Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TA’ADUL
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih
Dosen Pengampu: Muhammad Fodhil, M.Pd

Oleh:

1. Nailul Maghfiroh (2101012366)


2. Maria ulfa (2101012327)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
TAMBAKBERAS JOMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
waktu yang kami rencanakan.
Makalah yang tersusun ini akan membahas tentang ”Ta’adul” Makalah ini
tidak akan selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak dan juga Ibu dosen
pengampu yaitu, Bpk. Muhammad Fodhil, M.Pd yang mengajar bidang studi ini,
sebab tanpa proses belajar dan mengajar tidak akan ada makalah yang tersusun
ini. Serta kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Demikian makalah kami, semoga makalah ini betul-betul bermanfaat bagi
kita semua. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan sarannya
yang dimaksudkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Jombang, 08 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengertian Ta’adul dan Ta’arudh........................3
B. Macam-macam Ta’adul.........................................................6
C. Sebab-sebab dan Penyelesaian Ta’arudh..............................6
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumsan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Qurban dan Ruang lingkup Qurban?
2. Bagaimana Syarat-syarat dan Rukun Ibadah Qurban ?
3. Bagaimana Perkara yang dilarang dalam Qurban?
4. Bagaimana macam-macam hewan yang boleh di Qurban?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Qurban dan Ruang lingkup Qurban
2. Untuk Mengetahui Syarat-syarat dan Rukun Ibadah Qurban
3. Untuk Mengetahui Perkara yang dilarang dalam Qurban
4. Untuk mengetahui macam-macam hewan yang boleh di Qurban

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qurban
Menurut bahasa ‫ قربان‬terambil dari kata (‫ )قرب‬qaruba berarti dekat,
yaitu sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan, baik berupa barang yng
disedekahkan, atau dalam bentuk melakukan ibadah tertentu. Tetapi kata
ini lebih banyak dipahami dalam arti mempersembahkan sesuatu yang
bersifat material. Menurut Wahbah Zuhaeli menyatakan kurban adalah
menyembelih hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah
pada waktu yang telah ditentukan. Atau binatang ternak yang disembelih
guna mendekatkan diri kepada Allah pada hari-hari Idul Adha, sedangkan
Hasan Ayyûb menyatakan kurban adalah unta, sapi, kambing yang
disembelih pada Idul Adha dan hari-hari tasyrik dengan tujuan unuk
mendekatkan diri kepada Allah, menurut Istilah syara’: memotong seekor
binatang tertentu dengan niat pendekatan diri kepada Allah pada waktu
tertentu (hari nahar atau hari idul Adha dan hari-hari tasyriq: 11-13).1
Ibadah qurban ini disyariatkan pada tahun ke2 H. Sebagaimana zakat
dan dua salat ied. Dasar hukum ibadah qurban adalah: Alquran, hadis Nabi
dan Ijema’ Ulama. Dasar hukum menurut Al-quran surat Al-Kautsar
(108):2:
‫ِل‬
‫َفَص ِّل َر ِّبَك َو اَحْنْر‬
Terjemahnya: “salatlah untuk tuhanmu dan potonglah binatang
qurban”
Begitu pula surat al-Hajj (22):36 :

1
Abdullah Nur, Ibadah Qurban Dalam Perspektif Hadis, Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 12 No.1juni
2016 H. 147

5
‫َفاْذُك وا ا الَّلِه‬ ‫ِف‬ ‫ِئ ِه‬ ‫ِم‬
‫ُر ْس َم‬ ‫َو اْلُبْدَن َجَعْلَناَه ا َلُك ْم ْن َش َعا ِر الَّل َلُك ْم يَه ا َخ ْيٌر‬
‫ِل‬
‫َعَلْيَه ا َص َو اَّف َفِإَذا َو َجَبْت ُج ُنوُبَه ا َفُك ُلوا ِم ْنَه ا َو َأْطِعُم وا اْلَق اِنَع َو اْلُم ْع َتَّر َك َذ َك‬

‫َس َّخ ْر َناَه ا َلُك ْم َلَعَّلُك ْم َتْش ُك ُر وَن‬


“Dan unta kami menjadikannya untuk kamu sebagian dari syiar-
syiar Allah , kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, sebutlah
olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri
dan terikat, dan apabila telah roboh (mati), makanlah sebahagian
dagingnya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada
padanya (tidak minta-minta) dan orang yang meminta, demikianlah kami
telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu mudah-mudahan kamu
bersyukur).
perbedaan pendapat Ulama tentang hukum ibadah qurban, Menurut
jumhur selain Abu Hanifah: qurban hukumnya “Sunnah mu’akkad” dan
tidak wajib, namun makruh hukumnya tidak dilakukan oleh orang yang
mampu, melakukannya. Menurut Imam Malik lebih sempurna lagi bila
dilakukan oleh setiap individu dan diperbolehkan untuk semua orang yang
menjadi tanggungannya, menurut Imam Syafii :Sunnah ainiyah bagi setiap
individu, dan sunnah Kifa’i bila jumlah ahlul bait banyak jumlahnya.
Artinya bila sudah dilakukan oleh satu orang maka sudah cukup untuk
semua keluarga
B. Syarat-syarat dan Rukun Ibadah Qurban
1. Syarat-syarat ibadah Qurban
Dalam berqurban ada beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain
tentang syarat berqurban. Syarat ini berkenaan dengan orang yang
berqurban dan binatang yang akan diqurbankan
a) Syarat bagi yang berqurban2

2
Andri Muda Nst, Pelaksanaan Ibadah Qurban Bagi Orang Yang Sudah Meninggal, El-Ahli :
Jurnal Hukum Keluarga Islam Volume 3 No. (2) 2022 H. 129

6
1) Muslim yaitu orang Islam. Karena Qurban itu merupakan perintah
Allah bagi umat Islam untuk mengikuti sunnah Rasul.
2) Merdeka. Yaitu yang bukan budak atau orang yang terikat pada
seseorang.
3) Mukallaf yaitu orang yang baligh dan berakal.
4) Mampu, yang dimaksud dengan ‘mampu’ adalah mereka yang
memiliki kelebihan harta setelah memenuhi kebutuhan pokoknya
(termasuk di dalam kebutuhan pokok adalah membayar hutang)
selama hari Idul Adha dan Ayyamut Tasrik
b) Ada beberapa hal yang harus diketahui tentang syarat-syarat
penyembelihan. Syarat-syarat penyembelihan antara lain : 3
1) Yang menyembelih harus berakal dan Mumayyiz. Orang gila,
mabuk, anak kecil yang belum Mumayyiz, atau orang yang sangat
tua yang telah pikun.
2) Yang menyembelih harus muslim.
3) Menyengaja (niat) menyembelih. Tadzkiyah (penyembelihan)
merupakan perbuatan khusus yang menghajatkan niat, karena jika
tidak disertai niat menyembelih, sembelihan itu tidak halal. Jika
diwakilkan dalam penyembelihan Qurban, hendaklah berniat
ketika menyerahkan hak wakil tersebut, atau boleh
menyampaikannya ketika proses penyembelihan.
4) Menyembelih hanya untuk Allah. Jika untuk selain Allah tidak
halal.
5) Menyebut nama Allah ketika menyembelih dengan membaca
Bismillah
6) Penyembelihan harus menggunakan benda tajam yang dapat
mengalirkan darah. seperti pisau atau besi yang tajam, batu. Tidak
dibenarkan menyembelih dengan mempergunakan gigi atau kuku.
sembelihan itu tidak halal. Jika diwakilkan dalam penyembelihan

3
Muhammad bin Shlmeh Utsaimin, Talkhishu Kitabi Ahkamil ’Udhiyah Wadz-Zakat (Riyad: Darl
al-Muslim, n.d.), hlm. 38.

7
Qurban, hendaklah berniat ketika menyerahkan hak wakil tersebut,
atau boleh menyampaikannya ketika proses penyembelihan.
7) Menyembelih hanya untuk Allah. Jika untuk selain Allah tidak
halal.
8) Menyebut nama Allah ketika menyembelih dengan membaca
Bismillah
9) Penyembelihan harus menggunakan benda tajam yang dapat
mengalirkan darah. seperti pisau atau besi yang tajam, batu. Tidak
dibenarkan menyembelih dengan mempergunakan gigi atau kuku.
2. Rukun Ibadah Qurban
penyembelihan hewan kurban harus memenuhi empat rukun yaitu :4
a) pekerjaan menyembelih (Dzabhu)
yaitu penyembelihannya itu sendiri. Penyembelihan wajib
memutuskan hulqum (saluran nafas) dan mari` (saluran makanan)
menggunakan alat penyembelih yang tajam, membaca bismillah.
b) orang yang menyembelih (dzabih)
yaitu setiap muslim, meskipun anak-anak, tapi harus yang
mumayyiz (sekitar 7 tahun). Boleh memakan sembelihan Ahli
Kitab (Yahudi dan Nashrani), menurut mazhab Syafi’i. Menurut
mazhab Hanafi, makruh, dan menurut mazhab Maliki, tidak
sempurna, tapi dagingnya halal. Jadi, sebaiknya penyembelihnya
muslim
c) hewan yang disembelih
Terdapat dua syarat, yaitu hewannya termasuk hewan yang halal
dimakan dan masih memiliki hayatun mustaqirrah alias kehidupan
yang masih tetap, bukan gerakan di ambang kematian kematian.
d) Alat untuk di sembelih

4
muhammad syakir nf, "Tata Cara Menyembelih Hewan Kurban: Rukun, Syarat, dan Doanya"
Sumber: https://nu.or.id/author/muhammad-syakir-nf diakses pada tanggal 7 Juli 2022

8
setiap alat yang dengan ketajamannya dapat digunakan
menyembelih hewan, seperti pisau besi, tembaga, dan lainnya.
Tidak bolehmenyembelih dengan gigi, kuku, dan tulang hewan
(HR. Bukhari dan Muslim)
C. Perkara yang dilarang dalam Qurban
1. Menjual Daging, Kulit, Tulang atau Bagian Lain dari Hewan Kurban
Tidak diperbolehkan memperjual-belikan bagian hewan qurban
sedikitpun. Baik daging, kulit, kepala, tengkleng, bulu, tulang maupun
bagian yang lainnya. Ali bin Abi Thalib radliallahu 'anhu mengatakan :5
‫ِس‬ ‫ِنِه‬ ‫ِه‬
‫ َو َأْن َيْق َم ُبْد َنُه‬، ‫َأَّن الَّنَّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْي َو َس َّلَم َأَم َر ُه َأْن َيُقوَم َعَلى ُبْد‬
‫ َو ال ُيْع ِط َي يِف ِج َز اَر َهِتا َش ْيًئا‬،‫ ُحُلوَمَه ا َو ُج ُلوَدَه ا وِج اَل َهَلا‬،‫ُك َّلَه ا‬
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan-ku untuk
mengurusi penyembelihan onta qurbannya Beliau juga memerintahkan
saya untuk membagikan semua kulit tubuh serta kulit punggungnya.
Dan saya tidak diperbolehkan memberikan bagian apapun darinya
kepada tukang jagal." (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan terdapat ancaman keras memperjual-belikan bagian dari
hewan qurban, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
‫ِح‬ ‫ِح ِتِه‬ ‫ِج‬
‫َمْن باَع ْلَد ُأْض َّي َفَال ُأْض َّيَة َلُه‬
"Barang siapa yang menjual kulit hewan qurbannya maka ibadah
qurbannya tidak ada nilainya." (HR. Al Hakim 2/350 & Al Baihaqi
dalam As-Shugro 2/229. Al-Albani mengatakan: Hasan).
Catatan:6

5
Abu Yusuf Akhmad Ja’far, ,FIQIH PRAKTIS QURBAN, (Kairo – Mesir Penerbit : Dar Al-Furqon
Cetakan Pertama, 2018) h. 24
6
Ammir Nur baits, Panduan qurban dari A - Z, cet I ( Yogjakarta,Yufid Publishing, April 2015) h. 73

9
a) termasuk memperjual-belikan bagian hewan qurban adalah
menukar kulit atau kepala dengan daging atau menjual kulit untuk
kemudian dibelikan kambing atau daging. Karena hakekat jual-beli
adalah tukar-menukar meskipun dengan selain uang.
b) transaksi jual-beli kulit hewan qurban yang belum dibagikan
adalah transaksi yang tidak sah. Artinya penjual tidak boleh
menerima uang hasil penjualan kulit dan pembeli tidak berhak
menerima kulit yang dia beli. Hal ini sebagaimana perkataan Al-
Baijuri: "Tidak sah jual beli (bagian dari hewan qurban) disamping
transaksi ini adalah haram." Beliau juga mengatakan: "Jual beli
kulit hewan qurban juga tidak sah karena hadits yang diriwayatkan
Hakim (baca: hadits di atas). (Fiqh Syafi'i 2/311).
c) jika kulit sudah diberikan kepada orang lain, bagi orang yang
menerima, kulit, dibolehkan memanfaatkan kulit sesuai
keinginannya, baik dijual maupun untuk pemanfaatan lainnya,
karena ini sudah menjadi haknya. Sedangkan menjual kulit yang
dilarang adalah menjual kulit sebelum dibagikan (disedekahkan),
baik yang dilakukan panitia maupun shohibul qurban.
2. Larangan Mengupah Jagal dengan Bagian Hewan Sembelihan.
Dari Ali bin Abi Thalib radliallahu 'anhu bahwa "Beliau pernah
diperintahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengurusi
penyembelihan ontanya dan agar membagikan seluruh bagian dari
sembelihan onta tersebut, baik yang berupa daging, kulit tubuh
maupun pelana. Dan dia tidak boleh memberikannya kepada jagal
barang sedikitpun." (HR. Bukhari dan Muslim) dan dalam lafaz
lainnya beliau berkata :7

‫ْحَنُن ُنْع ِط يِه ِم ْن ِعْنِدَن‬


"Kami mengupahnya dari uang kami pribadi." (HR. Muslim).

7
Abu Ihsan Al-Atsari, Shahih fiqih sunnah (Jakarta : Pustaka At-Tazkia, 2007, Terj.
Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim) h. 379

10
Dan ini merupakan pendapat mayoritas ulama
Syaikh Abdullah Al-Bassaam mengatakan, "Tukang jagal tidak
boleh diberi daging atau kulitnya sebagai bentuk upah atas
pekerjaannya. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Yang
diperbolehkan adalah memberikannya sebagai bentuk hadiah jika dia
termasuk orang kaya atau sebagai sedekah jika ternyata dia adalah
miskin....." (Taudhihul Ahkaam, IV/464).
Pernyataan beliau semakna dengan pernyataan Ibn Qosim yang
mengatakan: "Haram menjadikan bagian hewan qurban sebagai upah
bagi jagal." Perkataan beliau ini dikomentari oleh Al-Baijuri: "karena
hal itu (mengupah jagal) semakna dengan jual beli. Namun jika jagal
diberi bagian dari qurban dengan status sedekah bukan upah maka
tidak haram." (Hasyiyah Al Baijuri As Syafi'i 2/311).
Adapun bagi orang yang memperoleh hadiah atau sedekah daging
qurban diperbolehkan memanfaatkannya sekehendaknya, bisa
dimakan, dijual atau yang lainnya. Akan tetapi tidak diperkenankan
menjualnya kembali kepada orang yang memberi hadiah atau sedekah
kepadanya (Tata Cara Qurban, him, 69).
Panitia dapat jatah khusus? Status panitia maupun jagal dalam
pengurusan hewan qurban adalah sebagai wakil dari shohibul qurban
dan bukan amil) Karena statusnya hanya sebagai wakil maka panitia
qurban tidak diperkenankan mengambil bagian dari hewan qurban
sebagai ganti dari jasa dalam mengurusi hewan qurban. Oleh karena
itu, panitia tidak diperbolehkan mendapat jatah khusus sebagai ganti
jasa dari kerja yang mereka lakukan.
3. Memotong Rambut dan Kuku
Para ulama berbeda pendapat tentang tidak mencukur rambut dan
memotong kuku bagi seorang yang sudah berniat untuk menyembelih
hewan qurban.
Mazhab Maliki dan Syafi’i menyebutkan bahwa hukumnya
sunnah, maksudnya disunnahkan untuk tidak mencukur rambut dan

11
tidak memotong kuku sampai selesai penyembelihan. Sedangkan
mazhab Hambali mengatakan hukumnya wajib, maksudnya wajib
menjaga diri untuk tidak mencukur rambut dan memotong kuku.
Namun mazhab Hanafi malah mengatakan tidak ada dasar
kesunnahannya. Dasar kesunnahan atau kewajiban bagi penyembelih
hewan qurban untuk tidak mencukur rambut atau memotong kuku
adalah sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti yang
sudah disampaikan hadisnya sebelum ini.

‫َمْن َك اَن َلُه ِذْبٌح َيْذ ُحَبُه َفِإَذا ُأِه َّل ِه اَل ُل ِذي اِحلَّج ِة َفاَل َيْأُخ َذ َّن ِم ْن َش ْع ِرِه‬

‫ِرِه‬ ‫ِم‬
‫َو اَل ْن َأْظَف ا َش ْيًئا َح ىَّت ُيَض ِّح َي‬
“Siapa saja yang ingin berqurban dan apabila telah memasuki awal
Dzulhijah (1 Dzulhijah), maka janganlah ia memotong rambut dan
kukunya sampai ia berqurban.”(HR. Muslim no 997)”.
D. Macam-Macam Hewan Yang Boleh Di Qurban
Yang dapat dijadikan hewan qurban adalah binatang ternak (sapi,
kerbau, unta, kambing dan domba) jantang maupun betina. Tidak sah
binatang yang liar sebagaimana firman Allah surat al-Hajj (22):34 :

‫َو ِلُك ِّل ُاَّم ٍة َجَعْلَنا َم ْنَس ًك ا ِّلَيْذ ُك ُر وا اْس َم الّٰلِه َعٰل ى َم ا َر َز َقُه ْم ِّم ْۢن ِهَبْيَم ِة اَاْلْنَعاِۗم‬
‫ِت‬ ‫ِل ۗا‬ ‫ِا ِا ِح‬
‫ۙ َف ُهٰلُك ْم ٰلٌه َّو ا ٌد َفَله َاْس ُمْو َو َبِّش ِر اْلُم ْخ ِب َنْي‬
Terjemahnya: “Dan setiap umat telah kami syaritkan mansak
(penyembelihan qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap
binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka”
Bagi hewan qurban ada 4 syarat yang harus diperhatikan yaitu:8
1) Hewan Qurban harus binatang ternak yang terdiri dari Unta, Sapi dan
Kambing, baik Domba maupun Kambing. Jumhur Ulama selain Malik
menyatakan bahwa urutan hewan Qurban yang paling utama adalah

8
Andri Muda Nst Ibid h. 129-130

12
Unta, kemudian Sapi, lalu Kambing, Imam Nawawi juga berpendapat
bahwa tingkatan binatang Qurban adalah Unta, kemudian Sapi,
kemudian Kambing. Sementara Mazhab Maliki berpendapat bahwa
binatang yang paling utama untuk berqurban adalah Domba, kemudian
Sapi dan Unta, dengan alasan karena kualitas dan kelezatan dagingnya.
Imam Syafi'i berkata berqurban dengan Unta atau Sapi, maka untuk
tujuh orang, sedangkan Kambing, untuk satu orang.
2) Telah mencapai usia yang telah ditetapkan oleh syara'.yaitu Jadza'ah
dari Kambing, Domba, Biri-biri atau Tsaniyah jika dari lainnya.
Hewan yang boleh dijadikan Qurban bila Kambing telah berumur 2
tahun atau giginya sudah terlepas, Begitu juga dengan Sapi jika sudah
berumur dua tahun. Sedangkan Unta jika telah berumur lima tahun.
3) Hewan yang diqurbankan itu tidak memiliki cacat. Ada 4 macam cacat
yang menghalangi seekor binatang untuk diqurbankan yaitu, picek
(buta sebelah) yang jelas piceknya, salah satu matanya tenggelam atau
buta, atau menonjol seperti kancing, atau terkena warna putih (Jamur),
yang menunjukkan kebutaannya secara jelas. Sakit dengan jelas, yaitu
sakit yang dideritanya begitu tampak, atau kurap/kudis yang kelihatan
jelas yang mempengaruhi daging atau kesehatannya, juga luka parah
yang mempengaruhi kesehatannya. Pincang dengan jelas sehingga
menjadikannya tidak dapat berjalan dengan normal.
4) Kurus yang menghilangkan otak (sumsum).
E. Hukum Membunuh Qurban Titipan

13

Anda mungkin juga menyukai