Anda di halaman 1dari 33

Tugas Ujian Akhir Semester Fiqih

“Qurban, Aqiqah, Dan Jenazah”

Dosen Pengampu : Yoga Anjas Pratama M.Pd

Disusun Oleh :

Yogi Candra (2211080204)

Kelas : G

Semester : 1 (Satu)

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................2
C. Tujuan Masalah.............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Aqiqah......................................................................1
2. Hikmah Aqiqah..........................................................................2
3. Pengertian Qurban......................................................................3
4. Pelaksanaan Aqiqah dan Qurban...............................................4
5. Pengertian Jenazah.....................................................................5
6. Kewajiban memandikan jenazah...............................................6
7. Memandikan jenazah.................................................................7
8. Tata cara memandikan jenazah.................................................8
9. Tata cara mengkafani jenazah....................................................9
10. Syarat dan rukun dalam shalat jenazah......................................10
11. Tata cara menguburkan jenazah.................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................1
B. Saran.........................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata kurban, berasal dari bahasa Arab qurban, diambil dari kata : qaruba
(fi’il madhi)- yaqrabu (fi’il mudhari’)- qurban wa qurbaanan (mashdar). Artinya,
mendekati atau menghampiri. Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan
maupun yang lainnya.
Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah atau
adh-dhahiyah.  Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang
disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari Tasyriq sebagai taqarrub
(pendekatan diri) kepada Allah.
Sedangkan Aqiqah merupakan salah satu ajaran islam  yang di contohkan
rasulullah SAW. Aqiqah mengandung hikmah dan manfaat positif yang bisa kita
petik di dalamnya. Di laksanakan pada hari ke tujuh  dalam kelahiran seorang
bayi. Dan Aqiqah hukumnya sunnah muakad (mendekati wajib), bahkan sebagian
ulama menyatakan wajib. Setiap orang tua mendambahkan anak yang shaleh,
berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua orangnya. Aqiqah adalah
salah  satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah kepada anak
yang masih suci. Dengan aqiqah di harapkan sang bayi memperoleh kekuatan,
kesehatan lahir dan batin. Di tumbuhkan dan di kembangkan lahir dan batinnya
dengan nilai-nilai ilahiyah.
Aqiqah juga salah satu upaya kita untuk menebus anak kita yang tergadai. Aqiqah
juga merupakan realisasi rasa syukur kita atas anugerah, sekaligus amanah yang
di berikan allah SWT terhadap kita. Aqiqah juga sebagai upaya kita
menghidupkan sunnah rasul SAW, yang merupakan perbuatan yang terpuji,
mengingat  saat ini sunnah tersebut mulai jarang di laksanakan oleh kaum
muslimin.

1
Kewajiban pengurusan jenazah bagi orang yang masih hidup ialah memandikan,
mengkafani, menshalatkan, dan menguburkannya. Kewajiban-kewajiban ini
termasuk fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada umat islam
yang  jika telah dilaksanakan oleh sebagian dari mereka maka kewajiban tersebut
telah dianggap mencukupi. Yang berhak memandikan jenazah jika laki-laki maka
yang memandikannya harus orang laki-laki kecuali istri dan mahramnya,
demikian juga jika jenazah itu perempuan maka yang memandikan harus
perempuan kecuali suami atau mahramnya. Mengkafani ialah membungkus
jenazah dengan kain. Kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi
seluruh badan mayat, baik mayat laki-laki maupun perempuan.
Dalam makalah ini, akan penulis jelaskan bagaimana cara menyelenggarakan
Qurban, Aqiqah, dan Jenazah menurut ajaran Agama islam yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aqiqah?
2. Apa Saja Hikmah Aqiqah?
3. Apa Pengertian Qurban?
4. Apa Saja Pelaksanaan Aqiqah dan Qurban?
5. Apa pengertian jenazah ?
6. Apa kewajiban memandikan jenazah ?
7. Siapa saja orang yang memandikan jenazah ?
8. Bagaimana tata cara memandikan jenazah ?
9. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah ?
10. Apa syarat dan rukun dalam shalat jenazah ?
11. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah ?

2
C. Tujuan Penulisan Makalah
Dengan ditulisnya makalah ini penulis berharap dapat membantu
memberikan pengetahuan tentang mengidentifikasikan tata cara mengurus
jenazah dan mengidentifikasikan kedudukan aqiqah dan qurban sehingga
dapat bermanfaat bagi pembaca.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. AQIQAH
1. Pengertian Aqiqah

Aqiqah adalah menyembelih hewan pada hari ketujuh dari hari lahirnya anak,
hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkad bagi orang tua (atau orang yang wajib
memberi nafkah kepada bayi) yang mampu dalam waktu 60 hari. Waktu
penyembelihanhewan aqiqah adalah dimulai ketika bayi sudah lahir sempurna,
sedangkan tidak ada batas akhirnya. Jika sampai baligh anak tersebut belum
diaqiqahi maka anak tersebut mengaqiqahi dirinya sendiri, sebaiknya aqiqah
dilakasanakan hari ketujuh.
‫ع َْن عَاِئشَ َة ق َال َ ْت َا َم َراَن َر ُسو َل َاهَّلل ِ صىل هللا علي ه وس مل َأ ْن ن ُ ِع َّق ع َِن َالْ ُغاَل ِم ب َِش اتَنْي ِ َوع َْن َالْ َجا ِري َ ِة ب َِش ا ٍة َ(ر َوا ُه َالرِّت ْ ِم ِذ ُّي وابن‬
)‫ماجه‬

Dari 'Aisyah ra Rasulullah SAW telah menyuruh kita supaya


menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan
untuk bayi perempuan seekor kambing.

Binatang yang sah menjadi aqiqah sama dengan keaddan binatang yang sah untuk
qurban, macamnya, umurnya, dan jangan bercacat.
Kalau hanya menyembelih seekor saja untuk anak laki-laki, hal itu sudah
memadai. Disunatkan dimasak lebih dahulu, kemudian disedekahkan kepada fakir
miskin. Orang yang melaksanakan aqiqah pun boleh memakan sedikit dari daging
aqiqah sebagaimana qurban, kalau aqiqah itu sunah (bukan nazar).
Menurut Imam as-Shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam mengomentari hadits
Aisyah dengan perkataannya “Hadits aisyah menunjukkan bahwa jumlah
kambing yang disembelih untuk bayi perempuan ialah setengah dari bayi laki-

4
laki. Adapun  hadits ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwasanya
Rasulullah bersabda:
‫من ودل هل ودل فأحب أن ينسك عنه فلينسك عن الغالم شااتن ماكفئتان وعن اجلارية شاة‬1

“Barang siapa yang anaknya lahir lalu dia ingin menyembelih (aqiqah) untuknya
maka hendaknya dia menyembelih dua kambing yang serupa sifatnya untuk anak
lelaki dan seekor kambing untuk anak perempuan.”[HR Abu Daud (2842).

Setelah menyebutkan dua hadits dan Hadits lainnya al-Hafidz Ibnu Hajar
berkata dalam Fathul Bari “semua hadits yang semakna ini menjadi hujjah bagi
jumhur ulama dalam Aqiqah bagi anak laki-laki dengan dua ekor kambing dan bagi
wanita dengan seekor kambing.
Adapun syarat-syarat melaksanakan aqiqah yaitu:
1. Dari sudut umur binatang Aqiqah & korban sama sahaja.
2. Sembelihan aqiqah dipotong mengikut sendinya dengan tidak
memecahkan tulang sesuai dengan tujuan aqiqah itu sebagai
“Fida”(mempertalikan ikatan diri anak dengan Allah swt).
3. Sunat dimasak dan dibagi atau dijamu fakir dan miskin, ahli keluarga,
tetangga dan saudara. Berbeda dengan daging qurban, sunat dibagikan
daging yang belum dimasak.
4. Anak lelaki disunatkan aqiqah dengan dua ekor kambing dan seekor
untuk anak perempuan kerana mengikut sunnah Rasulullah.

2. Hikmah Aqiqah
Sejak seorang suami memancarkan sperma kepada istrinya, lalu sperma itu
berlomba-lomba mendatangi panggilan indung telur melalui signyal kimiawi yang

1
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindio, 2012), hlm., 479
Muhamad Sokhih Asyhadi, FiqihIbadah Versi Madzhab Syafi’, hlm., 204.
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, hlm., 481.

5
dipancarkan darinya, sejak itu tanpa banyak disadari oleh manusia, sesungguhnya
setan jin sudah mengadakan penyerangan kepada calon anak mereka. Hal tersebut
dilakukan oleh jin dalam rangka membangun pondasi di dalam janin yang masih
sangat lemah itu, supaya kelak di saat anak manusia tersebut menjadi dewasa dan
kuat, setan jin tetap dapat menguasai target sasarannya itu. Maka sejak itu pula
Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada umatnya cara menangkal serangan yang
sangat membahayakan itu sebagaimana yang disampaikan Beliau saw. melalui
sabdanya berikut ini :
‫ قَا َل َر ُسو ُل اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ ل َ ْو َأ َّن َأ َحدَ مُه ْ َذا َأ َرا َد َأ ْن يَْأيِت َ َأ ْههَل ُ قَا َل اِب مْس ِ اهَّلل ِ اللَّهُ َّم َج ِن ّ ْبنَ ا ا َّلش ْي َط َان‬: ‫يث ا ْب ِن َع َّب ٍاس َريِض َ اهَّلل ُ َعهْن ُ َما قَا َل‬
ُ ‫َح ِد‬
‫ِإ‬
‫الش ْي َط َان َما َر َز ْقتَنَا فَ ن َّ ُه ْن يُ َق َّد ْر بَيْهَن ُ َما َودَل ٌ يِف َذكِل َ ل َ ْم يَرُض َّ ُه َش ْي َط ٌان َأبَدً ا‬ َّ ‫و َج ِن ّ ِب‬ َ 2
‫ِإ ِإ‬
‘Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah s.a.w pernah
bersabda: apabila seseorang diantara kamu ingin bersetubuh dengan isterinya
hendaklah dia membaca’:
َّ ‫ب ِْس ِم اهَّلل ِ اللَّهُ َّم َج ِن ّ ْبنَا‬
َّ ‫الش ْي َط َان َو َج ِن ّ ِب‬
‫الش ْي َط َان َما َر َز ْقتَنَا‬

Yang artinya: ‘Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Wahai Tuhanku! Jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan
dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami. Sekiranya hubungan antara
suami istri itu ditakdirkan mendapat seorang anak’.

3. Ketentuan Hewan Aqiqah


Banyak ulama berpendapat bahwa semua hewan yang dijadikan hewan
kurban, yaitu: unta, sapi, kerbau, kambing, domba, dapat dijadikan hewan
aqiqah.3Sedangkan syarat-syarat hewan yang dapat disunahkan untuk
aqiqah itu sama dengan syarat yang ada pada hewan kurban, baik dari segi
jenisnya, ketidak cacatannya, kejelasannya.

2
http://dwiemuflikhun.blogspot.com/2012/11/makalah-aqiqah-dan-kurban.html
Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’i, hlm., 198

3
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi Dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 259

6
Syarat-syarat hewan yang bisa (sah) untuk dijadikan aqiqah itu sama
dengan syarat-syarat hewan untuk kurban, yaitu:
a. Tidak cacat.
b. Tidak berpenyakit.
c. Cukup umur, yaitu kira-kira berumur satu tahun.
d. Warna bulu sebaiknya memilih yang berwarna putih.4
Jenis hewan yang disembelih Rasulullah saw dalam aqiah saat itu
bukanlah inti drii aqiqah itu sendiri, sehingga andaikan diubah dengan
seekor burung kecil bahkan tidak menyembelih hewan melainkan sekedar
nasi dan lauk pauk pun selama berniat mensyukuri nikmat lahirnya putra
sah disebut aqiqah.5
4. Pelaksanaan Aqiqah
Ada dua hadis yang menerangkan tentang jumlah binatang aqiqah yang
disembelih untuk seorang anak. Hadist yang pertama, menerangkan bahwa Rasulullah
saw mengaqiqahkan cucu laki-laki beliau, masing-masing dengan seekor kambing.
‫ق ع َْن ْال َح َس ِن َو ْال ُح َس ْي ِن َك ْب ًشا‬
َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع‬ َ ‫س َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ٍ ‫رواه أبو داودع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
ً‫َكبْش‬
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah SAW mengaqiqahi untuk
hasan dan Husain dengan masing-masing satu kambing (HR Abu Daud dengan
riwayat yang shahih).” 6
Sedangkan hadis yang kedua menerangkan bahwa seorang anak laki-laki
diaqiqahkan dengan dua ekor kambing, sedang anak perempuan diaqiqahkan dengan
seekor kambing.7Sabda Rasulullah SAW:

َ ‫ َم ْن اَ َحبَّ ِم ْن ُك ْم اَ ْن يُ ْن َس‬: ‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


‫ك ع َِن‬ َ ِ ‫ قَا َ َل َرسُوْ ُل هّللا‬: ‫قَا َ َل‬ ‫ب‬
ٍ ‫ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن ُش َع ْي‬
4
Ibid., hlm 260
5
A. Hasan Asy’ari Ulama’I, Aqiqah dengan Burung pipit, (Semarang: Syar Media Publishing, 2010),
hlm. 109
6
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, (Beirut: Maktabah Tajariyatil Kubro), hlm. 309
7
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Fiqih, (Jakarta: Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama
Islam, 1983), hlm. 500-501

7
)‫ (رواه احمد وابو داود والنسائى‬. ٌ‫َولَ ِد ِه فَ ْليَ ْف َعلْ ع َِن ْال ُغالَ ِم شاَتَا َ ِن ُمكاَفَأ َتا َ ِن َوع َِن ْالجا َ ِريَ ِة شاَة‬

Artinya : “Telah berkata Rasulullah SAW : Barang siapa diantara kamu ingin
beribadat tentang anaknya hendaklah dilakukannya, untuk anak laki-laki dua ekor
kambing yang sama umurnya dan untuk anak perempuan seekor kambing”. (H.R.
Ahmad, Abu Daud dan Nasai)
Sunnah untuk mengaqiqahi anak laki-laki dengan dua ekor kambing ini hanya
berlaku untuk orang yang mampu melaksanakannya, karena tidak semua orang untuk
mengaqiqahi bayi laki-laki dengan dua kambing. Ini termasuk pendapat yang wasath
(tengah-tengah) yang menghimpun berbagai dalil.8
Menurut banyak ulama’ aqiqah itu hanya berlaku bagi anak kecil, namun
sebagian ulama lain menyatakan bahwa aqiqah boleh dilakukan setelah seseorang itu
dewasa.9Penyembelihan hewan aqiqah sebaiknya dilaksanakan pada hari ke-7 atau
hari ke-14 dan jika tidak bisa maka kapan saja.
Dari kedua pendapat ini dapat diambil kesimpulan bahwa penyembelihan
aqiqah yang paling baik ialah dilakukan pada hari ke-7 dari hari kelahiran seorang
anak, sedang bagi orang yang belum diaqiqahkan, maka aqiqah itu dapat dilakukan
setelah umur dewasa.

B. QURBAN
8
Abu Muhammad ‘Ishom bin Mar’I, Aqiqah (Perayaan Aqiqah Menurut Islam), (Yogyakarta: Litera
Sunny, 1997), hlm. 31
9
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi Dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm. 260-261

8
1.Pengertian Qurban

Qurban dalam bahasa Arab disebut ”udhiyah”, yang berarti menyembelih


hewan pada pagi hari. Sedangkan menurut istilah, Qurban adalah beribadah kepada
Allah dengan cara menyembelih hewan tertentu pada hari raya Idul Adha dan hari
tasyrik (tanggal 11,12 dan 13 Zulhijah).
Binatang yang sah untuk qurban ialah yang tidak bercacat, misalnya pincang,
sangat kurus, sakit, putus telinga, putus ekornya, dan telah berumur sebagai berikut:
1. Domba yang telah berumur satu tahun lebih atau sudah berganti gigi.
2. Kambing yang telah berumur dua tahun atau lebih.
3. Unta yang telah berumur lima tahun atau lebih.
4. Sapi, Kerbau yang telah berumur dua tahun atau lebih.

Waktu penyembelihan hewan qurban dimulai matahari melambung dari


terbitnya pada hari idul adha yaitu tanggal 10 Dzulhijjah, kira-kira cukup untuk
melaksanakan shalat dua raka’at dan khutbah dua kali yang cepat (cukup
melaksanakan rukun-rukunnya) sampai terbenamnya matahari pada akhir hari tasyrik
yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Namun, yang paling utama penyembelihan dilaksanakan
setelah selesai shalat Idul Adha sekira matahari sudah kadar satu tombak. Sebaiknya
penyembelihan di tempat yang enak, tidak keras. Dilaksanakan pada siang hari
kecuali ada hajat, makapadamalamhari.
Adapun cara menyembelih hewan qurban adalah sebagai berikut:
1.      Cara menyembelih sama dengan penyembelihan yang disyaratkan Islam,
yakni penyembelih harus orang Islam (khusus qurban, sunnah penyembelih adalah
yang berqurban sendiri, jika diwakilkan disunatkan hadiri pada waktu
penyembelihannya).
)‫ع َْن َان َ ٍس َان َّ ُه َصىَّل هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ ِع ْندَ التَّضْ ِح َّي ِة َالَّله َُم تَ َقبّ ْل ِم ْن ُم َح َّم ٍد َو َالِ ُم َح َّم ٍد َو ِم ْن ُا َّم ٍة ُم َح َّم ٍد (رواه البخارى ومسمل‬

9
“Dikabarkan oleh Anas bahwa Rasulullah SAW telah berqurban dengan dua
ekor kambing yang baik-baik, beliau sembelih sendiri, beliau baca bismillah, dan
beliau baca takbir.”
2.      Alat untuk menyembelih harus benda tajam. Tidak boleh menggunakan
gigi, kuku dan tulang.
3.      Memotong 2 urat yang ada di kiri-kanan leher agar lekas matinya, tetapi
jangan sampai putus lehernya (makruh).
4.      Binatang yang disembelih hendaklah digulingkan ke sebelah kiri tulang
rusuknya agar mudah saat penyembelihan.
5.      Hewan yang disembelih disunnahkan dihadapkan ke arah Kiblat.
6.      Orang yang menyembelih disunatkan membaca:
a)      Basmalah
b)      Shalawat
c)      Takbir
d)     Do`a:

Hikmahseseorang yang telak melaksanakan qurban ialah:


1.      Menambah cintanya kepada Allah SWT
2.      Akan menambah keimanannyakepada Allah SWT
3.      Dengan berQurban, berarti seseorang telah bersyukur kepada Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan pada dirinya.
4.      Dengan berQurban, berarti seseorang telah berbakti kepada orang lain,
dimana tolong menolong, kasih mengasihi dan rasa solidaritas dan toleransi memang
dianjurkan oleh agama Islam.10

2. Pelaksanaan Qurban dan Aqiqah

10
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, hlm., 475-476
Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’i, hlm., 202

10
Dari keterangan diatas bisa disimpulkan bahwa aqiqah tidak mesti dilakukan
pada hari ketujuh dan itu semua diserahkan kepada kemampuan dan kelapangan
rezeki orang tuanya, bahkan ia bisa dilakukan pada saat anak itu sudah besar / baligh.
Orang yang paling bertanggung jawab melakukan aqiqah adalah ayah dari
bayi terlahir pada waktu kapan pun ia memiliki kesanggupan. Namun jika
dikarenakan si ayah memiliki halangan untuk mengadakannya maka si anak bisa
menggantikan posisinya yaitu mengaqiqahkan dirinya sendiri, meskipun perkara ini
tidak menjadi kesepakatan dari para ulama.
Dari dua hal tersebut diatas maka ketika seseorang dihadapkan oleh dua
pilihan dengan keterbatasan dana yang dimilikinya antara kurban atau aqiqah maka
kurbanlebihdiutamakanbaginya, dikarenakanhalberikut:
1. Perintahberkurbaniniditujukan kepada setiap orang yang mukallaf dan
memiliki kesanggupan berbeda dengan perintah aqiqah yang pada asalnya ia
ditujukan kepada ayah daribayi yang terlahir.
2. Meskipunadapendapat yang memperbolehkan seseorang mengaqiqahkan
dirinya sendiri namun perkara ini bukanlah yang disepakatiolehparaulama.

Kewajibanaqiqahada di pundak orang tua.Akan tetapi, jika orang tuanya tidak


mampu maka bila si anak telah mempunyai kelapangan rezeki, dapat melaksanakan
sunahaqiqahitusendiri.11
Dalam pelaksanaannya aqiqah tidak dapat digabung dengan berkurban. Orang
yang membeli hewan untuk aqiqah harus membeli satu hewan lagi untuk berkurban
jika dilakukan pada Hari Raya Idul Adha. Terkait waktu pelaksanaannya, aqiqah
tidak terbatas (Bisa kapan saja).
Tetapi, kurban hanya boleh dilaksanakan pada Dzulhijjah. Sejak usai shalat
Idul Adha hingga hari Tasyriq, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, bersamaan dengan jamaah
haji yang sedang wukuf di Padang Arafah.Padamasasekarang orang yang berkurban

11
http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/sudah-dewasa-beluh-diaqiqah-lebih-utama-qurban-
atau-aqiqah-yang-tertunda.htm

11
dapat menyerahkan kurbannya kepada orang yang amanah, dalam hal ini lembaga
amil zakat.
Adapun syarat diterimanya hewan kurban oleh Allah SWT ialah
menggunakan harta yang halal saat membeli hewan kurban tersebut. Kedua,
dikerjakan pada waktunya saat Hari Raya Idul Adha dan tiga hari Tasyriq. Ketiga,
harus dilakukan dengan ikhlas. Keempat, menggunakan hewan yang cukup umur,
besarnya, sehat, dan tidak cacat. Hewan tersebut berupa sapi, kambing, domba,
kerbau atau unta.
Walaupun sama-sama menyembelih hewan, tetapi kurban lebih utama
dibandingkan aqiqah (jika sudah dewasa). Hal itu karena berkurban disebut beberapa
kali dalam Alquran. Sedangkan, aqiqah hanya sebagai bentuk rasa syukur yang hanya
terdapat dalam hadis saja.
Karena itu pula, niat aqiqah dan kurban tidak boleh digabungkan. Soal teknis
penyembelihan dan distribusi hewan kurban, ia menyarankan agar melibatkan
lembaga amil zakat. “Mereka memiliki data mustahik yang lebih banyak,” . Sehingga,
tercapai pemerataan pembagian daging kurban.
Pendistribusian daging qurban sebaiknya merupakan daging mentah. Karena,
hak mereka daging tersebut akan dimasak atau dijual kembali. Ini berbeda dengan
aqiqah yang distribusinya dilakukan dengan dimasak terlebih dahulu. Sehingga,
mereka yang menerima dapat segera menikmatinya tanpa menyusahkan untuk
memasak lagi. Karena, aqiqah merupakan wujud rasa syukur atas lahirnya seorang
anak.
3. Hukum Qurban
Hukum menyembelih qurban menurut madzhab Imam Syafi’i dan jumhur
Ulama adalah sunnah yang sangat diharap dan dikukuhkan. Ibadah Qurban adalah
termasuk syiar agama dan yang memupuk makna kasih sayang dan peduli kepada
sesama yang harus digalakkan.
Dan sunnah disini ada 2 macam :
1. Sunnah ‘Ainiyah, yaitu: Sunnah yang dilakukan oleh setiap orang yang mampu.

12
2.Sunnah Kifayah, yaitu: Disunnahkan dilakukan oleh sebuah keuarga dengan
menyembelih 1 ekor atau 2 ekor untuk semua keluarga yang ada di dalam rumah.12

C. JENAZAH

1. Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang beararti tubuh mayat dan berarti
menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup.
2. Kewajiban memandikan jenazah

Yang wajib dalam memandikan jenazah itu ialah menyampaikan air satu kali
ke seluruh tubuhnya, walaupun ia sedang junub atau haidh sekalipun. Lebih
utama meletakan mayat di tempat yang ketinggian, di tinggalkan pakaiannya dan
ditaruh diatasnya sesuatu yang dapat menutupi auratnya. Ini jika mayat itu bukan
mayat seorang anak kecil.
3. Orang yang Memandikan Jenazah
Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untuk
memandikan jenazah dengan orang yang terpercaya dan mengerti hukum-
hukum dan tata cara memandikan mayit karena memandikan mayit memiliki
hukum syar’i dan sifat (tata cara) yang khusus. Diutamakan dalam
memandikan mayit adalah orang yang disebutkan dalam wasiatnya jika mayit
telah berwasiat agar dimandikan oleh orang tertentu. Setelah wasiat itu orang
berikutnya adalah ayah mayit. Dia adalah orang yang paling utama untuk
memandikan anaknya karena dia memiliki hal yang khusus dalam
menyayangi dan belas kasih (lembut) kepada anaknya. Kemudian berkutnya
adalah kakeknya karena ia sama dengan seorang ayah hal-hal sebagai yang
telah disebutkandisusul kemudian oleh orang yang lebih dekat dan lebih

12
Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap, (Jakarta: RinekaCipta, 1990), hlm. 317

13
dekat dari kerabatnya yang menerima ashabah dalam warisan baru kemudian
orang asing di luar kerabatnya. Masing-masing dari sepasang suami istri boleh
saling memandikkan. Suami boleh memandikan istrinya dan istri boleh
memandikan istrinya. Dikarenakan abu bakar Radhiallahu anhu berwasiat
agar jasadnya dimandikan oleh istrinya Pria maupun wanita boleh
memandikan mayit anak dibawah umur tujuh tahun, baik mayit laki-laki
maupun perempuan.13

Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya


hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-
laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia
tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:

‫اذ ما تت ا ملر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غري ها و ا لر جل مع النسا ء ليس معهن ر ج ل غ ريه ف أ هنام يميامن و ي د فن ا ن و هام مبزن ةل من مل جيد ا ملا ء‬
)‫(رواه ه بو داود و ا لبيحقى‬
Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak
ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan,
karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu Daud dan
Baihaqi)14

4. Tata Cara Memandikan Jenazah


13
Zeld Husein, as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah, (Bogor: PT Pustaka Utera Antar Nusa, 1994), hlm.
429

14
Abdul Karim, Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.(Jakarta: Amzah, 2004), hlm 120

14
Setiap orang muslimyang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang
yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur
ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.  Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban
memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW,
yakninya:
)‫ ىف ا ذل ي سقط عن ر ا حلته مفا ت ا غسلو ه مبا ء و سد ر (رواه ا لبخرو مسمل‬:‫عن ا بن عبا س ا ن ا لنيب صىل ا هلل عليه و سمل قا ل‬
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang
yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun
bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim).

1. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah


a.       Muslim, berakal, dan baligh
b.      Berniat memandikan jenazah
c.       Jujur dan sholeh
d.      Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan
memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi
aib si mayat.
2.      Mayat yang wajib untuk dimandikan
a.       Mayat seorang muslim dan bukan kafir
b.      Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal
tidak dimandikan
c.       Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
d.      Bukan mayat yang mati syahid 
3.      Tatacara memandikan jenazah
Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu:

15
a.       Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:
1.      Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.
2.      Air secukupnya.
3.      Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.
4.      Sarung tangan untuk memandikan.
5.      Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
6.      Kain basahan, handuk, dll.
b.      Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
kelihatan.
c.       Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
d.      Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
e.       Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan
perutnya perlahan-lahan.
f.       Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
g.      Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,
gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
h.      Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
i.        Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
dengan wangi-wangian.
j.        Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
k.      Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya
itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan
ganjil.
l.        Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan
tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.

16
m.    Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan
menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan
dengan handuk dan dikepang.
n.      Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
o.      Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak
mengandung alkohol.

5. Tata Cara Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani
jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist
diriwayatkan sebagai berikut:
‫ها جر ان سع ر سو ل ا هلل صىل ا هلل عليه و سمل لكمتس و جه ا هلل فو قع ا جران عىل هللا مفنا من ما ت مل يأ لك من ا جر ه شأ مهنم مصعب ا بن معري قت ل ي و‬
‫ و ا ذا غطينا هبا ر جليه حر ج ر أ سه فأ مر ان ا لنيب صىل ا هلل علي ه و س مل ا ن‬,‫ ا ذا غطينا هبا ر أ سه خر جت ر جال ه‬,‫م ا حد فمل جند ما لكفنه ا ال بر د ة‬
)‫نغطي ر أ سه و ا ن جنعل عىل ر جليه من ا ال ذ خر (رواه ا لبخا ر ى‬
Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan
Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara
kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga.
Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat
kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah
kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW
menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua
kakinya.” (H.R Bukhari)

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:


1.      Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
2.      Kain kafan hendaknya berwarna putih.

17
3.      Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.
4.      Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,
kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5.      Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:


1.      Untuk mayat laki-laki
a.       Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar
dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b.      Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas
kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c.       Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d.      Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar
dengan cara yang lembut.
e.       Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan
tiga atau lima ikatan.
f.       Jika kain  kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan
kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang
ada.

2.      Untuk mayat perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang
terdiri dari:
a.       Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

18
b.      Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c.       Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d.      Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e.       Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
a.       Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup
dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan
wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b.      Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
c.       Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d.      Pakaikan sarung.
e.       Pakaikan baju kurung.
f.       Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g.      Pakaikan kerudung.
h.      Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua
ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i.        Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

6. Syarat dan Rukun dalam Shalat Jenazah

Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu


kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:
)‫صلو ا عىل مو ات مك (رواه ابن ما جه‬
Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”
Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:
a.       Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli
bid’ah.

19
b.      Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
c.       Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
d.      Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
e.       Keluarga terdekat.
f.       Kaum muslimim seluruhnya.
Shalat jenazah termasuk dalam ibadah shalat, maka disyaratkan padanya
syarat-syarat yang telah diwajibkan pada shalat-shalat fardhu lainnya, baik berupa
kesucian yang sempurna dan bersih dari hadats besar maupun kecil, menghadap
kiblat dan menutup aurat. Diriwayatkan dari Nafi oleh Malik bahwa Abdullah bin
Umar ra. Mengatakan “Tidak boleh seseorang menyembahyangkan jenazah kecuali
dalam keadaan suci”. Hanya terdapat perbedaan di antaranya dengan shalat-shalat
fardhu yang lain mengenai waktu, karena pada shalat jenazah ini tidaklah disyaratkan,
tetapi ia dapat dilakukan pada sembarang waktu bila ada jenazah.
Shalat jenazah mempunyai rukun-rukun yang mewujudkan hakikatnya,
hingga bila salah satu di antaranya tidak dipenuhi maka ia batal dan tidak dianggap
oleh syara. Rukun-rukun shalat jenazah sebagai berikut :
a. Berniat, berdasarkan firman Allah swt yang artinya : “Dan tidaklah mereka
dititah kecuali untuk mengabdikan diri kepada Allah, dengan mengikhlaskan
agama, khusus bagi-Nya semata”. Juga sabda Rasulullah saw yang artinya :
“semua amal perbuatan itu hanyalah dengan niat, dan masing-masing manusia
akan beroleh hasil menurut apa yang diniatkannya”. Niat tempatnya adalah di
dalam hati, dan mengucapkannya tidaklah disyari’atkan.
Lafal niat shalat jenazah:
a.       Untuk mayat laki-laki
‫ا ما ما هلل تعا ىل‬ /‫ا صىل عىل هذ اا مليت ار بع تكبري ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما‬
“Sengaja aku berniat shalat atas mayat laki-laki empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”
b.      Untuk mayat perempuan
‫ا ما ما هلل تعا ىل‬ /‫ا صىل عىل هذ اا مليتة ار بع تكبري ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما‬

20
“Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu
kifayah menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”

c. Berdiri bagi yang kuasa. Ini merupakan rukun menurut jumhur ulama. Maka
tidaklah sah menyembayangka jenazah sambil berkendara atau duduk tanpa
uzur.
d. Empat kali takbir. Takbir yang pertama membaca surat Al- Fatihah, kemudian
takbir yang ke dua membaca doa sholawat atas Nabi.

‫ا للهم صل على محمد و على ا ل محمد كما صليت على ا ب••ر ا هيم و على ا ل ا ب••راهيم و ب••ا رك‬
‫على محمد و على ا ل محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا بر هيم فى ا لع••ا لمين ا ن••ك‬
.‫حميد مجيد‬
Artinya: “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan kepada
Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya,
sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi bijaksana”
- Takbir ketiga  dan membaca do’a untuk si mayat
‫ا للحم ا غفر له (ها) و ا ر حمه (ها) و عا فه(ها) و ا عف عنه (ها) و ا كر م ن••ز ل••ه (ه••ا) ووس••ع‬
‫مد خله (ها) و ا غسله (ها) بما ء و ثلج و بر د و نقه (ها) من ا لخطا ي••ا كم ينقى ا لث••و ب من ا ل••د‬
‫(ها) و ا هال خيرا من ا هله (ها) و ادخله (ه••ا) ا لجن••ة و‬  ‫نس و ا بد له (ها) دا را خيرا من دا ر ه‬
.‫ا عنذ ه (ها) من عذا ب ا لقبر و عذا ب ا لنا ر‬
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya, sucikanlah
dia dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari kesalahannya,
sebagaimana sucinya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan
rumah yang lebih baik daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan
keluarga yang lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari
siksa kubur dan siksa neraka.”

21
- Takbir keempat lalu diam sejenak dan membaca do’a
)‫ا للحم ال تحر منا ا جر ه (ها) وال تفتنا بعد ه (ها) و ا غفر لنا و له (ها‬
Artinya: “  Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan
janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah kepergiannya”15
Sesudah itu, kita memberi salam ke kanan dan ke kiri dengan menolehkan
kepala.16
e. Mengangkat dua tangan waktu takbir. Menurut sunnah tidaklah diangkat
kedua tangan pada shalat jenazah , kecuali waktu takbir pertama saja.
f. Membaca Al-Fatihah dan Shalawat Nabi secara sir (bisik-bisik).
g. Berdoa’a ini juga merupakan rukun atas kesepakatan para fukaha. 17

7. Menguburkan Jenazah
Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di
atas pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa.


Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping
kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

15
Abd. Ghoni Asyukur. Shalat Dan Merawat Jenazah. (Bandung: Sayyidah, 1989), hlm 110

16
Maftuh Ahnan, Risalah Shalat Lengkap, (Surabaya : Bintang Usaha Jaya, 2002), hlm 119-123
17
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 4, ( Bandung : PT Alma’arif, 1988), hlm 96-101

22
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah
ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani
dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar


kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).
- Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

- Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

23
- Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang
lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan.
Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
- Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah
mengucapkan: “BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI” (Dengan
menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya


(dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali
kepala dan kedua kaki.
- Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang
telah dijelaskan.

24
- Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala
dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau
papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

- Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

- Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam
liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke
atas jenazah tersebut.
- Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk
makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

25
- Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki
air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah
ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil”
II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
- Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi
batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta
bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang
dari hal tersebut. (HR. Muslim)
- Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab
pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah
selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan
kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-
sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat diambil
beberapa hikmah, antara lain:
a.       Memperoleh pahala yang besar.
b.      Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c.       Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d.      Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

26
e.       Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,
sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus
dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.18

18
Cara Penguburan Jenazah. http://novia2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-agama-tata-cara-
pengurusan.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2016

27
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Qurban dalam bahasa Arab disebut ”udhiyah”, yang berarti menyembelih
hewan pada pagi hari. Sedangkan menurut istilah, Qurban adalah beribadah
kepada Allah dengan cara menyembelih hewan tertentu pada hari raya Idul Adha
dan hari tasyrik (tanggal 11,12 dan 13 Zulhijah).
Aqiqah adalah menyembelih hewan pada hari ketujuh dari hari lahirnya anak,
hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkad bagi orang tua (atau orang yang wajib
memberi nafkah kepada bayi) yang mampu dalam waktu 60 hari. Waktu
penyembelihan hewan aqiqah adalah dimulai ketika bayi sudah lahir sempurna,
sedangkan tidak ada batas akhirnya. Jika sampai baligh anak tersebut belum
diaqiqahi maka anak tersebut mengaqiqahi dirinya sendiri, sebaiknya aqiqah
dilakasanakan hari ketujuh.
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagai
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu
perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya.

B. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,
pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang
guru di masa yang akan datang.

1
DAFTAR PUSTAKA

Rasyid, Sulaiman. 2012.  Fiqih Islam. Sinar Baru Algensindio:Bandung

Asyhadi,Muhamad Sokhih.  Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’.

Qasim M. Rizal. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai

Lathif Uwaidah Mahmud Abdul.2008. Al-Jami ‘u al-Akhamash-shalat. Bogor: Pustaka


Thariqul Izzah

Idris, Abdul Fatah, Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

H.M. Ali Hassan dan H. Syafi’i. Pendidikan Pengamalan Ibadah Cet. II; Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Dan Universitas Terbuka.
1993.
Zeld Husein. 1994.as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah. Bogor: PT Pustaka Utera Antar
Nusa
Karim Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta: Amzah

Ghoni Asyukur Abd. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah

Ahnan Maftuh. 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya : Bintang Usaha Jaya

Sabiq Sayyid. 1988. Fikih Sunnah 4. Bandung : PT Alma’arif

Saleh, Hasan, Kajian Fiqh Nabawi Dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008

Sofyan Mokhtar, Pendidikan Agama Islam Xl(Cet ll:Surakarta: Pustaka Firdaus Utama,
2013.
Abdurrahman, Hukum Qurban, Aqiqah dan Sembelihan, (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2011)

2
Ahmad, N. A, Kode Etik Melamar Calon Istri, (Solo: Kiswah Media,
2009)

http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/sudah-dewasa-beluh-diaqiqah-lebih-
utama-qurban-atau-aqiqah-yang-tertunda.htm

http://novia2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-agama-tata-cara-pengurusan.html.Diakses
pada tanggal 11 desember 2022
https://www.academia.edu/8403970/Fiqih_Kurban_dan_Akikah diambil pada tanggal
11 Desember 2022.
https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/aqiqah-atau-kurban-dulu-uN6fy diambil pada
tanggal 11 Desember 2022.
https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/hukum-aqiqah-untuk-orang-tua-yang-sudah-
meninggal-ZTpSodiambil pada tanggal 11 Desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai