Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahhirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ”Qurban dan Aqiqah”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah dan
terlimpah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Tak lupa pula penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Qurban & Aqiqah”.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Wssalamu’alaikum wr. wb.

Langsa, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Qurban .................................................................................................. 2
1. Pengertian Qurban ......................................................................... 2
2. Dalil Tentang Qurban .................................................................... 2
3. Sejarah Qurban .............................................................................. 3
4. Hukum Qurban .............................................................................. 5
5. Hewan yang Sah untuk Diqurbankan ............................................ 5
6. Hewan yang Tidak Sah untuk Diqurbankan ................................. 6
7. Tata Cara, Sunnah dan Waktu Pelaksanaan Qurban ..................... 7
B. Aqiqah .................................................................................................. 8
1. Pengertian Aqiqah ......................................................................... 8
2. Dalil, Hukum dan Waktu Pelaksanaan Aqiqah ............................. 8
3. Sejarah Aqiqah .............................................................................. 9
4. Hewan yang Sah dan Tidak Sah untuk Diaqiqahkan .................... 10
5. Tata Cara dan Sunnah Pelaksanaan Aqiqah .................................. 11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hikmah disyari‘atkan qurban ialah sebagai tanda bersyukur kepada Allah


subhanahu wata‘ala di atas segala nikmatNya yang berbagai dan juga di atas kekalnya
manusia dari tahun ke tahun.

Ia juga bertujuan menjadi kifarah bagi pelakunya, sama ada disebabkan


kesilapan-kesilapan yang telah dilakukan ataupun dengan sebab kecuaiannya dalam
menunaikan kewajiban di samping memberikan kelegaan kepada keluarga orang yang
berqurban dan juga mereka yang lain.

Sedangkan Aqiqah merupakan salah satu ajaran islam yang di contohkan


rasulullah SAW. Aqiqah mengandung hikmah dan manfaat positif yang bisa kita petik
di dalamnya. Di laksanakan pada hari ke tujuh dalam kelahiran seorang bayi. Dan
Aqiqah hukumnya sunnah muakad (mendekati wajib), bahkan sebagian ulama
menyatakan wajib. Setiap orang tua mendambahkan anak yang shaleh, berbakti dan
mengalirkan kebahagiaan kepada kedua orangnya. Aqiqah adalah salah satu acara
penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah kepada anak yang masih suci. Dengan
aqiqah di harapkan sang bayi memperoleh kekuatan, kesehatan lahir dan batin. Di
tumbuhkan dan di kembangkan lahir dan batinnya dengan nilai-nilai ilahiyah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari qurban dan aqiqah?


2. Apa dalil dan hukum tentang qurban dan aqiqah?
3. Apa sejarah qurban dan aqiqah?
4. Bagaimana syarat qurban dan aqiqah?
5. Bagaimana hewan yang sah dan tidak sah untuk qurbankan dan aqiqah?
6. Bagaimana cara penyembelihan dan sunnah qurban dan aqiqah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Qurban
1. Pengertian Qurban

Menurut bahasa, Qurbah berarti mendekatkan diri. Qurban merupakan


istilah yang menunjukkan tujuan dari suatu ibadah, yaitu mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam ilmu fiqih, selain istilah qurban terdapat beberapa istilah
lainnya, yaitu nahr dan udiyah.yang memiliki arti yang hampir sama, yaitu az
zabhu atau menyembelih hewan. Dua istilah ini lebih menunjukkan praktek
ibadah kurbanyang disyari’atkan, waktu pelaksanaan ibadah ini disebut yaumun
nahri atau lebih dikenal dengan Idul Adha.
Qurban adalah beribadah kepada Allah dengan cara menyembelih hewan
tertentu pada hari raya Idul Adha dan hari tasyrik (tanggal 11,12 dan 13
Zulhijah).1

2. Dalil Tentang Qurban

Dalil yang mengsariatkannya qurban adalah firman Allah. QS A-kausar


108: 1-3
Artinya : Sungguh Kami Telah Memberimu (Muhammad) Nikmat Yang
Banyak Maka Laksanakan Lah Sholat Dan Berqurban lah ,
Sungguh Orang Yang Membencimu Dialah Orang Yang
Terputus .(Q.S.Al-Kausar 1-3)2

Kemudian Q.S. Al. Hajj ayat 34:

Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan


(kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap

1
Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’i, (Grobogan: Ponpes Fadllul
Wahid). hlm., 198
2
Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemahan, (Bandung: CV Darus Sunnah, 2012).

2
binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka,”
(QS. Al Hajj 22 : 34)3

Adapula dalil hadits, berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW


menjelaskan:

Artinya : ”Saya disuruh menyembelih qurban dan qurban itu sunat bagi
kamu”

3. Sejarah Qurban

Sejarah Qurban bermula saat Nabi Ibrahim dengan istrinya Sarah belum
memiliki buah hati hingga lanjut usia, Sarah lantas meminta Ibrahim untuk
menikah lagi. Awalnya, Ibrahim menolak permintaan Sarah karena baginya,
Sarah lah satu-satunya wanita yang ada di hatinya. Namun Sarah bersikeras
meminta Ibrahim menikahi wanita lain dan berharap dari pernikahan tersebut
sang suami akan mendapatkan keturunan.

Dengan berat hati namun tetap menyerahkan segalanya kepada Allah SWT,
Ibrahim memenuhi permintaan Sarah untuk menikah lagi. Ibrahim lalu
mempersunting budaknya, Hajar. Lalu Ibrahim pun berdoa kepada Allah. "Ya
Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang
shaleh" (As Saffat : 100)4

Dan saat itu, Allah pun mengabulkan doa tersebut. "Maka Kami beri kabar
gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang sangat sabar" (As
Saffat : 101)

Kemudian lahirlah Ismail. Kelak Ismail akan menjadi seorang Nabi yang
kesabarannya dituliskan dalam Al-Qur'an.

Singkat cerita, ketika Ismail sampai pada umurnya (beberapa ahli sejarah
menyatakan umur kenabian) Ibrahim bermimpi, dalam mimpi tersebut ia
diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Ismail.

3
Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemahan, (Bandung: CV Darus Sunnah, 2012).
4
Ibid.

3
Ibrahim berkata, "Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi untuk
menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?"

"Wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah, kau akan
temui aku sebagai orang yang sabar", jawab Ismail. (As Safaat : 102)5

Tidak lama setelah itu, Ibrahim dan Ismail menuju lokasi penyembelihan
sesuai dengan mimpi Ibrahim. Lokasinya terletak di Mina, Makkah. Dalam
perjalanan menuju lokasi, syaitan datang tiga kali menggoda Ibrahim untuk tidak
menyembelih Ismail. Setiap kali syaitan datang, Ibrahim mengusirnya dengan
cara melempar kerikil kecil sebanyak tujuh kali dengan mengucapkan
"Bismillahi Allahu Akbar" hingga syaitan tersebut menghilang.6

Sesampainya dilokasi, Ibrahim mempersiapkan segalanya. Kemudian


Ibrahim meletakkan Ismail di atas batu di sebuah bukit kecil. Ibrahim dan Ismail
telah dalam posisi siap. Kepasrahan dan Keikhlasan mereka telah sampai pada
puncaknya.

"Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan


anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah)" (As Safaat 103)

Kemudian Ibrahim mengayunkan pedangnya, sesaat sebelum pedang itu


mengenai leher Ismail, Jibril menahan pedang tersebut. Lalu turunlah wahyu.

"Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh


demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar. Dan kami abadikan untuk Ibrahim
(pujian) dikalangan orang-orang yang datang kemudian." (As Safaat 104 - 108)

Kisah yang dialami oleh Nabi Ibrahim tersebut, menjadikan peristiwa


bersejarah, yang kemudian dijadikan sebuah ibadah sunnah yang utama bagi
umat Islam pada hari Raya Idul Adha untuk berkurban. Sekaligus bukti bahwa

5 Ibid.,
6https://www.dompetdhuafa.org/post/detail/9387/indahnya-sejarah-singkat-kurban-. Diakses 30
Desember2019.

4
hikmah berkurban dengan apa yang kita sangat-sangat cintai meningkatkan
ketakwaan dan kesabaran kepada Allah.7

4. Hukum Qurban

Sebagian ulama’ berpendapat bahwa kurban itu wajib, sedangkan sebagian


lain berpendapat sunat.8

Alasan yang berpendapat wajib, sesuai dengan firman Allah QS. Al-Kautsar
ayat 1-2.
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah shalat karenaTuhanmu; dan berkorbanlah.

Sunnah, berdasarkan hadist riwayat Daruqutni menjelaskan:

Artinya:”Diwajibkan melaksanakan Qurban bagiku dan tidak wajib atas


kamu.”

Para ulama telah menyepakati pensyariatan kurban. Hukum kurban sunah


muakad yang bersifat kifayah, berdasarkan sejumlah hadist. Kurban tidak wajib,
berdasarkan hadist Abu Bakar dan Umar bahwa mereka berdua tidak berkurban
kareena khawatir kurban dipahami sebagai suatu kewajiban. Dan hadist ad-
Daruquthni, “Apabila mereka mereka tidak berkurban maka mereka dikenai
hukum makruh”.

Hukum kurban menjadi wajib jika disertai nadzar. Misalnya seperti ucapan
seseorang,” Kurban ini wajib bagiku dan kupersembahkan untuk Alllah”
atau”Wajib atasku mengurbankan hewan ini” atau dengan mengkhususkan,
seperti pernyataan “ini adalah hewan kurban” atau “Aku jadikan hewan tersebut
jadikan kurban.”9

5. Hewan yang Sah untuk Diqurbankan

a. Tidak cacat secara fisik dan tidak sakit.

7
Ibid.,
8
Sayid Sabiq, Fiqhu Sunnah. Jilid I,II,III, cet IV, ( Beirut : Dar al fikr, 1983).
9
Ibid.,

5
Imam Ibnu Ruslan al-Syafi’i berkata didalam Nadham Az-Zubad :
“Tidak diperbolehkan hewan yang sangat kurus, sakit, pincang,
cacat bagian tubuhnya seperti sebagian telinga atau ekornya
sebagaimana pula buta sebelah matanya, buta keduanya atau
terputus pantatnya. Diperbolehkan hewan yang hanya cacat
tanduknya dan hewan yang dikebiri.”

b. Hewan yang digunakan untuk qurban telah ditentukan jenis-jenisnya,


yaitu:10
 Domba : syaratnya telah berumur 1 tahun lebih atau
sudah berganti gigi.
 Kambing : syaratnya telah berumur 2 tahun atau lebih.
 Sapi / Kerbau : syaratnya yelah berumur 2 tahun atau lebih.
 Unta : syaratnya telah berumur 5 tahun atau lebih.

6. Hewan yang Tidak Sah untuk Diqurbankan

Hewan-hewan yang tidak boleh atau tidak sah untuk dijadikan sebagai
hewan qurban adalah sebagai berikut:11

a. Bermata sebelah / buta


b. Pincang
c. Yang amat kurus, karena penyakit
d. Berpenyakit yang parah

Sebagaimana dalam suatu hadits:

Dari Al Bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah


shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdiri di tengah-tengah kami dan
berkata, "Ada empat cacat yang tidak dibolehkan pada hewan kurban: (1)
buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya, (2) sakit dan tampak jelas
sakitnya, (3) pincang dan tampak jelas pincangnya, (4) sangat kurus
sampai-sampai seolah tidak berdaging dan bersum-sum.” ( Dikeluarkan

10
Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, Minhatul ‘Allam fii Syarhi Bulughil Marom, (Dar
Ibnil Jauzi, 1431 H). Hlm. 290-292.
11
Ibid.,

6
oleh yang lima (empat penulis kitab sunan ditambah dengan Imam
Ahmad). Dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban )12

7. Tata Cara, Sunnah dan Waktu Pelaksanaan Qurban

Waktu pelaksanaan qurban adalah sejak terbitnya matahari pada Yaumun


Nahr (10 Dzulhijjah) dan telah berlalu terbitnya dengan kadar shalat dua raka’at
serta dua khutbah yang ringan, atau setelah masuk waktu shalat ‘Dluha dengan
kadar shalat dua raka’at beserta khutbahnya yang sedang (ringan). Hal ini
berdasarkan riwayat dari Al Barra’ bin ‘Asib radliyallahu ‘anh, ia berkata :13

“Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam berkhutbah kepada kami pada


yaumun Nahr (hari raya qurban) setelah shaalt, beliau bersabda :
“barangsiapa yang shalat seumpama kami shalat dan menyembelih
seumpama kami menyembelih (yaitu setelah shalat), maka sungguh ia
telah benar, dan barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka itu
daging kambing biasa (bukan qurban)”. (HR. Al Bukhari)

Adapun cara menyembelih hewan qurban adalah sebagai berikut:

1. Cara menyembelih sama dengan penyembelihan yang disyaratkan Islam,


yakni penyembelih harus orang Islam (khusus qurban, sunnah
penyembelih adalah yang berqurban sendiri, jika diwakilkan disunatkan
hadiri pada waktu penyembelihannya).
“Dikabarkan oleh Anas bahwa Rasulullah SAW telah berqurban dengan
dua ekor kambing yang baik-baik, beliau sembelih sendiri, beliau baca
bismillah, dan beliau baca takbir.”
2. Alat untuk menyembelih harus benda tajam. Tidak boleh menggunakan
gigi, kuku dan tulang.
3. Memotong 2 urat yang ada di kiri-kanan leher agar lekas matinya, tetapi
jangan sampai putus lehernya (makruh).

12
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Bulughul Maram, Panduan Lengkap Masalah Fiqih, Akhlak, dan
Keutamaan Amal, (Jakarta: Mizan Pustaka, 2010).
13
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindio, 2012).

7
4. Binatang yang disembelih hendaklah digulingkan ke sebelah kiri tulang
rusuknya agar mudah saat penyembelihan.
5. Hewan yang disembelih disunnahkan dihadapkan ke arah Kiblat.14

Orang yang menyembelih disunatkan membaca:


 Basmalah
 Shalawat
 Takbir
 Do`a:

B. Aqiqah
1. Pengertian Aqiqah

Secara pendekatan lughawiyah (bahasa) aqiqah mempunyai arti rambut


yang dimiliki oleh bayi. Telah membudaya dan menjadi tradisi orang Arab
ketika memberi nama sesuatu selalu ditalikan dengan nama penyebabnya atau
hal yang berkaitan erat denganya. Karena hewan aqiqah ini disembelih pada
saat pencukuran rambut bayi, maka dipinjamlah kata tersebut untuk memberi
nama ritual ibadah ini. Sedangkan menurut syariat Islam aqiqah adalah hewan
sembelihan yang dipotong pada hari ketujuh kelahiran anak .15

2. Dalil, Hukum dan Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkad bagi orang tua (atau orang yang
wajib memberi nafkah kepada bayi) yang mampu dalam waktu 60 hari.16

Ada dua hadis yang menerangkan tentang jumlah binatang aqiqah yang
disembelih untuk seorang anak. Hadist yang pertama, menerangkan bahwa
Rasulullah saw mengaqiqahkan cucu laki-laki beliau, masing-masing dengan
seekor kambing.

14
Ibid.,
15
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, (Beirut; Darul Fikr, 2008). Hlm. 98.
16
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, ... Hlm., 480.

8
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah SAW mengaqiqahi untuk
hasan dan Husain dengan masing-masing satu kambing (HR Abu
Daud dengan riwayat yang shahih).”

Sedangkan hadis yang kedua menerangkan bahwa seorang anak laki-laki


diaqiqahkan dengan dua ekor kambing, sedang anak perempuan diaqiqahkan
dengan seekor kambing. Sabda Rasulullah SAW:

Artinya: “ Telah berkata Rasulullah SAW : Barang siapa diantara kamu yang
ingin beribadat tentang anaknya hendaklah dilakukannya, untuk anak
laki-laki dua ekor kambing yang sama umumnya dan untuk anak
perempuan seekor kambing”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai).

Sunnah untuk mengaqiqahi anak laki-laki dengan dua ekor kambing ini
hanya berlaku untuk orang yang mampu melaksanakannya, karena tidak semua
orang untuk mengaqiqahi bayi laki-laki dengan dua kambing. Ini termasuk
pendapat yang wasath (tengah-tengah) yang menghimpun berbagai dalil.17

Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Aqiqah disunnahkan dilaksanakan pada hari ketujuh. Hal ini berdasarkan


hadits:

Dari Samuroh bin Jundub, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan
untuknya pada hari ketujuh, digundul rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu
Daud no. 2838, An Nasai no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)18

3. Sejarah Aqiqah

Sejarah aqiqah dalam Islam dan pada zaman nabi tradisi memotong hewan
dan mencukur rambut memang telah ada pada masyarakat jazirah Arab sebelum

17
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, ... Hlm. 99.
18
Abu Muhammad Ibnu Shalih Bin Hasbullah, Panduan Praktis Aqiqah (Berdasarkan Alquran
dan Sunnah), (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ibnu Umar, 2015).

9
Muhammad diangkat menjadi seorang Nabi Allah. Namun aqiqah pada
masyarakat tersebut berbeda dengan contoh dari Nabi Muhammad.19

Sejarah aqiqah pada zaman Nabi Muhammad SAW dicontohkan oleh beliau
ketika pelaksanaan aqiqah untuk kedua cucunya, yaitu Hasan dan Husain.
Selanjutnya aqiqah diikuti oleh umat muslim hingga saat ini. Telah disebutkan
sebelumnya bahwa masyarakat Arab jahiliyah juga telah
melaksanakan aqiqah untuk menyambut kelahiran anaknya, dan Islam datang
untuk menyempurnakannya.

Sejarah aqiqah dicontohkan pada zaman Nabi Muhammad SAW saat beliau
menggelar aqiqah untuk cucu kembarnya yakni Hasan dan Husain. Hal ini
dijelaskan pada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu
Abbas ra bahwa Rasulullah SAW melaksanakan aqiqah untuk Hasan bin Ali bin
Abi Thalib dan Husain bin Ali bin Abi Thalib, masing-masing adalah satu ekor
kambing.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengakikahi Al Hasan


dan Al Husain, masing-masing satu ekor gibas (domba)” (HR. Abu Daud no.
2841)

Menurut syariat Islam, memotong kambing aqiqah untuk anak laki-laki


erjumlah dua ekor dan jumlah kambing aqiqah untuk anak perempuan adalah
satu ekor adalah yang lebih shahih.

Pelaksanaan aqiqah yang dicontohkan oleh Nabi SAW tersebut selanjutnya


diteruskan oleh para sahabat, tabiin, tabiit tabiin (generasi setelah tabiin) dan
kemudian juga oleh generasi selanjutnya hingga sekarang ini. Itulah sejarah
aqiqah yang ada pada umat Islam dan masa pra Islam.20

4. Hewan yang Sah dan Tidak Sah untuk Diaqiqahkan

Banyak ulama berpendapat bahwa semua hewan yang dijadikan hewan


kurban, yaitu: unta, sapi, kerbau, kambing, domba, dapat dijadikan hewan

19
https://paketaqiqahraya.com/sejarah-singkat-aqiqah/. Diakses 30 Desember 2019.
20
Ibid.,

10
aqiqah. Sedangkan syarat-syarat hewan yang dapat disunahkan untuk aqiqah itu
sama dengan syarat yang ada pada hewan kurban, baik dari segi jenisnya,
ketidak cacatannya, kejelasannya.

Syarat-syarat hewan yang bisa (sah) untuk dijadikan aqiqah itu sama dengan
syarat-syarat hewan untuk kurban, yaitu:

1. Tidak cacat.

2. Tidak berpenyakit.

3. Cukup umur, yaitu kira-kira berumur satu tahun.

4. Warna bulu sebaiknya memilih yang berwarna putih.

Jenis hewan yang disembelih Rasulullah SAW dalam aqiah saat itu
bukanlah inti drii aqiqah itu sendiri, sehingga andaikan diubah dengan seekor
burung kecil bahkan tidak menyembelih hewan melainkan sekedar nasi dan
lauk pauk pun selama berniat mensyukuri nikmat lahirnya putra sah disebut
aqiqah.21

5. Tata Cara dan Sunnah Pelaksanaan Aqiqah

Adapun cara menyembelih hewan aqiqah adalah sama seperti qurban


yakni sebagai berikut:

1. Cara menyembelih sama dengan penyembelihan yang disyaratkan


Islam, yakni penyembelih harus orang Islam
2. Alat untuk menyembelih harus benda tajam. Tidak boleh menggunakan
gigi, kuku dan tulang.
3. Memotong 2 urat yang ada di kiri-kanan leher agar lekas matinya, tetapi
jangan sampai putus lehernya (makruh).
4. Binatang yang disembelih hendaklah digulingkan ke sebelah kiri tulang
rusuknya agar mudah saat penyembelihan.
5. Hewan yang disembelih disunnahkan dihadapkan ke arah Kiblat.

21
A. Hasan Asy’ari Ulama’I, Aqiqah dengan Burung pipit, (Semarang: Syar Media Publishing,
2010), hlm. 109

11
Selain itu terdapat pula sunnah-sunnah beraqiqah, yaitu:

1. Berdoa semasa hendak menyembelih:

"Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, binatang ini


daripada Mu dan kembali kepada-Mu, ini ‘aqiqah…".

2. Menyembelih ketika matahari sedang naik.

3. Daging ‘aqiqah dimasak terlebih dahulu sebelum disedekahkan.

4. Tidak mematah-matahkan tulang-tulang daripada binatang ‘aqiqah,


hanya mencerai- ceraikan sendi-sendinya.

5. Menyedekahkan daging ‘aqiqah kepada fakir miskin.

6. Memasak daging ‘aqiqah dengan cara gulai manis untuk dihidangkan


22
kepada tetamu.

22
Abu Muhammad ‘Ishom bin Mar’I, Aqiqah (Perayaan Aqiqah Menurut Islam), (Yogyakarta:
Litera Sunny, 1997). hlm.47

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum qurban dan
aqiqah ini sunah, tetapi sunah muakadah (sunah yang amat dianjurkan untuk
dilaksanakan) bagi orang-orang yang mampu. Ibadah qurban dan aqiqah ini selain besar
pahalanya di sisi Allah Swt. Juga sangat erat kaitannya dengan aspek kemanusiaan
Khusus untuk akikah hanya dianjurkan satu kali seumur hidup.

Qurban berarti menyembelih hewan pada hari raya idul Adha dan hari tasyrik,
yaitu tanggal 11,12 dan 13 Zulhijjah dengan maksud beribadah kepada Allah Swt.
akikah adalah menyembelih hewan sebagai rasa syukur kepada Allah atas kelahiran
anak. Penyembelihan hewan aqiqah ini disertai dengan pencukuran rambut anak dan
pemberian nama jika dilaksanakan sebelum diberikan nama.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku

A. Hasan Asy’ari Ulama’I, Aqiqah dengan Burung pipit, (Semarang: Syar Media
Publishing, 2010), hlm. 109
Abu Muhammad Ibnu Shalih Bin Hasbullah, Panduan Praktis Aqiqah (Berdasarkan
Alquran dan Sunnah), (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ibnu Umar, 2015).
Abu Muhammad ‘Ishom bin Mar’I, Aqiqah (Perayaan Aqiqah Menurut Islam),
(Yogyakarta: Litera Sunny, 1997). hlm.47
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Bulughul Maram, Panduan Lengkap Masalah Fiqih, Akhlak,
dan Keutamaan Amal, (Jakarta: Mizan Pustaka, 2010).
Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemahan, (Bandung: CV Darus Sunnah, 2012).
Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’i, (Grobogan: Ponpes
Fadllul Wahid). hlm., 198
Sayid Sabiq, Fiqhu Sunnah. Jilid I,II,III, cet IV, ( Beirut : Dar al fikr, 1983).
Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, Minhatul ‘Allam fii Syarhi Buluguil Marom,
(Dar Ibnil Jauzi, 1431 H). Hlm. 290-292.
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindio, 2012).

Artikel

https://paketaqiqahraya.com/sejarah-singkat-aqiqah/. Diakses 30 Desember 2019.


https://www.dompetdhuafa.org/post/detail/9387/indahnya-sejarah-singkat-kurban-.
Diakses tanggal 30 Desember 2019.

14
Tanggal : Rabu, 1 Januari 2020
Pukul : 08.00 – 09.40

Qurban dan Aqiqah

Nama : Dinda Nanda


NIM : 4012019052

Anda mungkin juga menyukai