Penjelasan ayat
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa orang yang disebut dalam ayat adalah orang yang
membersikan dirinya dari Ahlaq yang buruk dan mengikuti apa yang diturunkan Allah
dengan rasul-Nya
Asy-syaukani juga menafsirkan ayat ini. Dua orang yang membersihkan diri dari sirik seraya
mengi mani Allah SWT dan mengamalkannya syariah nya.
Secara keseluruhan, ayat ini menurut Ibnu Jarir at Tabari mengandung pengertian, “
sungguh telah berhasil memperoleh apa yang dinginkan, orang yang membersihkan diri dari
ke kuburan dan maksiat kepada Allah, mengamalkan apa yang diperintah kan Allah dan
menunaikan berbagai kewajiban.”
Makna Fitri
Kata Fitri berasal dari kata afthara - yufthiru ( )يفطر افطرYang artinya berbuka atau tidak lagi
berpuasa. Disebut Idul Fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan keadaan
kau muslimin yang tidak lagi berpuasa Ramadhan.
Kata Fitri terdapat dalam Hadis Abu Hurairah RA, rasulullah saw, bersabda:
“ hari berpuasa tanggal satu Ramadhan adalah hari di mana kalian semua berpuasa. Hari
berbuka hari Raya satu Syawal adalah hari di mana kalian semua berbuka.” (HR. Turmudzi
697, abu daud 2324, dan dishahihkan Al-Albani)
Makna Fitrah
Makna Fitrah adalah “kondisi awal penciptaan, di mana manusia diciptakan pada kondisi
tersebut.” (Zadul masir, 3/422). Ringkasnya, bahwa makna Fitrah adalah keadaan Suci
tanpa dosa dan kesalahan.
فا قم وخهك الد ين حبفا فطر ت هللا الي فطر النا س علها ال تبد يل لخق هللا
Ada bukanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah di atas Fitrah Allah telah
menciptakan manusia menurut Fitrah itu, tidak ada perubahan pada Fitrah Allah. (QS.
Ar-rum;30)
Ied Juga berarti setiap hari yang terdapat perayaan di dalamnya. Sedangkan Fitri berasal
dari kata ‘afthara’ Yang berarti memutuskan puasa karena melakukan pembatal nya.
Jadi Fitri di sini dimaksudkan dengan hari setelah Ramadhan, di mana tidak berpuasa lagi.
Hal ini berbeda dengan kata Fitrah (fitrah dalam kamus besar bahasa Indonesia) Yang
dalam bahasa Arab adalah bermanfaat sifat asli atau watak asli, atau bermakne pula tabi’at
selamat yang belum tercampur aib (lihat Al mu’jam Al wasith, hal 627-728).
Para ulama mengatakan kepada sebagian saudara nya ketika melaksanakan sholat Ied di
tanah lapang “hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu
melahirkan mereka.” (Dibawakan oleh ibnu rajab al hambali dalam latho-if al ma’arif, hal
373-374).
perkiraan ini seakan akan membenarkan yang dimaksud kembali Suci. Namun bukan
berarti kita sekedar berjumpa dengan itu Fitri, lalu kita kembali Suci. Perkataan yang
dimunculkan oleh Ibnu Rajab alham Bali karena begitu banyaknya Pengampunan di bulan
Ramadhan dari amalan yang kita lakukan. Mulai dari amalan puasa, sholat malam sholat
terawih, menghidupkan Lailatul Qadar, juga permohonan maaf yang kita minta pada Allah.
Itulah yang menyebabkan seorang olah kita keluar dari bulan Ramadhan seperti bayi yang
baru lahir.
Tetapi tentu saja perkataan di atas bukan ditunjukkan pada orang yang tidak sholat atau
sholatnya bolong bolong di bulan Ramadhan, bukan bagi orang yang tidak puasa, bukan
bagi orang yang malas sholat taraweh, bukan bagi orang yang Bkt atau enggan mencari
permintaan maaf atas dosa di hari hari terakhir Ramadhan.
Diantara hal yang perlu kita Sucikan dari Allah adalah menyamakan Allah dengan makhluk.
Memang benar bahwa soalnya beberapa sifat Allah sama dengan sifat sifat makhluk dalam
penamaan. Akan tetapi meskipun namanya sama tapi hakikatnya berbeda. Allah berfirman:
ليس كمثه سي ء و