DOSEN PENGAMPU
Oleh:
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia telah menjadi hal yang wajar apabila terdapat sepasang kekasih yang
akan menjalin hubungan menuju jenjang pernikahan diadakanlah sebuah acara yang meriah,
mengundang penyanyi dangdut terkenal serta mengundang banyak orang untuk hadir keacara
pernikahannya. Di Kota Bogor, Desa Gunung Putri misalnya, setiap ada sepasang kekasih
yang akan menikah wajib hukumnya untuk mengundang penyanyi dangdut, paling minim
sekali itu menyewa soundsystem yang besar yang bertujuan untuk memberikan kabar
bahwasanya ditempat itu ada acara pernikahan. Sebenarnya tujuannya baik dan sesuai dalam
ajaran islam, namun caranya yang kurang tepat. Dan itu berlaku untuk semua kalangan, tidak
peduli kondisi kaum menengah kebawah. Apabila difikirkan lebih jauh, untuk apa kita
melakukan acara yang seharusnya membuat kita senang tetapi hanya berlaku sesaat? seperti
hal diatas, dengan mengundang penyanyi dangdut, seharian kita dihiburnya namun setelah
acara berakhir sudah, hilang semuanya, bahkan berubah menjadi duka dengan tanggungan
utang dimana-dimana karena ketidak sanggupan untuk memenuhinya. Sebenarnya ada cara-
cara yang bisa mengundang orang-orang tanpa harus mengeluarkan dana yang besar, seperti
menggunakan masjid sebagai tempat berlangsungnya acara walimah kemudian berlanjut
dirumah yang bersangkutan untuk menyantap makanan dan berbincang-bincang. Di Jakarta
berbeda lagi kasusnya, mereka masyarakat Jakarta biasanya menyewa gedung untuk acara
pernikahan, tetapi ini hanya untuk golongan menengah keatas. Walaupun demikian ini
berefek kepada golongan menengah kebawah, yang menyebabkan kecemburuan sosial,
sehingga timbullah rasa gengsi dan itu akan berkembang pada kalangan ekonomi kebawah
sehingga ingin melakukan hal yang sama dengan cara apapun. Efek pertama timbulnya
kesenjangan sosial yang amat nyata, efek kedua akan timbul tindak kriminal dari
berkembangnya gengsi itu tadi dan yang terakhir tradisi kalangan menengah keatas tadi lama
kelamaan akan menjadi tradisi wajib bagi warga Jakarta. Sejujurnya tidak ada masalah
dengan penyewaan gedung saat acara walimah, namun disisipkan pemahaman-pemahaman
agar tidak menjadi kecemburuan sosial nantinya, salah satunya dengan mengundang orang-
orang menengah kebawah dan merangkul mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi walimatul ‘ursy?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan walimatul ‘ursy yang sesuai dengan syariat islam?
3. Bagaimana hukum mendatangi undangan walimatul ‘ursy?
4. Apa hikmah dari pelaksanaan walimatul ‘ursy?
BAB II
PEMBAHASAN
من دعي الي وليمة فلم يجب فقد عصي أبا القاسم
‘’Barangsiapa diiundang untuk menghadiri acara walimah, lantas ia tidak menghadirinya
maka ia telah bermaksiat kepada Rasulullah saw’’
Juga hadis
اذا دعي أحدكم فليجب فان كان صاءما فليصل وان كان مفطرا فليطعم
‘’Jika salah seorang diantara kalian menghadiri acara walimah hendaknya menghadirinya.
Jika ia berpuasa hendaknya dia berdoa dan jika ia tidak berpuasa hendaknya makan
makannya’’
Halangan-halangan: Para ulama Syafi’iyah berkata, jika seseorang diundang
menghadiri acara disuatu tempat yang terdapat kemungkaran seperti seruling, gendang, atau
minuman keras; jikalau ia mampu menghilangkan semua itu maka hukumnya ia wajib hadir,
karena menghadiri undangan wajib hukumnya dan demi menghilangkan kemungkaran. Jika
ia tidak mampu menghilangkannya, hendaklah ia tidak menghadirinya. Sebagaimana yang
diriwayatkan Abu Dawud dan Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah saw melarang duduk
didepan meja hidangan yang dipenuhi minuman keras.
Ulama Hanabilah berkata, dimakruhkan menghadiri undangan orang yang didalam
hartanya terdapat harta haram, seperti memakannya, meminumnya menggunakannya,
menerima hadiahnya. Kemakruhan ini menguat dan melemah sesuai dengan banyak dan
sedikitnya harta haram yang terkandung didalamnya. Menurut kesepakatan ulama, dianjurkn
agar memakan hidangan walimah sekalipun orang tersebut puasa sunah. Karena hal itu akan
membuaut gembira orang yang mengundangnya. Barangsiapa mendapatkan undangan
walimah lebih dari satu, hendaknya menghadiri semuanya jika memungkinkan, hendaknya
menghadiri orang yang paling dahulu mengundang, kemudian paling agamis, keluarga
terdekat dan tetangga, serta diundi.
Ulama Malikiyah berkata, menghadiri undangan walimah wajib atas orang yang
diundang secara khusus, jika dalam mejalis tersebut tidak ada orang yang merasa tersakiti
dengan kehadirannnya sebab perkara agama, seperti membicarakan harga diri orang lain.
Atau tidak ada pula yang menyakitinya. Atau didalam majlis ada kemungkaran, seperti duduk
beralaskan sutra, wadah terbuat dari emas atau perak yang digunakan untuk makan, minum,
membakar kemenyan dan sebagainya. Atau didalam majlis tersebut terdapat nyanyian, tarian
perempuan, serta alat music selain rebana, seruling dan terompet. Juga patung-patung hewan
dengan bentuk sempurna dan tiga dimensi yang bukan merupakan ukiran dinding atau
gambar diatas lantai. Karena patung-patung hewan diharamkan secara ijma’ jika berbentuk
sempurna dan tiga dimensi.
Lain halnya dengan patung yang tidak lengkap anggota tubuhnya, sekiranya itu hewan
sesungguhnya maka pastilah tidak akan hidup. Juga beda gambar dengan gambar yang bukan
tiga dimensi, seperti menggambar dikertas atau didinding. Melihat kepada hal-hal yang
haram maka hukumnya juga haram. Sedangkan menggambar selain hewan, seperti kapal dan
pepohonan maka tidak diharamkan.
Diantara halangan-halangan yang menggugurkan kewajiban menghadiri undangan
walimah ialah jumlah yang datang sudah padat, atau pintu tempat undangan ditutup,
sekalipun untuk sekadar musyawarah.
Diantaranya juga; halangan yang membolehkan untuk tidak melaksanakan shalat
jum’at seperti hujan lebat, banjir, lumpur, khawatir hartanya hilang, sakit, merawat kerabat
yang sedang sakit, atau sejenisnya.
Hukum alat-alat musik menurut Malikiyah, seruling dan terompet dimakruhkan jika
tidak terlalu berlebihan sehingga dapat melupakan segalanya. Jika terlalu berlebihan maka
diharamkan, seperti alat-alat musik yang lainnya, alat-alat music yang berdawai, nyanyian
yang berisi kata-kata kotor, atau mabuk-mabukan.
Alat musik rebana tidak dimakruhkan jika tidak ada rumbe-rumbenya (sehingga
menimbulkan bunyi lain), jika tidak demikian maka diharamkan. Gendang besar yang
tertutup kedua sisinya juga dimakruhkan.
Izz bin Abdul Salam bekata, adapun kecapi dan alat-alat lainnya berdawai, seperti
gitar dan cempelung, maka pendapat yang mashur dari empat madzhab ialah memainkan dan
mendengarkannya hukumnya ialah haram. Pendapat yang paling benar ialah hal tersebut
termasuk dosa-dosa kecil. Sebagian dari kalangan sahabat, tabi’in dan para imam mujtahid
membolehkan hal itu. Imam Ghazali mengatakan didalam kitabnya Al Ihya dalil teks dan
qiyas semuanya menunjukkan akan kebolehan mendengar dan alat musik seperti stik,
gendang, rebana dan lain-lain. Tidak ada yang dikecualikan dari hal itu melainkan nyanyian
yang membuat lupa, alat music yang berdawai serta seruling yang telah diharamkan syariat,
bukan karena hal itu enak didengar. Sebab kalau pengharamannya karena enak didengar,
pastilah hukumnya akan diqiyaskan kepada hal-hal yang enak menurut manusia.
Adapun tarian para ahli fiqh berbeda pendapat. Sebagian berpendapat bahwa itu
hukumnya makhruh dan ada pendapat boleh. Sebagian lainnya berpendapat bahwa harus
dibedakan antara orang-orang yang berprofesi sebagai penari dengan yang lainnya. Menari
boleh dilakukan bagi orang-orang yang berprofesi penari dan makruh bagi orang-orang selain
mereka. Izz bin Abdus Salam berkata, pendapat ini yang dapat diterima, mayoritas para
fuqaha yang membolehkan mendengarkan music berpendapat demikian.
D. Hikmah Syariat Walimatul ‘Ursy
Adapun hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan walimatul ‘ursy ialah untuk
mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa akad nikah sudah terjadi sehingga semua
pihak mengetahuinya dan tidak ada tuduhan dikemudian hari. Ulama Malikiyah dalam tujuan
untuk memberitahu terjadinya perkawinan itu lebih mengutamakan walimah dari
menghadirkan dua orang saksi dalam akad perkawinan.
Adanya perintah Nabi, baik dalam arti sunah atau wajib, mengadakan walimah
mengandung arti sunah mengundang khalayak ramai untuk menghadiri acara itu dan
memberi makan hadirin yang datang. Tentang hukum menghadiri walimah itu bila diundang
pada dasarnya ialah wajib. Jumhur ulama yang berprinsip tidak wajibnya mengadakan
walimah, juga berpendapat wajibnya mendatangi undangan walimah itu. Kewajiban
mengunjunginya walimah itu berdasarkan kepada suruhan khusus Nabi untuk memenuhi
undungan walimah itu sesuai dengan sabdanya yang bersumber dari Ibnu Umar dalam hadis
yang muttafaq ‘alaih
قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم اذا نودي أحدكم الي وليمة فليأتها
Nabi Muhammad saw bersabda: ‘’Bila salah seorang diantaramu diundundang untuk
menghadiri acara walimatul ‘ursy, hendaklah kamu mendatanginya’’
Lebih lanjut Ulama Zahiriyah yang mewajibkan mengadakan walimatul ‘ursy itu
dengan ucapannya bahwa seandainya yang diundang itu tidak sedang berpuasa dia wajib
makan dalam walimah itu, namun apabila ia berpuasa wajib juga mengunjunginya, walau dia
hanya sekadar memohonkan doa untuk yang mengadakan walimah ditempat walimah
tersebut.
Kewajiban menghadiri walimah sebagaimana yang dijelaskan ditujukan kepada
orang-orang tertentu dalam arti secara pribadi diundang. Hal ini mengandung arti bila
undangan walimah itu disampaikan dalam bentuk massal seperti melalui media massa, maka
hukumnya menjadi tidak wajib.
Untuk menghadiri walimah biasanya berlaku hanya satu kali. Namun bila yang punya
hajat mengadakan walimah untuk beberapa dan sesorang diundang untuk setiap kalinya dan
mana yang seharusnya dihadiri, ini masih menjadi perbincangan dikalangan ulama. Jumhur
ulama termasuk Imam Ahmad berpendapat bahwa yang wajib dihadiri ialah walimah pada
hari pertama, hari kedua hukumnya sunah dan hari selanjutnya tidak lagi sunah hukumnya.
Mereka melandaskan pendapatnya pada hadis Nabi yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu
Majah
اذا اجتمع داعيان أجب اقربها باب وان سبق أحدهما فأجب الذي سبق
Bila bertemu dua undangan dalam satu waktu yang sama, perkenankanlah mana yang
terdekat pintunya dan bila salah seorang lebih dahulu, maka perkenankanlah yang lebih
dahulu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita mempelajari makalah tentang walimatul ursy, dapat disimpulkan bahwa
hukum untuk mengadakan walimah dalam pernikahan ialah sunnah, dan hukum mendatangi
walimah ialah wajib bila dalam walimah tersebut tidak melanggar syari’at islam dan tidak
adanya hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya kemaksiatan.
Mengadakan walimah hendaklah sesuai kemampuan, tidak pilih-pilih untuk
mengundang seseorang, menghormati para tamu undangan, menghidangkan makanan yang
baik, dan diperkenankan mengadakan walimah tiga hari setelah akad pernikahan. Tujuan
utama diadakannya walimah adalah agar masyarakat sekitar dapat mengetahui tentang
pernikahan seseorang, agar tidak timbul fitnah dan prasangka yang akan terjadi dikemudian
hari.
Bagi seseorang yang mendatangi walimah terdapat tatakrama yang dilakukan yaitu
datang ke walimah dengan gembira dan berniat menyemarakan perayaan sang pengundang,
menghindari makanan yang wadahnya dari emas dan perak, dianjurkan pula mendoakan bagi
kedua mempelai, dan menghindari ucapan-ucapan selamat seperti yang dilakukan oleh orang
jahiliyyah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwan. 2006. Tata Cara Meminang Dalam Islam.(Jakarta: Qitshi Press)
Abdul Mun’im,Salim Amru. 2008. Panduan Lengkap Nikah. (Solo: Daar An Naba)
Amir Syarifuddin. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia .(Jakarta:Prendada Media)
Hafizh Ali Syuasyi’. 2007. Kado Pernikahan.(Jakarta: Pustaka Al Kautsar)
Wahbah Al-Zuhaili. 2007. Fiqh Islam wa Adillatuhu. (Depok: Gema Insani)