Anda di halaman 1dari 95

HADIAH PENGANTIN

Alhamdulillah, segala puji senantiasa tercurah kepada Allah SWT yang telah
menjadikan manusia berpasang-pasangan, diciptakan pasangan bagi manusia untuk
menenangkan syahwat mereka dari kejahatannya dan untuk meningkatkan derajat
mereka disisi Allah SWT.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah bersabda, “ nikah adalah Sunnahku, barangsiapa yang cintai fitrahku, maka
bersunnahlah dengan sunnahku”,1 “wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian
yang memiliki kemampuan, maka hendaknya ia menikah”2.

Buku kecil ini ditulis ketika saya merasa bahwa ilmu semacam ini sudah sangat
jarang dipelajari. bahkan saya seringkali bertanya kepada orang-orang yang sudah
bertahun-tahun menikah tentang doa berjima‟, hampir 80 % dari mereka tidak ada yang
hapal, bahkan tidak tahu bahwa berjima‟ ada doanya. Terlebih lagi Bagaimana jika saya
tanya tentang fiqh munakahat, tentang talaq, tentang masa iddah, tentang nafkah dll.
sudah pasti mereka lebih tidak tahu lagi.

Dan yang lebih parahnya, banyak dari mereka yang sudah menikah itu sudah
tertalaq secara tidak sadar. Parahnya, mereka masih serumah dan masih satu atap.
Bahkan mereka masih berhubungan badan, padahal manakala seorang perempuan sudah
ditalaq oleh suaminya berulang-ulang kali, dapat dipastikan sudah terjatuh talaq ba‟in
kepadanya, sehingga sang perempuan sudah bukan lagi menjadi istrinya. maka
konskuensinya adalah haram bagi mereka untuk berjima‟ sebab perempuan itu bukan
lagi menjadi istrinya. Dan ketika ada laki-laki dan perempuan yang bukan pasangan

1
HR. Abu Ya’la, dengan sanad yang hasan.
2
HR. Shahih Bukhari (4677) riwayat abdullah bin mas’ud dalam bab nikah.
HR. Muslim (2485 dan 2486) riwayat Abdullah bin mas’ud dalam kitab nikah.
HR. Turmudzi (1083) riwayat Abdullah bin mas’ud dalam kitab nikah.
HR. Sunan an-Nasai (1845) riwayat Abdullah bin mas’ud dalam kitab nikah.

1
suami-istri melakukan suatu hubungan, maka terhitung anak hasil hubungan tersebut
dihukumi sebagai anak hasil zina.

Oleh karnanya, buku ini ditulis dan dikarang seraya mengharapkan ridho Allah
SWT dan Rasulullah SAW Dan agar alfaqir mendapatkan syafaat Rasulullah SAW dihari
kiamat kelak. Dan Semoga apa yang ditulis ini benar dan memberikan manfaat untuk
penulis dan pembaca, dan mengampuni serta memaafkan kesalahan penulis dalam niat
maupun perbuatan . Aamiin

Persiapan sebelum pernikahan

Umumnya, orang-orang yang jauh dari tuntunan agama dan jauh dari majelis
ilmu sangat menyepelekan ilmu ini. Bagi mereka, menikah hanyalah sekedar memenuhi
kebutuhan psikologis manusia sebagaimana umumnya, dan juga sebatas bisa memiliki
orang yang mereka cintai dan memperbanyak keturunan. Padahal, menikah bukan hanya
sebatas itu, Menikah adalah ibadah. Ia sama dengan shalat, zakat, puasa dan haji.
Bahkan, ibadah menikah itu adalah ibadah terpanjang dan terlama jika dibandingkan
dengan ibadah lain, sebab waktunya adalah sepanjang usianya atau sepanjang masa
pernikahannya.3

Jika shalat fardhu yang waktunya hanya 5 kali sehari semalam, zakat yang
waktunya ketika jauh nishab dan haul, haji yang hanya dilakukan beberapa hari saja
harus dilandasi dengan ilmu, maka sudah sangat pasti pernikahan yang merupakan
ibadah juga harus didasari dengan ilmu.

3
Didalam Madzhab al-Imam as-Syafi’i, dalam Qaul ashoh, bahwa menikah hukumnya mubah. Bahkan
dalam madzhab Syafi’i menikah bukanlah ibadah melainkan adalah sebuah perkara duniawiyyah, Ia
seperti jual beli atau akad-akad yang lain. Dengan dalil bahwasanya orang kafir bisa dianggap sah
pernikahannya. Sekiranya pernikahan itu ibadah, maka orang kafir tidak akan sah pernikahannya. Sebab,
tujuan dari pernikahan adalah memenuhi kebutuhan syahwat diri sendiri. Sedangkan amal ibadah itu
ditujukan pasti untuk Allah bukan untuk diri sendiri. (Fiqh Islam Wa adillatuhu- Wahbah Zuhaili). Akan
tetapi, jika seseorang yang menikah itu berniat dengan nikahnya untuk menjaga kesucian diri,
menghasilkan keturunan maka menjadi sunnah. (al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah).

2
Namun sangat disayangkan, banyak sekali muda-mudi yang menikah namun
mereka tidak memiliki ilmu yang memadai untuk mengarungi bahtera rumah tangga,
sehingga mereka gagal dalam rumah tangganya. Maka sebab itulah ada beberapa
persiapan yang harus disiapkan sebelum kita masuk kedalam jenjang pernikahan.

Hal-hal yang harus disiapkan seorang lelaki ketika hendak menikah :

1. Mempelajari bab Thaharah (Air, Wudhu, Mandi, Tayammum dll)4


2. Mempelajari bab Haid, Nifas dan Istihadoh
3. Mempelajari Bab Fiqh ibadah terkhusus Bab Shalat, Puasa dan Zakat
4. Mempelajari tentang fiqih muamalah (bacalah kitab Matan Taqrib)
5. Mempelajari Ilmu tentang Bab Munakahat (bacalah kitab matan taqrib)
6. Mempelajari kitab Uqudulujjain & Qurrotul Uyun yang terkait hak dan adab
7. Mencari pasangan yang solehah
8. Mencari pasangan yang sekufu‟ (selevel atau sederajat tingkat kehidupannya)
9. Mencari pasangan yang disenanginya
10. Mempersiapkan Modal untuk menikah, untuk mahar dan lain-lain
11. Mempersiapkan tempat tinggal, pakaian dan makanan dan hal-hal yang
dibutuhkan dalam pernikahan

4
Kitab Matan Rujukan dalam Madzhab aS-Syafi’i :
1. Safiinah an-Najaa - Salim bin Sumair al-Hadromi (1271 H)
2. Safiinah as-Shalah - Abdullah bin Umar al-Hadromi (1265 H)
3. Matan Ghayah wa Taqriib - Abu Syuja' (593 H)
4. Qurrotul 'ain bin Muhimmah ad-Din - al-Malibari (1028 H)
5. Risalah al-Jaami'ah - Ahmad bin Zein al-Habsyi (1145 H)
6. Muqoddimah Hadromiyyah - Abdullah bin Abdurrahman Bafadhl (918 H).
7. Riadhul Badi'ah - Syaikh Faadhil Muhammad Hasbullah
8. Manhaj at-thullab - Syaikh Zakariya al-Ansori (926 H)
9. Minhaj at-Thaalibin - Yahya bin Syarah an-Nawawi (676 H)
10. Yaquutunnafis - Ahmad bin umar as-Syatiri (1360 H)

3
Persiapan sebelum menikah
Belajar Kitab Thaharah
Jika kita ingin permudah, sebenarnya mempelajari kitab thaharah itu mudah. Kitab
thaharah hanya mencakup beberapa bab :

a. Bab Air
b. Bab Wudhu
c. Bab Tayammum
d. Bab Mandi
e. Bab Istinja
f. Bab Najis
g. Bab yang terkait perempuan secara khusus
a. Haid
b. Nifas
c. Istihadoh
d. Wiladah

Bab-bab ini semua wajib diketahui oleh seorang yang akan menikah. Sebab
didalam pernikahan nanti kita akan dihadapi masalah-masalah yang terkait dengan ini.
Semisal, kita berjima‟ setelah itu kita menjadi berhadats, nah bagaimanakah cara
menghilangkan hadats besar itu jika tidak mempelajari tentang bab Mandi?, contoh lain,
misalnya kita memiliki anak kecil (bayi) yang kencing sembarangan. Bagaimana caranya
kita membersihkan kotoran / najisnya sehingga menjadi suci lagi tempat yang dikencingi
tersebut jika kita tidak belajar ilmu tentang najis dan cara menghilangkannya?, terlebih
masalah haid, nifas dan istihadoh. Ilmu ini sangat wajib dipelajari oleh sang suami, sebab
nanti ia harus mengajari istrinya ilmu tersebut sebagai bentuk hak seorang istri terhadap
suami, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Nawawi5 dalam Uqudulujjain.

5
Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani (bahasa Arab: ً‫دمحم نووي الجاوي البنتن‬‎) (lahir di Tanara, Serang, 1230
H/1813 M - meninggal di Mekkah, Hijaz 1314 H/1897 M) adalah seorang ulama Indonesia bertaraf
Internasional yang menjadi Imam Masjidil Haram. Ia bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten,
Indonesia. Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya
tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Dll.
(Wikipedia)

4
Maka sebab itu, buku yang singkat ini membahas tentang masalah yang terkait
thaharah agar seorang suami memahami betul tentang cara-cara yang benar dalam
wudhu, mandi, thaharah dan lain-lainnya. Dan Kita akan membahas satu persatu dari
tiap-tiap bab dengan singkat, jelas dan padat.

BAB AIR

Dalam kitab matan ghayah wa taqrib6 yang dikarang oleh al-Imam Abu Syuja‟7
disebutkan bahwasanya air mutlak (yang bisa dipakai thaharah) terbagi menjadi 7:

1. Air Hujan
2. Air Es8
3. Air salju
4. Air sungai
5. Mata air
6. Air laut
7. Air Sumur

6
Kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib atau yang lebih dikenal sebagai Matan Abu Syuja adalah kitab fikih ringkas
milik mazhab Syafi'i yang dikarang oleh Al-Qadhi Abu Syuja. Kitab ini disebut juga Al-Ghayah al-Ikhtishar
atau Mukhtashar Abu Syuja. Kitab ini banyak dipelajari dipondok-pondok pesantren di Indonesia, karena
kebanyakan mengikuti mazhab fikih Imam asy-Syafi'i.
7
Abu Syuja adalah seorang alim, Ahli fikih, Imam dan Syaikh dari Mazhab Syafi'i. Dia adalah pengarang
kitab matan fikih yang populer di dalam mazhab Syafi'i yang berjudul Al-Ghayah wa At-Taqrib (Matan Abu
Syuja). Namanya adalah Ahmad bin al-Husain bin Ahmad Al-Ashfahani yang dikenal dengan nama Al-
Qadhi Abu Syuja' (Bapak para pemberani). Sebutan dan Kunyah Abu Syuja’ disandangkan kepadanya,
karena dia adalah seorang ulama yang pemberani dalam menegakkan kebenaran dan tidak takut dengan
cacian orang lain di dalam menegakkan keadilan. Ayahnya berasal dari Asfahan, Persia (sekarang Iran)
namun dia dilahirkan di Basrah, Irak pada tahun 433 H. Dia belajar dan mengajar fikih Imam asy-Syafi’i di
Basrah selama 40 tahun kemudian hijrah ke kota Madinah dan wafat disana pada tahun 593 H dalam usia
156 tahun. (Wikipedia)
8
Dalam bahasa arabnya disebut dengan ‫ ماء البرد‬lebih tepat diterjemahkan Air es, bukan embun. Syaikh
Nawawi al-Bantani mendefinisikan ‫ ماء البرد‬dengan :
‫وهو النازل من السماء جامدا كالملح ثم ٌنماع على األرض كما ٌوجد فً مكة‬
“Ia adalah air yang turun dari langit dalam keadaan membeku seperti garam kemudian mencair di atas
permukaan bumi sebagaimana yang ada di Makkah.”

5
Adapun air jika ditinjau dari bisa atau tidaknya dipakai untuk thaharah terbagi
menjadi 49 :
1. Thohir Mutohhir (suci mensucikan). Contohnya adalah air mutlak.
2. Thohir Muthohir makruh (suci mensucikan namun makruh), contohnya Air
Musyammas (air yang terkena langsung oleh sinar matahari yang ada diwadah yang
terbuat dari timah atau tembaga yang mana iklim negara itu panas seperti
Hadramaut dll).
3. Thohir ghairu mutohhir (suci tapi tidak mensucikan).
a. Air musta‟mal (air yang sudah dipakai bekas Tharahah Wajib seperti Wudhu
atau mandi).
b. Air Mukhltalath (Air suci yang kecampuran benda suci), seperti Air kopi, Air
gula, Air jus dll.
4. Ma‟un Najis / Mutanajjis (air najis atau air yang kejatuhan najis).

BAB WUDHU

Rukun wudhu ada 6 :10


1. Niat ketika membasuh wajah
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan sampai sikut
4. Mengusap sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
6. Berurutan (Tertib)

Sunnah berwudhu :

1) membaca basmalah
2) Bersiwak (sebelum membasuh tangan)
3) Membasuh pergelangan tangan

9
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal. 57
10
Qaul mu’tamad dalam madzhab as-Syafi’i, Al-Mu’tamad Fi Fiqh as-Syafi’i, Jilid 1, Hal 69.

6
4) Berkumur (dengan tangan kanannya)
5) Istinsyaq (menghisap air kehidung dengan tangan kanan) & Istintsar
(mengeluarkannya dengan tangan kiri).
6) Memulai basuhan wajah dari atas
7) Mengambil air dengan kedua tangan
8) Membersihkan bagian-bagian yang terlupakan diwajah
9) Membasuh kedua telinga
10) Memanjangkan basuhan melebihi yang wajib
11) Menggosok-gosoknya
12) Menyela-nyela jenggot
13) Mendahulukan yang kanan
14) Bersambung (muwalah)
15) Membasuh seluruh kepala
16) Membasuh telinga

Hal yang membatalkan wudhu11 :

1. Setiap apa yang keluar dari salah satu dari 2 jalan, baik itu buang air kecil atau
besar, baik itu darah maupun angin. Kecuali air mani.
2. Tidur dalam posisi yang tidak menetap
3. Hilangnya akal dengan sebab mabuk, ighma (pingsan), sakit (koma) atau gila
4. Seorang lelaki menyentuh istrinya atau perempuan yang bukan mahromnya
(ajnabi).
5. Menyentuh kemaluan atau dubur dengan perut jarinya.

11
Al-Mu’tamad Fi Fiqh as-Syafi’i, Jilid 1, Hal 85.

7
Hal-hal yang makruh dalam berwudhu :

Menambah dari 3 basuhan (yang yakin) ‫ الزيادة ىلع اثلالث‬.1


Berlebihan dalam memakai air ‫ اإلرساف يف املاء‬.2
Mendahulukan yang kiri dari yang kanan ٍَ‫ حلديً اىيرسي ىلع احل‬.3
Memukul wajah dengan air ‫ رضب الٔجّ ةاملاء‬.4
Menyuruh orang untuk mensucikan anggota
‫ االشخعاُث ةٍَ يغصو هل أعظاء ٌَ غري عذر‬.5
wudhunya tanpa udzur
Berlebihan dalam berkumur dan istinsyaq
ً‫ املتاىغث يف املظٍظث واالشخنشاق ليصائ‬.6
bagi orang yang berpuasa
Mengeringkan air bekas wudhu dengan 12
‫ حنشيف املاء ةاملِديو ةال عذر‬.7
handuk tanpa adanya udzur
Berwudhu diair yang tidak mengalir tanpa
‫ الٔطٔء يف املاء الراند ةال عذر‬.8
udzur
Menyibukkan dengan sunnah-sunnah ketika
‫ اشخغال ةالصنن خني طاق الٔكج‬.9
waktu sempit
Menyibukkan dengan sunnah-sunnah ketika
‫ اشخغال ةالصنن خني خيف فٔات اجلٍاعث‬.11
tertinggal jamaah

12
Al-Fiqh al-Manhaji fi Madzhab al-Imam as-Syafi’i, Jilid 1, Hal. 16

8
BAB TAYAMMUM

Syarat bolehnya tayammum13

1. Tidak ditemukannya air, baik dalam keadaan safar (berpergian) atau adanya air
namun air tersebut dibutuhkan untuk minum.
2. Airnya ada dengan yakin, namun jarak yang ditempuh sangat jauh seperti 2,5 kilo
meter.
3. Sulitnya menggunakan Air, baik secara kasat mata seperti sumber airnya dekat,
namun didekat situ terdapat musuh yang ditakuti. Atau secara syara‟ seperti jika
ia memakai air maka akan timbul penyakit, atau bertambah sakit atau
penyakitnya semakin lama sembuhnya.
4. Cuaca yang sangat dingin dan ia tidak mampu untuk menghangatkannya.

Syarat tayammum14

1. Mengetahui akan masuknya waktu sholat


2. Mencari air setelah masuknya waktu
3. Debu yang berasal dari tanah (madzhab Syafii), debu yang menempel
(madzhab lain).
4. Menghilangkan najisnya terlebih dahulu (jika tidak ada air, lalu kemudian ia
bertayammum akan tetapi masih ada najisnya, maka kemudian ia sholat, nanti
ketika ada air ia wajib membersihkannya dan mengqodho sholatnya).
5. Berusaha untuk mencari arah kiblat sebelum tayammum

13
Al-Fiqh al-Manhaji fi Madzhab al-Imam as-Syafi’i, Jilid 1, Hal. 93.
14
Al-Fiqh al-Manhaji fi Madzhab al-Imam as-Syafi’i, Jilid 1, Hal. 93.

9
Rukun tayammum

1. َ ‫ٌوَت ال َت ٍَ ُّه َن ال ِْس ِت َبا‬


Niat tayammum : ‫ح ِة الصالة لله تعالى‬ ُ
a. Waktunya ketika hendak mengusapkannya ke wajah sampai kewajah.
(kalau terlupa dan ingatnya ketika mengusapkannya kewajah maka tetap
sah menurut Imam ar-Ramli).
b. Sebelum diusapkan disunnahkan ditiup atau ditepukkan. Sebagaimana
hadits Rasulullah SAW.

ِ ‫ح بِ ِه َها َوجْهَ ُه َوكَ َّف ٍْه‬ َ ‫ ثُ َّن َو‬,‫ٍِه َها‬


َ ‫س‬ ِ ‫خف‬َ ‫ َوٌ َ َف‬,‫ب بِكَ َّف ٍْ ِه ا َ ْْل َ ْر َض‬
َ ‫ َو َض َر‬:‫ي‬ َ ‫َو ِفٌ ر ِ َوا ََ ٍة لِ ْل ُب‬
ِّ ِ ‫خار‬
Dalam suatu riwayat Bukhari disebutkan: Beliau menepuk tanah dengan
kedua telapak tangannya dan meniupnya, lalu mengusap wajah dan kedua
telapak tangannya.15

2. Mengusap wajah dan tangan sampai siku (madzhab syafii & hanafi)
b. Jika wajib juga menyela-nyela jari dengan cara tasybik (madzhab Syafii).
c. wajib meratakan keseluruh wajah sampai kejenggot tetapi tidak
memasukkannya kesela-sela jenggot dan kumis.
d. Jika memakai cincin maka wajib untuk melepaskannya
3. Tertib

Yang Membatalkan tayammum16 :

1) Segala yang membatalkan wudhu


2) Menemukan air
Namun apabila ia menemukannya setelah ia selesai melaksanakan sholat, maka
sholatnya tetap sah dan apabila ingin mengulanginya pun tak menjadi masalah.
3) Mampu menggunakan air, seperti orang yang tadinya sakit kemudian sembuh.
4) Murtad (riddah)

15
HR. Bukhari, No. 338, bab Tayammum.
16
Al-Fiqh al-Manhaji fi Madzhab al-Imam as-Syafi’i, Jilid 1, Hal. 97

10
BAB MANDI
Pembagian mandi :

1. Mandi wajib, sebab 6 perkara : Haid, Nifas (Wiladah), Mati, Keluar mati, Jima‟,
masuk islam.17
2. Mandi sunnah, seperti :
a. Mandi dihari jumat
b. Mandi di 2 hari raya
c. Mandi untuk shalat gerhana matahari dan bulan
d. Mandi untuk shalat istisqo
e. Mandi karena setelah memandikan mayyit
f. Mandi karena ihram
g. Mandi ketika hendak memasuki kota makkah
h. Mandi ketika wuquf diarafah
i. Mandi untuk melempar jumrah
j. Mandi ketika hendak masuk kota madinah
3. Mandi mubah, yaitu mandi untuk kesegaran dan kebugaran, atau untuk bersih-
bersih tanpa ada niat untuk ibadah.18
4. Mandi makruh, yaitu mandi dengan cara berendam bagi orang yang berpuasa
5. Mandi haram sah, yaitu mandi dengan air ghosob19
6. Mandi haram tidak sah, yaitu orang yang masih keluar darah nifas akan tetapi dia
malah mandi wajib dengan niat mandi wiladah. Ini termasuk mandi yang haram,
karena mandi wiladah itu lakukan, jika ketika setelah melahirkan tidak keluar
darah sama sekali, barulah diwajibkan mandi wiladah. Namun, jika setelah
melahirkan masih keluar darah nifas, baik itu keluar 1 minggu, 40 hari atau 60
hari, maka selama ia keluar darah nifas, haram mandi dengan niatan mandi wajib
(mandi wiladah).20

17
Al-Mu’tamad Fi Fiqh as-Syafi’i, Jilid 1, Hal 127.
18
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 113
19
Ghasab adalah Suatu tindakan dimana seseorang memakai barang orang lain tanpa seizinnya.
20
Al-Mu’tamad Fi Fiqh as-Syafi’i, Jilid 1, Hal 129. Dengan teks : “dan termasuk nifas, yaitu melahirkan
tanpa basah (darah), maka apabila seorang perempuan melahirkan, kemudian ia tidak melihat darah
sama sekali, maka ia wajib mandi (yakni mandi wiladah), karena anak itu hakikatnya adalah air mani.

11
Penyebab Mandi hadats

1. ‫( إَالج الحشفة فٌ الفرج‬masuknya kemaluan lelaki kedalam kemaluan perempuan)


2. ًً‫( خروج اله‬keluarnya air mani, baik disengaja atau tidak, syahwat atau tidak,
tidur ataupun terjaga) dan bukan Wadhi dan Madzi.
3. ‫( الحٍض والًفاس والوالدة‬Haid, nifas dan wiladah (melahirkan tanpa basah) , haid
itu biasanya 15 hari, selebihnya dinamakan istihadhoh, adapun nifas umumnya 40
hari)
4. ‫( الهوت غٍر شهٍذ‬meninggal yang bukan syahid)
5. ‫( اسالم الكافر‬masuk islamnya orang kafir)

Rukunnya terbagi menjadi 3 :


َ َ ِ ‫ح َذ‬
َ ‫سلَ لِ َر ْف ِع ِ ال‬ ُ ‫ت‬
1. َ ‫ث اْل ْك َبر ِ ف ْر ًضا لله تعال‬
Niat : ‫ى‬ ْ ‫الغ‬ ُ َْ ‫ٌ َ َو‬
2. Menghilangkan Najis
3. Meratakan air keseluruh tubuh (ini merupakan kesepakatan ulama)

Caranya :21
1. Mencuci kedua tangan 3x
2. Membersihkan kotoran yang menempel dibadan
3. Membersihkan kemaluannya
4. Berwudhu dengan sempurna dan adab-adabnya
5. Basuh air kekepala 3x disertai niat mengangkat hadats
6. Siramlah bagian tubuh sebelah kanan 3x
7. Dan siram bagian tubuh yang sebelah kiri 3x
8. Gosoklah badan bagian depan dan belakang
9. Sela-selalah rambut dan jenggot (pangkalnya)
10. Alirkan air keseluruh tempat yang tak terjangkau air seperti bulu2 dll
11. Hindarilah menyentuh kemaluan agar wudhu tak batal, jika tersentuh wajib
mengulangi wudhunya
12. Barulah guyur seluruh badan dan mencuci kedua kaki

21
HR. Muslim, No. 774. Diriwayatkan oleh Siti Aisyah Ra. Dalam bab Sifat Mandi Junub

12
BAB ISTINJA’22

Istinja itu bisa dilakukan dengan23 :


1. Menggunakan batu (terlebih dahulu, untuk menghilangkan ain najasahnya) baru
kemudian air. Ini adalah kaifiyyah yang paling afdhol.
2. Menggunakan Air saja.
3. Menggunakan 3 buah batu, atau 1 batu dengan 3 sisi.

Syarat istinja dengan batu24 :

1. Harus dengan 3 batu,


2. Batunya bisa mensucikan tempat yang kotor
3. Najisnya tidak kering
4. Najisnya tidak berpindah (semisal mencret maka tidak sah)
5. Najisnya tidak terkena air atau benda asing seperti pasir dll.
6. Najisnya tidak melewati hasyafah (kepala kemaluan) atau Shofhah (lipatan
pantat).
7. Najisnya tidak terkena air
8. Batu-batu tersebut suci.

Bab Istibro’
Dianjurkan dengan sangat untuk istibro‟ (membereskan kencing) dengan cara :

1. Kencing duduk (jongkok), dengan cara kaki kanan ditegakkan dan bokong
bertumpu dengan betis kaki kiri.
2. Berdehem dengan memfokuskannya kepada keluarnya sisa kencing
3. Mengurut-ngurut kemaluan agar sisa-sisa kencing keluar
4. Menggoyang-goyangkannya sedikit akan kencingnya tiris

22
Dalam Madzhab as-Syafi’i, istinja hukumnya wajib baik itu karena Buang air besar atau buang air kecil.
23
Al-Fiqh al-Manhaji fi Madzhab al-Imam as-Syafi’i, Jilid 1, Hal. 45
24
Safinatunnaja’ Syaikh Salim bin Sumair al-Hadromi, Hal. 6

13
BAB NAJIS
Najis Terbagi menjadi 325 :

1. Najis Mukhoffafah (najis ringan), yaitu kencing bayi laki-laki yang belum
mengkonsumsi apapun selain susu asi.
2. Najis Mutawassithoh (najis sedang), seperti kencing manusia, darah, muntah,
nanah, kotoran manusia atau hewan dll.
3. Najis Mugholladzoh (najis berat), yaitu najis anjing dan babi. Adapun bulu anjing
atau babi tidak menjadi najis berat jika dipegang dalam keadaan sama-sama
kering. Adapun jika basah barulah berlaku hukum mugholladzohnya. Lain halnya
dengan liur, karena sejatinya liur sudah cairan, maka jika tersentuh wajib
dibersihkan sebanyak 7 kali basuhan.

Najis terbagi 2 dari segi terlihat atau tidaknya :

1. Najis hukmiyah, yaitu yang tidak punya warna, tidak punya bau, dan tidak punya
rasa. Cara mensucikannya: dengan mengalirkan air di tempat najis tersebut.
2. Najis „ainiyyah, yaitu yang mempunyai warna, bau, dan rasa. Cara
menghilangkannya: dibasuh dengan air hingga hilang warna, bau, dan rasanya.

Cara membersihkannya :

1. Jika najisnya mukhoffafah, maka cukup dicipratkan air kepada tempat yang
terkena najis tersebut.
2. Jika najisnya mutawassithoh, maka ada beberapa hal yang perlu kita ketahui :
a. Buang dulu ain najasahnya (air kencingnya atau kotorannya) terlebih
dahulu sampai bersih tak terlihat dengan kasat mata dengan lap atau tisu.
b. Kemudian disiram dengan air yang suci hingga merata ketempat najis.
c. Kemudian keringkan dengan lap yang baru.
d. Jika masih tercium bau maka tidak menjadi masalah.

25
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 152

14
3. Jika najisnya mugholladzoh, maka sebagaimana petunjuk Rasulullah SAW adalah
a. Harus dengan 7 kali basuhan
b. Basuhan pertama atau terakhir menggunakan debu atau tanah
c. Tidak sah jika memakai sabun atau yang semisalnya

Najis ma’fuw (yang dimaaf)

Benda-benda najis yang dimaafkan adalah darah dan nanah yang sangat sedikit. Juga
binatang kecil yang darahnya tidak mengalir, seperti lalat dan nyamuk (jika jatuh ke
dalam tempat yang beirisi benda cair dan mati di dalamnya, maka binatang tersebut
tidak menyebabkan benda cair itu najis).

Macam-macam najis yang dimaafkan ada 4, yaitu:26

1. Dimaafkan jika mengenai baju dan air: yaitu semua najis yang tidak dapat terlihat
oleh mata.
2. Dimaafkan jika mengenai baju, tapi tidak dimaafkan jika mengenai air: seperti
darah yang sedikit.
3. Dimaafkan jika mengenai air, tapi tidak dimaafkan jika mengenai baju: yaitu
bangkai binatang yang tidak mempunyai darah yang mengalir, seperti lalat,
nyamuk, semut, kutu, dan sebagainya.
4. Tidak dimaafkan sama sekali (tetap najis): yaitu semua najis selain yang
disebutkan di atas.

Seluruh macam darah najis, kecuali 10 macam darah dihukumi suci, yaitu 27

1. Hati
2. Minyak misik
3. Limpa
4. Darah yang ada dalam bangkai ikan

26
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 103
27
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 152

15
5. Darah yang ada dalam bangkai belalang
6. Darah yang ada dalam bangkai yang mati karena tertekan/terjepit
7. Darah yang ada dalam bangkai yang mati karena tertusuk panah.
8. Air mani yang keluar dalam bentuk darah
9. Susu yang keluar dalam bentuk darah
10. Janin (bayi).

Hukum bulu28

Bulu hewan yang bisa dimakan (seperti kambing) setelah lepas dari tubuhnya
adalah suci. Sebaliknya, bulu hewan yang tidak bisa dimakan (seperti kucing) setelah
lepas dari tubuhnya adalah najis. Adapun sebelum lepas dari tubuhnya, maka hukum bulu
tersebut ikut hukum tubuhnya (jika tubuh hewan itu suci maka bulu yang masih
menempel di tubuhnya suci. Demikian juga sebaliknya, jika tubuh hewan itu najis, maka
bulu yang masih menempel di tubuhnya najis).

28
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 157

16
BAB HAID, NIFAS DAN ISTIHADOH

Tanda sudah baligh29 :

1. Ihtilam (mimpi basah) baik laki-laki atau perempuan


2. Melihat darah haid bagi perempuan, umumnya perempuan haid pada usia 9
tahun, namun terkadang ada yang lebih dari itu. Tergantung dari kebiasaan
tempat.
3. Sempurnanya usia seseorang 15 tahun hitungan Qomariyah (bulan) sekalipun
tidak mimpi jima atau haid.

Larangan bagi orang yang haid30 :

1. Sholat, baik Wajib maupun Sunnah. Begitu juga, Sujud tilawah, Sujud Syukur.
2. Puasa, kecuali setelah ia suci.
3. Talak , haram menalak istri dalam kondisi haid dinamakan Talaq bid'i
4. Berhubungan dengan suami.
5. Tawaf, Baik wajib maupun sunnah.
6. Menyentuh Mushaf.
7. Membawa Mushaf
8. Berdiam diri dimasjid, jika khawatir mengotorinya.
9. Membaca al-Qurán dengan niatan membaca saja, namun jika niatnya selain itu
maka tidak haram, seperti menjaga hapalan, dzikir, berdalil, berobat dengan al-
Qurán, memohon perlindungan atau tabarruk. Adapun membaca al-Qurán saja
maka diharamkan dalam madzhab as-Syafii, begitu juga Khalifah Umar, Ali dan
Jabir bin Abdillah. Adapun pendapat yang membolehkannya adalah Daud
Dzhahiri selain itu pendapat ini juga didukung oleh Ibnu Abbas ra, Ibnul
Musayyab, Al-Qadhi, Abu At-Thayyib, BInu Ash-Shabbagh, begitu juga imam
Malik.

29
Safinatunnaja’ Syaikh Salim bin Sumair al-Hadromi, Hal. 6
30
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 175

17
Macam-macam darah :

1. Darah Haid – agak hitam – bau & amis – kental


2. Darah Istihadoh (darah penyakit) – merah seperti darah biasa – cair
3. Darah nifas (darah melahirkan)
4. Keputihan – Najis – tergolong istihadoh

Waktu Haid : Minimal Sehari semalam – Umumnya – 6-7 hari – Maksimal 15 hari
Waktu nifas : minimal Sekejap – umumnya 40 hari – Maksimal 60 hari

Hukum bagi orang yang istihadoh :

1. Ia Tetap wajib sholat, dengan ketentuan sebagai berikut :


a. Wajib membersihkan darahnya
b. Wajib menambal dengan pembalut diarea keluarnya darah
c. Berwudhunya dilakukan setelah masuk waktu
d. Wajib menyegerakan sholat setelah berwudhu - tidak ada aktifitas lain
e. Boleh menunda sholat jika untuk kemaslahatan sholat seperti, menjawab azan,
menunaikan sholat qobliyyah, dan menunggu jamaah.
2. Tetap wajib puasa,
3. Boleh berhubungan dengan suami setelah dibersihkan darahnya.
4. Boleh menyentuh al-Qurán setelah berwudhu
5. Boleh masuk masjid dengan syarat yakin tidak akan mengotorinya

Tambahan yang mesti diperhatikan :


bagi seorang yang suci dari haid sebelum maghrib, maka wajib ia mengqodho
shalat dzuhur dan ashar, dan apabila ia suci sebelum subuh maka ia wajib mengqodho
shalat magrib dan isya.31 Dan apabila ia ketika masih suci melalaikan shalat, sehingga
belum ia mengerjakannya ia kedapatan haid, maka nanti ketika suci, ia wajib untuk
mengqodho shalat tersebut.

31
Uqudulujjain, Syaikh Nawawi al-Bantani, Hal. 13

18
FIQIH SHALAT

Dalam pelajaran fiqih shalat ini, terbagi menjadi beberapa bab :


1. Waktu-waktu shalat
2. Waktu yang dilarang untuk shalat
3. Syarat Wajibnya Shalat
4. Syarat Sahnya Shalat
5. Rukun-rukun shalat
6. Sunnah-sunnah Shalat
7. Yang membatalkan shalat
8. Yang makruh dalam shalat
9. Shalat-shalat sunnah
10. Shalat Jumat

WAKTU-WAKTU SHALAT

Shalat Itu terbagi menjadi 5 waktu :

1. Subuh, ketika terbitnya fajar sampai terbitnya matahari (isyraq).


2. Dzuhur, ketika Zawal (tergelincirnya matahari) sampai panjang bayangan
melebihi dari bendanya.
3. Ashar, ketika bayangan suatu benda melebihi dari bendanya sampai terbenam
matahari .
4. Maghrib, ketika terbenam matahari (ghurub) sampai mega merah hilang.
5. Isya, ketika hilang mega merah sampai subuh.

19
Waktu-waktu yang dilarang untuk shalat (sunnah) ada 532 :

1. Isyroq (terbit matahari)


2. Ba‟da shalat subuh
3. Ketika Istiwa‟ (matahari persis ditengah-tengah suatu objek)
4. Ba‟da shalat ashar
5. Ketika terbenam matahari

Syarat wajib shalat ada 533 :

1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Suci dari haid dan nifas
5. Selamatnya anggota tubuh (telinga, mata dan mulut)

Syarat sahnya shalat ada 734 :

1. Masuk waktu
2. Menghadap qiblat
3. Suci dari 2 hadats (besar maupun kecil)
4. Sucinya badan, pakaian dan tempat
5. Menutup aurat
6. Ilmu akan perkara shalat (tau yang mana fardhu yang mana sunnah)
7. Tidak meyakini yang fardhu (wajib) itu sunnah

32
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 192
33
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 195
34
Taqrirat as-Sadidah, Jilid 1, Hal 199

20
Aurat pria terbagi 3 :

1. AURAT SHALAT
Ialah aurat yang wajib ditutupinya saat menjalani shalat yakni anggauta tubuhnya
antara pusat dan lutut dan ini juga auratnya saat bersama sesama pria dan
wanita-wanita mahramnya
2. AURAT NADZRAH
Ialah aurat yang harus ia tutupi dari pandangan wanita lain yakni keseluruhan
tubuhnya dinisbatkan pada wanita lain (bukan mahramnya)
3. AURAT KHALWAH
Ialah auratnya saat ia sendirian yakni dua anggauta cabulnya (kemaluan dan
dubur) menurut pendapat mu‟tamad (yang bisa dijadikan pegangan).

Aurat wanita

1. Bersama suami : Tiada batasan aurat baginya saat bersama suami, semua bebas
terbuka kecuali bagian FARJI (alat kelamin wanita) yang terjadi perbedaan
pendapat di antara Ulama
2. Bersama lelaki lain : Menurut pendapat yang paling shahih seluruh tubuhnya
hingga wajah dan kedua telapak tangannya, menurut pendapat yang lain wajah
dan telapaknya boleh terbuka
3. Bersama lelaki mahramnya dan sesama wanita : Auratnya diantara pusar dan
lutut
4. Di dalam sholat : Seluruh tubuh menjadi auratnya kecuali wajah dan kedua
telapak tangannya
5. Saat sendiri : Menurut Imam Romli dalam Kitab Nihaayah al-Muhtaaj aurat
wanita saat sendiri adalah 'aurat kecil' yaitu aurat yang wajib ditutup oleh
seorang lelaki (antara pusar dan lutut).

21
Rukun shalat ada 1335 :

1. Niat
2. Takbiratul ihram
3. Berdiri bagi yang mampu
4. Membaca surat al-Fatihah
5. Ruku (dengan tuma‟ninah)
6. I‟tidal (dengan tuma‟ninah)
7. Sujud 2 kali (dengan tuma‟ninah)
8. Duduk diantara 2 sujud (dengan tuma‟ninah)
9. Tasyahhud akhir
10. Duduk tasyahhud akhir
11. Membaca shalawat kepada Nabi dan keluarganya
12. Mengucapkan salam
13. Tertib

Yang membatalkan shalat ada 11 perkara :

1. Berkata dengan sengaja.


2. Mengerjakan sesuatu yang banyak (yang bukan pekerjaan shalat).
3. Hadats besar (misalnya: keluar darah haid) atau hadats kecil (misalnya: kentut).
4. Kejatuhan najis.
5. Terbuka auratnya.
6. Mengubah niat.
7. Membelakangi kiblat.
8. Makan
9. Minum.
10. Berdehem (kecuali karena terpaksa).
11. Murtad (keluar dari Islam).

35
Qaul Mu’tamad, dengan menggabungkan tuma’ninah dengan rukunnya.

22
FIQIH MUAMALAH

Ilmu muamalah adalah salah satu dari kajian fiqih. Ia termasuk ilmu hal bagi
seseorang yang hendak menikah. Sebab tanpa mempelajari ilmu ini, seseorang mau tidak
mau akan jatuh kepada akad-akad fasidah (rusak) dan perkara-perkara yang diharamkan
Allah SWT seperti Riba, Perjudian dan Penipuan. Oleh sebab itu, para ulama mewajibkan
bagi setiap siapa saja yang hendak menikah untuk mempelajari ilmu muamalah ini.

Pada tulisan yang singkat ini, saya akan mencoba untuk memaparkan kepada
pembaca tentang bab-bab apa saja yang ada didalam Ilmu Muamalah. Kurang lebih
pembahasan muamalah membahas perihal akad dan bentuk transaksi yang haram. Kita
akan memulai dari pembahasan tentang masalah akad terlebih dahulu.

Jika ditinjau dari segi ada tidaknya timbal balik maka akad terbagi menjadi 2 :

1. Akad Mu‟awadoh (tukar menukar). Dalam akad ini yang diharapkan adalah
keuntungan. Contoh akad ini seperti akad Jual beli dan sewa
2. Akad Tabarru‟at (akad sosial). Dalam akad ini yang diharapkan adalah pahala dari
Allah SWT. seperti Akad Rahn (Gadai), Akad Wakalah (Perwakilan), Qardh
(pinjaman), Ibra (pembebasan hutang), Wadi‟ah (Penitipan), Kafalah (Jaminan),
Sodaqoh (sedekah), Hadiyyah (hadiah), Waqaf (wakaf). Dll.

Adapun bentuk keharaman dalam akad ada 4, disingkat (Magrib) :

1. Maisir (Perjudian/Gambling/untung-untungan)
2. Gharar (penipuan)
3. Riba
4. Bathil (akad-akad bathil)

23
Macam-Macam Akad yang mesti diketahui

Akad adalah kesepatakan dalam suatu perjanjian antara dua belah pihak atau lebih
untuk melakukan dan tidak melakukan suatu perbuatan hukum tertentu.

‘Aariyah ‫( العارَة‬pinjam meminjam)


Bentuk pemberian kewenangan untuk menggunakan sesuatu yang legal untuk diambil
kemanfaatannya dengan membiarkannya tetap dalam kondisi utuh agar bisa
dikembalikan lagi kepada pemiliknya36

Rukunnya 437 :
1. Mu‟ir (yang meminjamkan). Dengan syarat :
a. Inisiatip sendiri (bukan paksaan)
b. Merupakan Ahli tabarru‟ (bukan anak kecil, orang gila & safih).
2. Musta‟ir (pihak yang mendapatkan pinjaman). Dengan syarat :
a. Merupakan ahli tabarru‟ (bukan anak kecil, orang gila & safih)
b. Yang dipinjamkan jelas orangnya, maka tidak sah jika yang meminjamkan
berkata, “aku pinjamkan ini kepada salah seorang dari kalian berdua”.
3. Mu‟ar atau Musta‟ar (barang yang dipinjamkan). Dengan syarat :
a. Manfaatnya sesuai dengan maksud dari benda tersebut.
b. Musta‟ir dapat mengambil kemanfaatan dari mu‟ar. Maka tidak sah akad
„ariyah pada barang yang tidak dapat dimanfaatkan seperti keledai
lumpuh.
c. Manfaat Mu‟ar adalah kemanfaatan yang diperbolehkan. Maka tidak sah
akad „ariyah pada barang yang manfaatnya haram seperti alat yang
melalaikan (‫)آلة اللهو‬, senjata yang dipinjamkan untuk musuh.
d. Mu‟ar dimanfaatkan dengan membiarkannya tetap dalam kondisi utuh.
Maka tidak sah akad „ariyah pada makanan untuk dikonsumsi atau pada

36
Al-Fiqh al-Manhaji fi Madzhab al-Imam as-Syafi’i, Jilid 2, Hal. 201
37
Fathul Wahhab, Juz 1, Hal. 270.

24
sabun untuk mandi, karena pemanfaatan benda yang dipinjamkan
tersebut dapat menghabiskan fisiknya.
4. Shighot (ijab kabul), dengan syarat :
Suatu ungkapan yang dapat menunjukkan adanya izin untuk
memanfaatkan barang yang dipinjamkan, seperti ,”Aku pinjemin nih!”. Dll.

Dhaman ‫( الضهاى‬Menanggung)
Kafaalah ‫( الكفالة‬menjamin)

Ulama madzhab as-Syafi‟i mengungkapkan tanggungan atas piutang atau


kekayaan diistilahkan dengan Dhaman, sedangkan asuransi jiwa atau badan diistilahkan
dengan Kafaalah.38 Dan dalam pandangan fiqh hukum menanggung hutang seseorang
adalah sunnah, dengan catatan mampu dan terpercaya.

Dhaman terbagi menjadi 3 :


1. ‫ ضمان الذيه‬Dhaman ad-Dain (menanggung hutang).
2. ‫ ضمان رد العيه‬Dhaman rad al-„ain (menanggung pengembalian barang).
3. ‫ ضمان البذن‬Dhaman al-badan (menanggung jiwa). Disebut juga kafaalah.

Rukun dhaman ada 539 :

1. ‫ الضامه‬dhamin (pihak yang menjamin/menanggung).


2. ‫ المضمون‬al-Madhmun (hutang yang ditanggung).
3. ‫ المضمون عوه‬al-Madhmun „anhu (pihak yang ditanggung/dibantu)
4. ‫ المضمون له‬al-Madhmun lahu (pihak yang memiliki hak piutang)
5. ‫ صيغة‬shighot (ijab kabul).

38
Fiqh as-Syafi’i Muyassar, Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili. Jilid 2, hal. 157.
39
Taqrirat as-Sadidah, jilid 2, hal. 79

25
Syarat Dhamin :

1. Ahli tabarru‟
2. Tidak ada paksaan yang tidak dibenarkan syara‟
3. Mendapatkan izin dan sepengetahuan dari pihak yang ditanggung40
4. Mampu memenuhi tanggung yang dialami oleh madhmun „anhu

Syarat Madhmun lahu :


diketahui oleh pihak dhamin, maka tidak cukup si madhmun lahu hanya diketahui
sekedar nama ataupun nasabnya. Ia harus diketahui jelas oleh Dhamin (si penanggung)
agar tidak terjadi penipuan.

Syarat madhmun ‘anhu :

1. Dinyatakan secara positif bahwa ia memiliki sebuah tanggungan.


2. Tidak disyariatkan yang memiliki hutang tahu bahwa hutangnya sudah dijamin.
Karena menjamin hutang atau melunasi hutang orang lain tanpa sepengetahuan
yang berhutang adalah perbuatan yang mulia.

Syarat Madhmun (hutang yang ditanggung) :

1. Tanggungan itu benar-benar ada (hutangnya ada, bukan fiktif),


2. Hutang itu bersifat permanen, artinya tidak ada potensi untuk gugur. maka tidak
sah jika hutang itu masih bersifat rencana.
3. Diketahui jenis, kadar dan sifat hutangnya, meliputi tempo dan kontannya oleh
pihak dhamin. Maka tidak sah, jika bentuk hutangnya tidak diketahui dhamin.
4. Mu‟ayyan (jelas), maka tidak sah menanggung salah satu dari 2 hutang.

Syarat shighotnya :

1. Menggunakan perkataan, tulisan yang disertai niat atau isyarat bagi orang yang
bisu yang memahamkan.
2. Tidak digantungkan (ta‟liq)
3. Tidak dibatasi waktu (ta‟qit)

40
Qaul Ashah dalam madzhab al-Imam as-Syafi’i.

26
Ghasab ‫( الغصب‬mengambil hak orang lain)

Ghasab adalah menguasai hak orang lain dengan cara yang tidak benar secara
terang-terangan.41 Bisa juga ghasab itu adalah memakai barang orang lain atau
mengambil manfaatnya tanpa seizin yang memiliki.

Konsekuensi ghasab :

1. Maghshub Utuh
a. Barangsiapa yang mengghasab harta seseorang dan barang tersebut
utuh, meskipun barang tersebut bukan mutaqowwam, maka ia berdosa
dan wajib baginya untuk mengembalikannya pada pemiliknya bil faur
(dengan segera).
b. Barangsiapa yang mengghasab barang yang bisa dimanfaatkan seperti
mobil, motor, rumah dll . Maka ia wajib mengganti rugi kemanfaatan
dari barang yang dighasabnya, seukuran ujrah mitsl (upah standar) yang
tertinggi selama masa ghasab sampai barang ditangan pemilik.
c. Barangsiapa yang mengghasab barang orang lain yang ia mengira itu
adalah barangnya, maka ia tidak berdosa namun wajib
mengembalikannya.
2. Maghshub cacat
a. Cacat hissi (fisik)
Seperti orang yang mengghasab mobil misalnya, dan mobil tersebut
mengalami kecacatan, seperti kacanya spionya patah, dll. maka sang
ghasib berdosa dan wajib baginya untuk mengganti spionnya yang telah
patah itu meskipun secara harga mobil itu tidak mengalami penurunan
harga.
b. Cacat Ma‟nawi (non fisik)
Ketika maghsub berkurang secara nilai (qimah) yang bukan akibat cacat
secara fisik, melainkan karena pengaruh fluktuasi harga. Dalam kasus

41
Fathul Wahhab, Syaikh Zakariya al-Ansori, Hal. 274

27
demikian, ghasib berdosa akan tetapi ia tidak wajib bertanggung jawab
selain mengembalikan barang tersebut.
3. Maghshub rusak
Barangsiapa yang mengghasab dan barang yang dighasab itu hilang atau
rusak secara total, maka ia berdosa dan wajib baginya menggantinya kembali
dengan yang serupa.
a. Jika berupa barang mitsli42 seperti biji-bijian, tembaga, kapas dan
sebagainya maka wajib mengganti dengan barang yang sejenisnya.
b. Jika selain barang mitsli (mutaqawwam)43 seperti kuda, maka wajib
mengganti barang yang dighasab dengan nominal harga pasaran tertingi
dari mulai mengghasab sampai rusaknya barang yang dighasab.
c. Barangsiapa yang mengghasab dan barang yang dighasab adalah barang
yang tidak berharga seperti sesuatu yang najis, atau harta yang tak
berharga maka ia berdosa dan ia tidak wajib mengganti.
4. Maghshub berubah
a. Berubah sendiri , seperti jika seorang ghasib mengghasab telur kemudian
menetas atau mengghasab benih kemudian bertunas, maka jika harganya
berkurang akibat perubahan ini, ghashib wajib ganti rugi. Namun jika
bertambah, ghasib tidak berhak apa-apa dari pertambahan ini.
b. Berubat akibat ulah ghasib tanpa penambahan. Seperti ghasab kayu, lalu
dibuat bahan lemari, atau ghasab kambing lalu disembelih maka ghasib
wajib mengembalikan maghshub yang telah menjadi bahan almari dan
daging tersebut, dan juga wajib membayar selisih qimahnya, jika harga
maghshub justru berkurang setleah menjadi bahan lemari dan daging.
Dan jika harganya bertambah, maka ghasib tidak memiliki hak apapun.

42
Barang yang ada padanannya dalam masalah harga.
43
Mutaqawwam adalah benda yang bernilai.

28
Al-Hajr ‫( الحجر‬pencegahan tasharruf)

Al-Hajr adalah mencegah hak tasarruf (pengelolaan/pembelanjaan harta) dengan


sebab-sebab tertentu. Artinya, bentuk pencegahan akan terhadap beberapa orang yang
tidak layak melakukan pengolahan harta (tasarruf) karena beberapa alasan :

1. Demi menjaga kemaslahatan harta pihak yang dibekukan tasarrufnya (Mahjur


„alaih), seperti pencegahan tasharruf terhadap anak kecil, orang gila, orang safih.
2. Demi menjaga kemaslahatan harta pihak lain, seperti pembekuan tasarruf orang
bangkrut (muflis), orang sakit kritis, orang murtad, budak, rahin.

Ada beberapa orang yang dibekukan tasarrufnya,

1. Shabiy (anak kecil)44


2. Orang gila (majnun)45
3. Orang yang kurang akalnya (safih)46
4. Orang bangkrut (muflis)47

44
Anak kecil yang dimaksud adalah orang yang belum mencapai usia baligh dalam kondisi rusydu.
Menurut syafi’iyyah rusydu adalah seorang anak memiliki kecakapan dalam aspek keagamaan dan tasaruf
harta. Kecakapan dua aspek ini harus terpenuhi diawal usia baligh. Maka oleh karenanya anak-anak SD
yang belum berusia baligh tidak sah jika melakukan akad jual beli menurut Syafi’iyyyah sebagaimana
disebutkan imam an-Nawawi. Namun, menurut Abu hanifah, sah jika atas seizin wali dan barang yang
dibelinya adalah barang yang nilainya kecil, seperti jajanan dll.
45
Majnun adalah Orang yang kehilangan kemampuan membedakan (tamyiz). Tercegahnya orang gila dari
tasarruf karena orang gila tidak memiliki kecakapan untuk mengelola harta. Bahkan lebih parah dari anak
kecil. Maka secara syar’i, orang gila nyaris sama sekali tidak ada yang diakui segala bentuk tasarufnya, baik
yang bersifat Transaksional (mu’awadhoh) atau ritual (ubudiyyah). Akan tetapi, hal-hal yang berupa
tindakan dalam proses memiliki (tamalluk) seperti mencari kayu bakar, atau proses pengrusakan (itlaf),
seperti menghamili wanita, maka syar’i tetap mengakuinya, sehingga ada konsekuensi. Artinya ketika ia
mencari kayu bakar, maka itu hak miliknya dan apabila ia menghamili istrinya maka itu tetap nasabnya.
Namun jika ia menghamilii yang bukan istrinya, ia tidak dianggap zina. Karena dilakukan diluar batas
kesadaran.
46
Safih adalah orang dewasa yang kurang akalnya. Ia tidak sama dengan gila, orang ini masih memiliki akal
akan tetapi kurang. Ada beberapa tasaruf yang tetap diakui syar’i :
1. Ibadah badaniyah
2. Ibadah Maliyah Wajibah (zakat)
3. Akad Nikah (dengan izin wali)
4. Talaq, rujuk, sumpah dzhihar, sumpah ila’, menafikan nasab melalui sumpah li’an, iqrar dengan
had atau qishah, semua diperbolehkan karena bukan tasaruf maaliyah.
5. Menerima gugatan cerai (khulu’) dari pihak istri.
6. Menerima hadiah.

29
5. Orang sakit kritis (maridh makhuf)48
6. Murtad49
7. Rahin50

Hawalah 51‫ ( الحوالة‬mengalihkan tagihan utang)

Hawalah (Bahasa Arab: ‫ )ﺣوٵله‬bermakna “mengalihkan” atau “memindahkan”. Di


dalam istilah ilmu fiqih hawalah berarti pengalihan penagihan hutang dari orang yang
berhutang kepada orang yang menanggung hutang tersebut.

Sebagai contoh: Ahmad meminjamkan uang Rp.2000 kepada Bobi. Sedangkan


Bobi memiliki piutang terhadap Cepot dengan jumlah yang sama, yakni Rp.2000. Dan
ketika Ahmad menagih hutangnya terhadap Bobi, Bobi berkata “ si Cepot memiliki
hutang sejumlah Rp.2000 kepadaku, dan engkau dapat menagih kepadanya”. Tetapi,
hawalah hanya dapat terjadi apabila terdapat sebuah kesepakatan diawal di antara
ketiganya

47
Muflis adalah orang yang bangkrut. Mengapa hak tasarufnya dibekukan ? karena untuk melindungi hak
pemilik piutang. Dan biasanya orang yang bangkrut ini dipaksa menjual asetnya agar bisa melunasi
hutangnya. Namun jika tidak ada pihak yang dirugikan seperti pemilik piutang, maka hak tasarufnya tidak
dibekukan.
48
Jika seseorang dalam kondisi sakit yang cukup parah, yang umumnya dapat menyebabkan kematian,
maka segala bentuk tasharrufnya yang melebihi sepertiga harta kekayaannya tidak sah selama tidak ada
izin dari ahli waris. Demikian ini karena lebih memprioritaskan hak dari ahli warisnya.
49
Ada 3 hukum berkenaan orang murtad :
1. Seluruh tasharruf yang dilakukan orang murtad dinyatakan batal, bahkan seluruh harta kekayaan
yang dimilikinya beralih menjadi harta fai’ (harta yang alokasinya untuk kemaslahatan kaum
muslimin).
2. Hartanya ditangguhkan, apabila ia kembali memelukk islam, maka hartanya dikembalikan.
Namun jika mati dalam keadaan murtad maka kembali menjadi fai’.
3. Ada juga yang berpendapat bahwa harta orang murtad tetap menjadi miliknya, kecuali ada faktor
yang menghalalkan darahnya.
Menurut Qaul ashah, murtad tidak serta merta dibebukan tasharrufnya tanpa ada penjatuhan hajru dari
pihak hakim, sebab motif hajru murtad sama dengan motif hajru muflis. Sedangkan status mahjur ‘alaih
tidak butuh pencabutan dari pihak hakim, melanikan cukup dengan kembali memeluk islam.
50
Orang yang menggadaikan barang sebagai jaminan atas hutangnya. Dibekukan tasarufnya demi
menjaga maslahat murtahin (pihak penerima barang gadai).
51
Hawalah atau Hiwalah, akan tetapi Hawalah lebih fashih.

30
Rukun Hawalah :

1. Muhil atau orang yang mengalihkan hutang (orang yang berhutang atau si A)
2. Muhal atau orang yang dialihkan hutangnya (orang yang dihutang atau si b)
3. Muhal „alaih atau orang yang menanggung hutang (orang yang padanya hutang
dialihkan, karena si A memiliki hak piutang kepada Si C ini)
4. Muhal bih atau Dainani (hutang)
a. Hutang muhil (si A) kepada Muhal (si b)
b. Hutang muhal „alaih (si c) kepada muhil (si A)
5. Shighot

Manfaat hawalah
Memudahkan pembayaran hutang jika jarak antara muhil dan muhal jauh. Sedangkan si
muhal „alaih lebih dekat kepada muhal

Syarat hawalah :

1. Dalam akad hawalah disyaratkan kerelaan pihak muhil (punya hutang dan
piutang).
2. Penerimaan dari si Muhal (pihak ke-2). Sementara mengenai kerelaan muhal
„alaih, ulama berbeda pendapat. Menurut pendapat yang terkuat tidak
disyaratkan.
3. Haknya harus sudah fix dalam jaminan. (artinya hutang itu masih dalam rencana)
4. Adanya kesesuaian atau kecocokan antara muhil dan muhal „alaih, dari segi jenis,
macamnya, jatuh temponya, penjadwalan ulang tempo,

31
Hibah ‫( الهبة‬hadiah)

Hibah adalah pemberian yang tidak didahului adanya sebuah hak dan dapat
bermanfaat bagi orang yang diberi. Ada yang mendefinisikan bahwa hibah adalah
transasksi (ijab dan qobul) pemberian yang tidak wajib kepemilikan barang tanpa
imbalan ketika masih hidup.

Rukun hibah 452 :

1. Wahib (orang yang memberi hibah)53


2. Mauhub lahu (orang yang diberi)54
3. Mauhub (sesuatu yang diberikan)55
4. Shighot (ijab kabul)56

52
Syarah Yaqutunnafis, hal 495-502
53
Syarat Wahib :
a. Ia berstatus pemilik barang yang dihibahkan.
b. Memiliki kriteria mutlak at-Tasarruf (tasaruf absolut). Yakni orang ini bebas membelanjakan
hartanya.
54
Syarah mauhub lahu adalah termasuk dalam kategori orang yang dapat memiliki apa yang diberikan
oleh wahib. Maka sah hibah kepada setiap bayi yang telah lahir, orang gila atau anak kecil melalui walinya
masing-masing. Dan tidak sah terhadap bayi yang masih dalam kandungan, karena tidak adanya
kemampuan untuk memiliki barang.
55
Syarat mauhub (barang yang dihibahkan) :
a. Bukan berupa barang najis
b. Bermanfaat menurut pandangan syariat
c. Dapat diserahkan, maka tidak sah menghibahkan burung yang lepas atau barang ghasaban
d. Merupakan milik wahib sendiri
e. Benda yang dihibahkan sesuatu yang muayyan (jelas)
f. Bendanya wujud (ada) pada saat hibah berlangsung
56
Shighat ijab kabul syaratnya :
a. Tidak diselingi dengan pembicaraan yang tidak terkait dengan akad
b. Tidak diselingi dengan diam yang lama
c. Ada keserasian antara ijab dan qabul
d. Tidak bergantung kepada sebuah syarat
e. Tidak dibatasi waktu

32
Hukum meminta kembali barang yang dihibahkan

1. Hanafiyyah : diperbolehkan meminta kembali barang yang sudah diberikan secara


mutlak. Namun hukumnya makruh tanzih. Hanya saja jika pemberian itu
diberikan kepada sesama kerabat mahram atau pasangan suami istri maka tidak
diperbolehkan.
2. Malikiyyah
a. Pemberian orang tua terhadap anak
i. Diperbolehkan meminta kembali, jika pemberian tersebut atas
dasar kasih sayang
ii. Tidak diperbolehkan meminta kembali jika tidak ada tujuan
tersebut
b. Pemberian kepada orang lain hukumnya tidak diperbolehkan meminta
kembali secara mutlak.
3. Syafi‟iyyah, perincian :
a. Sebelum Qabdh (diambil), diperbolehkan secara mutlak.
b. Diperbolehkan hanya bagi pemberian orang tua kepada anaknya. Jika
tidak demikian maka tidak boleh.
4. Hanabilah, Perincian :
a. Sebelum Qabdh (diambil), diperbolehkan secara mutlak.
b. Setelah Qabdh (diambil), hanya diperbolehkan bagi pemberian orang tua
kepada anaknya.

33
Ijarah ‫( اإلجارة‬sewa menyewa)

Menurut jumhur fuqoha definisi ijarah adalah Akad Mu‟awadhoh (tukar menukar)
untuk memberikan suatu kemanfaatan dengan „iwadh (biaya ganti)57

Rukun ijarah58 ada 4 :

1. 2 Orang yang berakad


2. Shigot
3. Manfaat
4. Upah

Pembagian ijarah59

1. Ijarah „ain60
adalah ijarah pada manfaat suatu benda tertentu seperti menyewakan apartemen
atau menyewa seseorang untuk mengerjakan sesuatu seperti menjahit pakaian.
2. Ijarah dzimmah61
adalah ijarah pada manfaat barang yang masih dalam tanggungan seseorang.
Seperti menyewa sopir untuk mengantarkan ke suatu tempat tertentu dengan
kendaraan yang ditentukan dalam tanggungan atau menyewa mobil yang
ditentukan dalam tanggungan pada masa tertentu.

57
Fathul Wahhab, hal. 293
58
Fiqh Manhaji, hal. 601
59
Fiqh Manhaji, hal. 642
60
Syart Ijarah ‘ainiyyah
a. Barang yang disewakan telah ditentukan. Maka tidak sah menyewakan salah satu dari dua mobil
yang belum ditentukan.
b. Barang tersebut wujud dan dapat disaksikan oleh kedua belah pihak manakala melakukan akad.
c. Pemanfaatan barang tidak ditangguhkan setelah bertransaksi seperti menyewakan rumah untuk
dimanfaatkan di tahun mendatang.
61
Syarat Ijarah adz-dzimmah
a. Upah tidak ditempo dan diserahkan di tempat transaksi. Karena akad ijarah adalah akad pesan
pada manfaat, sehingga disyaratkan menyerahkan uang muka ditempat transaksi dan
pensyaratan tempo berarti sam halnya tidak ada penyerahan upah.
b. Wajib menjelaskan jenis barang, macam dan sifatnya secara mendetail

34
Iqrar ‫( اإلقرار‬Pengakuan)

Iqrar adalah pemberitahuan seseorang tentang adanya hak yang wajib bagi
dirinya. 62 didalam pengadilan terdapat salah satu bukti hukum yaitu Iqrar.

Rukunnya 4 63 :

1. Muqir (orang yang berikrar)64


2. Muqor lahu (orang yang terkena imbas ikrar si muqir)65
3. Muqor bihi (barang atau sesuatu yang diikrarkan)66
4. Shigot

Syarat iqrar :

1. Baligh
2. Akal
3. Ikhtiyar
4. Rusydu )Waras pikiran) jika terkait dengan harta

62
Fathul Wahhab, hal. 510
63
Fathul Wahhab, hal 263
64
Syarat orang yang berikrar :
a. Bebas dalam mengalokasikan harta benda, sekiranya muqir adalah orang baligh, berakal dan
cakap dalam bertransaksi. Maka tidak sah dari anak kecil, orang gila atau orang yang terkena
epilepsi.
b. Berdasarkan inisiatif sendiri tanpa ada unsur paksaan (ikhtiar).
65
Syarat Muqar lahu :
a. Muqar lahu adalah orang yang telah diketahui identitasnya. Maka tidak sah jika muqir berkata, “
aku memilki tanggungan hak kepada salah satu anak turunan adam”.
b. Sah menerima hak yang di iqrarkan (muqor bih). Sehingga mengecualikan muqar lahu yang tidak
sah menerima muqor bih, seperti sapi. Maka tidak sah jika pernyataannya “aku memiliki hutang
satu juta kepada seekor sapi”.
66
Muqor bih terbagi menjadi 2 :
a. Iqrar terhadap hak Allah, seperti iqrar (mengaku) bahwa ia telah berzina. Seperti yang dizaman
Rasulullah SAW ada seorang perempuan mengaku berzina. Namun iqrar ini dicabut oleh dirinya
sendiri. Atau iqrar bahwa ia telah mencuri.
b. Iqrar terhadap hak manusia, seperti iqrar (mengaku) bahwa ia telah berhutang dengan si fulan.
Perbedaannya dengan haqqulloh adalah kalau iqrar terhadap haqqul adami ia tidak boleh
mencabut pengakuannya.

35
Isha’ ‫( اإلَصاء‬pesan wasiat)

Isha‟ menurut bahasa adalah menyampaikan. Sedangkan menurut istilah adalah


pemberian harta berupa benda atau manfaatnya, bersifat sukarela (tabarru‟), akadnya
dilakukan selagi masih hidup, dan penerimaannya dilakukan setelah pemberi wasiat
meninggal dunia.

Hukum Isha’ (menyampaikan wasiat)


Hukum wasiat pada dasarnya adalah sunnah. Akan tetapi, bisa menjadi wajib jika
ada beberapa sebab :

1. Ada kekhawatiran tersia-sianya anak kecil atau bahaya yang menimpanya jika
tidak memberikan amanat untuk mengurusinya.
2. Meninggalkan isha‟ akan berdampak tersia-sianya hak. 67

Ruku isha’ & syaratnya

1. Mushi (pihak yang berwasiat), syarat :


a. Mukallaf
b. Merdeka meskipun belum seutuhnya
c. Tidak ada paksaan
d. Memiliki hak kuasa atas barang yang diwasiatkan jika terkait dengan
pengelolaan harta anak kecil, orang gila atau safih.
2. Waashi (pihak yang diwasiati), syaratnya :
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Merdeka
e. Adil
f. Mampu bertasarruf

67
Al-Fiqh al-Manhaji, Juz hal.261-262.

36
g. Jika berupa wasiat mengurus anak kecil, orang gila atau safih, washi dan
pihak yang diurusi memiliki hubungan yang baik (tidak terdapat
ketegangan diantara keduanya).
3. Musho fihi (hal yang diwashiatkan), syaratnya :
a. Berupa tasarruf harta
b. Berupa tasarruf yang diperbolehkan syariat, sehinga tidak sah wasiat
dengan hal yang berbau kemaksiatan. Seperti membangun tempat
kemaksiatan.
4. Shighot yang mengarah pada wasiat

Cabang masalah :

1. Wasiat dalam bahasa indonesia berbeda dengan wasiat dalam bahasa arab
2. Perbedaannya terletak pada bentuknya, wasiat dalam bahasa indonesia
mencakup segala hal, sedangkan wasiat dalam bab ini hanya mencakup masalah
harta atau tasarruf.

37
Ju’alah ‫( الجعالة‬sayembara)
Ju‟alah menurut istilah adalah
ٍ ُ‫ض معل‬ ِ
ٍ َ ‫وم َعلَى َع َم ٍل ُم َع‬
‫ّي‬ ْ َ ٍ ‫الْتِ َز ُام ع َو‬
kesepakatan suatu imbalan yang maklum atas pekerjaan tertentu.
Rukun Ju‟alah ada 468

1. ‫ عمل‬amalun (pekerjaan)
2. ‫ج ْعل‬
ُ Ju‟lun (upah)
َ
3. ‫صيغة‬ Shighot
4. ‫„ عاقذان‬aqidaani (dua orang yang berakad).

Perbedaan antara ijarah dengan ju‟alah :


Ijarah Ju’alah
Pihak amil (buruh) berhak menerima upah Pihak amil (buruh) tidak berhak
sesuai dengan jasa yang telah dilakukan mendapatkan upah kecuali setelah
menyelesaikan tugasnya secara peripurna
dalam ijarah disyaratkan waktu dan Dalam ju‟alah tidak disyaratkan waktu dan
amalnya harus jelas (ma‟lum) amalnya harus jelas
„amilnya harus mu‟ayyan (jelas) Amilnya boleh tidak ditentukan
Diperbolehkan menyaratkan upah sebelum Tidak diperbolehkan menyaratkan upah
kerja sebelum bekerja
Merupakan jenis akad yang mengikat, Merupakan jenis akad yang tidak mengikat,
sehingga tidak boleh memutus kontrak sehingga sewaktu-waktu boleh memutus
sebelum habis masanya kontrak

68
Fathul Wahhab, Hal 320

38
khiyar ‫( الخٍار‬hak opsional)
Dalam akad jual beli, bagi penjual dan pembeli diperkenankan untuk memilih
antara melanjutkan akad atau membatalkannya yang biasa disebut dengan istilah Khiyar.
Pembagian khiyar :

1. Khiyar majlis69
Adalah hak yang memperbolehkan bagi kedua belah pihak untuk membatalkan
akad setelah akad tersebut dinyatakan sah selama keduanya secara umum masih
dikatakan berada ditempat transaksi dan belum berpisah atau keduanya belum
memilih untuk melangsungkan akad. Khiyar majlis sah menjadi milik pembeli dan
penjual semenjak dilangsungkannya akad jual beli hingga keduanya berpisah
selama keduanya tidak menyepakati tidak adanya khiyar. 70
2. Khiyar syarat
Adalah hak pembeli atau penjual, atau keduanya, untuk melanjutkan atau
membatalkan transaksi selama masih dalam masa tenggang yang disepakati
kedua belah pihak. Batasan tenggat waktu khiyar syarat dibatasi selama 3 hari,
sesuai dengan hadist khiyar syarat, yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan Ibnu
majjah. “dibolehkan khiyar pada setiap benda yang telah dibeli, selama tiga hari
tiga malam”.
3. Khiyar aib
Adalah hak untuk meneruskan atau membatalkan transaksi apabila setelah akad
berlangsung diketahui ada cacat pada objek jual beli, yang tidak diketahui
pembeli saat akad.

69
Syarat khiyar majelis :
a. Akadnya berupa mu’awadhoh bukan tabarru’at seperti hibah
b. Bukan akad pernikahan, tidak ada khiyar dalam pernikahan
c. Terjadi pada selain akad kemanfaatan. Maka tidak ada khiyar dalam ijarah (sewa).
70
Contoh khiyar majlis : Semisal si penjual ketika telah menjual barangnya ia lupa bahwa barang itu
sebenarnya ingin dihibahkan kepada anaknya, dia berhak menarik kembali barangnya jika belum.
Begitupun pada pembeli. Mereka berdua bisa membatalkan transaksinya selama belum berpisah.

39
Qardhu ‫( القرض‬akad hutang)

Al-Qordhu menurut istilah fiqih adalah


ِ ِ َ ‫يك ال‬
ُ‫ش ْيء َعلَى أَ ْن يَ ُر َد مثْ لَو‬ ُ ِ‫َتَْل‬
memberikan kepemilikan sesuatu dengan janji mengembalikan gantinya71

Rukun Qardhu ada 4 :

1. Muqridh (pihak yang menghutangi)72


2. Muqtaridh (pihak yang berhutang)73
3. Muqradh (harta yang dihutangkan)74
4. Shighat (ijab Qabul).

Hukum arisan :
Diperbolehkan dengan syarat tidak ada unsur penipuan, riba‟ ataupun kecurangan.

71
Fathul Wahhab, Syaikh Zakariya al-Ansori, hal 224
72
Syarahtnya :
a. Kehendaknya sendiri, maka tidak sah akadnya orang yang dipaksa memberikan hutang
b. Punya wewenang untuk memberikan hutang pada harta yang dihutangkan (Ahlu tabarru).
73
Syaratnya :
A. Kehendak sendiri.
B. Bukan termasuk pihak yang tercegah tasarrufnya. Seperti anak kecil, orang gila, dll.
74
Harus benda-benda yang ada ukurannya seperti yang terjadi pada akad salam. Maka tidak sah
menghutangi benda-benda yang tidak dapat dibatasi kadarnya (ghairu mundobith).

40
Rahn ‫( الرهي‬gadai)

Gadai menurut istilah adalah

‫ال َوثِي َقة بِ َديْ ٍن يُ ْستَ ْو ََف ِم ْن َها ِع ْن َد تَ َع ُّذ ِر َوفَائِِو‬


ٍ ‫ّي َم‬
ِ ْ ‫َج ْعل َع‬
ُ
Menjadikan harta benda sebagai jaminan dari sebuah tanggungan hutang pada saat sulit
melunasinya

Rukun Rahn ada 4 :

1. Raahin (pihak penggadai) dan Murtahin (pihak penerima gadai).


2. Marhun (barang yang digadaikan)
3. Marhub bihi (hutang yang ditanggung pihak penggadai barang).
4. Shighat (ijab kabul).

Hukum yang terkait dengan rahn :

1. Pada dasarnya barang gadaian itu sama posisinya dengan barang titipan. Tidak
boleh digunakan dan apabila rusak, maka pihak murtahin wajib mengganti jika
kerusakan itu diakibatkan kelalaiannya, seperti meletakkannya ditempat
sembarangan sehingga dicuri atau menggunakannya tanpa seizin rahin.
2. Barang yang digadaikan boleh dimanfaatkan seperti motor, mobil dll dengan
syarat :
a. Tidak disyaratkan diawal
b. Atas seizin dari rahin
3. Ada yang berpendapat bahwa memanfaatkan barang gadai sebagai bentuk riba.
Maka lebih baik untuk kehati-hatian kita menghindarinya.
4. Jika barang gadaian berupa hewan ternak, maka boleh bagi murtahin
memanfaatkan barang gadai tersebut sesuai dengan kerugian biaya perawatan
yang ditanggungnya meskipun tanpa izin dari pihak rajin.
5. Apabila rahin tidak mampu membayar maka boleh dijual demi melunasi hutang si
rahin dengan syarat ia melapor kepada Qadhi dan penjualan tersebut dilakukan

41
oleh Qadhi. Jika hasil penjualannya melebihi dari hutangnya maka ia wajib
memberi sisanya kepada rahin, jika sebaliknya maka rahin wajib menambah agar
tercukupi pembayaran hutangnya.

Riba ‫( الربا‬Riba)

Apa itu riba ? secara bahasa riba artinya “‫ ”الزيادة‬tambahan. Adapun menurut istilah :

َ َ َ َ َْ َ َْ َْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ ُْ َْ ُ َْ
‫ني أ ْو أخ ِدٍِْا‬ ْ َّ َْ
ِ ‫ري ٌَعي‬ َ ََ ٌ ْ َ
ِ ‫ى‬ ‫د‬ ‫اْل‬ ِ ٍ ‫ار الَّش ِع خاىث اىعل ِد أو ٌع حأ‬
‫يف‬ ‫ِري‬
‫خ‬ ِ ‫ٔم اتلٍاذ ِو ِيف ٌِعي‬ ِ ‫ٔص غ‬
ٍ ‫علد ىلع عِٔ ٍض َمص‬
“Suatu akad transaksi pada komoditas tertentu yang ketika akad berlangsung tidak diketahui
kesamaannya menurut ukuran syari‟at, atau adanya penundaan penyerahan kedua barang atau
salah satunya.”75

75
Fathul Wahhab, Syaikh Zakariya al-Ansori Hal. 190

42
Pembagian Riba menurut ulama :

1. Riba jual beli :


a. Riba Fadhl adalah setiap praktek jual beli barang ribawi76 (dengan sistem
barter) dengan menyertakan tambahan pada salah satu barang tersebut.
77

b. Riba naasiah : jual beli atau tukar-menukar barang ribawi (dengan sistem
barter) secara kredit tidak tunai.78
2. Riba hutang piutang.
a. Riba Qardh : setiap pemberian pinjaman yang mencantumkan syarat
ketika transaksi tengah berlangsung yang dapat memberikan keuntungan
bagi pihak yang menghutangi.
b. Riba nasiah : tambahan dari denda yang disebabkan terlambatnya
pembayaran.

Rumus riba :

1. Apabila ada pertukaran atau jual beli mata uang yang sama, maka harus cash dan
sama nominalnya.
2. Apabila ada pertukaran atau jual beli antara mata uang yang berbeda maka harus
cash dan tidak mesti sama nominalnya.
3. Apabila ada pertukaran antara komoditas dan mata uang maka tidak disyaratkan
tunai dan sama nominalnya. Yang jadi rujukan adalah kesepakatan antara
keduanya.

76
Riba fadhl itu hanya dikhususkan pada komoditas tertentu seperti emas, perak, gandum, terigu, kurma
dan garam.
77
Contohnya : ketika kita menukarkan uang 100 ribu, kemudian dikembalikan 95 ribu, maka itu termasuk
kedalam riba fadhl.
78
Contohnya : ketika kita menukarkan uang 100 ribu dan ditukar dengan receh 100 ribu namun
dibayarnya tidak cash. Maka tidak itu riba.

43
Wadi’ah ‫( الوضٍعة‬Titipan)

Wadi‟ah menurut bahasa adalah barang yang dipasrahkan pada selain pemiliknya untuk
dijaga. Sedangkan menurut istilah adalah : Akad yang dilaksanakan untuk menjaga
sesuatu yang dititipkan.

Hukum menerima benda-benda titipan ada 4 macam yaitu79 :

1. Sunat
Disunnatkan menerima titipan bagi orang yang percaya kepada dirinya bahwa dia
sanggup menjaga benda-benda yang dititipkan kepadanya. Al-Wadi‟ah adalah salah
satu bentuk tolong menolong yang diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur‟an, tolong
menolong secara umum hukumnya sunnat. Hal ini dianggap sunnat menerima benda
titipan ketika ada orang lain yang pantas pula untuk menerima titipan.
2. Wajib
Diwajibkan menerima benda-benda titipan bagi seseorang yang percaya bahwa
dirinya sanggup menerima dan menjaga benda-benda tersebut, sementara orang
lain tidak ada seorangpun yang dapat dipercaya untuk memelihara benda-benda
tersebut.
3. Haram
Apabila seseorang tidak kuasa dan tidak sanggup memelihara benda-benda titipan.
Bagi orang seperti ini diharamkan menerima benda-benda titipan sebab dengan
menerima benda titipan berarti memberikan kesempatan (peluang) kepada
kerusakan atau hilangnya benda-benda titipan sehingga akan menyulitkan pihak
yang menitipkan.
4. Makruh
Bagi orang yang percaya kepada dirinya sendiri bahwa dia mampu menjaga benda-
benda titipan tetapi ia kurang yakin (ragu) pada kemampuannya, maka bagi orang
seperti ini dimakruhkan menerima benda-benda titipan sebab dikhawatirkan dia

79
(Fiqh Islam, Sulaiman Rasyid, 1976, hal. 315)

44
akan berkhianat terhadap yang menitipkan dengan cara merusak benda-benda
titipan atau menghilangkannya.

Jumhur ulama mengatakan bahwa rukun wadi’ah ada 3 :

1. Orang yang berakad, yaitu terdiri dari :


a. Pemilik barang/penitip (Muwaddi‟)
b. Pihak yang menyimpan/dititipi (Mustauda‟)
2. Barang/uang yang disimpan (Wadi‟ah)
3. Ijab qobul/kata sepakat (Sighat)

SYARAT-SYARAT WADI’AH

1. Orang yang berakad harus :


a. Baligh
b. Berakal
c. Cerdas („alim)

2. Barang titipan
a. Jelas (dapat diketahui jenis atau identitasnya)
b. Dapat dipegang
c. Dapat dikuasai untuk dipelihara

Jenis Wadhi’ah ada 2 :

1. Wadhi‟ah Yadul Amaanah


yaitu titipan murni, yang artinya orang yang diminta untuk menjaga barang
titipan tersebut diberikan amanah atau kepercayaan untuk menjaga barang
tersebut dari segala hal yang dapat merusaknya. Akad penitipan barang/uang
dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang
yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan
barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan.

45
Dan pada saatnya barang titipan tersebut diminta kembali oleh pemiliknya, yang
menjaga barang titipan tersebut harus mengembalikannya dalam keadaan utuh
seperti sediakala. Barang titipan tersebut tidak boleh digunakan atau
dipindahkan kepada pihak lain oleh penjaganya untuk mendapatkan keuntungan.

Ketentuan pokok pada operasional wadi‟ah yad al-amanah :

i. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh
penerima titipan;
ii. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh
memanfaatkannya;
iii. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh
penerima titipan.

2. Wadhi‟ah yadu Dhamaanah


Akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dapat memanfaatkan
barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau
kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh
dalam penggunaan barang/uang tersebut menjadi hak penerima titipan. Tangan
yang menanggung; Titipan dengan resiko ganti rugi. Sebagai konsekuensi dari yad
ad-dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut milik
mustawda‟ (demikian juga ia adalah penanggung seluruh kemungkinan kerugian).

Ketentuan pokok dalam operasional wadi‟ah yad ad-dhamanah:

i. Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang
menerima titipan;
ii. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat
menghasilkan manfaat,

46
Wakaf ‫( الوقف‬wakaf)

Wakaf berasal dari waqf yang berarti radiah (terkembalikan), al-tahbis


(tertahan), al-tasbil tertawan) dan al-man‟u (mencegah). 80
adapun Wakaf menurut
istilah adalah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya dan memungkinkan untuk
diambil manfaatnya guna diberikan di jalan kebaikan.

Rukun-rukun wakaf ialah :

1. Wakif (orang yang berwakaf)


a. Syarat wakif ialah mempunyai kecakapan melakkukan tabarru yaitu melepaskan
hak milik tanpa imbalan materi.
b. Orang yang dikatakan cakap bertindak tabarru adalah baligh, berakal sehat dan
tidak terpaksa. Dalam fiqih ada istilah baligh dan rasyid. Perbedaannya, baligh
dititikberatkan pada umur sedangkan rasyid pada kematangan pertimbangan
akal, maka akan dipandang tepat bila dalam cakap tabarru disyaratkan rasyid,
yang dapat ditentukan dengan penyelidikan.
c. Tidak ada paksaan yang tidak dibenarkan syara‟. Adapun jika ada paksaan yang
dibenarkan syara‟ seperti nadzar maka boleh memaksanya.
2. Mauquf (harta yang diwakafkan)
a. Barang yang diwakafkan berupa benda („ain)
b. Barang yang diwakafkan sudah tertentu (mu‟ayyan)
c. Barang yang diwakafkan milik sendiri
d. Barang yang diwakafkan memiliki manfaat
e. Barang yang diwakafkan jika dimanfaatkan tidak menghilangkan bendanya,
sehingga tidak sah jika mewakafkan lilin.
f. Barang yang diwakafkan itu diperbolehkan secara syara‟. Maka tidak boleh
mewakafkan alat perjudian.
3. Mauquh „alaih (pihak yang diwakafi)

80
Muhammad al-Syarbini al-Khatib, al-‘Iqna fi Hal al-Alfadz Abi Syuza, hal. 319

47
Syarat mauquf „alaih (tujuan wakaf) harus sejalan (tidak bertentangan) dengan
nilai-nilai ibadah sebab wakaf merupakan salah satu perbuatan ibadah. Harta wakaf
harus segera dapat diterima setelah wakaf diikrarkan. Hendaklah ada
lembaga/orang yang menerima harta wakaf.
4. Shighat wakaf (pernyataan wakaf)
a. Syarat-syarat shighat wakaf ialah dengan lisan, tulisan ataupun dengan isyarat.
b. Wakaf dipandang telah terjadi apabila ada pernyataan wakif (ijab), sedangkan
kabul dari mauquf „alaih tidaklah diperlukan.
c. Isyarat hanya boleh dilakukan bagi wakif yang tidak mampu dengan lisan dan
tulisan.
d. Tidak ada shighot penggantungan
e. Menjelaskan masrof wakaf seperti “saya wakafkan barang ini untuk orang
miskin”.

Seputar Nadzir waaqif


Dalam menjaga kemaslahatan barang wakaf, maka diperlukan orang yang dapat
mengurusinya yaitu orang yang diberi nama nadzir wakif (pengurus wakaf). Orang yang
diangkat menjadi nadzir boleh dari pihak waqif atau dari orang lain yang dapat dipercaya
untuk mengurusnya. Ada beberapa persyaratannya :

1. Syarat-syarat Nadzir :
a. Memiliki sifat adil secara batin
b. Mampu mentasarufkan mauquf sesuai dengan aturan
2. Tugas Nadzir waqif :
a. Menjaga mauquf
b. Menjaga penghasilan mauquf, mengumpulkannya dan menbagikannya
pada orang yang berhak.
3. Gaji Nadzir
Gaji yang diberikan kepada nadzir adalah upah yang telah disepakati meskipun
melebihi ujrah mitsli (ongkos standar). Kecuali jika nadzir tersebut adalah waqif
itu sendiri, maka tidak boleh melebihi dari ujroh mitsli.

48
Wakalah ‫( الوكالة‬Perwakilan)

Wakalah menurut bahasa adalah memberikan kuasa penuh. Adapun menurut


istilah adalah

‫يما يَ ْقبَ ُل النِّيَابَةَ لِيَ ْف َعلَوُ ِِف َحيَاتِِو‬ ِ َ ‫ص أَمرهُ َإَل‬


َ ‫آخ َر ف‬ ُ ‫تَ ْف ِو‬
َ ْ ٍ ‫يض َش ْخ‬
memberi kuasa atas sebuah hal yang bisa digantikan terhadap pihak lain (wakil), agar
dikerjakan disaat muwakkil (pihakyang memberi kuasa) masih hidup.81

Rukun-rukun wakalah

1. Muwakkil (pihak yang memberikan kuasa)


2. Wakil (pihak yang diberi kuasa)
3. Muwakkal fih (objek yang diwakilkan)
a. Harus dimiliki pihak muwakkil
b. Objeknya bisa digantikan oleh orang lain. Maka tidak sah mewakilkan
berbagai jenis ibadah mahdah seperti shalat, puasa dan lain sebagainya.
4. Shighat (ijab kabul).
a. Tidak ada paksaan
b. Tidak ada penolakan
c. Tidak digantungkan. Seperti “jia telah tiba bulan juli, saya akan
mewakilkan padamu”.
d. Contoh yang benar : “saya wakilkan penjualan rumah saya kepada kamu
wahai umar” dan umar menjawab”saya terima”. Inilah yang dinamakan ijab
Qabul

81
Fathul Wahhab, Syaikh Zakariya al-Ansori. Hal 527

49
FIQIH MUNAKAHAT
ْ َ ُ َّ ُْ َُ ُ ُ َ ُ َ ُ َ ْ َ َّ ُ َ ََ ُ َ
ِّ ِ‫ِني ٌَِ عِتادِك ًْ َوإٌِائ ِك ًْ إِن يكُٔٔا ػل َراء يغِِ ِٓ ًُ اَّلل ٌَِ فظي‬ ِ ‫كدٔا األياَم ٌِِك ًْ َوالص‬
‫اِل‬ ِ ُ‫َوأ‬
)23( ً‫ِي‬ٌ ‫اَّلل َواش ٌع َعي‬
ُ َّ َ
‫و‬
ِ
dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-
Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui. (an-Nur 32)

َ َ ‫ يَا ٌَ ْع‬- - ً‫ صىل اهلل عييّ وشي‬- ِ‫ٔل اَ ََّّلل‬ ُ ُ َ ََ َ َ ُ ْ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ


‫َّش‬ ‫ كال جلا رش‬- ِّ‫ ريض اهلل ع‬- ‫عَ عت ِد اَّللِ ة َِ مصعٔ ٍد‬
ْ َ َْ َ ْ َ َْ َ ْ َ َ ‫ض ل ِيْ َت‬ُّ َ َ ُ َّ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ
‫ َوٌَ ل ًْ َصخ ِطع‬, ‫ َوأخص َُ ل ِيف ْر ِج‬, ‫َص‬ِ ‫غ‬ ‫أ‬ ّ ُ ِ ‫إ‬‫ف‬ , ‫ج‬ ‫و‬ ‫َت‬ ‫ي‬‫ي‬ ‫ف‬ ‫ة‬ ‫اء‬ ‫ْل‬ ‫ا‬ ً ‫ك‬ِِ ٌ ‫اع‬ ‫ط‬ ‫خ‬‫اش‬ َ
ِ ٌ ! ‫اب‬
ِ ‫الش‬
‫ت‬
َْ َ ٌ َ َّ ُ َ َّ َ
ٌ ‫ فإُ ُّ هلُ و َج‬0 ‫الص ْٔ ِم‬ َّ َ
ْ َ َ
ِّ ‫ ٌخفق عيي‬- ."‫اء‬ ِ ِ ِ ‫ػعيي ِّ ة‬
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah
mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan
memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat
mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.

َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َّ َ َّ َ َ ْ ََ ْ َ َ
‫ وأثَن‬, ‫ َحِد اَّلل‬- ً‫ صىل اهلل عييّ وشي‬- ‫ أن اجل ِِب‬- - ِّ‫ ريض اهلل ع‬- ‫وعَ أن ِس ة َِ ٌال ٍِم‬
َّ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ‫َ َ ْ َ َ َ َ ي َ َ ُ َ ي َ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ َّ ُ َ ي‬
ِِ ‫ِب عَ شن‬ ‫ ػٍَ رغ‬, ‫ وأحزوج اىنصاء‬, ‫ وأصٔم وأف ِطر‬, ‫ " ىهِِّن أُا أصِّل وأُام‬/ ‫ وكال‬, ِّ ‫عيي‬
ْ َ َ ٌ َ َّ ُ ‫ََْ َ ي‬
ِّ ‫ ٌخفق عيي‬- ‫فييس ٌِِّن‬
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa,
berbuka, dan mengawini perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak
termasuk ummatku." Muttafaq Alaihi.

50
Hukum Pernikahan82

a. Wajib : bagi orang yang memiliki kemampuan dan jika khawatir terjatuh pada
yang haram.
b. Sunnah : bagi orang yang memiliki keinginan untuk menikah, dan memiliki
kemampuan untuk nafkah sehari-hari dan mahar. namun tidak khawatir terjatuh
pada perkara yang haram.
c. Mubah : bagi orang yang tidak ingin menikah dan tidak ingin punya anak
d. Makruh : bagi orang yang memiliki keinginan namun tidak memiliki kemampuan
e. Haram : bagi orang yang menikah dengan tujuan menyakiti pasangan.

Jenis nikah yang diharamkan

َ ْ َ ُ َّ َ َ
‫ (اكُج ٌِانح أْو اجلاْييث ىلع أربعث‬/‫ أُٓا كاىج‬/- ‫يض اَّلل عِٓا‬ ِ ‫ ر‬- ‫ فروي عَ اعئشث‬/‫إذا ذتج ْذا‬
،‫ ؤْ أن املرأة اىعاْرة اكُج حِصب ىلع ةاةٓا رايث تلعرف أُٓا اعْرة‬،‫ ٌِانح الرايات‬/‫ أخدْا‬/‫أكصام‬
ًٓ‫ ال خياىط‬،‫ أن الرْع ٌَ اىلتييث أو اجلاخيث اكُٔا جيخٍعٔن ىلع وطء امرأة‬/‫ واثلاين‬.‫فيأحيٓا اجلاس‬
‫ أن املرأة اكُج إذا أرادت‬/ْٔ‫ و‬،‫ ُكاح االشتِجاب‬/‫ واثلاىد‬.ّ‫ أِلق ةأشتًٓٓ ة‬..‫ فإذا جاءت ةٔدل‬،ًْ‫غري‬
ً
/‫ والراةع‬.ًْ‫ حلهٔن ودلْا نأخد‬،‫ ةذىج ُفصٓا ىعدة ٌَ فدٔل رجال اىلتائو‬..‫أن يكٔن ودلْا نريٍا‬
َّ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ
83
. »‫ «ودلت ٌَ ُكاح ال ٌَ شفاح‬/- ًَ ‫ صىل اَّلل عيي ِّ َوشي‬- ‫ اذلي كال اجلِب‬/ْٔ‫ و‬،‫اجلاكح الصديح‬

1. Al-Istibdha' atau istinjab


Ia termasuk pernikahan jahiliyyah. Dimana seorang suami menyuruh atau
mengizinkan istrinya untuk bergaul dengan orang-orang terpandang (bangsawan)
tujuannya adalah untuk mencari “ bibit unggul”. Yaitu dengan cara si suami
menyuruh kepada istrinya (dalam masa subur) untuk bergaul dengan seorang laki-
laki terhormat agar mendapatkan keturunan yang diinginkan. Pada masa ini suami
tidak menyentuh si istri sampai ada tanda-tanda kehamilan dari istri. Setelah si istri

82
Fiqhul Manhaji, jilid 4, hal 67
83
Al-Bayan fi Madzhab Imam as-Syafi’i, jilid 9 hal. 107

51
benar-benar hamil baru si suami menggaulinya atau kalau tidak ingin menggaulinya
maka si suami membiarkannya sampai si istri melahirkan.

2. Al-Mukhadanah
Pernikahan ini seperti memelihara selir. orang-orang Arab pada masa itu
menganggap aib atas perlakuan zina secara terang-terangan, tetapi tidak dianggap
aib jika hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Karena itu, mereka
menyatakan, “Sesuatu yang tidak terlihat terang-terangan, maka tidak apa-apa dan
jika mengabarkan perbuatan yang terang-terangan termasuk cela bagi mereka”.

3. Syighar84
Nikah syighar ialah apabilah seorang laki-laki menikahkan seorang
perempuan dibawah kekuasaanya dengan laki-laki lain, dengan syarat bahwa lelaki
ini menikahkan anaknya tanpa membayar mahar. Nikah syighar adalah nikah
pertukaran. Ilustrasinya adalah bahwa seorang laki-laki memiliki seorang anak
perempuan, lalu ada seorang laki-laki yang ingin menikahi anaknya itu, karena ia
tidak memiliki uang untuk membayar mahar, ia pun menikahkan anaknya tanpa
harus membayar mahar. Oleh karena itu, nikah syighar seperti tukar guling, seorang
wali memberikan anak perempuanya kepada seorang laki-laki untuk dinikahi,
sedangkan seorang laki-laki yang dimaksudkan membebaskan mahar bagi wali yang
telah memberikan anaknya.85

4. Mut’ah
Nikah mut`ah sebagai nikah untuk waktu yang sudah diketahui,
katakanlah satu atau dua hari, atau seminggu atau lebih, hanya untuk pelampias
nafsu dan bersenang-senang dalam sementara waktu belaka. Dalam perkawinan
Muth'ah pihak lelaki tidak diwajibkan membayar maskawin kepada wanita yang
dikawininya, tidak pula wajib memberikan belanja untuk keperluan hidupnya.

84
‫ص َداق‬
َ ‫ْس بَ ٌْنَ ُه َما‬ ْ ُ‫علَى أَ ْن ٌُزَ ّ ِو َجه‬
َ ٌ‫اآلخ َُر ا ْب َنتَهُ َو َل‬ َّ ‫ أ َ ْن ٌُزَ ّ ِو َج‬: ‫َار‬
َ ُ‫الر ُجل ا ْبنَتَه‬ ُ ‫شغ‬ّ ِ ‫( َوال‬Mausu’ah fiqhiyyah)
85
Terdapat khilaf yang panjang dalam masalah ini. Silahkan merujuk kepada kitab mausu’ah fiqhiyyah.

52
Dalil yang mengharamkan Mut’ah

ٌَََ ‫اِل ٍُر األْ ْْي َِّيث َز‬


ُ ْ ‫ٔم‬ ُ ُ َْ ‫اَّلل َعيَ ْي ِّ َو َشيَّ ًَ َن ََه َعَ ال ْ ٍُ ْخ َع ِث َو َع‬
ِ ‫ِل‬ ُ َّ َّ َ َّ َّ َّ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ
‫ إِن اجل ِِب صىل‬/ ‫يض اَّلل عِّ كال‬ ٍّ ِ ‫كال‬
ِ ‫لَع ر‬
ِ ِ ِ
َْ
‫خيرب‬
dari Ali radliallahu 'anhum, ia berkata: "Saat penaklukan Khaibar Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam melarang dari nikah mut'ah dan makan daging keledai”. (HR. Bukhari)

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika pernikahan :

1. Hal-hal yang dilarang dalam resepsi


a. Duduk bersebelahan dengan yang calon istri sebelum sahnya akad
b. Sang pengantin perempuan mencukur habis alisnya
c. Jangan mubazzir dalam perayaan pesta
d. Kedua mempelai jangan sampai meninggalkan shalat 5 waktu
e. Ikhtilat bercampur baurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
f. Dilarang mempercayai mitos dan tahayyul yang tak dibenarkan dalam
syariat.

2. Hal-hal yang mesti diperhatikan ketika malam pertama


a. Disunnahkan bagi suami mengucapkan salam kepada istri sebelum masuk
kedalam kamar.
b. Hendaknya tidak langsung segera berhubungan melainkan melakukan
shalat sunnah terlebih dahulu.
c. Dianjurkan berdoa setelah shalat dan sebelum melakukan hubungan agar
dikaruniai anak yang soleh dan sholehah.
d. Dianjurkan mencandai sang istri dengan cara memberikan minuman atau
manisan, atau dengan candaan dan obrolan ringan yang mubah supaya
suasana tidak agak “tegang”
e. Meletakkan tangan di ubun-ubun istri dan berdoa:

َ ‫ش ِّر َها َومِ ْه‬


‫ش ِّر‬ َ ِ ‫ج َب ْل َت َها َعلَ ْي ِه َوأ َ ُعو ُر ب‬
َ ‫ك مِ ْه‬ َ ‫خ ْي َر َها َو‬
َ ‫خ ْي َر َما‬ َ ‫اللَّ ُه َّم إِنِّي أ َ ْسأ َ ُل‬
َ ‫ك‬
‫ج َب ْل َت َها َعلَ ْي ِه‬
َ ‫َما‬

53
“Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiat yang ia
bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia
bawa.” (HR. Bukhari)

f. Disunnahkan bersiwak atau sikat gigi sebelumnya agar bau mulut


mengganggu proses jima‟.
g. Membaca doa akan berjima. Menurut pendapat yang lebih shahih, bacaan
ini hanya dibaca oleh suami, dan istri harus sering mengingatkan suami
agar membacanya.

‫ان َما َر َز ْق َتوَا‬ َّ ‫ِّب‬


َ ‫الش ْي َط‬ ِ ‫جو‬
َ ‫ان َو‬
َ ‫الش ْي َط‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬،ِ‫ب ِ ْسمِ هللا‬.
َّ ‫ج ِّو ْبوَا‬

“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari syaitan dan
jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.”
(HR. Bukhari-Muslim)

Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda: “Maka, apabila Allah


menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya,
niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.”
h. Hendaknya seorang suami tidak menggauli istrinya dalam keadaan istri
masih berbusana. Akan tetapi, usahakan melepaskan dahulu seluruh
busana istri.
i. Hendaknya seorang suami dan istri masuk kedalam satu selimut. Bukan
telanjang bulat tanpa selimut.
j. Hendaknya ketika berhubungan tidak bersuara keras. Jikalau hendak
berbicara lakukanlah dengan suara lirih.

54
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rumah tangga :

1. Adab suami kepada istri


adab suami terhadap istri sebagai berikut:
a. Pertama, bergaul dengan baik. Seorang suami hendaknya berinteraksi dengan
istri secara baik. Seorang suami adalah pelindung bagi istrinya. Tidak
selayaknya ia mengambil jarak dari istrinya karena merasa memiliki kedudukan
lebih tinggi dalam keluarga.
b. Kedua, bertutur kata yang lembut. Seorang suami hendaknya berbicara kepada
istrinya dengan bahasa yang lembut. Kata-kata kasar dan caci maki yang
menyakitkan istri harus dihindari. Jika hubungan suami dan istri baik tentulah
suasana rumah tangga sangat menyenangkan.
c. Ketiga, menunjukkan cinta kasih. Seorang suami hendaknya selalu
menunjukkan cinta dan kasih sayangnya kepada istri. Dalam suasana marah
pun, seorang suami tetap dituntut dapat menunjukkan kasih dan sayangnya
kepada istri.
d. Keempat, bersikap lapang ketika sendiri. Seorang suami hendaknya tetap
memiliki kemandirian sehingga jika suatu ketika harus sendirian di rumah,
misalnya karena istri ada perlu di luar rumah yang tidak bisa dihindari, ia dapat
melayani dirinya sendiri dengan baik tanpa banyak keluhan. Apalagi
menyalahkan istri.
e. Kelima, tidak terlalu mempersoalkan kesalahan istri. Setiap orang bisa berbuat
salah meskipun mungkin telah berusaha bersikap hati-hati. Jika istri berbuat
salah, seorang suami hendaknya dapat menasihatinya dengan bijak. Tentu
saja tidak setiap kesalahan harus dipersoalkan secara serius dan berlarut-larut
sebab hal ini dapat memperburuk hubungan.
f. Keenam, memaafkan jika istri berbuat salah. Dalam Islam memaafkan sangat
dianjurkan. Oleh karena itu seorang suami, diminta atau tidak, hendaknya
dapat memaafkan kesalahan istri. Memaafkan adalah sikap moral yang sangat
terpuji dan menunjukkan jiwa besar.
g. Ketujuh, menjaga harta istri. Harta istri seperti mahar dari suami atau hasil
bekerja sendiri merupakan milik istri. Oleh karena itu seorang suami

55
hendaknya menjaga harta itu dengan baik dan tidak mengklaim sebagai
miliknya. Jika ia bermasud menggukan sebagian atau seluruh harta itu, maka
harus meminta izin dari istrinya hingga mendapatkan persetujuan.
h. Kedelapan, tidak banyak mendebat. Perdebatan tidak selalu berdampak baik.
Oleh karena itu seorang suami hendaknya dapat menghargai pendapat istri
sekalipun mungkin kurang setuju. Tentu saja hal ini berlaku untuk masalah-
masalah yang memang kurang prinsipil.
i. Kesembilan, mengeluarkan biaya untuk mencukupi kebutuhan istri secara
tidak bakhil. suami-istri jangan pelit satu sama lain sebab hal ini akan
berdampak kurang baik dalam keharmonisan keluarga. Suami dan istri
hendaknya bersikap longgar satu sama lain untuk saling membantu.
j. Kesepuluh, memuliakan keluarga istri. Secara naluri seorang istri umumnya
memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan keluarganya. Demikian
pula sebaliknya. Oleh karena itu seorang suami hendaknya bersikap baik
terhadap keluarga istrinya dengan menghormati mereka. Sikap sebaliknya
akan melukai perasaan istri.
k. Kesebelas, senantiasa memberi janji yang baik. Menjanjikan sesuatu yang baik
kepada istri adalah baik terutama dalam rangka mendorong kebiasaan yang
baik dalam keluarga. Sebaliknya, sangat sering memberi ancaman-ancaman
tentu tidak bijaksana sebab akan menimbulkan ketakutan-ketakutan yang
berdampak kurang baik.
l. Kedua belas, selalu bersemangat terhadap istri. Kegairahan hidup berumah
tangga harus selalu dirawat dengan baik. Oleh karena itu seorang suami
hendaknya menunjukkan semangatnya dalam berinteraksi dengan istri
termasuk dalam memenuhi nafkah lahir dan batinnya.

Demkianlah kedua belas adab suami terhadap istri sebagaimana nasihat Imam
Al-Ghazali. Nasihat ini sekaligus menepis anggapan bahwa seorang suami boleh berbuat
sesuka hati kepada istrinya. Tentu saja hal ini tidak benar sama sekali karena Islam
sangat menekankan sikap adil. Jangankan kepada istri yang kita cintai, kepada pihak lain
yang mungkin kita tidak suka, kita tetap dituntut bersikap adil.

56
2. Adab istri kepada suami dan hak seorang suami

Dari kutipan di atas dapat diuraikan keenam belas adab istri terhadap suami
sebagai berikut:

1. Pertama, senantiasa merasa malu terhadap suami. Seorang istri hendaknya


tetap mempertahankan rasa malu kepada suami meski sudah bukan pengantin
baru lagi. Tentu saja malu dalam konteks ini adalah rasa malu dalam arti positif,
seperti malu ketika bau badannya menimbulkan ketidaknyamanan; malu
berpenampilan tidak menarik; atau malu berperilaku buruk, dan sebagainya.
2. Kedua, tidak banyak mendebat. Perdebatan yang berkepanjangan berpotensi
menimbulkan ketegangan dan konflik. Seorang istri hendaknya tidak mendebat
suami dalam hal-hal yang tidak perlu. Namun demikian diskusi serius dengan
suami untuk mencari solusi terbaik dari suatu permasalahan tidak sebaiknya
dihindari. Hal ini justru baik dalam rangka bermusyawarah.
3. Ketiga, senantiasa taat atas perintahnya. Taat pada suami adalah kewajiban.
Namun demikian apabila perintah suami bertentangan dengan syara‟, seorang
istri dapat mengajukan keberatan dengan tetap mengedepankan kesopanan dan
cara yang baik dalam menolaknya. Atau, istri dapat mengajukan alternatif lain
dari perintah suami.
4. Keempat, diam ketika suami sedang berbicara. Seorang istri hendaknya
mendengarkan dengan baik apa yang sedang dikatakan suaminya. Jika ia
bermaksud memotong pembicaraannya sebaiknya meminta persetujuannya
terlebih dahulu. Jika ternyata suami tidak memberi ijin, sebaiknya istri diam dan
tidak memprotes secara keras demi mencegah timbulnya ketegangan.
5. Kelima, menjaga kehormatan suami ketika ia sedang pergi. Seorang istri
hendaknya tetap berperilaku baik meski suami sedang tak ada dirumah. Dalam
situasi seperti ini seorang istri hendaknya tidak memanfaatkan kesempatan
untuk bersenang-senang menuruti hawa nafsu, misalnya dengan pergaulan
yang sangat longgar. Hal ini sangat tidak baik sebab bisa berpotensi
menimbulkan fitnah.
6. Keenam, tidak berkiahanat dalam menjaga harta suami. Seorang istri adalah
pihak yang paling dipercaya suami untuk menjaga hartanya. Kepercayaan ini

57
tidak sebaiknya dikhianati dengan penghambur-hamburan yang tidak perlu.
Apalagi jika harta itu digunakan untuk kemaskiatan yang sudah pasti akan
menimbulkan persoalan yang tidak baik di kemudian hari.
7. Ketujuh, menjaga badan tetap berbau harum. Seorang istri hendaknya menjaga
bau badannya sedemikian rupa sehingga suami merasa nyaman di sampingnya.
Namun demikian hal ini tidak berarti seorang istri harus mandi parfum. Mandi
secara teratur dengan air dan sabun mandi yang wangi merupakan cara paling
mudah untuk menjaga badan tetap segar.
8. Kedelapan, mulut berbau segar dan berpakaian bersih. Tidak hanya terkait
dengan bau badan, tetapi juga bau mulut hendaknya menjadi perhatian istri,
yakni selalu segar. Demikian pula pakaian yang ia kenakan sehari-hari juga harus
bersih. Semua ini adalah agar mereka sama-sama nyaman dalam berinteraksi
baik di dalam maupun di luar rumah.
9. Kesembilan, menampakkan qana‟ah. Seorang istri hendaknya tidak menuntut
lebih dari apa yang mampu diberikan suami kepadanya. Ia hendaknya
menysukuri berapa pun jumlah atau wujud pemberiannya. Namun demikian hal
ini tidak berarti seorang istri tidak boleh mendorong dan mendoakan suami
agar lebih maju lagi dalam bidang ekonomi atau bidang lainnya.
10. Kesepuluh, menampilkan sikap belas kasih. Seorang istri hendaknya bersikap
belas kasih kepada suami atas semua jerih payahnya. Jangan sampai ia bersikap
kasar atau bahkan menindas suami yang kondisinya sedang lemah, seperti
sakit. Apalagi dengan sengaja menyakiti perasaannya dengan hinaan yang
merendahkan dirinya. Bagaimanapun ia harus mengasihi suaminya dengan
sepenuh hati. .
11. Kesebelas, selalu berhias. Seorang istri hendaknya selalu tampil menarik di
depan suami. Banyak manfaat dari hal ini, misalnya suami menjadi lebih betah di
rumah dan tidak terdorong untuk mencari-cari alasan keluar rumah.
12. Kedua belas, memuliakan kerabat dan keluarga suami. Seorang istri hendaknya
selalu sadar bahwa suami umumnya memiliki hubungan emosional yang kuat
dengan para kerabat dan keluarganya. Oleh karena itu seorang istri hendaknya

58
dapat memperlakukan kerabat dan keluarga suami dengan respek tanpa
mempersoalkan status sosial mereka.
13. Ketiga belas, melihat kenyataan suami dengan keutamaan. Apapun keadaan
suami, seorang isri hendaknya dapat menerimanya sebagai kenyataan. Jika
suami keadaannya baik, seorang istri hendaknya mensyukurinya sebagai
kenikmatan. Jika sebaliknya, seorang istri hendaknya bersikap sabar. Syukur dan
sabar merupakan keutamaan dari Allah subhanahu wa ta‟ala.
14. Keempat belas, menerima hasil kerja suami dengan rasa syukur. Berapa pun
penghasilan suami, seorang istri hendaknya dapat mensyukuri. Dengan
mensyukuri nikmat-Nya, Allah akan menambahkan dengan berbagai kenikmatan
yang lain.
15. Kelima belas, menampakkan rasa cinta kepada suami kala berada di dekatnya.
Seorang istri hendaknya senantiasa menunjukkan rasa cintanya kepada suami
terlebih saat berada di dekatnya. Hal ini karena salah satu tujuan dari
pembentukan rumah tangga adalah untuk membentuk keluarga yang saling
mencintai.
16. Keenam belas, menampakkan rasa gembira di kala melihat suami. Kapan saja
dan di mana saja seorang istri bertemu dengan suaminya, hendaknya ia selalu
menunjukkan rasa gembiranya. Hal ini amat penting karena umumnya suami
merasa gembira ketika melihat istrinya bergembira.

Demikianlah keenam belas adab istri terhadap suami sebagaimana dinasihatkan


Imam Al-Ghazali. Semakin banyak adab terhadap suami yang bisa dilaksanakan, semakin
tinggi derajat kesalehan istri. Istri salehah adalah istri yang menjunjung tinggi nilai-nilai
keadaban. Semakin tinggi nilai-nilai keadaban seseorang sesunguhnya ia semakin tinggi
derajat kemuliaannya baik di mata Allah subhanahu wa ta‟ala maupun sesama manusia.

59
3. Adab dalam rumah tangga secara umum

Adapun nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga salah satunya


terdapat dalam adab-adab terhadap pasangan hidup. Berikut ini beberapa adab atau
etika terhadap pasangan hidup :

1. Mempergaulinya dengan baik (ma‟ruf).Yaitu mempergaulinya dengan lembut, wajah


berseri, saling hargai dan hormati. Firman Allah : “Dan pergaulilah mereka (isteri
isterikalian) dengan baik (pergaulan yang patut)”. (QS.an-Nisa‟: 19).
2. Menutup mata terhadap kesalahankesalahannnya, dan mengingat
kebaikankebaikannya sebelum keburukannya.Sabda Rasulullah SAW. : “Janganlah
seorang Mukmin menyakitiseorang mukminah, bila ia tidak suka dengansalah satu
tabiatnya maka dia suka denganyang lainnya” (HR.Muslim)
3. Saling menjaga amanah dan saling percaya, tidak mengkhianati dalam kehormatan,
hartamaupun yang lainnya.
4. Saling memberikan cinta dan kasih sayang (mawaddah dan rahmah).
5. Melaksanakan dan menunaikan kewajiban masing-masing terhadap yang lain
6. Saling memberikan nasihat
7. Mengajarkannya apa apa yang ia tidak ketahui dari urusan agamanya (bila
adakemampuan). Kalau tidak, makahendaknya memberikan kemudahankepadanya
untuk menuntut ilmu.
8. Ghirah (kecemburuan) yang terpuji dan proporsional untuk mencegahnya agar tidak
terjerumus pada yang haram
9. Komit mengenakan hijab yang syar‟i, menghindari Ikhtilath (campur laki dan
perempuan), tidak bergaul dengan orang fasiq, tidak menyebarkan rahasia berdua.
10. Memberi nafkah dari harta yang halal.Sang isteri mentaati suaminya padakebaikan
(ma‟ruf).Sabda Rasulullah SAW: “Sebaik baik kalian adalah yang paling baik
mempergauli isterinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap isterinya,”
(HR.Turmudzi, Ibnu Majah, Darimiy, Thabrani,dan al-Bazzar)

60
Hak-hak seorang istri

Hak seorang istri yang disebutkan syaikh nawawi dalam Uqulujjainnya86 :

1. Seorang istri harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya. Allah SWT berfirman :


“dan pergaulilah mereka dengan ma‟ruf”. Diantara bentuk perlakuan baik adalah
bertutur kata yang baik dan berlaku adil kepada istri.
2. Seorang istri berhak atas pemberian nafkah. Dan berhak menuntut kepada suami.
3. Seorang istri berhak atas makanan.
4. Seorang istri berhak diberi pakaian dan tempat tinggal
5. Seorang istri tidak boleh dibentak dan dijelek-jelekkan.
6. Seorang istri berhak menerima pelajaran agama yang wajib baginya, seperti
permasalahan shalat, puasa, dll dan apabila suami tak mampu mengajarkannya
maka wajib bagi suami mengantarkannya keseorang guru atau
menyekolahkannya sampai ia dapat menguasai ilmu-ilmu tersebut.

Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy‟ari lebih lanjut menyampaikan bahwa hak


yang harus diterima oleh istri adalah:

1. Suami harus memberikan nafkah berupa makan, maksudnya uang belanja sehari-
hari urusan dapur.
2. Suami harus memberikan pekerjaan yang layak dan pantas kepada istrinya.
3. Suami tidak boleh memukul wajah istrinya.
4. Suami tidak boleh memaki-maki istri, termasuk membentah atau memarahi istri nya
kecuali di dalam rumah sendiri.

86
Uqudulujjain fi bayaani huquq zaujain, Hal.3

61
Hak-hak seorang suami

Kewajiban-kewajiban Istri yang harus dilakukan, dan hak yang harus diterima
oleh suami adalah:

1. Isteri wajib taat kepada suaminya terhadap segala apa saja perintah suami, selagi
dalam hal yang dihalalkan menurut perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. Istri tidak boleh berpuasa kecuali atas izin suaminya.
3. Istri tidak boleh keluar rumah, kecuali atas izin dan ridla suaminya.
4. Seorang istri harus bersungguh-sungguh mencari ridla suaminya, karena ridla Allah
berada didalam ridho suaminya dan marahnya Allah berada di dalam marah
suaminya.
5. Sekuat mungkin istri wajib berusaha menjauhi yang sekiranya menyebabkan
suaminya marah.
6. Menawarkan diri kepada Suami nya, mau tidur atau dalam hal apakah si Suami
“kerso” pingin berhubungan badan, atau sekedar bercumbu, atau yang sejenisnya
(karena hal ini adalah salah satu dari hak yang harus diterima oleh suami).
7. Istri tidak berkhianat, atau menyimpang ketika suaminya tidak ada di rumah. Baik
terkait urusan ranjang atau tempat tidur, maupun urusan harta suaminya. Apalagi
zaman seperti saat ini, godaan-godaan, baik melalui medsos maupun melalui hal lain,
begitu gencar dan luar biasa masif, sehingga seorang istri harus bisa menjaga diri.
8. Seorang Istri sebaiknya selalu berpenampilan menarik di depan suaminya, baunya
selalu harum dan wangi, menjaga bau mulutnya.
9. Istri juga sebaiknya selalu menjaga performanya, berpenampilan menarik di depan
suaminya. (Bukan malah sebaliknyanya, kalau di depan suaminya berantakan, lusuh,
bau, dan lain-lain, giliran ke luar rumah tanpa bersama suami malah berpenampilan
semenarik mungkin. Ini kurang tepat; setidaknya yang baik, sama-sama
berpenampilan menarik. Apalagi ketika bersama suaminya, tentu harus lebih baik
lagi).

62
Apakah pekerjaan rumah kewajiban istri ?

Tidak ada khilaf diantara para ahli fiqih tentang bahwasanya diperbolehkan bagi
seorang istri melayani suaminya dirumah. Namun mereka berselisih pendapat apakah
khidmah itu wajib ataukah sunnah.

Jumhur ulama dari madzhab Syafi‟iyyah, Hanabila dan sebagian madzhab


Malikiyyah bahwasanya khimah kepada suami tidak wajib bagi seorang istri, akan tetapi
sunnah sebagaimana berlaku pada umumnya. Namun Mazhab Hanafiyyah berpendapat
bahwa khidmah seorang istri adalah wajib.

Larangan dalam berjima

1. Larangan menggauli ketika istri sedang haid


Haram hukumnya menggauli istri ketika istri sedang haid. Dan apabila
terjadi maka wajib bagi suami membayar kaffarat untuk menebus dosanya
sebesar 1 dinar (kurang lebih 2 juta). Namun, apabila si istri sudah suci namun
belum mandi hadats maka kaffaratnya adalah setengah dinar. Diberikan kepada
faqir miskin.
2. Bersetubuh melalui dubur atau anus
haram hukumnya bagi seorang suami menyetubuhi istrinya melalui
duburnya, adapun dari arah belakang diperbolehkan selagi melalui qubulnya.
3. Dilarang menyebarkan rahasia ranjang
Dilarang menceritakan tentang rahasia ranjang. Baik itu kepada keluarga
terlebih oleh orang lain. Yang mana hal ini biasa dilakukan oleh pengantin baru.
4. Dilarang berjima’ saat ihram (memakai kain ihram baik pada haji / umrah)
5. Dilarang berjima’ saat puasa (khusus disiang hari)
Ulama sepakat bahwa haram bagi orang yang berpuasa berjima „ disiang
hari dibulan ramadhan . dan kaffaratnya adalah pertama, membebaskan budak
berturut-turut, jika tidak mampu maka ia harus berpuasa 2 bulan berturut-turut.
Dan jika ia tidak mampu ia harus memberi makan 60 orang miskin masing-
masing 1 mud.

63
6. Jangan memulai hubungan intim tanpa doa
7. Hendaknya tidak langsung berhubungan intim
Rasulullah bersabda, “Siapa pun di antara kamu, janganlah menyamai
isterinya seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan
perantaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan itu ? Rasul
Allâh SAW bersabda, “yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis”. (HR. Bukhâriy
dan Muslim).

8. Suami dilarang mendahului istri, kecuali seizin istri


Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang diantara kamu menjima‟
istrinya, hendaklah ia menyempurnakan hajat istrinya. Jika ia mendahului istrinya,
maka janganlah ia tergesa meninggalkannya.” (HR. Abu Ya‟la)

9. Dilarang berjima’ di tempat terbuka


10. Tidak berhubungan badan saat badan masih kotor
Seperti Abu Rafi‟ radhiyallahu „anhu berkata: Rasulullah pada suatu hari
pernah menggilir istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali selesai berhubungan
bersama ini dan ini. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah lebih baik engkau
cukup sekali mandi saja?” Beliau menjawab, “Seperti ini lebih suci dan lebih baik
serta lebih bersih.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Waktu-waktu yang dilarang berhubungan menurut kitab Fathul Izar

1. Barangsiapa yang berhubungan di malam jumat maka akan menghasilkan


keturunan yang hafal Al-Quran.
2. Barangsiapa yang berhubungan di malam sabtu maka akan menghasilkan
keturunan yang gila.
3. Barang siapa yang mendatangi istrinya di malam minggu maka akan
menghasilkan keturunan yang suka mencuri atau yang suka berbuat aniaya.
4. Barangsiapa yang berhubungan badan di malam senin maka akan menghasilkan
keturunan yang fakir atau keturunan yang sangat ridho dengan pembagian Allah.

64
5. Barang siapa yang mendatangi istrinya di malam selasa maka akan menghasilkan
keturunan yang berbakti kepada orang tuanya.
6. Barangsiapa yang berhubungan intim di malam rabu akan menghasilkan
keturunan yang cerdas, banyak akalnya, banyak ilmunya, serta banyak
bersyukurnya.
7. Barangsiapa berhubungan intim di malam kamis akan menghasilkan keturunan
yang iklas.

Seorang ahli ilmu tersebut juga menyatakan untuk jangan bersenggama di malam
hari raya baik itu Idul Fitri maupun Idul Adha karena akan menghasilkan keturunan yang
cacat atau mempunyai enam jari. Dan bagi yang menginginkan mempunyai keturunan
yang cantik dan ganteng serta rupawan berjimaklah dalam keadaan terang.

Wanita Yang Haram Dinikahi

1. Perbedaan Agama
2. Akhlaq dan Perilaku Yang Buruk
3. Mahram

Bab Mahram
a. Mahram Yang Bersifat Abadi

ii. Mahram Karena Nasab, seperti ayah, ibu, saudara kandung dll.
iii. Mahram Karena Mushaharah, seperti bapak mertua atau ibu mertua.
iv. Mahram Karena Penyusuan, seperti ibu persusuan, saudara sepersusuan.

b. Mahram yang bersifat sementara


1. Istri Orang Lain (halal jika sudah dicerai suaminya)
2. Saudara Ipar (halal jika sudah cerai dengan istri)
3. Masih Masa Iddah (halal jika sudah habis iddahnya)
4. Istri yang Ditalak Tiga (halal jika sudah dinikahi orang lain dan dicerainya)

65
5. Wanita yang sedang ihrom sampai ia tahallul
6. Bibi dari istri
7. Wanita Kafir Selain Ahli Kitab yang belum masuk islam
8. Wanita pezina sampai ia bertaubat dan melakukan istibro‟ (pembuktian
kosongnya rahim)
9. Wanita dijadikan istri kelima sedangkan masih memiliki istri yang keempat

Memilih Calon Pasangan

Kriteria pasangan

Tatkala kita mencari pasangan untuk menciptakan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah tidak cukup hanya dilihat dari sebatas keturunan atau kecantikan
saja. akan tetapi kita harus melihat kedalam sisi agamanya dan akhlaqnya. Ada beberapa
alasan yang menjadi faktor seseorang dinikahi, sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW :

1. Karena kecantikannya
2. Karena hartanya
3. Karena nasab keturunannya
4. Karena agamanya

Dan Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita untuk memilih perempuan


karena sisi agamanya, Niscaya kita tidak akan rugi dan menyesal. Namun perempuan
yang beragama itu seperti apa ? apa dilihat dari nilai ujian agamanya yang mendapat
nilai tertinggi ? ataukah yang agamanya baik itu yang gelarnya sarjana agama ? tentu
tidak. Agama tidak dilhat dari nilai, titel ataupun jabatan. Namun itu semua dilihat dari
ketaqwaannya. Ada beberapa ciri perempuan Shalehah :

1. Benar akidahnya
2. Rajin ibadahnya
3. Dalam ilmu agamanya

66
4. Mulia akhlaqnya
5. Sopan bicaranya
6. Pandai menjaga waktunya
7. Syar‟i pakaiannya
8. Dapat menjaga dirinya dan kehormatannya
9. Berbakti kepada orang tuanya
10. Rajin mengajinya dan baca al-Qur‟annya
11. Dekat dengan ulama dan guru
12. Tidak mau diajak pacaran

Biasanya, istri yang solehah dapat juga tercermin dari keluarganya dan nasabnya.
Semisal, bapak ibunya terkenal shaleh dan wara‟ maka anaknya pun tak jauh dari orang
tuanya, ia pun pasti anak yang solehah karena dididik oleh orang sholeh dan diberikan
makan dari yang halal. Namun jikalau kita mendapat ada keluarga yang soleh namun
anaknya tidak solehah, mengindikasikan ada kesalahan dalam tarbiyah anak tersebut,
atau anak tersebut memang menjadi ujian bagi orang tuanya sebagaimana pada kisah
Kan‟an dan nabi Nuh. Maka tak cukup kita hanya melihat kesolehan orang tua saja, tapi
kita juga perlu melihat bagaimana kesolehan perempuan itu, baik mencari tau sendiri
atau mencari tahu lewat orang lain.

Ada beberapa karakter perempuan yang disebutkan dalam kitab Qurrotul Uyun
yang dilarang oleh Rasululullah SAW untuk dinikahi :

1. ‫ الشهبرة‬Syahbaroh : wanita yang suka berbicara kotor (tak bisa menjaga mulut)
2. ‫ اللهبرة‬al-Lahbaroh : wanita tinggi yang suka bercanda (terlalu gaul)
3. ‫ الوهبرة‬an-Nahbaroh : wanita lemah yang suka membelakangi suami
4. ‫ الهوذرة‬al-Handaroh : wanita yang pendek lagi tercela
5. ‫ اللفوت‬al-Lafut : Wanita yang memiliki anak dari orang selain suaminya

67
Yang Lebih Dianjurkan dalam Memilih Istri

1) Kualitas Agama
2) Diutamakan Perawan
3) Belum Punya Anak
4) Keturunan
5) Kesuburan
6) Kecantikan dan Kepatuhan
7) Berakal dan Berakhlaq Baik
8) Bukan Kerabat Dekat
9) Mahar Yang Seimbang (tidak memberatkan)
10) Bukan Wanita Yang Dicerai

Hak Wanita Untuk Memilih Calon Suami


Hak memilih calon bukan hanya ada pada pihak lelaki, tetapi juga perempuan.
Syariat islam juga memberikan hak yang sama besarnya kepada para wanita dalam
memilih calon suami yang akan menjadi pendamping hidupnya. Ada beberapa hak wanita
dalam rangka memilih calon suami,

1. Hak dimintai persetujuan


2. Hak dimintai pertimbangan
3. Hak mendapatkan suami yang shaleh

68
Khitbah

Pernyataan keinginan dari seorang lelaki untuk menikah dengan wanita tertentu,
lalu pihak wanita memberitahukan hal tersebut pada walinya. Adakalanya pernyataan
keinginan tersebut disampaikan dengan bahasa jelas dan tegas (sharih) atau dapat juga
dilakukan dengan sindiran (kinayah)

1) Hukum Taklifi
ii. Khitbah Yang Halal adalah khitbah kepada wanita yang hidup single (belum
memiliki suami) dan melajang, yaitu para perawan yang belum pernah
menikah sebelumnya.
iii. Khitbah Yang Haram adalah dalam kondisi yang haram untuk melamar
seperti sedang memakai ihram atau melamar perempuan yang dilarang
untuk dilamar, seperti :
1. Wanita yang haram dinikahi (mahram)
2. Wanita yang bersuami
3. Wanita yang masih dalam masa iddah
4. Wanita yang sudah dikhitbah

2) Jenis lamaran (khitbah)


a. Tashrih (jelas) : lamaran yang sifatnya jelas dan tegas. Seperti kalimat :
“Maukah engkau menjadi istriku”.
b. Ta'ridh (sindiran) : lamaran yang sifatnya tidak lugas, dengan kalimat
bersayap. Seperti “sepertinya kita berjodoh”.

3) Hukum memandang wanita yang dikhitbah


Disunnahkan sebelum menikah, calon pengantin saling melihat sekedar
wajah dan telapak tangan luar dan dalamnya akan tetapi dengan niat untuk
menikahi bukan untuk bersenang-senang. Akan tetapi haram untuk dipegang dan
tidak boleh berduaan.

69
4) Perbedaan khitbah Gadis dan Janda
a. Cara melamar gadis khitbahnya (lamarannya) ditujukan langsung kepada
wali dari seorang wanita yaitu ayah kandungnya.
b. Cara melamar seorang janda yaitu kepada walinya, namun jika walinya
sudah tiada, maka boleh langsung melamar wanita tersebut.
5) Proses Khitbah
a. Pengajuan Khitbah, konfirmasi sebelum melamar
b. Tukar Menukar Informasi, seperti ta‟aruf, tukar cv dll.
c. Jawaban, artinya pada tahapan ini seorang wali harus memberikan jawaban
kepada yang melamar, apakah diterima atau ditolak.
d. Pembatalan, artinya seorang wali bisa membatalkan lamaran seorang lelaki
manakala terdapat kesalahan informasi atau melanggar perjanjian, seperti
pihak wanita mensyaratkan kepada pihak laki-laki agar segera menikahinya
dalam tempo waktu 2 bulan, ketika masuk bulan ketiga ternyata belum
dinikahi maka batallah lamaran tersebut secara otomatis. Atau sebaliknya.

Rukun Nikah

1. Rukun Pertama : Suami & Istri


2. Rukun Kedua : Wali
3. Rukun Ketiga : Saksi
4. Rukun Keempat : Ijab Kabul

Syarat sah pernikahan

1. Bukan Wanita Yang Haram Dinikahi


2. Ijab Kabul Untuk Selamanya
3. Tidak Terpaksa
4. Penetapan Pasangan
5. Tidak Dalam Keadaan Ihram

70
Sunnah-Sunnah Ketika Menikah

1. Didahului Khitbah
2. Khutbah Sebelum Akad
3. Doa Seusai Akad
4. Hari Jumat Sore
5. Diumumkan
6. Penyebutan Mahar
7. Undangan Makan

Wali Nikah

Syarat Sah Wali


a. Laki-laki
b. Kesamaan Agama
c. Berakal
d. Baligh
e. Merdeka
f. Al-Adalah

Urutan Wali

a. Ayah kandung
b. Kakek, atau ayah dari ayah
c. Saudara se-ayah dan se-ibu
d. Saudara se-ayah saja
e. Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah dan se-ibu
f. Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah saja
g. Saudara laki-laki ayah
h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah

71
Saksi Nikah

Syarat Dasar
a. Beragama Islam
b. Taklif
c. Al-'Adalah
d. Minimal Dua Orang
e. Laki-laki
f. Merdeka

Syarat Teknis

a. Sehat Pendengaran
b. Sehat Penglihatan
c. Mampu Berbicara
d. Sadar atau Terjaga
e. Memahami Bahasa Kedua Belah Pihak
f. Bukan Anak Dari Salah Satu atau Kedua Pengantin

72
Ijab Kabul

Syarat Ijab Qabul

1. Satu Majelis
2. Saling Dengar dan Mengerti
3. Tidak Bertentangan
4. Tamyiz

Lafaz Ijab Qabul

1. Tidak Harus Dalam Bahasa Arab


2. Lafadz Nikah dan Sejenisnya
3. Dengan Fi'il Madhi

Bukan Termasuk Syarat

1. Kehadiran Istri dalam Majelis


2. Bersalaman
3. Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat
4. Sighat Ta‟liq

73
Walimatul `Urs

Walimah menurut bahasa adalah berkumpul. Sedangkan menurut istilah adalah


sebuah nama bagi setiap undangan atau makanan yang disajikan karena ada sesuatu
yang membahagiakan seperti pernikahan dan sebagainya.

Hukumnya
Hukum mengadakannya adalah sunnah . sebagian ahli fiqih berpendapat bahwa walimah
itu wajib. Akan tetapi madzhab syafii berpandangan sunnah.

Hukum menghadirinya
Terdapat 2 versi :

1. Qaul ashah hukumnya fardhu „ain. Sebagian mengatakan fardhu kifayah.


2. Muqobil ashah : Sunnah.

Perincian undangan yang harus dipenuhi :

1. Yang mengundang islam


2. Diundang secara spesifik
3. Diundang bukan karena terpaksa atau rasa tidak enak atau tujuan dunia
4. Didalam acara itu tidak ada hal yang dapat menjatuhkan kehormatannya
5. Didalam acara itu tidak terdapat kemungkaran yang tidak bisa ia hilangkan
6. Acara tersebut diselenggarakan bukan dari uang haram atau syubhat

Waktu pelaksanaannya

1. Pendapat Ashah kalangan malikiyyah dan syafi‟iyyah berpendapat ketika setelah


terjadi jima‟.
2. Pendapat madzhab ahmad bin hanbal yaitu setelah melangsungkan akad nikah.

74
Menerima ajakan makan

1. Jika dihati kita ada keraguan akan kerelaan pihak yang menawari maka tidak boleh
2. Jika dengan perasaan yakin yang menawarkan itu karena malu, takut, terpaksa atau
basa basi maka tidak boleh

Kewajiban Suami Istri

Kewajiban Suami

1. Memberi Mahar
2. Memberi Nafkah
3. Menyetubuhi
4. Bermalam Bersama Istri
5. Menggilir Para Istri
6. Berkhidmat Memberikan Pelayanan

Kewajiban Istri

1. Penyerahan Diri
2. Istimta‟
3. Diberi Pelajaran Waktu Nusyudz
4. Minta Izin Bepergian
5. Tidak Mengizinkan Laki-laki Lain Masuk Rumah
6. Berkhidmat dan Melayani Suami
7. Ikut Suami

75
Mahar

Mahar bisa juga disebut shidaq, mahar, nihlah, thoul, shadaqah, ajrun, faridhoh,
hiba‫„ طو‬athiyyah. Memiliki makna yang sama yaitu maskawin. Menurut syara‟ shidaq
adalah sesuatu yang wajib dibayar oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai
wanita sebab pernikahan.

Batasan minimal mahar dalam madzhab as-Syafi‟iyyah adalah setiap benda/jasa


yang memiliki nilai jual.

Menurut ahli fiqih Mahar adalah sesuatu yang wajib dan menyebutkannya tidak wajib
menurut kesepatakan ulama. Dan mahar bukanlah rukun nikah, namun ia wajib bagi
seorang calon suami.

Hikmah Mahar

1. Bentuk Pemuliaan Islam Kepada Wanita


2. Ikatan Yang Kuat
3. Wujud Nyata Bentuk Kepemimpinan Suami

Bentuk Mahar di Masa Nabi

1. Mahar Rasulullah SAW kepada Istri-istrinya


2. Sepasang Sendal
3. Mengajarkan Al-Quran
4. Tidak Dalam Bentuk Apa-apa

76
Nafkah

Sebab wajibnya nafkah

1. Penikahan, ada beberapa syarat :


a. Adanya pernyataan dari istri bahwasanya ia telah menyerahkan diri secara
penuh terhadap suami secara langsung jika suami tidak sedang berpergian dan
dengan surat jika suami itu sedang berpergian. Adapun menurut qaul qadim
penyerahan diri istri itu cukup dengan akad pernikahan.
b. Tidak nusyuz (durhaka kepada suami)
c. Suami dalam keadaan mampu.
d. Adapun jika lelaki itu berstatus mantan suami maka masih wajib jika :
1. Mantan istri masih dalam masa iddah untuk rujuk
2. Mantan istri yang tidak bisa dirujuk namun dalam keadaan hamil
3. Mantan istri yang tidak bisa dirujuk namun dalam keadaan tidak hamil

2. Kepemilikan hamba sahaya


3. Kekerabatan
a. Menafkahi kedua orang tua. Itu wajib jika :
1. Kedua orang tua itu faqir. Yakni tidak memiliki harta.
2. Anak dalam kondisi mampu bekerja atau mampu karena memiliki harta.
3. Anak yang menafkahi merupakan ahli waris kedua orang tuanya menurut
madzhab hambali. Namun jumhur tidak membedakan antara orang tua kafir
atau muslim.
4. Jika ibu yang dinafkahi maka disyaratkan tidak ada suami yang
menafkahinya
5. Orang tuanya bukan hamba sahaya. Sebab jika keduanya hamba sahaya
maka yang wajib adalah tuannya.
6. Tidak wajib menafkahi keluarga yang kafir harby, murtad, atau orang yang
suka meninggalkan shalat setelah adanya perintah dari imam untuk
membunuhnya, atau termasuk pelaku zina muhson.

77
7. Nafkah untuk kedua orang tua itu telah melebihi dari kebutuhan diri anak
dan kebutuhan istrinya selama sehari semalam.
b. Menafkahi anak
1. Anak tidak berstatus sebagai budak.
2. Seorang ayah tidak berstatus budak pula.
3. Anak itu termasuk orang yang terjaga darahnya, artinya dia bukan kafir
harbi, murtad, orang yang suka meninggalkan shalat setelah adanya
perintah dari imam untuk membunuhnya atau termasuk pelaku zina
muhson.
4. Anak itu dalam keadaan faqir atau masih kecil, adapun jika ia sudah baligh
dan dapat mencari nafkah sendiri maka ia tidak wajib dinafkahi. Kecuali
anak yang sudah baligh itu belum bisa mencari nafkah, maka masih tetap
kewajiban seorang orang tua.
5. Anak dalam keadaan lumpuh dan fakir. Maka anak yang dalam kondisi
sehat dan fakir atau lumpuh namun kaya, maka tidak wajib dinafkahi.
6. Anak dalam keadaan gila dan fakir.

Urutan dalam pemberian nafkah

1. Diri sendiri
2. Istri dan pembantunya
3. Anak yang belum baligh
4. Ibu
5. Ayah
6. Dan kemudian anak yang telah baligh

Cakupan nafkah

1. Makanan pokok
2. Pakaian
3. Tempat tinggal
4. Lauk-pauk termasuk diantaranya daging

78
5. Alas duduk
6. Alas tidur
7. Penutup kepala
8. Perlengkapan makan, minum dan masak
9. Perlengkapan mandi seperti minyak rambut, sampo, bedak dll
10. Perlengkapan berhias
11. Mempekerjakan pembantu
12. Minuman kopi
13. Lampu dipermulaan malam
14. Air untuk mandi
15. Obat-obatan

Nafkah untuk kerabat mencakup

1. Makanan pokok
2. Pakaian
3. Tempat tinggal
4. Lauk pauk
5. Biaya hidup pembantu, ongkos dokter dan harga obat-obatan

Waktu pemberian nafkah

1. Menurut imam malik dapat diberikan sebulan sekali


2. Menurut imam as-Syafii tiga hari skali

79
Jima
Hukum

1. Mubah, pada dasarnya hukum jimak adalah mubah oleh pasangan suami istri yan
sah.
2. Sunnah, apabila ada qarinah yang membuatnya menjadi sunnah. Misalnya jimak
yang disertai niat ibadah, taat kepada Allah dan juga menghidupkan sunnah-
sunnah Rasulullah SAW.
3. Wajib, apabila dilakukan dengan pasangan yang sah dan disebabkan khawatir pada
perzinahan atau kemaksiatan.
4. Haram :
a. Jima yang masyru‟ tapi terlarang seperti jima disaat haid, nifas, i‟tikaf, puasa,
ihram dan zhihar.
b. Jima‟ yang diharaman dan tidak masyru‟, seperti zina, liwath, jima‟ pada
dubur, jima dengan mayat dan hewan.

Adab jima

1. Membaca basmalah sebelum jimak dimulai.


2. Tidak Menghadap Kiblat
3. Diawali Dengan Percumbuan
4. Tidak Selesai Sendirian
5. Memakai Penutup
6. Tidak Banyak Bicara dan Tidak Berisik
7. Mencuci Kemaluan dan Berwudhu Bila Mengulangi
8. Dilalukan di Malam Jumat

80
Larangan Dalam Jima’ Yang Masyru’

1. Haidh
2. Nifas
3. I‟tikaf
4. Puasa
5. Ihram
6. Zhihar

Larangan Dalam Jima’ Yang tidak diperbolehkan

1. Zina
2. Liwath (sodomi/Gay)
3. Dubur (berhubungan via dubur)
4. Mayat (berhubungan dengan mayit)
5. Hewan

81
Hukumnya KB atau spiral

Syarat Kebolehan Alat Pencegah Kehamilan

1. Motivasi, artinya motivasinya bukanlah karean takut tidak mendapatkan


rezeki. Ia diperbolehkan jika motivasinya untuk mengatur jarak kelahiran itu
sendiri. Atau karena pertimbangan medis yang berkaitan dengna
keselamatan nyawa.
2. Metode atau alat pencegah kehamilan, artinya metode dan alat-alatnay
harus sesuai dengan syariat islam.

Alat-alat Kontrasepsi dan hukumnya

1. Spermatisid (bahan kimia yang mematikan sperma). Hukumnya


tergantung, jika bahan itu mematikan sperma maka haram. Jika tidak,
maka boleh.
2. Kondom. Hukumnya diperbolehkan selagi dengan bahan yang digunakan
tidak dari yang najis. Namun ada yang mengharamkanya, sebab
mengeluarkan sperma diluar rahim haram. Wallahua‟lam.
3. IUD / Spiral. Hukum memakainya tergantung dari daruratnya, jika ia
menggunakannya karena kekhawatiran mengancam nyawa istri jika hamil
lagi, maka boleh. Jika tidak, maka haram. Wallahua‟lam.
4. Tubektomi (perempuan) /Vasektomi (laki-laki), menurut ulama sejauh ini
hukumnya haram.

82
Menikahi Wanita Berzina & Hamil

Pengertian zina

Hubungan seksual yang dialkukan oleh seorang laki-laki dari penduduk darul –
islam kepada seorang perempuan yang haram baginya, yaitu tanpa akad nikah, atau
syibhu akad, atau budak wanita yang dimiliki, dalam keadaan berakal, bisa memilih dan
tahu keharamannya.

Bolehkah menikahi wanita yang hamil karena zina ?

1. Menurut Madzhab al-Hanafiyah dan as-Syafi‟iyyah : membolehkan dan


menghalalkan pernikahan tersebut, baik dilakukan oleh laki-laki yang menjadi ayah
dari si bayi atau pun laki-laki lain yang bukan ayah si bayi.
2. Menurut Madzhab a-Malikiyyah dan Hanabilah : mengharamkannya.

83
Bagian Ketiga Terurainya Ikatan Pernikahan

A. Kematian
i. Mati hakiki,
mati yang terlihat jasadnya. Artinya jasadnya secara biologis tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Pastinya yang meninggal tersebut
tidak bisa kembali lagi dan tidak bisa rujuk dengan suami/ istrinya lagi.
ii. Mati taqdiri
Mati yang dikira-kira atau dengan dugaan yang sangat kuat. Contohnya,
ketika ada sebuah bencana alam. Seorang suami berpisah dengan istrinya
dan salah satunya hilang tidak ada kabarnya dikarenakan bencana alam
tersebut. Setelah sekian lama tidak kembali, maka diputuskan bahwa yang
bersangkutan telah mati. Mati ini bersifat memutuskan dan jasadnya tidak
bisa dilihat (tidak di hadapan mata). Menurut hukum waris juga mengatakan
bahwa kasus seperti ini bisa diputuskan bahwa yang bersangkutan telah
mati. Mati takdiri bersifat dugaan dan ada syaratnya, dan syaratnya sebagai
berikut:
iii. Mati Hukmi
Mati hukmi pada dasarnya sama seperti mati takdiri, tetapi mati hukmi
diputuskan oleh pengadilan. Misalnya seperti kasus di atas. Setelah sekian
lama tidak ada kabar, maka keluarga mendatangi pengadilan dan pengadilan
memutuskan bahwa yang bersangkutan telah meninggal. Mati hukmi
sifatnya lebih formal.

84
B. Talak (cerai)

Rukun Talak

1. Shighat
2. Ahliyah
3. Al-Qashdu
4. Al-Mahal
5. Wilayah

Jenis talak :
1. Talak Raj’i : dimana seorang lelaki masih memiliki hak untuk kembali kepada
istrinya. Setelah terjadinya pengucapan talaq. Selama sang istri masih dalam masa
iddah.
2. Talak ba’in :
1. Talaq ba‟in sughro : yaitu talak yang terjadi kurang dari tiga kali, keduanya
tidak rujuk dalam masa iddah. Akan tetapi boleh dan bisa menikah kembali
dengan akad nikah yang baru. Contoh :
a. Talak karena fasakh yang dijatuhkan oleh hakim dipengadilan agama
b. Talak pakai iwad (ganti rugi) atau talak tebus berupa khulu‟
c. Talak karena belum digauli
2. Talak ba‟in kubro : talak yang terjadi sampai tiga kali penuh. Dan tidak ada
rujuk dalam masa iddah maupun nikah baru. Kedua pasangan itu boleh
menikah kembali dengan syarat si perempuan sudah menikah lagi dengan
orang lain (muhallil) dan bercerai dengan suami keduanya tersebut. Contoh
dari talak ba‟in kubro :
a. Talak li‟an (bersumpah seorang suami menuduh istrinya berzina)
b. Talak tiga

Ketentuan Yang Muhallil :

1. Istri Menikah
2. Pernikahan Harus Sah
3. Suami Barunya Harus Sudah Baligh

85
4. Niat Untuk Menikah Selamanya
5. Melakukan Hubungan Seksual
6. Jima‟ Yang Halal
7. Masa Iddah

3. Talak sunni
Talak sunny yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya yang pernah
dicampurinya dan pada waktu itu keadaan istri dalam keadaan suci dan
pada waktu suci belum dicampurinya, sedang hamil dan jelas kehamilannya.
4. Talak bid’i
Talak bid‟iy yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang pernah
dicampurinya dan pada saat itu keadaan istri sedang haid .Dan dalam
keadaan suci tetapi pada waktu suci tersebut sudah dicampuri.
5. Talak Tanjiz
talak yang tidak dikaitkan dengan suatu syarat tertentu, misalnya suami
berkata, “Sekarang juga engkau aku talak”.
6. Talak muallaq
talak yang dikaitkan dengan syarat tertentu. talak ini jatuh apabila syarat
yang disebutkan suami terwujud. Misalnya suami mengatakan, “Engkau
tertalak apabila meninggalkan shalat”, Maka bila istri benar-benar istri
tidak shalat jatuhlah talak.
7. Talak sharih
talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas, dipahami
atau dimaksud sebagai talak pada saat dijatuhkan.
8. Talak kinayah
talak yang menggunakan kata-kata sindiran atau samar-samar yang
ditujukan untuk menjatuhkan talak.

86
C. Fasakh (membatalkan nikah)
Fasakh artinya putus atau batal. Yang dimaksud dengan memfasakh akad nikah
adalah memutuskan atau membatalkan ikatan hubungan antara suami dan istri.
Fasakh bisa terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat ketika berlangsung
akad nikah, atau karena hal-hal lain yang datang kemudian dan membatalkan
kelangsungannya pernikahan.

Fasakh karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi ketika akad nikah, yaitu setelah
akad nikah, ternyata diketahui bahwa istri merupakan saudara sepupu atau
saudara sesusuan pihak suami. Sedangkan hal-hal yang datang setelah akad, yaitu :

a. bila salah seorang dari suami istri murtad (keluar dari Islam) dan tidak mau
kembali lagi ke Agama Islam, maka akadnya batal.
b. Jika suami yang tadinya kafir masuk Islam, tetapi istri masih tetap dalam
kekafirannya yaitu tetap menjadi musyrik, maka akadnya batal.

Di samping fasakh terjadi karena kedua syarat-syarat tersebut di atas, ada


juga hal-hal lain yang menyebabkan terjadinya fasakh, yaitu sebagai berikut :

a) Karena ada balak (penyakit belang kulit).


b) Karena gila.
c) Karena canggu (penyakit kusta).
d) Karena ada penyakit menular padanya, seperti sipilis, TBC, dan lain-lain.
e) Karena ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang menghambat
maksud perkawinan (jima‟).
f) Karena unah, yaitu zakar seorang suami tidak bisa hidup untuk jima‟ atau
impoten.

D. Khulu' (seorang istri meminta cerai)

Khuluk yang dibenarkan oleh Islam, berasal dari kata “khala‟assauba” yang
berarti menanggalkan pakaian. Karena perempuan sebagai pakaian laki-laki, dan

87
laki-laki juga sebagai pakaian perempuan. Khuluk juga dinamakan tebusan, karena
istri menebus dirinya dari suaminya dengan mengembalikan apa yang diterimanya.

Dengan demikian, khuluk menurut istilah syara‟ adalah perceraian yang


diminta oleh istri dari suaminya dengan memberikan ganti sebagai tebusannya.

Rukun Khulu'

1. Al-Mujib
2. Al-Qabil
3. Al-Mu'awwad
4. Al-Iwadh
5. Shighat

E. Ilaa’ (sumpah seorang suami tidak akan menggauli istri)

Li‟an ialah artinya „‟sumpah si suami tidak akan mencampuri istrinya


dalam masa yang lebih dari 4 bulan atau dengan tidak menyebutkan jangka
waktunya Apabila seorang suami bersumpah sebagaimana sumpah tersebut
hendaklah di tunggu sampai 4 bulan . Kalau dia kembal baik kepada istrinya
sebelum sampai 4 bulan ,dia membayar denda (kafarat) saja. Tetapi kalau
sampai 4 bulan dia tidak kembali baik dengan istrinya , hakim berhak
menyuruhnya memilih di antara dua perkara : Membayar kafarat sumpah serta
kembali baik kepada istrinya , atau menalak istrinya. Kalau suami itu tidak mau
menjalankan salah satu dari kedua perkara tersebut, hakim berhak
menceraikan mereka dengan paksa.

Sebagian ulama berpendapat , apabila sampai 4 bulan suami tidak


kembali (campur), maka dengan sendirinya kepada istri itu jatuh talak bain ,
tidak tidak perlu dikemukan kepada hakim

88
Rukun Ilaa'
A. Suami
B. Allah
C. Jima'
D. Durasi

Syarat Ilaa'

1. Sumpah dengan nama Allah


2. Lebih dari 4 bulan
3. Jima
4. Istri

Hikmah Disyariatkannya Ilaa'

1. Ada Unsur Pendidikan Buat Istri


2. Bisa Jadi Senjata Makan Tuan
3. Suami Tidak Boleh Sewenang-wenang

Adapun denda yang harus dipenuhi karena sumpah ila‟ yaitu :


a. Memberikan makanan sepuluh orang miskin, masing-masing satu cupak yang
mengenyangkan, atau member mereka pakaian.
b. Memerdekakan seorang budak, atau
c. Puasa tiga hari berturut-turut.

F. Li'an (sumpah seorang suami yg menuduh istrinya telah berzina)

Li‟an ialah perkataan suami sebagai berikut “ Saya persaksikan kepada


Allah bahwa saya benar terhadap tuduhan saya kepada istri saya bahwa dia
telah berzina . Kalau ada anak yang diyakininya bukan anaknya , hendaklah
diterangkan pula bahwa anak itu bukan anaknya. Perkataan tersebut
hendaklah diulanginya empat kali, kemudian ditambahkan lagi dengan kalimat ,
Laknat Allah akan menimpaku sekiranya aku dusta dalam tuduhan ini”

89
Apabila seseorang menuduh orang lain berzina ,sedangkan saksi yang
cukup tidak ada , maka yang menuduh itu harus atau wajib disiksa (didera) 80
kali. Tetapi kalau yang menuduh itu suaminya sendiri , dia boleh lepas dari
siksaan tersebut dengan jalan li‟an . Berarti suami yang menuduh istrinya
berzina boleh memilih antara dua perkara , yaitu di dera sebanyak 80 kali atau
ia me-li‟an istrinya.

Rukun Li’an

1. Suami Yang Menuduh


2. Istri Yang Dituduh
3. Sebab
4. Lafadz

Syarat Li’an

4. Mukallaf
5. Pernikahan Yang Sah
6. Status Istri Orang Yang Terhormat
2. Tidak Ada Saksi
3. Istri Mengingkari Tuduhan
4. Di Depan Sidang Pengadilan

Konsekuensi Lian

1. Terbebasnya Kedua Belah Pihak Dari Hukuman


2. Suami Istri Menjadi Mahram Muabbad
3. Perceraian

G. Zhihar (menyamakan istri dengan ibu kandung)

Yang di maksud Zhihar ialah “ seorang laki-laki menyerupakan istrinya


dengan ibunya sehingga istrinya itu haram atasnya , seperti kata suami kepada
istrinya , Engkau tampak olehku seperti punggung ibuku “

90
Apabila seorang laki-laki mengatakan demikian dan tidak
diteruskannya kepada talak ,maka ia wajib membayar kafarat , dan haram
bercampur dengan istrinya sebelum membayar kafarat itu .

Denda (kafarat) Zhihar

1. Memerdekakan hamba sahaya .


2. Kalau tidak dapat memerdekakan hamba sahaya, puasa dua bulan
berturut-turut.
3. Kalau tidak kuat puasa , memberi makan 60 orang miskin , tiap-tiap
orang ¼ sa fitrah (3/4 liter).

Tingkatan ini perlu berurut sebagaimana tersebut diatas, Berarti yang


wajib dijalankan adalah yang pertama lebih dahulu ; kalau yang pertama tidak
dapat dijalankan , baru boleh dengan jalan yang kedua ; begitu pula kalau tidak
dapat yang kedua, baru boleh yang ketiga.

H. Riddah (Murtad)

91
'Iddah

Iddah menurut bahasa diambil dari kata al-„Adad yang bermakna “hitungan”.
Sedangkan menurut istilah adalah masa penantian dan masa menahan diri seorang
wanita dari tali pernikahan dengan maksud untuk mengetahui kosongnya rahim, untuk
berkabung atas kematian suami atau sebatas ta‟abbudi.

Pembagian iddah

1. Istri yang haidnya aktif, yaitu 3 Quru (3 kali suci/haid)


2. Istri yang belum haid atau sudah tidak haid yaitu 3 bulan
3. Istri yang ditinggal mati suaminya yaitu 4 bulan 10 hari
4. Istri yang sedang hamil iddahnya sampai melahirkan
5. Istri yang ditinggal mati dalam keadaan hamil yaitu sampai melahirkan
6. Istri yang belum dijimak yaitu tidak ada iddahnya

Konsekuensi yang terkait dengan iddah

1. Masa iddah sebab talak raj‟i :


1. Wajib bagi seorang suami untuk menyediakan tempat tinggal bagi istrinya
2. Wajib pula bagi seorang suami memberi nafkah selama masa iddah
3. Wajib bagi seorang istri untuk selalu berada pada tempat tinggal tersebut
selama tidak ada hajat
4. Haram bagi seorang istri untuk menerima pinangan dari laki-laki lain
2. Masa iddah sebab talak ba‟in :
1. Wajib bagi seorang suami untuk menyediakan tempat tinggal bagi istrinya
2. Wajib pula bagi seorang suami untuk memberi nafkah selama masa iddah
3. Wajib bagi seorang istri untuk selalu berada pada tempat tinggal tersebut
selama tidak ada hajat.
3. Jika tidak dalam masa hamil :
1. Wajib bagi seorang suami untuk menyediakan tempat tinggal bagi istrinya

92
2. Wajib bagi seorang istri untuk selalu berada pada tempat tinggal tersebut
selama tidak ada hajat.
4. Masa iddah sebab ditinggal mati seorang suami :
1. Tidak boleh berhias dan memakai wewangian
2. Wajib bagi seorang istri untuk selalu berada pada tempat tinggalnya selama
tidak ada hajat.

Larangan Bagi Wanita ‘Iddah.

1. Menerima Khitbah
2. Menikah
3. Keluar Rumah
4. Berhias

93
Rujuk

Rujuk adalah mengembalikan perempuan pada ikatan pernikahan disebabkan


oleh talaq selain talaq ba‟in, dilakukan didalam masa iddah serta dengan syarat-syarat
yang ditentukan.

Rukunnya ada 3 :

1. Ucapan (shigot), syaratnya :


a. Setiap ucapan yang mengarah pada arti bujuk seperti, “saya balikan sama
kamu”.
b. Tidak digantungkan. Dengan demikian tidak sah jika suami mengatakan,
“saya akan kembali pada kamu jika kamu mau”.
c. Tidak dibatasi dengan durasi waktu. Seperti , “saya merujuk kamu selama
satu bulan”.
2. Objek rujuk, syaratnya :
a. Istrinya sendiri
b. Sudah pernah disetubuhi. (tidak sah merujuk istri yang belum pernah
disetubuhi, karena statusnya tertalak bain).
c. Harus ditentukan istri yang mana (jika ia memiliki banyak istri).
d. Merupakan wanita yang halal bagi suaminya (maka tidak sah rujuk
dengan perempuan murtad/kafir).
e. Diceraikannya dengan sebab ditalak, lain dengan sebab fasakh.
f. Diceraikannya bukan sebab khulu‟.
g. Tidak bisa rujuk dengan istri yang sudah talak ba‟in (talak 3)
h. Si perempuan bisa dirujuk selama dalam masa iddah.
3. Murtaji‟ (suami yang merujuk) :
a. Tidak ada unsur kepaksaan.
b. Baligh dan berakal

94
Nusyuz

Nusyuz itu adalah pembangkangan yang dilakukan dari salah satu dari kedua belah
pasangan. Akan tetapi pada umumnya dilakukan oleh perempuan.

Hukum nusyuz : jika terjadi nusyuz dari pihak istri, maka akan berdampak hukum :

1. Pihak istri telah terkena dosa besar


2. Gugurnya hak giliran (bagi wanita yang dimadu)
3. Gugurnya nafakah

Bagaimana jika seorang istri durhaka

1. Menasehatinya dengan penuh kasih sayang terhadap istri bahwa apa yang
dilakukannya adalah dosa besar.
2. Jika nasehat tidak bermanfaat baginya, maka berpisahlah tempat tidur
dengannya. Artinya jangan ajak bicara dan jangan layani ia diranjang.
3. Jika pisah ranjang tak memberi solusi maka langkah terakhir adalah memberikan
hukuman fisik sekiranya tidak menyakitkan seperti menepuk, mencubit dll.
langkah tersebut dilakukan jika ada dugaan istri bisa jera dengan hukuman itu.
Namun jika tidak, maka langkah ketiga ini tidak perlu dilakukan.

95

Anda mungkin juga menyukai