Al-Udhiyah disyariatkan pada tahun ketiga Hijriah, sama halnya dengan zakat dan
shalat hari raya.3 Salah satu landasan pensyariatannya adalah firman Allah :
Pendapat yang masyhur tentang ayat ini, yang dimaksud shalat ialah sholat id dan
berkurban maksudnya adalah menyembelih hewan.5
Dalam tafsir al-Sa’di dijelaskan bahwa kedua ibadah ini, yaitu shalat dan berkurban
disebutkan secara khusus karena keduanya merupakan ibadah yang paling utama. Karena di
dalam shalat terdapat ketundukan seorang hamba yang diekspresikan melalui anggota
tubuhnya. Sedangkan dalam berkurban seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah
dengan binatang sembelihan terbaik yang ia miliki.6
Hukum al-udhiyah adalah sunnah kifayah muakaddah,7 dalam arti apabila salah
seorang dari anggota keluarga telah menunaikan maka dipandang sudah mewakili seluruh
keluarga.8 Namun al-udhiyah menjadi wajib ketika dinadzarkan. 9
1
Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fathu al-Qarib, (Beirut: Dar Ibnu Hazm, 2005), hal. 311.
2
Wahbah al-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani dkk, (Depok: Gema
Insani, 2007), Vol. 4, hal. 254.
3
Ibid.
4
Qs al-Kautsar: 2.
5
Ibrahim al-Baijuri, Hasyiyah al-Baijuri, (Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999), Vol. 2, hal. 554.
6
Abdurrahman Al sa’di, Taysir Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, (Saudi Arabia:
Darussalam, 2002), hal. 1105.
7
Muhammad, Fathu…, hal. 311.
8
Wahbah, Fiqh…, hal. 256.
9
Muhammad, Fathu…, hal. 311.
Adapun hewan ternak yang disembelih untuk al-udhiyah adalah domba yang berumur
6 bulan atau 1 tahun, sapi dan kambing yang umurnya 2 tahun serta unta yang berumur 5
tahun.10 Hewan al-Udhiyah menjadi tidak sah untuk disembelih apabila terdapat salah satu
dari empat cacat berikut:
1. Dzabh, adalah penyembelihan dengan memotong halaq (leher bagian atas) dan
urat lewatan makanan. Semua hewan juga menggunakan penyembelihan model
ini.
2. Nahr, adalah memotong pertengahan dada hewan atau leher bagian bawah.
Penyembelihan ini hukumya sunnah untuk menyembelih unta.
3. ‘Aqr, adalah penyembelihan ketika kondisi darurat, yaitu dengan cara melukai
hewan di bagian mana pun dari tubuh hewan tersebut denga tujuan
menghilangkan nyawanya. Penyembelihan ini bisa dilakukan terhadap hewan
sembelihan yang lari dan susah ditangkap.14
10
Muhammad bin Ahmad al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis, (Beirut: Dar al-Hawi, 1999) Vol. 3, hal.
376.
11
Muhammad, Fathu…, hal. 312.
12
Muhammad, Syarh…, Vol. 3, hal. 374
13
Wahbah, Fiqih…, hal. 270.
14
Ibid, hal. 320.
Hikmah dalam al-udhiyah di antaranya adalah untuk meningkatkan ketaqwaan,
karena melakukan kurban merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kemudian yang termasuk dari hikmah al-udhiyah adalah untuk berbagi dan membahagiakan
kaum dhuafa’ karena pada hari raya kurban bisa menjadi moment berbagi kepada saudara-
saudara yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an al-Karim
Al-Ghazi, Muhammad bin Qasim. 2005. Fathu al-Qarib. Beirut: Dar Ibnu Hazm.
Al-Zuhaili, Wahbah. 2007. Fiqih al-Islam wa Adillatuhu. Diterjemahkan oleh Abdul Hayyie
dkk. Depok: Gema Insani.
Al-Sa’di, Abdurrahman. 2002. Taysir Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan. Saudi
Arabia: Darussalam.
Al-Syathiri, Muhammad bin Ahmad. Syarh al-Yaqut al-Nafis. Beirut: Dar al-Hawi.