Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

FIQIH QURBAN
DOSEN PENGAMPU: IMAM AGUNG PRAKOSO, S. SY., M.H.

DISUSUN OLEH:
1. INDAH AYU FEBRIANTI (12110086)
2. NAJWA SARI FAUZIAH (12110080)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, penulis dapat
menyelesaikan tugas Makalah Kelompok yang berjudul “FIQIH QURBAN” dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Fiqh dan Ushul
Fiqh selain itu makalah ini bertujuan menambah wawasan materi Fiqih Qurban dan untuk
berbagi kepada para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak IMAM AGUNG PRAKOSO, S.


SY., M.H. selaku dosen matakuliah Pengantar Fiqh dan Ushul Fiqh, ucapan terimakasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis ini menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh sebab itu
saran dan kritik yang membangun diharapkan bisa menyempurnakan makalah ini.

Pontianak, 25 Oktober 2021

Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................1
C. TUJUAN PENELITIAN.........................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Qurban..................................................................................................................2
B. Dasar-dasar Hukum Berqurban.............................................................................................3
C. Waktu Menyembelih Qurban.................................................................................................8
D. Syarat-syarat Qurban..............................................................................................................8
E. Macam-Macam Binatang Yang Boleh Dijadikan Qurban....................................................9
F. Sifat-sifat Binatang yang Tidak Boleh Dijadikan Qurban.................................................10
G. Cara Membagi Daging Qurban............................................................................................10
H. Larangan Bagi yang Hendak Berkurban.............................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
A. KESIMPULAN......................................................................................................................11
B. SARAN...................................................................................................................................12
DAFTARPUSTAKA.........................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Qurban adalah salah satu ibadah tahunan bertujuan mendekatkan diri kepada
Allah. Ibadah Qurban ini masih menyisakan beberapa permasalahan yang sering
ditanyakan oleh kaum muslimin di berbagai dunia.

Qurban merupakan salah satu upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan
cara menyembelih hewan pada idul adha dan tiga hari tasyrik sesuai dengan ketentuan
syara pada hari raya idul adha Allah mensyariatkan penyembelihan hewan qurban
sebagaimana yang dijelaskan pada al-Qur’an surat al-Kautsar ayat 2 berikut yang
artinya: Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.

Yang dimaksud dengan “berkurbanlah” pada ayat tersebut adalah


menyembelih hewan sembelihan (al-hadyu) berupa ternak seperti unta, sapi, kambing
atau domba. Untuk itu selain ketiga hewan tersebut maka tidak dapat disebut sebagai
qurban. Menyembelih hewan qurban atau al-hadyu mengandung nilai-nilai
ketakwaan, kesabaran dan penuh dengan keikhlasan dalam.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
menjadi bahan kajian dalam Makalah ini adalah:

1. Apa Pengertian Qurban?

2. Apa saja Dasar Hukum Berqurban?

3. Apa Syarat-syarat dalam Qurban?

4. Apa saja Sunnah dan Anjuran dalam Ber’qurban?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas,
maka tujuan penelitian yang menjadi bahan kajian dalam Makalah ini adalah:

1. Mengetahui Pengertian Qurban

2. Mengetahui Dasar Hukum Berqurban

3. Mengetahui Syarat-syarat dalam Qurban

4. Mengetahui Sunnah dan Anjuran dalam Berkurban

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qurban

Menurut Buya Yahya pada halaman 1. Qurban dalam Bahasa adalah (Al-
Udhiyah) diambil dari kata (Adha). Makna (Adh-ha) adalah permulaan siang setelah
terbitnya matahari dan dhuha yang sering kita gunakan untuk nama shalat, yaitu
sholat Dhuha di saat terbitnya matahari hingga menjadi putih cemerlang. Adapun (Al-
Udhiyah/Qurban) menurut syariat adalah sesuatu yang disembelih dari binatang
ternak seperti unta, sapi dan kambing untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang
disembelihnya pada hari raya Idul Adha dan hari Tasyrik. Yang dimaksud dari hari
Tasyrik adalah hari ke 11,12, dan 13 Dzulhijjah.

Berkurban merupakan bagian dari Syariat Islam yang sudah ada semenjak
manusia ada. Ketika putra-putra Nabi Adam AS diperintahkan berkurban. Maka Allah
SWT menerima qurban yang baik dan diiringi ketakwaan dan menolak qurban yang
buruk. Menyembelih qurban termasuk amal saleh yang paling utama. Ibunda ‘Aisyah
radhiyallahu anha menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih
dicintai oleh Allah melebihi mengalirkan darah (qurban), maka hendaknya kalian
merasa senang karenanya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dengan sanad
shahih, lihat Taudhihul Ahkam, IV/450).

Menurut Ammi Nur Baits pada halaman 1. Qurban merupakan salah satu
ibadah tahunan yang tujuan utamanya mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub
Ilallah). Ibadah qurban ini masih menyisakan beberapa permasalahan yang sering
ditanyakan oleh kaum muslimin di berbagai penjuru dunia, seperti: wajibkah
melaksanakan ibadah qurban? kambing atau sapi, mana yang lebih baik untuk
qurban? bagaimana hukum berkurban untuk orang yang telah meninggal? dan
sebagainya.

Qurban yang biasa dipahami, berasal dari Bahasa Arab, artinya pendekatan
diri, sedangkan maksudnya adalah menyembelih binatang ternak sebagai sarana
pendekatan diri kepada Allah. Arti ini dikenal dalam istilah Islam sebagai Udhiyah.
Udhiyah secara bahasa mengandung dua pengertian, yaitu kambing yang disembelih

2
waktu Dhuha dan seterusnya, dan kambing yang disembelih di hari ‘Idul Adha.
Adapun makna secara istilah, yaitu binatang ternak yang disembelih di hari-hari Nahr
dengan niat mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah dengan syarat-syarat tertentu
(Syarh Minhaj).

Jadi dapat disimpulkan pengertian qurban menurut beberapa ahli adalah Dari
pengertian-pengertian yang telah penulis sebutkan diatas penulis mengambil
kesimpulan bahwa ibadah qurban adalah menyembelih hewan ternak tertentu yang
memenuhi syarat tertentu yang dilaksanakan pada hari nahr (tanggal 10 Dzulhijjah)
dan hari-hari tasyrik (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah) dengan niat qurban.

B. Dasar-dasar Hukum Berqurban

Menurut Buya Yahya Halaman 2. Qurban adalah amalan yang dianjurkan setiap
tahun sekali seperti puasa Arafah, yaitu amalan yang dianjurkan setiap tahun sekali. Artinya
setiap bulan haji, maka setiap dari kita diperintahkan untuk berkurban. Bukan seperti
pemahaman sebagian orang yang menganggap bahwa qurban itu dianjurkan sekali seumur
hidup.

Pendapat pertama: Hukum menyembelih qurban menurut madzhab Imam Syafi’i dan
jumhur Ulama adalah sunnah yang sangat diharap dan dikukuhkan. Ibadah Qurban adalah
termasuk syiar agama yang memupuk makna kasih sayang dan peduli kepada sesama yang
harus digalakkan. Sunnah disini ada 2 macam:
1. Sunnah Ainiyah yaitu: Sunnah yang dilakukan oleh setiap orang yang mampu.
Imam ibnu Hajar al haitami menjelaskan; Jika anggota keluarga berbilang maka qurban
adalah sunnah kifayah artinya qurban dari salah satu anggota keluarga yang "rosyid"
(memenuhi syarat untuk kurban), sudah mencukupi untuk keluarga yang lainya berdasar
riwayat yang benar dari Abu Ayyub Al Anshari RA, "Kami menyembelih qurban 1
kambing dengan cara seorang laki-laki menyembelih untuk dirinya sendiri dan anggota
keluarganya" dan jika tidak seperti itu (yakni jika tidak berbilang anggota keluarga atau
berbilang tapi kambingnya sama dengan bilangan anggota keluarga) maka menjadi
sunnah ainiyyah. (tuhfah 9/345).
2. Sunnah Kifayah yaitu: Disunnahkan dilakukan oleh sebuah keluarga dengan
menyembelih 1 ekor atau 2 ekor atau lebih untuk semua keluarga yang ada di dalam
rumah.

3
Ibadah qurban disyariatkan pada tahun ke 3 Hijriah, sama halnya dengan zakat
dan shalat hari raya. Landasan pensyariatan dapat ditemukan dalam Al-Qur’an, As-
sunnah, dan Ijma‟.
1. Al-Qur’an
a. Dalam (QS. Al-Kautsar ayat: 2) ‫َفَص ِّل ِلَر ِّبَك َو اْنَح ْۗر‬
Artinya: “Maka laksanakanlah shalat karena tuhanmu dan berkurbanlah
(sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)”.
b. Dalam (QS. As-Saffat ayat: 102)
‫َفَلَّم ا َبَلَغ َم َع ُه الَّسْع َي َقاَل َيا ُبَنَّي ِإِّني َأَر ٰى ِفي اْلَم َناِم َأِّني َأْذ َبُحَك َفاْنُظْر َم اَذ ا َت َر ٰى ۚ َق اَل َي ا َأَبِت اْفَع ْل َم ا‬
‫ُتْؤ َم ُرۖ َس َتِج ُد ِني ِإْن َش اَء ُهَّللا ِم َن الَّصاِبِريَن‬
Artinya: “Maka katakanlah anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama ibrahim, ibrahim berkata: “hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapat mu” ia menjawab: “Hai bapak ku kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-
orang yang sabar”

2. Sunnah
Rasulullah Saw bersabda sebagai berikut:
‫َم ْن َك اَن لُه َسَع ة َو لْم َيَض ْح َفال َيْقرَبَّن ُمَص اَّل َنا‬: ‫َ أَّن َر ُسْو ل ِهللا صلى هللا عليه وسلم قال‬:‫َع ْن َ أِبي ُهَر ْيَر ة‬
(‫)رواه احمد وابن ماجه‬
Artinya: Dari Abu Hurairah, “Rasulullah Saw. Telah bersabdah, barang siapa
yang mempunyai kemampuan tetapi tidak berkurban, maka janganlah ia
mendekati (menghampiri) tempat shalat kami’’ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

3. Ijma
Seluruh umat Islam sepakat bahwa berkurban adalah perbuatan yang
disyariatkan Islam. Banyak hadits yang menyatakan bahwa berkurban adalah
sebaik-baiknya perbuatan di sisi Allah Swt, yang dilakukan seorang hamba
pada hari raya kurban. Demikian juga bahwa hewan kurban itu akan datang
pada hari kiamat kelak persis seperti pada kondisi ketika ia disembelih di
dunia. Lebih lanjut dinyatakan bahwa darah hewan kurban itu terlebih dulu
akan sampai ketempat yang diridhai Allah Swt. Sebelum jatuh kepermukaan
bumi,

4
Menurut Ammi Nur Baits Hukum bergabung dalam satu qurban
1. Bergabung dalam satu qurban tidak diperkenankan di dalam qurban
kambing, akan tetapi jika yang dijadikan kurban adalah sapi atau unta
maka boleh bergabung 7 orang. Artinya boleh 7 orang mengumpulkan
uang kemudian membeli 1 unta / sapi dan dari sapi tersebut diniatkan
qurban untuk 7 orang tersebut. Ini adalah pendapat yang ada di dalam
Madzhab Imam Syafi'i, Hambali dan Hanafi.
2. Dalam madzhab Imam Malik tidak boleh menggabungkan qurban dalam
satu sembelihan, termasuk di dalamnya adalah sapi. Artinya
menggabungkan qurban tidak sah jika ada 7 orang bergabung di dalam 1
unta. Akan tetapi seseorang kalau ingin berqurban yaitu dengan cara
setiap 1 orang dengan 1 kambing atau setiap 1 orang dengan 1 sapi atau 1
unta.
3. Begitu juga di dalam madzhab Imam Syafi'i, jika ada orang ingin
berkurban dengan 1 unta atau sapi adalah diperkenankan. Artinya dalam
madzhab Imam Syafi'i, 1 unta atau 1 sapi bisa dijadikan qurban untuk 1
orang atau lebih hingga 7 orang
4. Seekor Kambing Untuk Satu Keluarga
Seekor kambing cukup untuk qurban satu keluarga, dan pahalanya
mencakup seluruh anggota keluarga meskipun jumlahnya banyak, baik
yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sebagaimana
ditunjukkan dalam hadits dari Abu Ayyub radhiyallahu anhu yang
mengatakan, "Pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
seseorang (suami) menyembelih seekor kambing sebagai kurban bagi
dirinya dan keluarganya." (HR. Tirmidzi 1505, Ibn Majah 3147, dan
dinilai shahih oleh Al-Albani) Oleh karena itu, tidak selayaknya seseorang
mengkhususkan qurban untuk salah satu anggota keluarganya tertentu.
Dalam banyak kasus, masyarakat kita masih mempraktekkan sistem
qurban untuk sebagian anggota keluarganya. Misalnya, qurban tahun ini
untuk bapaknya, talum depan untuk ibunya, tahun berikutnya untuk anak
pertama, dan seterusnya. Sesungguhnya karunia dan kemurahan Allah
sangat luas maka tidak perlu dibatasi. Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam berqurban untuk dirinya dan seluruh umatnya. Sebagaimana

5
dinyatakan dalam riwayat yang shahih. bahwa suatu ketika beliau hendak
menyembelih kambing qurban, sebelum menyembelih beliau
mengucapkan.

Hukum Menjual Daging dan Kulit Binatang Qurban


Hukum menjual daging qurban Menjual daging qurban adalah haram sebelum
dibagikan. Adapun jika daging qurban sudah dibagi dan diterima, maka bagi
yang menerima daging tersebut boleh menjualnya dan juga boleh
menyimpannya. Begitu juga kulitnya, tidak diperkenankan untuk dijual atau
dijadikan upah bagi yang menyembelih, akan tetapi bagi seorang tukang
sembelih boleh menerima kulit serta daging qurban sebagai bagian haknya
akan tetapi tidak boleh daging dan kulit tersebut dijadikan upah.

Hukum menjadikan Kulit, Kaki dan Kepala Kambing Sebagai Upah


Yang Menyembelih Jumhur Ulama (kebanyakan para Ulama) mengatakan
bahwa: “Karena kambing Qurban itu memang kambing yang sudah diniatkan
untuk Allah SWT maka tidak diperkenankan bagian dari binatang tersebut
untuk dijadikan upah bagi yang menyembelih dan tidak boleh dijual dari
seluruh anggota tubuh binatang tersebut termasuk kulit, kaki dan kepala.

Hukum Arisan Qurban, mengadakan arisan dalam rangka berkurban


masuk dalam pembahasan berhutang untuk qurban. Karena hakikat arisan
adalah hutang. Sebagian ulama menganjurkan untuk berqurban meskipun
harus hutang. Di antaranya adalah Imam Abu Hatim sebagaimana dimukil
oleh Ibnu Katsir dari Sufyan At Tsauri (Tafsir Ibnu Katsir, surat Al Hajj:36),
Sufyan At Tsauri rahimahullah mengatakan: "Dulu Abu Hatim pernah
berhutang untuk membeli unta qurban. Beliau ditanya: "Kamu berhutang
untuk beli unta qurban?" beliau jawab: "Saya mendengar Allah berfirman: ‫لكم‬
‫فيها خير‬
kamu memperoleh kebaikan yang banyak pada unta-unta qurban tersebut (QS:
Al Hajj 36).
"Hadits yang paling tegas dalam hal ini adalah hadits tentang Al-Hasan
dari Samurah radhiallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya. Saya berharap, jika dia berhutang

6
(untuk aqiqah), agar Allah segera menggantinya, karena dia menghidupkan
sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengikuti ajaran yang beliau
bawa." (Tuhfatul Maudud, hlm. 64)
Sebagian ulama lain menyarankan untuk mendahulukan pelunasan
hutang dari pada berqurban. Di antaranya adalah Syaikh Ibn Utsaimin dan
ulama tim fatwa islamweb.net dibawah bimbingan Dr. Abdullah Al Faqih
(simak Fatwa Syabakah Islamiyah no. 7198 dan 28826). Syaikh Ibnu Utsaimin
mengatakan: "Jika orang punya hutang maka selayaknya mendahulukan
pelunasan hutang dari pada berqurban." (Syarhul Mumti' 7/455).
Bahkan Beliau pernah ditanya tentang hukum orang yang tidak jadi
qurban karena uangnya diserahkan kepada temannya yang sedang terlilit
hutang, dan beliau jawab. "Jika dihadapkan dua permasalahan antara
berqurban atau melunaskan hutang orang faqir maka lebih utama melunasi
hutang, lebih-lebih jika orang yang sedang terlilit hutang tersebut adalah
kerabat dekat" (simak Majmu' fatawa & risalah Ibnu Utsaimin 18/144).
Namun pernyataan-pernyataan ulama di atas tidaklah saling
bertentangan. Karena perbedaan ini didasari oleh perbedaan dalam
memandang keadaan orang yang berhutang Sikap ulama yang menyarankan
untuk berhutang ketika qurban dipahami untuk orang yang keadaanya mudah
dalam melunasi hutang atau untuk hutang yang jatuh temponya masih
panjang.
Sedangkan anjuran sebagian ulama untuk mendahulukan pelunasan
hutang dari pada qurban dipahami untuk orang yang kesulitan melunasi hutang
atau pemiliknya meminta agar segera dilunasi. Dengan demikian, jika arisan
qurban kita golongkan sebagai hutang yang jatuh temponya panjang atau
hutang yang mudah dilunasi maka berqurban dengan arisan adalah satu hal
yang baik. Wallahu a'lam.

Hukum Iurunan Qurban Satu Sekolah, terdapat satu tradisi di beberapa


lembaga pendidikan di daerah kita, ketika idul adha tiba sebagian sekolah
mengadakan kegiatan latihan qurban bagi siswa. Masing-masing siswa
dibebani iuran sejumlah uang tertentu. Hasilnya digunakan untuk membeli
kambing dan disembelih di hari-hari qurban. Apakah ini bisa dinilai sebagai
ibadah qurban?

7
Seperti yang kita pahami, berkurban adalah salah satu ibadah dalam
islam yang memiliki aturan tertentu sebagaimana yang digariskan oleh
syari'at. Keluar dari aturan ini maka tidak bisa dinilai sebagai ibadah qurban,
yang artinya qurbannya tidak sah. Di antara aturan tersebut adalah masalah
pembiayaan.
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa biaya pengadaan
untuk seekor kambing hanya boleh diambilkan dari satu orang. Sehingga
iurunan qurban kambing dari beberapa orang, tidak bisa dinilai sebagai qurban
kambing. Terkecuali jika kambing hasil iurunan ini dihadiahkan kepada salah
satu siswa atau guru, kemudian disembelih di sekolah.
Oleh karena itu kasus tradisi 'qurban' seperti di atas tidak dapat dinilai
sebagai qurban. Karena biaya pengadaan kambing diambil dari sejumlah
siswa.

C. Waktu Menyembelih Qurban


Waktu menyembelih qurban itu diperkirakan dimulai dari setelah
terbitnya matahari di hari raya qurban dan setelah selesai 2 rakaat shalat hari
raya idul adha dan 2 khutbah ringan (mulai matahari terbit + 2 rokaat + 2
khutbah), maka tibalah waktu untuk menyembelih qurban. Bagi yang tidak
melakukan shalat hari raya, ia harus memperkirakan dengan perkiraan tersebut
atau menunggu selesainya sholat dan khutbah dari masjid yang ada di daerah
tersebut atau di sekitarnya. Waktu menyembelih qurban berakhir saat
terbenamnya matahari di hari ketiga hari tasyrik tanggal 13 Dzulhijjah. Sebaik-
baik waktu menyembelih qurban adalah setelah sholat dan khutbah hari Idul
Adha.

‫ َو َأَص اَب‬،‫ «َم ْن َذ َبَح َبْع َد الَّص َالِة َتَّم ُنُس ُك ُه‬: ‫ َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَل‬،‫َع ِن الَبَر اِء َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه‬
‫ُس َّنَة الُم ْس ِلِم يَن (رواه البخارى‬

Dari Barra’ bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Barangsiapa menyembelih hewan kurban setelah shalat Idul Adha, maka
sembelihannya telah sempurna dan ia sesuai dengan sunnah kaum muslimin.”
(HR. Bukhari no. 5545)

8
D. Syarat-syarat Qurban

Syarat Orang Yang Berqurban Sangat dikukuhkan dan dianjurkan untuk


melakukan qurban bagi orang yang telah memenuhi syarat berikut ini:

1. Seorang muslim / muslimah

2. Usia baligh

Baligh ada 3 Tanda, yaitu:


1) Keluar mani (bagi anak laki-laki dan perempuan) pada usia 9 tahun hijriah.
2) Keluar darah haid usia 9 tahun hijriah (bagi anak perempuan)
3) Jika tidak keluar mani dan tidak haid maka di tunggu hingga umur 15 tahun.
Dan jika sudah genap 15 tahun maka ia telah baligh dengan usia yaitu usia 15
tahun.

3. Berakal Maka orang gila tidak diminta untuk melakukan qurban, akan tetapi sunnah
bagi walinya untuk berqurban atas nama orang gila tersebut atau diambilkan dari harta
orang gila tersebut jika walinya adalah ayah atau kakeknya.

4. Merdeka Seorang budak tidak dituntut untuk melakukan qurban.

5. Mampu Mampu disini adalah punya kelebihan dari makanan pokok, pakaian dan
tempat tinggal untuk dirinya dan keluarganya di hari raya Idul Adha dan hari Tasyrik.

6. Rosyid Bukan orang yang Mahjur Alaih (orang yang tidak diperkenankan
bertransaksi dengan hartanya baik karena tidak sempurna akalnya (‫( السفه‬atau karena
pailit, terlilit 13 hutang, hingga semua hartanya pun tidak akan cukup untuk
membayar hutangnya). Maka bagi siapapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut
telah masuk dalam golongan orang yang dianjurkan untuk bisa berkurban dan akan
menggugurkan sunnah kifayah bagi yang lainnya. Jika ada anak yang belum baligh
maka tidak diminta untuk melakukan qurban, akan tetapi sunnah bagi walinya untuk
berqurban atas nama anak tersebut dari harta walinya atau dari harta anak tersebut jika
walinya adalah ayah atau kakek. Akan tetapi tidak menggugurkan sunnah kifayah
bagi yang lainnya.

9
E. Macam-Macam Binatang Yang Boleh Dijadikan Qurban

1. Unta, diperkiraan umurnya 5 – 6 tahun.

2. Sapi, atau kerbau diperkirakan umurnya 2 tahun ke atas.

3. Kambing / domba dengan bermacam - macam jenisnya, diperkirakan umurnya 1 - 2


tahun. Jika belum sampai pada umur tersebut di atas akan tetapi secara fisik
menyamai atau lebih besar dari yang sampai umur maka hal tersebut diperkenankan.
Himbauan Pemilihan Binatang Qurban Dihimbau agar berkurban dengan binatang
yang gemuk dan Sehat, dengan warna apapun, dan jenis kelamin apapun.

F. Sifat-sifat Binatang yang Tidak Boleh Dijadikan Qurban

1. Bermata sebelah / buta

2. Pincang yang sangat

3. Yang amat kurus, karena penyakit.

4. Penyakit yang parah

Catatan:

1. Boleh dan sah berqurban dengan kambing/sapi/unta BETINA.

2. Boleh dan sah berkurban dengan binatang qurban dengan warna apapun.

3. Jika berqurban dengan binatang dengan kekurangan tersebut di atas tidak sah jadi
qurban akan tetapi menjadi sedekah biasa yang diterima oleh Allah.

Catatan: Binatang qurban yang tidak memenuhi syarat tidak sah menjadi qurban akan
tetapi menjadi sedekah biasa yang diterima oleh Allah. Artinya, jika kita tidak
menemukan kambing qurban yang tidak memenuhi syarat, kita bisa menyembelih
kambing apa saja sebagai hidangan kegembiraan di hari raya Idul Adha untuk
mempererat silaturahmi dan mendapatkan pahala sedekah. Dan bagi siapapun yang
tidak mempunyai kambing qurban, hendaknya membuat kegembiraan di tengah-

10
tengah keluarganya dengan membuat hidangan yang pantas dengan keadaan hari raya,
baik dengan ikan atau hanya telur dadar, sesuai dengan kemampuannya.

G. Cara Membagi Daging Qurban

Jika qurban wajib karena nadzar. Maka semua dari daging qurban harus
dibagikan, dan diantara mereka yang menerima harus ada fakir miskinnya dan tidak
harus semuanya fakir miskin. Jika orang yang berqurban atau orang yang wajib
dinafkahinya ikut makan, maka wajib baginya untuk menggantinya sesuai dengan
yang dimakannya. Adapun jika qurban sunnah: Maka tidak disyaratkan sesuatu
apapun dalam pembagiannya, asalkan ada bagian untuk orang fakir miskin,
seberapapun bagian tersebut. Dan dianjurkan untuk bisa membagi menjadi 3 bagian.
1/3 untuk keluarga, 1/3 untuk dihidangkan tamu, 1/3 untuk dibagikan kepada fakir
miskin. Pembagian seperti ini tidaklah harus, Semakin banyak yang dikeluarkan,
semakin banyak pahalanya
H. Larangan Bagi yang Hendak Berkurban

Menurut Sulaiman Rasjid. Orang yang hendak berkurban dilarang memotong


kuku dan memotong rambutnya. Yang dilarang untuk dipotong kuku dan rambutnya
di sini adalah orang yang hendak qurban bukan hewan qurbannya. Dalilnya, hadits
dari Ummu Salamah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, "Apabila
engkau telah memasuki sepuluh hari pertama (bulan Dzulhijjah) sedangkan di antara
kalian ingin berqurban maka janganlah dia menyentuh sedikitpun bagian dari rambut
dan kulitnya." (FIR Muslim). "Apabila engkau telah memasuki sepuluh hari pertama
(bulan Dzulhijjah) sedangkan di antara kalian ingin berqurban maka janganlah dia
menyentuh sedikitpun bagian dari rambut dan kulitnya." (HR. Muslim). Larangan
tersebut berlaku untuk cara apapun dan untuk bagian kuku maupun rambut manapun.
Artinya mencakup larangan mencukur gundul atau mencukur sebagian saja, atau
sekedar mencabutinya. Baik rambut itu tumbuh di kepala, kumis, sekitar kemaluan
maupun di ketiak.

Apakah ada kafarat bagi orang yang melanggar larangan ini? mengatakan:
Syaikh Abdul Aziz Ibn Baz rahimahullah "Siapa yang memotong rambut atau
kukunya, setelah masuk bulan dzulhijjah, karena lupa atau tidak tahu hukumnya,
sementara dia hendak berqurban maka tidak ada kewajiban apapun untuk

11
menebusnya. Karena Allah melepaskan beban bagi hamba-Nya yang tidak sengaja
atau lupa.

Adapun orang yang melakukannya dengan sengaja maka dia harus bertaubat
kepada Allah, namun tidak ada kewajiban membayar kaffarah."

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan pengertian qurban menurut beberapa ahli adalah Dari
pengertian-pengertian yang telah penulis sebutkan diatas penulis mengambil
kesimpulan bahwa ibadah qurban adalah menyembelih hewan ternak tertentu yang
memenuhi syarat tertentu yang dilaksanakan pada hari nahr (tanggal 10
Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah) dengan niat
qurban.

B. SARAN
Dalam menyikapi segala bentuk perbedaan pendapat tentang hukum
tasmiyah dalam penyembelihan hewan, penulis berbesar hati menyarankan sebagai
berikut :
1. Diharapkan kepada seluruh umat Islam untuk selalu menyembelih hewan ketika
hendak memakan hewan tersebut karena Allah mengharamkan memakan hewan
yang tidak di sembelih sesuai dengan firmannya di dalam surah al-Maidah ayat
3.
2. Masalah mengenai hukum memakan hewan sembelihan yang tidak di
bacakan basmallah hanyalah segelintir permasalahan dalam ilmu fiqih.
Untuk itu, sebagai intelektual muda Islam dan para mahasiswa sidilah

12
kiranya meneliti kembali Khazanah keilmuan klasik yang masih simpang
siur, dan masih banyak pendapat satu dengan lainnya yang kontradiksi,
sehingga perbedaan tersebut bisa ditemukan solusi yang baru.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
mudah-mudahan nantinya pembaca dapat melakukan penelitian lebih
mendalam tentang permasalahan hukum tasmiyah dalam penyembelihan.

13
DAFTARPUSTAKA

Baits, A. N. (2015). Mengupas Tuntgas Seputar Fiqh Qurban. Yogyakarta: Yufid Publishing.
Buya, Y. (2017). Fiqih Qurban. Cirebon: Pustaka Al-Bahja.
Mubarok, D. (2003). Fiqh. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Rasjid, S. (2013). Fiqh Islam. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai