapak
Muhammad Iqbal Ansari, M.Pd.I. yang telah membimbing penyusun sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makharij dan Sifat
Huruf” ini sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
Walaupun penyusun berusaha semaksimal mungkin untuk
menyempurnakan tugas makalah ini, penyusun menyadari betul bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan dan ilmu yang
penyusun miliki.
Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin yaa rabbal‟aalamiin.

Banjarmasin, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 2


A. Pengertian Makharij Huruf .................................................... 2
B. Pembagian Makharij Huruf ................................................... 2
1. Rongga Mulut (al-Jaūf)..................................................... 3
2. Tenggorokan (al-Halq) ..................................................... 3
3. Lidah (al-Lisān) ................................................................ 3
4. Bibir (asy-Syafataīn) ......................................................... 4
5. Rongga Hidung (al-Khaisyūm) ......................................... 5
C. Pengertian Sifat Huruf ........................................................... 5
D. Pembagian Sifat Huruf........................................................... 6
1. Sifat Mutadlādah (Sifat yang Memiliki Lawan) ............... 6
2. Sifat Ghairu Mutadlādah (Sifat yang Tidak Memiliki
Lawan ................................................................................ 16
3. Tabel Sifat Huruf............................................................... 20

BAB III PENUTUP .................................................................................. 23


A. Simpulan ................................................................................ 23
B. Saran ...................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim, mempelajari ilmu tentang makharijul huruf ini
sangatlah penting, dengan mempelajari ilmu ini, akan dapat membunyikan huruf-
huruf Arab dengan tepat sesuai dengan tempat keluarnya (makhraj-nya), sehingga
dapat membaca Alquran dengan fasih dan benar.
Sifat huruf merupakan salah satu bagian dalam ilmu tajwid. Sifat huruf
adalah sifat yang menjelaskan perihal suatu huruf. Melalui sifatnya, seseorang
akan mampu membedakan suatu huruf dengan kondisi sebutannya seperti
tertahan, berdesing, melantun dan sebagainya.
Mempelajari tajwid adalah suatu bahan yang sangat berguna bagi kita
ketika membaca Alquran apalagi yang berkenaan dengan bagaimana cara
menyebut huruf yang benar. Jadi, untuk itu perlu kita pelajari dan kita ketahui
bersama tempat-tempat keluarnya huruf dan sifat-sifatnya. Yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan latihan secara individu dengan terus menerus, agar dapat
tepat sesuai dengan kaidah-kaidah pengucapan huruf yang benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Makharij Huruf?
2. Bagaimana pembagian Makharij Huruf?
3. Apa pengertian Sifat Huruf?
4. Bagaimana pembagian Sifat Huruf?

C. Tujuan
1. Untuk mendefinisikan Makharij Huruf.
2. Untuk menyebutkan dan menjelaskan pembagian Makharij Huruf.
3. Untuk mendefinisikan Sifat Huruf.
4. Untuk menyebutkan dan menjelaskan pembagian Sifat Huruf.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makharij Huruf


Makharij ditinjau dari morfologi merupakan bentuk jamak dari ‫ج‬
َ‫ ىخىر ى‬yang

artinya tempat-tempat keluar huruf. Sedangkan secara istilah, Makharij Huruf


adalah tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan. Ketika
membaca Alquran, setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhraij hurufnya.
Kesalahan dalam pengucapan huruf atau makharij huruf, dapat menimbulkan
perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang tengah dibaca. Dalam
kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran manakala
seseorang melakukannya dengan sengaja dan sadar.

B. Pembagian Makharij Huruf


Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang pembagian
Makharij Huruf. Imam Syibawaih dan asy-Syathibi berpendapat bahwa Makharij
Huruf terbagi atas 16 makharij, sementara menurut Imam al-Fara‟ terbagi atas 14
makharij.
Namun, pendapat yang paling masyhur dalam perkara ini adalah yang
menyatakan bahwa Makharij Huruf terbagi atas 17 makharij. Imam Khalil bin
Ahmad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak dipegang oleh para qari
–termasuk Ibnul Jazari– serta para ahli nahwu.
Selanjutnya, tujuh belas makharij ini diklasifikasikan ke dalam lima
tempat (maudli’). Lima tempat inilah yang merupakan letak makhraj dari setiap
huruf.
Lima tempat yang dimaksudkan dalam makhraj huruf ialah:
1. al-Jaūf (‫ؼ‬
َ‫)اى ٍْلىٍو ي‬, ialah makhraj huruf yang terletak pada rongga mulut. Dari

tempat ini muncul satu makhraj.


2. al-Halq (‫ق‬
َ‫)اى ٍْلىٍل ي‬, ialah makhraj huruf yang terletak pada tenggorokan. Dari

tempat ini muncul tiga makhraj.

2
3. al-Lisān (‫سا يَف‬ ً
‫)اىللٌ ى‬, ialah makhraj huruf yang terletak pada lidah. Dari tempat
ini muncul sepuluh makhraj.
ًَ ٍ ‫لش ىفتىػ‬
4. asy-Syafataīn (‫ي‬ َّ ‫)اى‬, ialah makhraj huruf yang terletak pada dua bibir.

Dari tempat ini muncul dua makhraj.


5. al-Khaisyūm (‫ش ٍويَـ‬
‫)اى ٍْلىٍي ي‬, ialah makhraj huruf yang terletak pada pangkal
hidung. Dari tempat ini muncul satu makhraj.
Dengan demikian, total makhraj yang muncul adalah tujuh belas makhraj.
Pembahasan di bawah ini akan merinci ketujuh belas makhraj tersebut yang
terbagi ke dalam lima tempat: al-Jaūf, al-Halq, al-Lisān, asy-Syafataīn, dan al-
Khaisyūm.
1. al-Jaūf, yaitu makhraj huruf yang terletak pada rongga mulut. Dari rongga
mulut muncul satu makhraj yang dikenal dengan nama makhraj al-Jaūf.
Dari makhraj al-Jaūf keluar tiga huruf madd yaitu alif (‫)ا‬, wau (‫)ك‬, dan ya‟

(‫ )م‬yang bersukun.

2. al-Halq yaitu makhraj huruf yang terletak pada tenggorokan. Dari al-Halq
muncul tiga makhraj, yaitu:
a) Aqshal halq, yaitu makhraj huruf yang terletak pada pangkal tenggorokan
atau tenggorokan bagian dalam. Dari makhraj ini keluar huruf hamzah ( ‫)ء‬

dan ha‟ (‫)ق‬.

b) Wasthul halq, yaitu makhraj huruf yang terletak pada tenggorokan bagian
tengah. Dari makhraj ini keluar huruf „ain (‫ )ع‬dan ha (‫)ح‬.

c) Adnal halq, yaitu makhraj huruf yang terletak pada tenggorokan bagian
luar atau ujung tenggorokan. Dari makhraj ini keluar huruf kha‟ (‫ )خ‬dan

ghain (‫)غ‬.

3. al-Lisān, yaitu makhraj huruf yang terletak pada lidah. Jumlah huruf yang
keluar dari makhraj ini ada 18 huruf yang terbagi dari 10 makhraj.
Kesepuluh makhraj al-Lisān tersebut ialah sebagai berikut:

3
a) Aqshal lisān fauqa, yaitu pangkal lidah bertemu dengan langit-langit
bagian atas. Dalam makhraj ini keluar huruf qaf (‫)ؽ‬.

b) Aqshal lisān asfal, yaitu pangkal lidah bagian bawah bertemu dengan
langit-langit bagian atas. Dalam makhraj ini keluar huruf kaf (‫)ؾ‬.

c) Wasthul lisān, yaitu pertengahan lidah bertemu dengan langit-langit atas.


Pertengahan lidah tersebut dimantapkan (tidak menempel) pada langit-
langit atas. Dalam makhraj ini keluar huruf jim (‫)ج‬, syin (‫)ش‬, dan ya‟ (‫)م‬.

d) Tepi lidah bersentuhan dengan geraham kanan atau kiri. Ada juga yang
mengatakan tepi pangkal lidah dengan geraham kanan atau kiri
memanjang sampai ke depan. Dari makhraj ini keluar huruf dlad (‫)ض‬.

e) Ujung lidah bertemu dengan langit-langit yang berhadapan dengannya.


Dari makhraj ini keluar huruf lam (‫)ؿ‬.

f) Ujung lidah, bergeser ke bawah sedikit dari makhraj lam, bertemu


dengan langit-langit yang berhadapan dengannya. Bisa pula dikatakan,
makhraj ini hanya menggeser ujung lidah sedikit ke depan dari posisi
makhraj lam. Dari makhraj ini, keluar huruf nun (‫)ف‬.

g) Berdekatan dengan makhraj nun dan masuk pada punggung lidah, tetapi
lidah tidak menyentuh langit-langit. Dari makhraj ini keluar huruf ra‟ (‫)ر‬.

h) Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas. Dari makhraj ini
keluar tiga huruf yaitu ta‟ (‫)ت‬, tha‟ (‫)ط‬, dan dal (‫)د‬.

i) Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri atas. Dari makhraj ini keluar
tiga huruf, yaitu dzal (‫)ذ‬, zha‟ (‫)ظ‬, dan tsa‟ (‫)ث‬.

j) Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri bawah. Dari makhraj ini
keluar tiga huruf yaitu shad (‫)ص‬, zai (‫)ز‬, dan sin (‫)س‬.

4. asy-Syafataīn, yaitu makhraj huruf yang terletak pada dua bibir. Dari tempat
ini muncul dua makhraj. Makhraj asy-Syafataīn terbagi atas 2 makhraj:

4
a) Perut bibir bawah atau bagian tengah dari bibir bawah tersebut
dirapatkan dengan ujung gigi atas. Dari makhraj ini keluar huruf fa‟ (‫)ؼ‬.

b) Paduan bibir atas dan bibir bawah. Jika kedua bibir tersebut
tertutup/terkatup akan keluar huruf mim (‫ )ـ‬dan ba‟ (‫)ب‬, jika terbuka

akan keluar huruf wau (‫)ك‬.

5. al-Khaisyūm, yaitu makhraj huruf yang terletak pada pangkal hidung. Dari
makhraj ini keluar satu makhraj, yaitu al-ghunnaḥ (sengau/dengung),
sehingga dari makhraj inilah keluar segala bunyi sengau/dengung.
Setidaknya ada empat tempat yang padanya terjadi bunyi sengau, yaitu:
a) Pada bacaan ghunnaḥ musyaddad, yakni bacaan sengau pada huruf mim
dan nun yang bertasydid: ‫ ٌَف – ٌَـ‬.

b) Pada bacaan idghām bi ghunnaḥ.


c) Pada bacaan ikhfā’.
d) Pada bacaan iqlāb.1

C. Pengertian Sifat Huruf


Sifat huruf adalah karakteristik atau peri keadaan yang melekat pada suatu
huruf. Setiap huruf hijā-iyyāḥ mempunyai sifat tersendiri yang bisa jadi berbeda
atau sama dengan huruf lain. Sifat ini muncul setelah suatu huruf dikeluarkan
secara tepat dari makhrajnya.
Dengan kata lain, jika seseorang menginginkan pengucapan yang benar-
benar tepat dari suatu huruf hijā-iyyāḥ, maka sebaiknya ia mempelajari sifat huruf
setelah mempelajari makhraj huruf. Huruf yang sudah tepat makhrajnya belum
dapat dipastikan kebenarannya sampai huruf tersebut diucapkan secara benar
sesuai sifat-sifat aslinya. Sifat-sifat huruf dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Sifat Mutadlādaḥ dan Ghairu Mutadlādaḥ
2. Sifat ‘Āridlaḥ dan Lāzimaḥ
3. Sifat Qawiyyaḥ dan Dla’īfaḥ

1
Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: Penerbit Diponegoro,
2012), h. 20-29.

5
Namun, yang akan dibahas dalam makalah ini hanya sifat Mutadlādaḥ dan
Ghairu Mutadlādaḥ.

D. Pembagian Sifat Huruf


1. Sifat Mutadlādaḥ
Sifat Mutadlādaḥ (‫ادَةي‬ ً
‫ضى‬ ‫ات َالٍ يمتى ى‬
‫لص ىف ي‬
ٌ ‫ )اى‬artinya sifat-sifat yang mempunyai lawan.
Jumlahnya ada 10 sifat. Mempunyai lawan artinya, setiap sifat mempunyai
satu sifat yang menjadi lawannya. Perhatikan tabel berikut ini:
Sifat Sifat
No. No.
Mutadlādaḥ Mutadlādaḥ
1. Ḥams lawannya 2. Jaḥr
3. Syiddaḥ lawannya 4. Rakhāwaḥ
5. Isti’lā’ lawannya 6. Istifāl
7. Ithbāq lawannya 8. Infitāh
9. Idzlāq lawannya 10. Ishmāt

Berdasarkan tabel di atas, dapat dipahami bahwa setiap huruf hijā-iyyāḥ


dipastikan memiki sekurang-kurangnya lima sifat yang melekat padanya dan
lima sifat yang menjadi lawannya. Sebagai contoh, jika suatu huruf tersifati
oleh Ḥams, Syiddaḥ, Isti’lā’, Ithbāq¸ atau Idzlāq, maka huruf tersebut
dipastikan tidak tersifati oleh Jaḥr, Rakhāwaḥ, Istifāl, Infitāh, atau Ishmāt.
Demikian pula sebaliknya.
Di bawah ini akan dikupas kesepuluh sifat tersebut beserta huruf-huruf hijā-
iyyāḥ yang tersifati olehnya.

a. Sifat Ḥams (ُ‫)اَ هْلَ همس‬

ًَ ‫ىَاْلىًف‬
Ḥams menurut bahasa ialah hisul khafi (‫ي‬ ٍ ‫) ًح ُّس‬, artinya perasaan yang
ٌ
halus. Sedangkan menurut istilah Ḥams adalah keluar atau berhembusnya
nafas ketika mengucapkan huruf karena lemahnya tekanan terhadap
makhraj huruf tersebut.
Adapun huruf-huruf Ḥams jumlahnya ada sepuluh, yakni:
‫ؼَحَثَقَشَخَصَسَؾَت‬

Kesepuluh huruf ini terkumpul dalam kalimat:

6
.‫ت‬
َ‫َس ىك ى‬
‫ص ى‬‫فَحََثەََ ىش ٍخ ه‬
Cara membunyikan Ḥams adalah seperti mengembuskan atau
mengeluarkan nafas, baik tatkala huruf Ḥams dalam keadaan berharakat
maupun bersukun. Kecuali huruf kaf (‫ )ؾ‬dan ta’ (‫)ت‬, keduanya hanya

terlihat Ḥams-Nya ketika bersukun atau tatkala dibaca waqaf.


Contoh-contoh bacaan yang di dalamnya terdapat huruf Ḥams adalah
sebagai berikut:
Berharakat Bersukun Berharakat Bersukun

‫ؼ‬ َ‫فىاً ىذاَنيًف ىخ‬ َ‫ًم ٍنَاىفٍػ ىو ًاى ًه ٍم‬ ‫خ‬ َ‫ىختى ىم‬ ً ‫ىَيٍتى‬
َ‫ص يم ٍو ىف‬
ً‫َِل‬
ًٌَٰ ‫اى ٍْلى ٍم يد‬ ‫ص‬ َ‫ص و‬
‫اؿ‬ ً ً
‫ح‬ ‫ىٍَم يم ٍوندا‬ ‫َص ٍل ى‬ ‫م ٍن ى‬ َ‫ص ىل ه‬
‫ح‬ ٍ‫ا‬
‫ث‬ ‫لَثىَةه‬
َ‫َثىى‬ َ ٰ ‫ىمثٍػ‬
‫ن‬ ‫س‬ ‫ىس َّخىَر‬ َ‫َػي ىو ٍس ًو ي‬
‫س‬
‫ق‬ ًَ ‫ًَم ٍَنََاىفٍَػىَو‬
‫اى ًَه ٍَم‬ ‫َاً ٍَى ًَد ىَن‬ ‫ؾ‬ - َ‫اىهلليَاى ٍكبىػير‬
‫ش‬ ‫يَش يَع ٍَونَب‬ َ‫ش يَعَيرٍَك ىف‬
ٍَ ‫ىَل َََى‬ ‫ت‬ - ‫فىػٍت هَح‬

Sifat Ḥams mempunyai satu sifat yang menjadi lawannya, yaitu sifat
Jaḥr. Sifat Jaḥr ini memiliki karakteristik yang bertolak belakang dengan
sifat Ḥams.

b. Sifat Jaḥr (ُ‫)اَ هْلَ ههر‬

Jaḥr menurut bahasa adalah al-i’lān wal izh-ḥār (‫ار‬ ًٍ ‫ )اىًٍلع ىل يف َك‬artinya
َ‫الظٍ ىه ي‬ ‫ٍ ى‬
berkumandang dan jelas. Sedangkan menurut istilah Jaḥr ialah
tertahannya aliran atau hembusan nafas ketika mengucapkan huruf,
karena kuatnya tekanan terhadap makhraj huruf tersebut.
Sifat Jaḥr merupakan lawan dari sifat Ḥams. Oleh sebab itu, huruf-huruf
Jaḥr adalah sisa huruf hijā-iyyāḥ dari huruf-huruf Ḥams. Dengan
demikian, jumlah huruf Jaḥr adalah 19 huruf, yaitu:
‫عَظَـَكَزَفَؽَاَرَءَذَمَغَضَجَدَطَؿَب‬

Kesembilan belas huruf tersebut terkumpul dalam kalimat:


‫ض و‬ ً ‫ً و‬
.‫ب‬ ‫ىعظي ىم ىَكٍز يفَقىارئَذ ٍلَ ىغ وٌ ى‬
‫َج ٌدَطىلى ى‬

7
Berbeda dengan cara membunyikan huruf Ḥams, saat membunyikan
huruf Jaḥr, nafas tidak berembus atau seperti tertahan. Hal ini
dimungkinkan karena ketika membacanya makhraj dalam keadaan agak
tertutup.
Contoh-contoh bacaan yang di dalamnya terdapat huruf Jaḥr adalah
sebagai berikut:

‫ع‬ ‫ىَك ىَع ًَمَليٍَوا‬ ‫ؽ‬ َ‫ىَكَقًٍَي ىل‬


‫ظ‬ ‫ىَع ًَظٍَي نَما‬ ‫ر‬ ‫َاً ٍَسىَرآَ ًَءٍَ ىَل‬
‫ـ‬ ‫يَمٍىًَتٍَ هَن‬ ‫ء‬ ‫ىَتًٍَكٍَ هَل‬
‫ك‬ ‫ىَكَػىٍَوهَـ‬ ‫ذ‬ ‫ىَكَاًىَذاََقًٍَي ىَل‬
‫ز‬ َ‫اج‬
‫َاىٍَزىَك ه‬ ‫م‬ ‫َػىٍَوىَـََػىىَرٍَك ىَف‬
‫ف‬ ‫َاىنٍَػَىزىَؿ‬ ‫غ‬ ًَ ‫ض ٍَو‬
‫ب‬ َ‫ىَغ ًٍَيَاَلٍ ىَم ٍَغ ي‬
‫ض‬ ‫ضٍَي وَق‬َ‫فَ ى‬ ٍَ ً ‫ج‬ ‫َىك ىَج ىَعٍَلَنىا‬
‫د‬ ًَ ‫ىَكىَد‬
‫اعَينا‬ ‫ط‬ ‫طَاَلَّ ًَذٍَ ىَن‬ َ‫صَىرا ى‬ًَ
‫ؿ‬ ‫ىَكىَذلَّلٍٰنَػ ىها‬ ‫ب‬ ‫نَػىَبىَاى يَى ٍَم‬
ِّ َ‫)ا‬
c. Sifat Syiddaḥ (ُ‫لشدَّة‬

Syiddaḥ menurut bahasa adalah al-quwwah (‫)اىلٍ يق َّوَةي‬, artinya kuat.

Sedangkan menurut istilah Syiddaḥ ialah tertahannya suara ketika


mengucapkan huruf, karena makhraj huruf tersebut ditekan dengan
sempurna atau sangat kuat.
Huruf-huruf Syiddaḥ ada 8 huruf, yaitu:
‫ءَجَدَؽَطَبَؾَت‬

Huruf-huruf Syiddaḥ tersebut terkumpul dalam kalimat:


.‫ت‬ ُّ ‫أ ًىج يدَقى‬
ٍ ‫طَبى ىك‬
Saat mengucapkan huruf-huruf Syiddaḥ, suara menjadi tertahan karena
kuatnya tekanan terhadap makhraj huruf tersebut. Tertahannya suara ini
menjadi semakin nyata tatkala huruf-huruf Syiddaḥ dalam keadaan
bersukun atau waqaf.
Berikut ini merupakan contoh penerapan huruf-huruf Syiddaḥ dalam
bacaan:

8
Berharakat Bersukun Berharakat Bersukun
‫ء‬ ‫ىكاًىم هَاـ‬ ٍَ ًٍ‫ىَي‬
‫ت‬ ‫ط‬ ‫ىشطىطنا‬ ‫فًطٍىرَةه‬
‫ج‬ ‫ىَجَبى هَل‬ ‫جىَزٍَك ىَف‬ ٍَ ‫ىَسَيي‬ ‫ب‬ ‫ىسبىػبنا‬ َ‫يسٍب ىحانە‬
‫د‬ ‫ِب ِمث ِ هَْلَ ىَم ىَد نَدا‬ ‫َى ٍَد يَخَليٍَو ىَف‬ ‫ؾ‬ ‫تَ ىكلً ىمَةن‬ ٍ ‫ىكبيػىر‬ ‫ٍسبيػ ٍو ىَف‬ ً ‫َك‬
‫ى‬
‫ؽ‬ َ‫قىَػَىرَأٍنٰە‬ ‫َػى ٍَقَىرَاي‬ ‫ت‬ َ‫ىكتى ى‬
‫ب‬ ‫تىػٍتػلي ٍو ىَف‬
Sifat Syiddaḥ memiliki satu sifat yang menjadi lawannya, yaitu sifat
Rakhāwaḥ. Sifat Rakhāwaḥ ini mempunyai karakteristik yang bertolak
belakang dengan sifat Syiddaḥ.

d. Sifat Rakhāwaḥ (ُ‫اوة‬


َ ‫)اَ َّلر َخ‬
َ‫)اىللًٌ ٍ ي‬, artinya lunak atau lemah
Rakhāwaḥ menurut bahasa ialah al-līn (‫ي‬

lembut. Sedangkan menurut istilah Rakhāwaḥ adalah berjalannya (tidak


tertahannya) suara ketika mengucapkan huruf karena lemahnya tekanan
terhadap makhraj huruf tersebut.
Huruf-huruf Rakhāwaḥ ada 16 huruf, yaitu:
‫خَذَغَثَحَظَؼَضَشَكَصَزَمَسَاَق‬

Huruf-huruf ini terkumpul dalam kalimat:


.‫َساهو‬
‫م ى‬ ‫َش ٍو و‬
‫ص ىَز ى‬ ‫ض ي‬ َّ ‫َح‬
ٌ‫ظَفى و‬ ‫ث ى‬َّ ‫يخ ٍذَ ىغ‬

Berbeda dengan cara mengucapkan huruf Syiddaḥ, saat membunyikan


huruf Rakhāwaḥ, suara tidak tertahan atau keluar secara sempurna.
Demikian pula, ketika huruf-huruf Rakhāwaḥ tersebut dalam keadaan
bersukun atau mati, suara dari huruf-huruf tersebut tetap keluar secara
sempurna dan tidak terhambat.
Berikut ini merupakan contoh penerapan huruf-huruf Rakhāwaḥ dalam
bacaan:
Berharakat Bersukun Berharakat Bersukun

‫خ‬ َ‫ىخلى ىق يك ٍم‬ َ‫اى ٍخيى هار‬ ‫ش‬ ‫َاى َش َُّدَقيَػََّوَةو‬ َ‫ش ىَه يد‬ ٍَ ‫َى‬
‫ى‬
‫ذ‬ ‫ًذ ٍكنرا‬ ‫َي ٍذبى يَح‬ ‫ك‬ َ‫َىكىَكٍَي ى‬
‫ف‬ ‫ىًَيَلٍَُّو ىَف‬
‫غ‬ ‫ىلَػىٍبػغي ٍو ىَف‬ ًَ ‫ض ٍو‬
‫ب‬ ‫اىلٍ ىم ٍغ ي‬ ‫ص‬ ‫لصاَبًَيرٍَك ىَف‬ ََّ ‫َاى‬ ‫ص يَف ٍَوَفىَةه‬ ٍَ ‫ىَم‬
‫ث‬ َ‫ىَثىنناقىلًٍي ن‬
‫ل‬ ‫بػى ىعثٍػنىا‬ ‫ز‬ ‫اى ٍَم‬
َ‫ىَرَىزقٍَػَنى ي‬ ‫ًَرٍَزَقنا‬

9
‫ح‬ َ‫ىح ٍرثى يك ٍم‬ ‫ىٍَتتىػ ىها‬ ‫م‬ َ‫َػىَتىَىذ ََّكَيرٍَك ىف‬ َ‫بَػىٍيَػنىَػ يَه ٍم‬
‫ظ‬ ‫ىكظىنػ ٍُّوا‬ ‫َىظٍلً يم ٍو ىَف‬ ‫س‬ ‫اى ٍَم‬
َ‫ىَك ىَس ىَق ي‬ ‫سَلً يَم ٍَو ىَف‬ ٍَ ‫يَم‬
‫ؼ‬ َ‫ؼ‬‫فى ىس ٍو ى‬ ‫َػى ٍف ىعلي ٍو ىَف‬ ‫ق‬ َ‫اىٍلىنٍػ ىه يار‬ ‫بػي ٍهتىا هَف‬
‫ض‬ ‫آءي‬
َ‫ض‬ ‫بػىٍي ى‬ ‫ض ىعافنا‬ ٍ ‫اى‬
Sifat Tawassuth (ُ‫سط‬
ُّ ‫َّو‬
َ ‫)اَلت‬
Ada satu sifat huruf yang berada di antara sifat Syiddaḥ dan Rakhāwaḥ,
yaitu sifat Tawassuth. Sifat ini mempunyai karakteristik yang bersifat
pertengahan antara Syiddaḥ dan Rakhāwaḥ. Karena itulah, sifat
Tawassuth sering pula disebut bainiyyaḥ, yang artinya pertengahan.
Maksudnya, pertengahan antara Syiddaḥ dan Rakhāwaḥ.
َ‫ )اىًٍل ٍعتً ىد ي‬yang artinya
Tawassuth menurut bahasa ialah al-i’tidāl (‫اؿ‬

pertengahan atau sedang. Sedangkan menurut istilah Tawassuth adalah


pertengahan suara saat mengucapkan huruf, (yakni) antara tertahannya
suara seperti dalam huruf-huruf Syiddaḥ dan berjalannya suara seperti
dalam huruf-huruf Rakhāwaḥ.
Adapun huruf-huruf Tawassuth adalah sisa huruf hijā-iyyāḥ dari Syiddaḥ
dan Rakhāwaḥ. Jumlahnya ada lima huruf, yaitu:

َ‫ؿَفَعَـَر‬

Lima huruf ini dikumpulkan dalam kalimat:

.‫لً ٍَنَ يع ىمىَر‬

Seperti dijelaskan dalam definisi di atas, cara pengucapan Tawassuth


adalah pertengahan antara tertahan dan tidak tertahannya suara. Namun,
dalam satu keterangan dijelaskan bahwa Tawassuth sendiri digolongkan
sebagai lawan dari Syiddaḥ, atau dapat dikatakan, lebih dekat kepada
berjalannya suara (Rakhāwaḥ). Suara Tawassuth sudah tentu akan
terdengar agak lemah dibandingkan Syiddaḥ.

Contoh penerapan huruf Tawassuth dalam bacaan adalah:

10
‫ؿ‬ َ‫ف‬
‫َاىىَلٍَتىَػىَرََ ىَكٍَي ى‬ ‫ـ‬ َ‫تىػ ٍرًَمٍَي ًَه ٍم‬
‫ف‬ َ‫َاى ٍعطىٍيػن ى‬
‫ٰك‬ ‫ر‬ ‫ص ٍوا‬ ‫تىػىربَّ ي‬
‫ع‬ ‫تىطَّلً يَع‬
e. Sifat Isti’lā’ (ُ‫)اَهِّْل هستِّ هع ََلء‬

Isti’lā’ secara bahasa artinya terangkat. Adapun secara istilah adalah


terangkatnya lidah mengarah ke langit-langit atas ketika mengucapkan
huruf.
Huruf-huruf Isti’lā’ ada tujuh, yaitu:
َ‫خَصَضَغَطَؽَظ‬

Ketujuh huruf ini terkumpul dalam kalimat:


َ‫َض ٍغ وطَقً ٍظ‬
‫ص ى‬َّ ‫يخ‬
Huruf Isti’lā’ dibunyikan dengan cara mengangkat lidah ke langit-langit
atas. Akibat dari proses ini, suara terdengar agak membesar dan tebal
(tafkhīm).
Contoh-contoh bacaan yang di dalamnya terdapat huruf Isti’lā’ adalah
sebagai berikut.

‫خ‬ َ‫ىخلى ىق يك ٍم‬ ‫ط‬ ‫طىٍيػَنرا‬


‫ص‬ ‫لَةي‬ َ‫لص ى‬
َّ ‫ىكا‬ ‫ؽ‬ ‫قىػَىرَاٍنَٰوي‬
‫ض‬ ‫ص وَل‬ ً ‫اىلٍ ىع ًظٍَي يَم‬
ٍ ‫م ٍنَفى‬ ‫ظ‬
‫غ‬ َ‫ىغ يف ٍوهر‬
Lawan dari sifat Isti’lā’ adalah sifat Istifāl. Kedua sifat ini memiliki
karakteristik yang saling bertolak belakang.

f. Sifat Istifāl )ُ‫(اَهِّْل هستِّ َفال‬

Istifāl menurut bahasa adalah al-inhifādl yang artinya merendah. Adapun


dalam istilah ilmu tajwid, Istifāl adalah terhamparnya lidah dari langit-
langit atas sampai ke (pelataran) mulut saat mengucapkan huruf.
Sifat Istifāl merupakan lawan dari sifat Isti’lā’. Oleh sebab itu, huruf-
huruf Istifāl adalah sisa huruf hijā-iyyāḥ dari huruf-huruf Isti’lā’. Dengan
demikian, jumlah huruf Istifāl adalah 22 huruf, yaitu:

11
َ‫ثَبَتَعَزَـَفَمَجَكَدَحَرَؼَقَءَذَسَؿَشَؾَا‬

Keduapuluh dua huruf tersebut terkumpul dalam kalimat:


ً ً ‫ثػىب‬
‫َش ىكا‬ ‫َُيى ًٌويدَ ىح ٍَرفەََا ٍذ ى‬
‫َس َّل ى‬ ‫َم ٍن ي‬
‫تَعُّز ى‬
‫ىى‬
Berbeda dengan cara membunyikan huruf Isti’lā’, saat membunyikan
huruf Istifāl, lidah terhampar atau tidak terangkat ke langit-langit
sehingga ada ruang antara langit-langit dan lidah. Begitu pun suara yang
terdengar dari Istifāl, tidak boleh terdengar tebal atau membesar seperti
Isti’lā’. Intinya, suara Istifāl harus terdengar lebih kecil dibandingkan
Isti’lā’.
Kesulitan akan dijumpai tatkala huruf Istifāl bersanding dalam satu
kalimat dengan huruf Isti’lā’. Karena terpengaruh dengan huruf Isti’lā’,
suara dari huruf Istifāl tersebut ikut terdengar menebal ketika dibaca.
Contohnya pada kalimat:
َ‫ضلًٍي ول‬ ٍَ ً
ٍ ‫فَتى‬

Pada kalimat ini, huruf ta' (Istifāl) bersanding dengan huruf dlad
(Isti’lā’). Jika sifat dari kedua huruf tersebut tidak diperhatikan, maka
akan terdengar dibaca:
ََ‫ضلًٍي ول‬ ٍَ ً
ٍ ‫فَطى‬
Ini merupakan suatu kesalahan yang harus dihindari dari seorang qari.
Berikut beberapa contoh lainnya dalam bacaan, yang di dalamnya
terdapat huruf Istifāl:

‫ث‬ ‫ثىلثىَةه‬
‫ب‬ ً‫َللا‬
َ ‫ت‬ ‫بػىٍي ي‬
‫ت‬ ‫ىكاًذىاَتػيٍتػَٰلى‬
‫ع‬ ‫ىع ًه ٍد ىَن‬
‫ز‬ ‫ىزىك ًرََّّي‬
g. Sifat Ithbāq (ُ‫)اَهِّْلطهبَاق‬

12
Ithbāq menurut bahasa ialah al-ilshāq yang artinya menempel.
Sedangkan menurut istilah Ithbāq adalah merapatnya lidah pada atap
langit-langit ketika mengucapkan huruf.
Huruf-huruf Ithbāq ada empat, yaitu:
‫صَضَطَظ‬

Terkumpul dalam kalimat:


َ‫ظ‬
‫ضطى ى‬
ٍ‫ص‬‫ى‬
Cara membunyikan Ithbāq adalah dengan menghimpun suara seraya
menempelkan lidah pada langit-langit atas sehingga terdengar bunyi yang
tebal atau membesar.
Berikut ini merupakan contoh penerapan huruf-huruf Ithbāq dalam
bacaan:

‫ص‬ َ‫لتيػ يه ٍم‬


َ‫ص ى‬‫ى‬ ‫ط‬ ‫يس ٍل َٰطننا‬
‫ض‬ ًَ ‫الىٍر‬
‫ض‬ َ ٍ َ‫ف‬ًَ ‫ظ‬ ‫ييىافًظيٍو ىَف‬
Sifat Ithbāq memiliki satu sifat yang menjadi lawannya, yaitu sifat
Infitāh. Karena berperan sebagai lawan, sifat Infitāh ini mempunyai
karakteristik yang bertolak belakang dengan sifat Ithbāq.

h. Sifat Infitāh (ُ‫)اَهِّْلنه ِّفتَاح‬

Infitāh menurut bahasa adalah al-iftirāq yang artinya terpisah atau


terbuka. Sedangkan menurut istilah, Infitāh adalah terbukanya apa yang
ada di antara lidah dan langit-langit atas, sehingga keluar angin dari
antara keduanya.
Sifat Infitāh merupakan lawan dari sifat Ithbāq. Oleh sebab itu, huruf-
huruf Infitāh adalah sisa huruf ḥijā-iyyāḥ dari huruf-huruf Ithbāq
jumlahnya ada 25 huruf, yaitu:
‫ـَفَءَخَذَكَجَدَسَعَتَؼَزَؾَاَحَؽَؿَقَشَرَبَغَمَث‬
Berbeda dengan cara mengucapkan huruf Ithbāq, saat membunyikan
huruf Infitāh, lidah tidak menempel atau merapat pada langit-langit atas.
Dengan kata lain, keliling lidah tidak dilengkungkan ke langit-langit,

13
sehingga bunyi huruf tidak membesar atau tebal. Adapun contoh-contoh
bacaan yang di dalamnya terdapat huruf Infitāh adalah sebagai berikut:

‫ـ‬ َ‫تىَػٍَرًَمٍَي ًَه ٍم‬ ‫ذ‬ ‫َقي ٍَلََاى يَع ٍَوَذي‬


‫ف‬ ‫ىَكىَيٍنىَػ َعيٍَو ىَف‬ ‫ك‬ َ‫ىَكَقى ى‬
‫ب‬
‫ء‬ ‫َاى ٍَخَلى ىَدﻩ‬ ‫ج‬ ‫تَ ىَع ٍَد وَف‬ ًَ َّ‫جَٰن‬
‫خ‬ َ‫ىَخٍيَػهَرََلَّ ى‬
‫ك‬ ‫د‬ ‫َىَيدعََُّاَلٍَيىَتًٍَي ىَم‬
i. Sifat Idzlāq (ُ‫)اَهِّْل هذ َْلق‬

ً ً
ٍ ‫ ىح َّدةياللٌ ىساف َاى‬artinya batas lidah atau
Idzlāq menurut bahasa adalah ‫م َطىلىقىػتيَوي‬

ujung lancipnya. Sedangkan menurut istilah Idzlāq adalah ringannya


suara ketika huruf keluar dari makhraj ujung lidah atau dari ujung bibir.
Huruf-hurufnya ada 6, yaitu:
‫ؼَرَـَفَؿَب‬

Cara pengucapan huruf-huruf Idzlāq yaitu dengan suara yang ringan dan
lancar. Selain itu, huruf-huruf Idzlāq juga lebih cepat diucapkan karena
dalam pelafalannya lebih mengutamakan ujung lidah maupun ujung
bibir.
Berikut ini merupakan contoh penerapan huruf-huruf Idzlaq dalam
bacaan:

‫ؼ‬ ‫يََيىََّف ي‬
َ‫ف‬ ‫ف‬ َ‫فىاىثػىٍر ىفَ ِب هە‬
‫ر‬ ًَ ‫ىكالٍ ىفىر‬
‫اش‬ ‫ؿ‬ َ‫لى ىكنيػ ٍوهد‬
‫ـ‬ َ‫اى ٍع ىما ىَليٍم‬ ‫ب‬ َ ‫لًيىػ ٍعبي يدك‬
‫اللاى‬

‫)اَهِّْل ه‬
j. Sifat Ishmāt (ُ‫ص َمات‬

Menurut bahasa Ishmāt adalah al-man’u (‫ )اىلٍ ىمٍن يَع‬yang artinya tercegah atau

tertahan. Sedangkan menurut istilah Ishmāt ialah beratnya/tidak


lancarnya suara ketika mengucapkan huruf yang keluar dari makhraj
selain ujung lidah dan ujung bibir.

14
Sifat Ishmāt merupakan lawan dari sifat Idzlāq. Oleh sebab itu, huruf-
huruf Ishmāt adalah sisa huruf ḥijā-iyyāḥ dari huruf-huruf Idzlāq.
Dengan demikian, jumlah huruf Ishmāt ada 23 huruf, yaitu:
َ‫جَزَغَشَسَاَخَطَصَدَثَؽَتَءَذَكَعَظَقَمَحَضَؾ‬

Tidak seperti huruf Idzlāq, ketika mengucapkan huruf Ishmāt, suara


seperti tertahan, tidak ringan, dan tidak cepat terucap. Hal ini
dikarenakan makhraj huruf Ishmāt agak ke dalam dibandingkan huruf
Idzlāq.
Khusus huruf wau (‫)ك‬, meskipun makhrajnya berasal dari bibir, ia tidak

tersifati oleh sifat Idzlāq tetapi tersifati oleh sifat Ishmāt. Sebabnya
adalah karena pengucapan huruf wau lebih sukar dibandingkan
pengucapan huruf-huruf bibir lainnya, yaitu: mim, ba’, dan fa’.
Pengucapan wau dibarengi dengan terbukanya kedua bibir, sementara
mim, ba’, dan fa’ sebaliknya.
Contoh penerapan huruf-huruf Ishmāt dalam bacaan adalah sebagai
berikut:

‫ج‬ َ‫اى ٍخىر ىج‬ ‫ت‬ َ‫تىَػتىَػنىػَّزيؿ‬


‫ز‬ ‫اىلٍ ىع ًزٍَػيَز‬ ‫ء‬ ‫اى ٍجىريم ٍوا‬
‫غ‬ ‫يغيرٍكنرا‬ ‫ذ‬ َ‫يم ىذبٍ ىذبً ٍ ى‬
‫ي‬
‫ش‬ َّ ‫ًب‬
‫لش ىف ًَق‬ ‫ك‬ ‫صٍيػنىا‬َّ ‫ىكىك‬
‫س‬ َ‫س‬ ً
‫اع ٍس ىع ى‬ ‫اذى ى‬ ‫ع‬ ‫ىعىرفيػ ٍوا‬
‫خ‬ َ‫ىخلى ٍق ي‬
‫ت‬ ‫ظ‬ ‫َػىٍنظييرٍك ىَف‬
‫ط‬ ً ‫اىس‬
‫اطٍيػيَر‬ ‫ق‬ ‫ىكىى ىدٍَػٰنَػ يه ٍَم‬
‫ى‬
‫ص‬ ‫ص ٍوا‬
‫تىَػىربَّ ي‬ ‫م‬ َ‫َػى يق ٍويـ‬
‫د‬ ‫يكلَّ ىماَ ىد ىخ ىَل‬ ‫ح‬ ‫ىحٍب هَل‬
‫ث‬ َ‫بػي ٍعثًَٰر ي‬
‫ت‬ ‫ض‬ ‫ضالٍُّو ىَف‬ ‫لى ى‬
‫ؽ‬ َ‫َعلىٍي ى‬
‫ك‬ ‫ص ى‬ ُّ ‫نػى يق‬ ‫ؾ‬ َ‫ايَكٰلٰٓئً ى‬
‫ك‬

Ada lima segi perbedaan mendasar di antara sifat-sifat Mutadlādah. Jika


kelima segi ini kita kenali, maka tidak akan sulit bagi kita untuk memahami

15
kesepuluh sifat Mutadlādah sebagaimana telah dipaparkan di atas. Kelima
segi perbedaan mendasar tersebut ialah:
a. Dari segi berembus dan tertahannya nafas, ada sifat Jaḥr dan Ḥams.
b. Dari segi tertahan dan tidak tertahannya suara, ada sifat Syiddaḥ dan
Rakhāwaḥ.
c. Dari segi terangkat dan terhamparnya lidah, ada sifat Isti’lā’ dan Istifāl.
d. Dari segi pertemuan dan terbukanya ruang, antara lidah dengan langit-
langit, ada sifat Ithbāq dan Infitāh.
e. Dari segi ringan dan beratnya pengucapan, ada sifat Idzlāq dan Ishmāt.

2. Sifat Ghairu Mutadlādaḥ


Sifat Ghairu Mutadlādaḥ (ً‫ادَة‬
‫ضى‬ ‫ات َ ىغٍيػيرالٍ يمتى ى‬
ً
‫لص ىف ي‬
ٌ ‫ )اى‬artinya sifat yang tidak
mempunyai lawan. Berbeda dengan sifat Mutadlādaḥ, sifat ini berdiri
sendiri, tidak memiliki lawan, dan jumlahnya ada tujuh sifat.
Berdasarkan paparan tentang sifat Mutadlādaḥ, kita juga mengetahui bahwa
setiap huruf ḥijā-iyyāḥ paling sedikit tersifati oleh lima sifat. Namun, ada
pula huruf yang mempunyai enam sifat. Huruf yang paling banyak
mempunyai sifat adalah huruf ra’ (‫)ر‬, yakni tujuh sifat. Sifat yang keenam

dan ketujuh inilah yang didapat oleh huruf dari Ghairu Mutadlādaḥ.
Adapun jumlah keseluruhan huruf ḥijā-iyyāḥ yang tersifati Ghairu
Mutadlādaḥ adalah 14 huruf.
Di bawah ini akan dibahas ketujuh sifat Ghairu Mutadlādaḥ yang dimaksud.

a. Sifat Shafīr (ُ‫لص ِّف هي ر‬


َّ َ‫)ا‬

Shafīr menurut bahasa adalah ‫تَالطَّائًًَر‬ ‫تََي ىشبًٌوي ى‬


‫َص ٍو ى‬ ‫ص ٍو ه‬
‫ ى‬yang artinya suara yang
menyerupai suitan burung. Sedangkan menurut istilah Shafīr adalah suara
tambahan yang keluar dengan kuat di antara ujung lidah dan gigi seri.
Huruf-huruf Shafīr ada tiga yaitu : shad (‫)ص‬, zai (‫)ز‬, dan sin (‫)س‬.

Cara membunyikan huruf Shafīr harus dibarengi dengan dengan desis


yang kuat laksana desiran angin, yang keluar antara ujung lidah dan gigi
seri. Dibandingkan Ḥams, maka Shafīr lebih kuat embusan/desis

16
nafasnya. Namun, Shafīr bukanlah yang terkuat, ada satu sifat yang lebih
kuat embusan/desis napasnya dibandingkan Shafīr, yaitu Tafasy-syi, yang
akan dibahas kemudian.
Ustadz Isma‟il Tekan menekankan dalam bukunya Tajwid Al-Quranul
Karim membagi huruf-huruf Shafīr ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
1) Shafīr Kubrā, artinya Shafīr yang besar. Hukumnya adalah zai.
2) Shafīr Wusthā, artinya Shafīr yang sedang. Hukumnya adalah shad.
3) Shafīr Shugrā, artinya Shafīr yang kecil. Hukumnya adalah sin.
Adapun contoh penerapan huruf-huruf Shafīr dalam bacaan adalah
sebagai berikut:

‫ص‬ َّ ‫اص ٍوًب‬


َ‫لص ًٍب‬ ‫ىكتىػ ىو ى‬
‫ز‬ ًَ ‫اً ىذ يازلٍ ًزلى‬
‫ت‬
‫س‬ َ‫َػي ىو ٍس ًو ي‬
‫س‬

b. Sifat Qalqalaḥ )ُ‫)اَله َقله َقلَة‬

Qalqalaḥ menurut bahasa artinya bergerak dan bergetar. Sedangkan


menurut istilah Qalqalaḥ berarti suara tambahan (pantulan) yang kuat
dan jelas yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan pada

makhraj huruf tersebut. Huruf Qalqalaḥ terbagi 5, yaitu: ‫ؽَطَبَجَد‬.

Sifat Qalqalaḥ hanya muncul pada huruf Qalqalaḥ yang bertanda sukun.
Pengucapannya dilakukan dengan cara menekan makhraj huruf tersebut
sehingga terdengar pantulan yang kuat dan jelas. Pantulan ini akan terasa
lebih kuat dan jelas pada huruf Qalqalaḥ yang bertasydid dan dibaca
waqaf (berhenti).
Sifat Qalqalaḥ atau suara pantulan huruf hanya terjadi pada huruf-huruf
Qalqalaḥ saja. Dengan demikian, terlarang hukumnya jika suara pantulan
yang mirip Qalqalaḥ terjadi pada huruf-huruf lain selain huruf-huruf
Qalqalaḥ. Hal ini seperti dinamakan tawallud dan merupakan
pelanggaran terhadap hak huruf.
Berikut ini beberapa contoh penerapan huruf Qalqalaḥ sebagai berikut.
‫ؽ‬ َ‫َػى ٍقطىعي ٍو ىف‬ ‫ج‬ َ‫يٍُم ًريم ٍو ىف‬

17
‫ط‬ ‫اىلٍ يمطٍ ىمئًنََّةي‬ ‫د‬ َ‫ٍم ٍدبً ًرٍَ ىن‬
‫ب‬ ‫ىحٍب هَل‬
ُ ‫)اَللِّ ه‬
c. Sifat Līn (‫ي‬

Līn menurut bahasa artinya lawan keras dan sukar. Sedangkan menurut
istilah Līn ialah mengeluarkan huruf dari mulut tanpa memberatkan lisan.
Huruf Līn terbagi menjadi 2, yaitu ‫ ك‬dan ‫ م‬yang bersukun dan huruf

sebelumnya berharakat fat-haḥ. Huruf-huruf Līn diucapkan dengan suara


yang lunak dan tidak boleh dikeraskan ketika menekan suara pada
makhraj huruf tersebut. Contoh penerapan huruf-huruf Līn dalam bacaan
sebagai berikut.

‫ك‬ َ‫بًىق ٍووؿ‬ َ‫ؼ‬


‫ىخ ٍو ه‬ َ‫ىغٍيػير‬
‫م‬ ‫قيػ ىوٍَ و‬
َ‫ش‬ َ‫اىلٍيىػ ٍوىـ‬ َ‫اىل ىقٍي ي‬
‫ف‬

ُِّ ‫)اَهِّْل هِّْن َر‬


d. Sifat Inhirāf (‫اف‬

Inhirāf menurut bahasa yaitu condong atau miring. Sedangkan menurut


istilah ialah condongnya huruf dari makhrajnya sampai ke ujung lidah.
Huruf Inhirāf ada 2 yaitu ‫ ل‬dan ‫ر‬. Tatkala mengucapkan huruf Inhirāf,
makhraj menjadi miring dari ujung lidah sampai pertengahan lidah.
Perbedaanya, untuk huruf lam, makhraj miring ke depan, sementara
untuk huruf ra’, makhraj miring ke belakang atau tepatnya ke arah
punggung lidah.
Contoh penerapan huruf-huruf Inhirāf dalam bacaan adalah sebagai
berikut.

‫ؿ‬ ‫ىع ًاملىَةه‬ ‫لًٍلبي ٍشىرل‬ ‫صلَّى‬


‫فى ى‬
‫ر‬ ‫ىجا ًرَىَةه‬ َ‫ىكىزٍرو‬
‫ع‬ ‫ىمَّرَةه‬
e. Sifat Takrīr (ُ‫)اَلتَّ هك ِّريهر‬

Takrīr menurut bahasa ialah mengulangi, yakni mengulangi sesuatu lebih


dari sekali. Sedangkan menurut istilah ialah bergetar ujung lidah saat
mengucapkan huruf.

18
Huruf Takrīr hanya satu, yaitu ra’ (‫)ر‬. Huruf ini diucapkan dengan cara

menggetarkan ujung lidah, tetapi dengan getaran yang tidak boleh lebih
dari dua kali. Apabila seseorang mengucapkan huruf ra’ dengan getaran
lebih dari dua kali, misalnya empat atau enam kali maka seolah-olah ia
telah membuat ra’ yang lain dalam satu kalimat. Karenanya, hal
semacam ini sangat dilarang dan tercela.2
Contoh:

‫ر‬ َ‫ت‬
‫اىىرءىٍَ ى‬ َ‫ب‬
‫َػىٍر ىغ ي‬ َ‫ىشُّرَالٍىًبًََّة‬
f. Sifat Tafasy-syi (‫)اَلتَّ َف ِّشى‬

Tafasy-syi menurut bahasa adalah menyebar, sedangkan menurut istilah


ialah penyebaran udara di mulut ketika mengucapkan huruf. Huruf
Tafasy-syi ada satu yaitu syin (‫)ش‬.3

Cara pengucapannya harus dibarengi dengan desis atau desiran yang


sangat kuat hingga angin menyebar dari dalam mulut. Desis Tafasy-syi
adalah desis yang paling kuat dari sifat-sifat huruf yang lain, lebih kuat
dari Shafīr dan Ḥams.
Oleh sebab, itu jika Tafasy-syi diucapkan dengan desis yang lemah, akan
tertukar dengan sifat shafir yaitu pada huruf sin. Dan jika lebih lemah
lagi, akan tertukar dengan sifat Ḥams, yaitu pada huruf tsa’. Tentu saja,
tertukarnya huruf ini dapat menyebabkan perubahan makna atau
kesalahan arti pada bacaan yang tengah dibaca.
Berdasarkan kondisi huruf syin, Tafasy-syi dapat dibagi ke dalam tiga
tingkatan yaitu:
1) Tafasy-syi Kubrā, artinya Tafasy-syi besar, yaitu bila huruf syin dalam
keadaan bertasydid. Contoh:

‫ش‬ َ‫س‬
‫َّم ي‬
ٍ ‫اىلش‬ َ‫اب‬ ًٌ ‫اى‬
‫لش ىه ي‬ ‫آءي‬
َ ‫ُّه ىد‬
‫اىلش ى‬
2) Tafasy-syi Wusthā, artinya Tafasy-syi sedang, yaitu bila huruf syin
dalam keadaan bersukun. Contoh:

2
Ibid., h. 32-50.
3
Muhammad Isham Muflih al-Qudhat, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid Untuk Segala
Tingkatan (Jakarta Selatan: Turos, 2015), h. 63.

19
‫ش‬ َ‫اى ٍش ىه يد‬ َ‫ات‬
‫اى ٍشتى ه‬ ‫ىم ٍش يك ٍونرا‬
3) Tafasy-syi Sughrā, artinya Tafasy-syi kecil, yaitu bila huruf syin dalam
keadaan berharakat fat-haḥ, kasraḥ, atau dlammaḥ. Contoh:

‫ش‬ َ‫لى ىش ًدٍَ هد‬ ‫بى ًشٍيػنرا‬ َ‫ىش ٍههر‬


g. Sifat Istithālaḥ (ُ‫)اَهِّْل هستِّطَالَة‬

Istithālaḥ menurut bahasa adalah al-imtidād yang artinya memanjang.


Sedangkan menurut istilah ialah memanjangkan suara dari tepi awal
pangkal lidah sampai ujung lidah. Huruf istithalah hanya satu yaitu dlad
(‫)ض‬.

Huruf dlad diucapkan dengan cara menyentuhkan tepi lidah dengan gigi
geraham. Tepi lidah yang dimaksudkan di sini adalah dari pangkal lidah
terus memanjang hingga ke depan (ujung lidah). Pengucapan huruf dlad
akan lebih jelas tatkala huruf tersebut dalam keadaan bersukun,
bertasydid atau waqaf.4 Contoh:

‫ض‬ َ‫ي‬ ً ً ‫ك‬


‫ىكىَلَالضَّآلٌ ٍ ى‬ ‫ضَ ىَليىما‬
ٍ ‫اخف‬
ٍ ‫ى‬ َ‫ضَظى ٍهىرىؾ‬
‫اىنٍػ ىق ى‬

3. Tabel Sifat Huruf


Tabel Sifat Huruf Model A
Sifat-sifat yang Tidak Memiliki
Sifat-sifat yang Memiliki Lawan
Lawan
(Mutadlādaḥ)
(Ghairu Mutadlādaḥ)
Nomor

Rakhāwaḥ

Tawassuth
Tafasy-syi
Istithālaḥ

Qalqalaḥ

Syiddaḥ
Inhirāf

Ishmāt

Isti’lā’
Infitāh

Ithbāq
Takrīr

Idzlāq
Shafīr

Istifāl

Ḥams
Jaḥr
Līn

1 ‫ش ض‬ ‫ر‬ ‫ؿ‬ ‫ك‬ ‫خ خ ث ص ـ ؼ ج ص ؽ‬ ‫ؿ‬ ‫ء‬ ‫ؼ ع‬


2 ‫ر‬ ‫ط م‬ ‫ز‬ ‫ز‬ ‫ر‬ ‫ذ ص ب ض ف‬ ‫ف‬ ‫ح ظ ج‬
3 ‫غ س ب‬ ‫ـ‬ ‫ء‬ ‫غ ض ت ط‬ ‫ع‬ ‫د‬ ‫ـ‬ ‫ث‬
4 ‫ج‬ ‫ف ش‬ ‫ث غ ع ظ خ‬ ‫ـ‬ ‫ؽ‬ ‫ك‬ ‫ق‬
5 ‫د‬ ‫ؿ س‬ ‫ذ‬ ‫ز‬ ‫ح ط‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ز‬ ‫ش‬
6 ‫ا‬ ‫ك ب‬ ‫ـ‬ ‫ظ ؽ‬ ‫ف ب‬ ‫خ‬

4
Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu…, h. 51-52.

20
‫‪7‬‬ ‫خ‬ ‫ج‬ ‫ف‬ ‫ؼ ظ‬ ‫ص ؽ ؾ‬
‫‪8‬‬ ‫ط‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ض‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫س‬
‫‪9‬‬ ‫ص‬ ‫س‬ ‫ج‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ؾ‬
‫‪10‬‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫ء‬ ‫ت‬
‫‪11‬‬ ‫ث‬ ‫ت‬ ‫د‬ ‫ص‬ ‫ذ‬
‫‪12‬‬ ‫ؽ‬ ‫ؼ‬ ‫ح‬ ‫ز‬ ‫م‬
‫‪13‬‬ ‫ت‬ ‫ز‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫غ‬
‫‪14‬‬ ‫ء‬ ‫ؾ‬ ‫ؼ‬ ‫س‬ ‫ض‬
‫‪15‬‬ ‫ذ‬ ‫ا‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ج‬
‫‪16‬‬ ‫ك‬ ‫ح‬ ‫ء‬ ‫ق‬ ‫د‬
‫‪17‬‬ ‫ع‬ ‫ؽ‬ ‫ذ‬ ‫ط‬
‫‪18‬‬ ‫ظ‬ ‫ؿ‬ ‫س‬ ‫ؿ‬
‫‪19‬‬ ‫ق‬ ‫ق‬ ‫ؿ‬ ‫ب‬
‫‪20‬‬ ‫م‬ ‫ش‬ ‫ش‬
‫‪21‬‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ؾ‬
‫‪22‬‬ ‫ض‬ ‫ب‬ ‫ا‬
‫‪23‬‬ ‫ؾ‬ ‫غ‬
‫‪24‬‬ ‫م‬
‫‪25‬‬ ‫ث‬
‫‪Jm‬‬
‫‪1‬‬ ‫‪1‬‬ ‫‪1‬‬ ‫‪2‬‬ ‫‪2‬‬ ‫‪5‬‬ ‫‪3‬‬ ‫‪23‬‬ ‫‪6‬‬ ‫‪25‬‬ ‫‪4‬‬ ‫‪22‬‬ ‫‪7‬‬ ‫‪16‬‬ ‫‪5‬‬ ‫‪8‬‬ ‫‪19‬‬ ‫‪10‬‬
‫‪l.‬‬

‫‪Tabel Sifat Huruf Model B5‬‬


‫‪Sifat-sifat Huruf‬‬
‫‪Jumlah‬‬

‫‪Nomor‬‬
‫‪Huruf‬‬
‫‪Sifat‬‬

‫‪7‬‬ ‫‪6‬‬ ‫‪5‬‬ ‫‪4‬‬ ‫‪3‬‬ ‫‪2‬‬ ‫‪1‬‬

‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫جهر‬ ‫ا‬ ‫‪1.‬‬


‫‪6‬‬ ‫قلقلو‬ ‫اذلؽ‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫شدة‬ ‫جهر‬ ‫ب‬ ‫‪2.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫شدة‬ ‫مهس‬ ‫ت‬ ‫‪3.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫مهس‬ ‫ث‬ ‫‪4.‬‬
‫‪6‬‬ ‫قلقلو‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫شدة‬ ‫جهر‬ ‫ج‬ ‫‪5.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫مهس‬ ‫ح‬ ‫‪6.‬‬

‫‪5‬‬
‫‪Ibid., h. 58-59.‬‬

‫‪21‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استعلء‬ ‫رخاكة‬ ‫مهس‬ ‫خ‬ ‫‪7.‬‬
‫‪6‬‬ ‫قلقلو‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫شدة‬ ‫جهر‬ ‫د‬ ‫‪8.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫جهر‬ ‫ذ‬ ‫‪9.‬‬
‫‪7‬‬ ‫تكرَر‬ ‫احنراؼ‬ ‫اذلؽ‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ر‬ ‫‪10.‬‬
‫‪6‬‬ ‫صفي‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫جهر‬ ‫ز‬ ‫‪11.‬‬
‫‪6‬‬ ‫صفي‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫مهس‬ ‫س‬ ‫‪12.‬‬
‫‪6‬‬ ‫تفشى‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫مهس‬ ‫ش‬ ‫‪13.‬‬
‫‪6‬‬ ‫صفي‬ ‫اصمات‬ ‫اطباؽ‬ ‫استعلء‬ ‫رخاكة‬ ‫مهس‬ ‫ص‬ ‫‪14.‬‬
‫‪6‬‬ ‫استطالو‬ ‫اصمات‬ ‫اطباؽ‬ ‫استعلء‬ ‫رخاكة‬ ‫جهر‬ ‫ض‬ ‫‪15.‬‬
‫‪6‬‬ ‫قلقلو‬ ‫اصمات‬ ‫اطباؽ‬ ‫استعلء‬ ‫شدة‬ ‫جهر‬ ‫ط‬ ‫‪16.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫اطباؽ‬ ‫استعلء‬ ‫رخاكة‬ ‫جهر‬ ‫ظ‬ ‫‪17.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ع‬ ‫‪18.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استعلء‬ ‫رخاكة‬ ‫جهر‬ ‫غ‬ ‫‪19.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اذلؽ‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫مهس‬ ‫ؼ‬ ‫‪20.‬‬
‫‪6‬‬ ‫قلقلو‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استعلء‬ ‫شدة‬ ‫جهر‬ ‫ؽ‬ ‫‪21.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫شدة‬ ‫مهس‬ ‫ؾ‬ ‫‪22.‬‬
‫‪6‬‬ ‫احنراؼ‬ ‫اذلؽ‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ؿ‬ ‫‪23.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اذلؽ‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ـ‬ ‫‪24.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اذلؽ‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ف‬ ‫‪25.‬‬
‫‪6‬‬ ‫لي‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫جهر‬ ‫ك‬ ‫‪26.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫مهس‬ ‫ق‬ ‫‪27.‬‬
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫شدة‬ ‫جهر‬ ‫ء‬ ‫‪28‬‬
‫‪6‬‬ ‫لي‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفاؿ‬ ‫رخاكة‬ ‫جهر‬ ‫م‬ ‫‪29.‬‬

‫‪22‬‬
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Makharij Huruf adalah tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut
dibunyikan. Ketika membaca Alquran, setiap huruf harus dibunyikan
sesuai makhraij hurufnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf atau
makharij huruf, dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti
pada bacaan yang tengah dibaca.
2. Makharij Huruf terbagi atas 17 makharij yang diklasifikasikan dalam lima
َ‫)َاى ٍْلىٍو ي‬, al-Halq (‫)اى ٍْلىٍل يَق‬, al-Lisān (‫)اىللًٌ ىسا يَف‬, asy-Syafataīn
tempat yaitu al-Jaūf (‫ؼ‬

ًَ ٍ ‫لش ىفتىػ‬
(‫ي‬ َّ ‫)اى‬, dan al-Khaisyūm (‫)اى ٍْلىٍي يش ٍويَـ‬.

3. Sifat huruf adalah karakteristik atau peri keadaan yang melekat pada suatu
huruf. Setiap huruf hijā-iyyāḥ mempunyai sifat tersendiri yang bisa jadi
berbeda atau sama dengan huruf lain. Sifat-sifat huruf dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
a. Sifat Mutadlādaḥ dan Ghairu Mutadlādaḥ
َ َ‫لصفَات ْالمت‬
Sifat Mutadlādaḥ (‫ضادَة‬ ِّ َ ‫ )ا‬artinya sifat-sifat yang mempunyai
lawan. Jumlahnya ada 10 sifat. Mempunyai lawan artinya, setiap sifat
mempunyai satu sifat yang menjadi lawannya. Sebagai contoh, jika
suatu huruf tersifati oleh Ḥams, Syiddaḥ, Isti’lā’, Ithbāq¸ atau Idzlāq,
maka huruf tersebut dipastikan tidak tersifati oleh Jaḥr, Rakhāwaḥ,
Istifāl, Infitāh, atau Ishmāt.
Sifat Ghairu Mutadlādaḥ (ً‫ادَة‬
‫ضى‬ ‫ات َ ىغٍيػيرالٍ يمتى ى‬
ً
‫لص ىف ي‬
ٌ ‫ )اى‬artinya sifat yang tidak
mempunyai lawan. Berbeda dengan sifat Mutadlādaḥ, sifat ini berdiri
sendiri, tidak memiliki lawan, dan jumlahnya ada tujuh sifat yaitu sifat
Shafīr, sifat Qalqalaḥ, sifat Lin, sifat Inhiraf, sifat Takrir, sifat Tafasy-
syi, sifat Istithalah.
b. Sifat ‘Āridlaḥ dan Lāzimaḥ
c. Sifat Qawiyyaḥ dan Dla’īfaḥ

23
B. Saran
Sehubungan dengan tulisan yang kami paparkan di atas, kami berharap
tulisan tersebut dapat menambah literatur atau bahan bacaan mahasiswa ataupun
masyarakat pada umumnya. Di sisi lain kami berharap kritik dan sarannya atas
tulisan kami yang sangat jauh dari kesempurnaan ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, Acep Iim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: Penerbit


Diponegoro. 2012.

al-Qudhat, Muhammad Isham Muflih. Panduan Lengkap Ilmu Tajwid Untuk


Segala Tingkatan. Jakarta Selatan: Turos. 2015.

25

Anda mungkin juga menyukai