Anda di halaman 1dari 6

Makalah Ilmiah

WALIMATU AL-URS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah fikih usrah


Dosen pengampu: mar’atush sobriyah. A, S.Pd.I.

Disusun Oleh :
Luthpia Az-Zahrah
NIM : 021.016.0408

PROGRAM STUDI ISLAM JURUSAN FIKIH DAN USHUL FIKIH


MA’HAD ‘ALY HIDAYATURRAHMAN
SRAGEN
2023
I. PENDAHULUAN
Walimatu al-urs merupakan acara yang pastinya sangat dinantikan dalam sebuah
acara pernikahan, karena biasanya para sanak keluarga, tetangga dekat maupun jauh akan
datang sebagai simbol ikut berbahagia akan pernikahan sepasang manusia yang terjadi, dan
merupakan ungkapan rasa syukur pada Allah atas kebahagiaan tersebut. Namun, pada acara
walimah tersebut masih banyak yang belum mengerti apa tujuan mengadakan walimah itu
sendiri. karena itulah hendaknya kita mengetahui hal-hal yang bersangkutan dengan walimatu
al-urs tersebut seperti hukum mengadakannya, waktunya, dan kadar walimah itu sendiri
supaya menjauhkan dari mubazir , bahkan tentang hukum memenuhi undangan walimah serta
syarat-syarat apa saja yang menjadikan walimah tersebut pantas untuk dihadiri, untuk itu
penulis akan membahas tentang hal-hal yang tersebut diatas untuk membantu pembaca
mengetahuinya dan membantu penulis juga untuk lebih memahami hal-hal yang berkaitan
dengan walimatu al-urs itu sendiri.

II. DEFINISI WALIMAH


Walimah merupakan pecahan kata dari al-walma, yang bermakna perkumpulan.
Dinamakan perkumpulan karena berkumpul didalamnya sepasang suami istri.1
Imam syafi’i dan para ulama madzhab berkata bahwasannya walimah adalah sebutan untuk
setiap acara kebahagiaan seperti pernikahan, khitanan atau selainnya.2

III. HUKUM WALIMATU AL-URS


Dalam madzhab syafi’i hukum mengadakan walimatu al-urs sendiri adalh sunnah
mu’akadahseperti halnya hukum memotong hewan kurban dan waliamh-walimah lainnya.3

IV. KADAR HIDANGAN MAKANAN WALIMATU AL-URS


Walawpun hukum mengadakan walimah merupakan sunnah mu’akadah, rasulullah
tidak pernah tidak mengadakan walimah ketika ada pernikahan bahkan saat safar sekalipun,
sepertti yang diceritakan dalam salah satu hadits bahwasannya rasulullah tetap mengadakan
walimatu al-urs pernikahannya dengan shafiyyah meski saat itu dalam keadaan safar.
1
Musthofa Al-Khon dkk, Al-Fikih Al-Manhaji ‘ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i,( Damaskus: Dar Al-
Qalam, 1992), Jilid 4, hal.96
2
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini Ad-Damasyqi Asy-Syafi’i, Kifayah Al-
Akhyar fi Haali Ghoyati Al-Ikhtishor,( Jakarta: Dar Al-Kitab Al-Islamiyah), 2004, hal.64
3
Imam Az-zakariya Muhyiddin Yahya bin Syarof An-Nawawi, Roudhoh Ath-Tholibin,( Kairo:
Syirkatu Al-Quds : 2017), Jilid 4, hal. 241

1
Adapun kadar mengadakan walimatu al-urs rasulullah tidak mencontohkan untuk berlebihan
ketika mengadakannya, bahkan ketika beliau mengadakan walimatu al-urs ketika
pernikahannya dengan shafiyyah, beliau mengadakannya cukup dengan gandum dan kurma. 4
Pada sebuah riwayat hadits yang berbunyi,
)‫ َاْو َلْم َلْو ِبَش اٍة ( متفق عليه‬: ‫قال رسول هللا صلي هللا عليه و سلم لعبد الرحمن‬
“ maka telah berkata rasululah shalallahu ‘alaihi wassalam kepada ‘abdurrahman :
adakanlah walimah walawpun hanya dengan satu kambing”5

Pada hadits tersebut terdapat kata ”bisyattin” yang bermakna bukanlah pembatasan
melainkan hanya batas minimal yang pantas bagi seorang yang mampu dalam mengadakan
walimatu al-urs, hadits ini merupakan juga hadits yang menganjurkan untuk mengadakan
walimtu al-urs walawpun hanya dengan seekor kambing.6
Menurut seorang qodhi bernam ‘iyadh, ulama bersepakat bahwasannya tidak ada
kadar maksimal hidangan dalam walimatu al-urs, adapun kadar minimalnya dengan satu ekor
kambing, karena ini bertujuan untuk mempermudah untuk mengadakan walimatu al-urs, dan
lebih baiknya lagi dalam menentukan kadar hidangan makanan walimatu al-urs hendaknya
melihat kemampuan suami untuk mengadakan walimatu al-urs.7

V. WAKTU PELAKSANAAN WALIMATU AL-URS


Adapun waktu pelaksanaan walimatu al-urs tidak ada waktu pengkhususan dalam
pelaksanannya, menurut isthinbat imam as-subki dalam hal ini beliau mengambil dari
perkataan imam al-bughowi bahwasannya waktu walimah itu panjang mulai dari selesainya
akad nikah dan tidak ada pembatasan waktunya, namun afdholnya mengadakan walimatu al-
urs adalah setelah terjadinya jima’ antara sepasang suami istri.8

VI. HUKUM MEMENUHI UNDANGAN WALIMATU AL-URS


Pada saat walimatu al-urs, pastilah si penyelenggara akan mengundang para tamu
untuk memeriahkan acara kebahagiaan tersebut, disunnhakan bagi pemilik walimatu al-urs
untuk mengutamakan yang terdekat terlebih dahulu seperti saudara karib kerabat lalu

4
Abi Hamid Muhammmad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali, Al-Wasith fii Al-Madzhab,
(Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001), Jilid 3, hal. 221
5
Al-imam Asy-Syaukani, Nail Al-Author, (Kairo: Dar Al-Hadits, 2005), Jiliid 6, hal. 564
6
ibid
7
ibid
8
Al-Khothib Asy-Syirbini, Al-Iqna’, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2011), Jilid 6, hal 273

2
tetangga dekat di sekitar rumah dan tidak menkhususkan mengunadang orang orang kaya. 9
Bagi tamu undangan hukumnya fardhu ‘ain untuk memenuhi undaangan, yang bermakna
tidak gugur kewajibannya kecuali ia telah menunaikannya sendiri kewajiban tersebut. Wajib
menghadiri walimatu al-urs tersebut apabila memenuhi beberapa syarat berikut ini, yang
mana apabiala ada salah satu syarat yang tidak terpenuhi, maka gugurlah kewajiban tersebut.
Adapun syarat wajibnya ialah;

1. Hendaknya pada walimah tersebut, tidak menghadirkan hal-hal yang diharamakan


seperti seruling dan khomr. Apabila dengan kehadirannya ke walimatu al-urs tersebut
mampu menghilangkan perkara haram tersebut maka ia wajib hadir, namun apabila ia
tidak mampu menghilangkannya maka ia tidak wajib hadir.10
2. Hendaknya yang mengundang adalah orang yang menjauhi haram, bukan orang yang
dzolim dan bukan pemilik harta haram. Bila kebanyakan harta yang ia miliki adalah
haram makruh hukumnya untuk menghadiri, dsn apabila keseluruhan hartanya
adalaah haram maka haram pula menghadiri walimatu al-urs tersebut.11
3. Apabila acara walimatu al-urs tersebut diselenggarkan lebih dari satu hari maka cukup
hadir dihari pertama saja, adapun bila dtaang dihari kedua tidak wajib tapi
disunnahkan, adapun bila datang di hari ketiga maka hukumnya makruh12
4. Hendaklah yang diundang tidak memiliki udzur sehingga menghalangi kehadirannya
seperti sakit, atau menjaga hartanya, takut akan gannguan musuh. Apabila ada uzur
mka gugur kewajiban untuk memenuhi undangan13
5. Dan tidak gugur kewajiban menghadiri undangan bagi yang berpuasa, kaarena yang
diwajibkan itu adlah memenuhi undangan bukan makan dari walimatu al-urs tersebut.
Apabila yang menghadiri itu berpuasa sunnah maka afdhol untuk berbuka dan
menikmati makanan yang dihidangkan karena itu membuat yang mengundang
senang.14

VII. Penutup
9
Muhammad Az-Zuhayli, Al-Mu’tamad fi Al-Fikih Asy-Syafi’i,( Damaskus : Dar Al-Qalam, 2021), Juz
4 hal. 77
10
ibid
11
ibid
12
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Al-Khothib Asy-Syirbini Al-Mishri, Mughni Al-Muhtaj,( Beirut
: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2014,) Jilid 3, hal. 300
13
ibid
14
Muhammad Az-Zuhayli, Al-Mu’tamad........., hal.79

3
Alhamdulialh telah selesai penulis pada sedikit pembahasan tentang walimatu
al-urs diatas, adapun makalah ini bertujuan untuk menjadi pengetahuan untuk
pembaca maupun penulis sendiri. Semoga adanya makalah ini mampu digunakan
sebagaimana fungsinya dan digunakan dengan sebaik-baiknya, adapun berkenaan
dengan keslahan-kesalahan yang mungkin pembaca dapatkan pada makalah ini
penulis mohon maaf dan meminta do’a agar kesalahan tersebut mampu dibenahi agar
makalah i i menjadi lebih baik, wallahu a’lamu bishawab.

4
DAFTAR PUSTAKA

Damasyqi , Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini Ad-, Kifayah Al-
Akhyar fi Haali Ghoyati Al-Ikhtishor, Jakarta: Dar Al-kitab Al-Islamiyah, 2004.

Ghozali, Abi Hamid Muhammmad bin Muhammad bin Muhammad Al-, Al-Wasith fii Al-
Madzhab, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001.

Khon, Musthofa Al-, dkk., Al-Fikih Al-Manhaji ‘ala Madzhab al-Imam Asy-Syafi’i,
Damaskus : Dar Al-Qalam, 1992.

Mishri, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Al-Khothib Asy-Syirbini Al-, Al-Mughni Al-
Muhtaj, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2014.

Nawawi, Az-Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syarof An-, Roudhoh Ath-Tholibin, Kairo:
Syirkatu Al-Quds, 2017.

Syaukani, Al-Imam Asy-, Nail Al-Author, Kairo: Dar Al-Hadits, 2005.

Syirbini, Al-Khothib Asy-, Al-Iqna’, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2011.

Zuhaili, Muhammad Az-, Al-Mu’tamad fi Al-Fikih Asy-Syafi’i, Damaskus: Dar Al-Qalam,


2021.

Anda mungkin juga menyukai