Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah Qurban adalah ibadah yang di perintah kan oleh Allah SWT karena
berqurban adalah salah satu bentuk pernyataan rasa sukur kita atas nikmat
yang telah di berikan . Jadi, bagi orang yangt mampu, maka di wajibkan untuk
berqurban . Disamping itu ibadah qurban merupakan ungkapan rasa
persaudaraan antara saudara kita yang mampu dengan saudara kita yang
mampu secara ekonomi, untuk saling berbagi rezeki . Menumbuhkan sifat
untuk saling berkorban untuk orang lain . Saling tolong menolong untuk
mempererat tali persatuan antara umat manusia , khususnya umat islam
Ibadah qurban hanya di batasi 4 hari yaitu pada hari Raya Idul Adha pada
tanggal 10 dzulhijjah dan Hari Tasyrik yaitu tanggal 11, 12 , dan 13
dzulhijjah . Daripada itu ibadah qurban juga mempunyai banyak sekali
hikmah diantaranya dapat merajut jalinan kebahagiaan kepada fakir dan
miskin , dengan membagikan daging qurban, menyadarkan manusia bahwa
hidup ini penuh pengorbanan , Memupuk solidaritas terhadap sesama manusia
dan masih banyak lagi . Ibadah aqiqah adalah penyembelihan hewan pada hari
ke 7 , dan 14 . Aqiqah juga dapat di laksanakan pada saat anak itu dewasa .
Menyembelih hewan aqiqah hukumnya sunnah muakkad . Pada jaman Nabi
Muhammad SAW , yang pertama kali di akikah kan adalah 2 orang saudara
kembarnya yaitu Hasan dan Husein, yang tidak lain adalah cucu dari Nabi
Muhammad SAW .
Ibadah aqiqah mengandung banyak sekali hikmah dan manfaat ,
diantaranya adalah merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kehadiran seorang anak , dapat menumbuhkan jalinan kasih dan sikap hormat
anak kepada orang tuanya .

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Dasar Hukum Qurban, Aqiqah dan Khitan
2. Bagaimana Ketentuan Dan Tatacara Qurban, Aqidah Dan Khitan

1
3. Bagaimana Hikmah disyariatkannya Qurban, Aqiqah dan Khitan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dan Dasar Hukum Qurban, Aqiqah dan
Khitan
2. Untuk mengetahui Ketentuan Dan Tatacara Qurban, Aqidah Dan Khitan
3. Untuk mengetahui Hikmah disyariatkannya Qurban, Aqiqah dan Khitan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Qurban, Aqiqah dan Khitan


1. Pengertian Qurban, Aqidah dan Khitan
a. Pengertian Qurban
Qurban menurut bahasa berarti “dekat” atau “mendekat”.
Sedangkan qurban menurut istilah adalah menyembelih binatang
seperti kambing, sapi, kerbau atau unta pada hari raya idul adha dan
tiga hari sesudahnya (hari tasyrik) yaitu tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah dengan maksud untuk ibadah mendekatkan diri kepada
Allah Swt. Qurban menurut syari’at Islam hukumnya sunnah muakkad,
yaitu sunah yang dikuatkan. Sebagian ulama berpendapat bahwa
hukum qurban wajib bagi mereka yang sudah mampu. Allah Swt
berfirman :

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu


nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu
Dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar : 1-3)
b. Pengertian Aqiqah
Aqiqah berasal dari kata Al-‘Aqqu, menurut bahasa berarti
membelah dan memotong. Aqiqah juga sebagai nama rambut kepada
bayi yang baru lahir, dinamakan demikian karena rambut itu akan
digunting atau dipotong. Aqiqah menurut istilah adalah menyembelih
hewan berupa kambing pada hari ke-7 dari kelahiran anak baik laki-
laki maupun perempuan. Hewan yang disembelih juga disebut aqiqah,
karena ia dipotong pada tempat sembelihannya dan dibelah ketika
dikuliti.
c. Pengertian Khitan

3
Khitan artinya memotong kulit bagian ujung dari kelamin laki-
laki. Khitan adalah salah satu keutamaan dalam agama Islam yang
disyariatkan Allah Swt untuk hambanya sebagai pelengkap fitrah atau
kesucian. Syariat khitan dimulai sejak nabi Ibrahim as, waktu beliau
berkhitan pada usia 80 tahun. Nabi Ismail khitan pada usia 7 tahun,
Nabi Muhammad Saw berkhitan menurut tradisi arab, beliau
dikhitankan oleh kehendaknya Abdul Muthalib. Tetapi ada pendapat
lain bahwa Nabi Muhammad Saw lahir sudah dalam keadaan
berkhitan.
2. Dasar Hukum Qurban, Aqidah dan Khitan
a. Hukum Qurban
Qurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Imam Malik, Asy Syafi'i,
Abu Yusuf, Ishak bin Rahawaih, Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm dan
lainnya berkata, "Qurban itu hukumnya sunnah bagi orang yang
mampu (kaya), bukan wajib, baik orang itu berada di kampung
halamannya (muqim), dalam perjalanan (musafir), maupun dalam
mengerjakan haji."
Sebagian mujtahidin -seperti Abu Hanifah, Al Laits, Al Auza'i, dan
sebagian pengikut Imam Malik- mengatakan qurban hukumnya wajib.
Tapi pendapat ini dhaif (lemah). Ukuran "mampu" berqurban,
hakikatnya sama dengan ukuran kemampuan shadaqah, yaitu
mempunyai kelebihan harta (uang) setelah terpenuhinya kebutuhan
pokok (al hajat al asasiyah) -yaitu sandang, pangan, dan papan dan
kebutuhan penyempurna (al hajat al kamaliyah) yang lazim bagi
seseorang. Jika seseorang masih membutuhkan uang untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka dia terbebas dari menjalankan
sunnah qurban. Dasar kesunnahan qurban antara lain, firman Allah
SWT :
1) "Maka dirikan (kerjakan) shalat karena Tuhanmu, dan
berqurbanlah." (TQS Al Kautsar : 2)
2) "Aku diperintahkan (diwajibkan) untuk menyembelih qurban,
sedang qurban itu bagi kamu adalah sunnah." (HR. At Tirmidzi

4
3) "Telah diwajibkan atasku (Nabi SAW) qurban dan ia tidak wajib
atas kalian." (HR. Ad Daruquthni)
Dua hadits di atas merupakan qarinah (indikasi/petunjuk) bahwa
qurban adalah sunnah. Firman Allah SWT yang berbunyi "wanhar"
(dan berqurbanlah kamu) dalam surat Al Kautas ayat 2 adalah tuntutan
untuk melakukan qurban (thalabul fi'li). Sedang hadits At Tirmidzi,
"umirtu bi an nahri wa huwa sunnatun lakum" (aku diperintahkan
untuk menyembelih qurban, sedang qurban itu bagi kamu adalah
sunnah), juga hadits Ad Daruquthni "kutiba ‘alayya an nahru wa laysa
biwaajibin ‘alaykum" (telah diwajibkan atasku qurban dan ia tidak
wajib atas kalian); merupakan qarinah bahwa thalabul fi'li yang ada
tidak bersifat jazim (keharusan), tetapi bersifat ghairu jazim (bukan
keharusan). Jadi, qurban itu sunnah, tidak wajib. Namun benar, qurban
adalah wajib atas Nabi SAW, dan itu adalah salah satu khususiyat
beliau.
b. Hukum Aqiqah
Aqiqah dilaksanakan sebagai penebusan anak yang baru lahir baik
itu anak laki-laki maupun anak perempuan. Aqiqah dilaksanakan
afdhalnya di hari ketujuh kelahiran anak. Berikut ini dasar hukum
perintah aqiqah : Dari Samuroh bin Jundub, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak tergadaikan dengan
akikahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, digundul
rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai no.
4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Apabila pelaksanaan aqiqah luput di hari ketujuh, ada beberapa
pendapat ulama yang memperbolehkan aqiqah dilaksanakan diluar hari
ketujuh. Dari ulama malikiyah berpendapat bahwa aqiqah jadi gugur
apabila luput dari hari ketujuh. Sedangkan ulama Hambali berpendapat
bahwa jika luput dari hari ketujuh, aqiqah dilaksanakan pada hari ke
empat belas atau ke dua puluh satu.

5
Kalangan ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa aqiqah masih
menjadi tanggung jawab orangtua hingga anak usia baligh. Apabila
sudah dewasa, maka aqiqah menjadi gugur. Namun anak memiliki
pilihan untuk mengaqiqahi diri sendiri. Penulis kitab Mughnil Muhtaj,
Asy Syarbini rahimahullah berkata, “Jika telah mencapi usia baligh,
hendaklah anak mengakikahi diri sendiri untuk mendapati yang telah
luput.” (Mughnil Muhtaj, 4: 391).
c. Hukum Khitan
Mengenai hukum khitan, ada beberapa pendapat dari para ulama
fiqih.Apakah khitan itu khusus untuk laki – laki, atau juga untuk kaum
wanita. Dalam hal ini mazhab Syafi’i mengatakan: Khitan itu wajib
bagi laki – laki dan wanita. Muslimin dan muslimat. Adapun mazhab
lain seperti Mazhab Maliki dan Mazhab Hanafi berpendapat tidak
wajib. Untuk lebih jelasnya maka hukum khitan itu ada 3 pendapat :
1. Sebagian berpendapat: khitan itu wajib hanya untuk laki – laki
saja, kaum wanita tidak wajib.
2. Sebagian berpendapat ; khitan itu wajib baik untuk laki – laki
maupun kaum wanita
3. Sebagian berpendapat : khitan tidak wajib.Hukum khitan hanyalah
sunat, baik untuk laki – laki maupun wanita.
Alasan mereka masing- masing: Khitan itu wajib hanya untuk laki –
laki saja, kaum wanita tidak wajib berpedoman pada hadits:
“ Barangsiapa yang masuk Islam hendaklah ia berkhitan walaupun
sudah berusia tua”
“Buanglah rambut kufur darimu dan berkhitanlah “ (H.R.Ahmad)
“ Nabi Ibrahim,kekasih Tuhan Yang Maha Pengasih telah berkhitan
dengan kampak pada saat beliau berumur delapan puluh tahun” ( H.R
Bukhari dan lainya).

B. Ketentuan Dan Tatacara Qurban, Aqidah Dan Khitan


1. Ketentuan dan Tata Cara Qurban
a. Syarat wajib.
Syarat-syarat kurban atau anjuran dalam menyembelih:

6
1) Yang berkurban adalah mereka yang mampu.
2) Biaya yang dikeluarkan adalah kelebihan dari harta yang ia
pergunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
3) ika, berkurban pada hari raya idul adha maka penentuannya pada
malam hari pertama yaumun nahr yakni tanggal 10 dzulhijjah.
b. Syarat sah.
1) Hewan yang disembelih hendaknya sehat, tidak cacat yang bias
mengurangi kualitasnya. Semisal picak sebelah, kurus, sakit atau
berpenyakit yang membahayakan.
2) Dilaksanakan setelah melaksanakan shalat idul adha sampai
terbenam matahari terakhir dari hari tasyriq yakni tanggal 13
dzulhijjah.
3) Hendaknya disembelih orang islam.
4) Jika hewannya gabungan semisal seekor sapi oleh 7 orang
mudhahhiy, maka dianjurkan yang berkurban:
a) Islam
b) Baligh aqil
c) Merdeka
d) Mukim/musafir.
e) Mampu.
c. Waktu qurban, dan
Pelaksanaan kurban yakni dimulai sejak selesai shalat idl sampai
terbenam matahari hari terakhir dari tasyriq 11, 12 dan 13 dzulhijjah.
d. Kondisi hewan qurban.
Ada 4 hal berkaitan dengan hewan kurban yang akan disembelih.
1) Jenis binatang yang disembelih.
Untuk menjaga kualitas daging hewan sembelihan, maka
islam menekankan agar memotong bianatang terbaik. Rasul
memberikan uswah binatang yang dijadikan hewan kurban di
antaranya adalah unta, lembu, kerbau, kambing, kibas/biri-biri,
lain tidak. Sabda Nabi Muhammad SAW, Artinya : “Dan pada
tiap-tiap umat, kami menyari’atkan ibadah menyembelih kurban
(atau lain-lainnya), agar mereka menyebut (ingat) nama Allah

7
atas karunia yang Dia berikan pada mereka berupa binatang
ternak yang disembelih itu. (Q.S. Al-Hajj, 22:34).
2) Umurnya.
a) Unta (ibil) – berumur 5 tahun masuk umur 6 tahun.
b) Kerbau , sapi (baqarah), kambing (ma’iz) – berumur 2 tahun
masuk umur 3 tahun.
c) Biri-biri (dla’n) – berumur 1 tahun masuk umur 2 tahun, atau
sudah ada 1 gigi depannya yang bersalin, walaupun belum
genap 1 tahun tapi sudah lebih dari 6 bulan.
d) Sebagian ulama menyarankan untuk melihat pula tanda-tanda
kematangan umur binatang dari keadaan giginya. Sebagai
contoh :
e) Jad’ah : adalah biri-biri yang sudah lepas satu gigi susunya dan
tumbuh lagi yang baru atau umurnya 1 tahun.
f) Tsaniyu : adalah kambing yang 2 giginya lepas. Atau dia sudah
umur 2 tahun masuk umur 3 tahun.
3) Kadarnya.
Sabda Nabi Muhammad SAW, Artinya : “Kami bersama
rasulullah SAW menyembelih seekor unta untuk 7 orang, dan
seekor sapi pun untuk 7 orang. (HR. Muslim).
Imam Taqiyyudin dalam kitab Kifayatul akhyar (2:237)
menjelaskan bahwa untuk seekor domba/kambing hanya
peruntukan seorang saja. Bahkan Ibu Ishaq pernah menambahkan
sebagaimana dikutip Imam Taqiyyudin bahwa seekor unta boleh
untuk 10 orang, melihat kondisi dari unta itu sendiri.
4) Sifat-sifatnya.
Hal-hal yang penting dalam memilih binatang ternak
sebagai sembelihan sebagaimana diatur dalam syara’ di antaranya
adalah :
a) Hendaknya hewan kurban tersebut matanya terang, tidak buta
atau picak.
b) Hendaklah sehat, tidak sakit.

8
c) Hendaklah berkaki sempurna, artinay tidak pincang yang
menyebabkan ia selalu tertinggal dalam kawanan temannya di
tempat penggembalaan.
d) Hendaklah hewan kurban tersebut gemuk, dagingnya banyak
dan tidak kurus.
e) Afdaliyah ciri-ciri tambahan lainnya hewan kurban itu gemuk,
berbulu putih lebat, bertanduk dan jantan.
5) Anjuran dalam berkurban.
a) Beberapa hari sebelumnya binatang kurbantersebut
ditambatkan terelih dahulu.
b) Diberi tanda pengenal terkait siapa yang berkurban,
digantungkan pada lehernya.
c) Perlakukan binatang tersebut dengan baik dan sewajarnya.
d) Jika perlu yang berkurban, sekaligus juga yang
menyembelihnya.
e) Ketika disembelih hendaknya menghadap kiblat dengan
membaringkan ke arah lambung kiri.
f) Menutup penglihatan hewan kurban tersebut saat disembelih.
g) Bagi yang berkurban dianjurkan untuk tidak memotong
rambut dan kukunya sebelum memotong hewan kurban.
h) Ketika menyembelih rasul memberikan contoh berikut :
Hewan dihadapkan ke kiblat, seraya membaca tasmiyah.
Membaca shalawat Nabi SAW, karena Allah akan
menyampaikan pula bacaannnya.
Menyebutkan mudhahhiy (orang yang berkurban) atau atas
nama siapa, “Bismillahi Allahu Akbar, inilah nikmat
pemberianMu dan kembali kepadaMu, terimalah kurban ini
dari Pulan Bin Pulan….
Membaca lafazh bismillaahi Allahu akbar.
Berdo’a setelah menyembelih. “Ya Allah, inilah rizki dan
pemberianMu, semoga ia menjadi pendamping kami bertemu

9
denganMu. Sembelihan kami persembahkan untukMu dan
dengannya kami bertaqarrub kepadaMu. Ya Allah terimalah
hewan kurban dari Pulan Bin Pulan ini. Aamiin”
i) Setelah disembelih ditungguu sampai tidak bergerak lagi.
2. Ketentuan dan Tata Cara Aqiqah
a. Dilaksanakan di hari ke 7, 14, atau 21
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa aqiqah atau
pemotongan hewan untuk menggantikan bayi yang baru lahir
hendaknya dilaksanakan pada hari ke tujuh, ke empat belas dan hari
kedua puluh satu sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini Dari
Abu Buraidah r.a.: Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, atau
keempat belas, atau kedua puluh satunya. (HR Baihaqi dan Thabrani).
b. Jumlah Hewan Aqiqah
Laki-laki dan perempuan memang sama-sama makhluk ciptaan
Allah SWT namun terdapat perbedaan diantara keduanya seperti
halnya saat pelaksanaan aqiqah. Ketentuan aqiqah dalam islam adalah
jika yang lahir adalah bayi laki-laki maka jumlah hewan kambing yang
disembelih adalah dua ekor sementara bagi bayi perempuan,
orangtuanya hanya perlu menyembelih satu hewan aqiqah. Hai ini
sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW (baca anak perempuan
dalam islam dan cara cepat menghafal juz amma untuk anak) Dari
‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing)
karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua
kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing.” [HR Abu
Dawud, Nasa’i, Ahmad]
c. Jenis Hewan Aqiqah
Hewan yang disembelih pada saat aqiqah adalah kambing atau
domba tidak memandang kambing jantan ataupun betina boleh
disembelih sebagai hewan aqiqah. Sebagaimana perintah Rasulullah
SAW dalam hadits berikut Ini tentang hewan yang disembelih. Dari
Aisyah ra berkata, yang artinya: “Nabi SAW memerintahkan mereka
agar disembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba yang

10
sepadan dan dari anak perempuan satu ekor.” (Shahih riwayat At
Tirmidzi)
d. Disunahkan mencukur rambut
Saat melakukan aqiqah pada hari ketujuh, keempat belas, atau hari
kedua puluh satu, bayi juga hendaknya dicukur rambutnya dan diberi
nama. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat muslim
khususunya di Indonesia. Sebagai muslim hendaknya memberikan
nama yang baik kepada anak dan mencukur rambutnya sesuai sunah
Rasul agar nantinya anak bisa tumbuh menjadi anak yang sholeh atau
sholehah. (baca juga ciri-ciri istri shalehah)
e. Dibagikan setelah dimasak
Tidak seperti saat perayaan idul Adha dimana daging kurban
dibagikan sebagai daging mentah, sedangkan daging hewan aqiqah
sebaiknya dimasak dan diberikan dalam keadaan matang. Daging yang
telah dimasak tersebut selanjutnya bisa diberikan kepada mereka yang
berhak dan yang memiliki hubungan kekerabatan atau tetangga.
Perkara ini disebutkan dalam hadits berikut (baca makanan halal
menurut islam dan makanan haram menurut islam) “Sunnahnya dua
ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak
perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan
(oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh”. (HR al-
Bayhaqi)
3. Ketentuan dan Tata Cara Khitan
a. Cara Khitan Bagi Pria
Cara dalam mengkhitan anak laki- laki adalah dengan memotong
kulup (kulit) yang menutupi ujung zakar atau kepala zakar.
b. Khitan Bagi Perempuan
Cara dalam mengkhitan perempuan adalah dengan memotong
bagian bawah kulit lebih dan menutupi klitoris/ klentit/ itil yang berada
di atas vagina perempuan yang berbentuk seperti jengger ayam .

C. Hikmah disyariatkannya Qurban, Aqiqah dan Khitan

11
1. Hikmah Ibadah Qurban
Sekurang-kurangnya, ada dua hikmah ibadah qurban. Pertama,
hikmah Vertikal dan Horizontal. Vertikal, karena ibadah qurban bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan Horizontal, lantaran
dengan menyembelih hewan qurban, dagingnya dapat dinikmati oleh
orang-orang yang membutuhkan. Dan dari sinilah akan terbentuk
solidaritas dan kesetiakawanan sosial.
Kedua, Hikmah Sosial, Moral, dan Spiritual. Hikmah Sosial,
karena qurban berdampak strategis bagi ikhtiar membangun kebersamaan
dan pemerataan dalam masyarakat. Misalnya, ada dalam masyarakat kita
yang belum tentu dapat makan daging sekali dalam setahun. Qurban dapat
dijadikan sarana membangun kebersamaan dan keharmonisan hubungan
antara yang punya (the have) dengan yang tidak punya (the have’n).
Hikmah Moral, karena perintah berqurban mengingatkan bahwa
pada hakikatnya kekayaan itu hanyalah titipan Allah. Dari sini, seharusnya
manusia menyadari bahwa pada harta yang dimilikinya ada hak orang lain,
yang harus ditunaikan dengan cara mengeluarkan zakat, infaq, shadaqah,
wakaf, termasuk qurban. Hikmah Spiritual, qurban yang secara bahasa
berasal dari kata: qaraba–yaqrobu–qurbaanan, yang berarti “dekat”,
dimaksudkan sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan cara mendekatkan diri kepada sesama manusia melalui ibadah
qurban.
Imam Ghazali menegaskan bahwa: Penyembelihan hewan qurban
adalah sebagai simbol dari penyembelihan atau penghilangan sifat-sifat
kebinatangan yang ada pada manusia, seperti sifat rakus, tamak, serakah,
dan mau menang sendiri. Dengan berqurban, diharapkan semua manusia
dapat membuang sifat-sifat kebinatangan yang dapat mendatangkan
musibah dan bencana itu.
Kedua, Kepada Para Pengusaha dan Pedagang. Berqurbanlah
dengan menyembelih sifat-sifat curang dan tidak jujur, seperti mengurangi
timbangan, curang dalam takaran, menipu dan memperdaya pembeli.

12
Jadilah pedagang yang jujur, yang dapat menjadi tiang tegaknya ekonomi
Islam. Jangan meminjamkan uang dengan maksud mengambil bunganya
sebab termasuk perbuatan riba yang dilarang Allah.
Ketiga, Kepada Para Aparat Penegak Hukum (Hakim, Jaksa,
Pengacara, dan Polisi). Berqurbanlah dengan menyembelih keinginan
untuk menjual-belikan hukum, hindari mafia peradilan dan mafia kasus,
jauhkan diri dari perilaku menyuap dan disuap. Junjung tinggi keadilan,
jadikan hukum positif dan hukum normative sebagi pertimbangan dalam
memutuskan hukum. Asah terus kejujuran hati nurani.
Keempat, Kepada Para Dosen, Guru, dan Para Pendidik lainnya.
Berqurbanlah dengan kesungguhan melahirkan generasi yang berotak
Jerman tetapi berhati Mekkah. Lambang integrasi antara kecerdasan akal
dan kecerdasan hati, intelektual quations dan emotional quations, antara
kecerdasan dan akhlak mulia, antara filsafat dan tasawuf.
Kelima, Kepada Orang Tua dan Anak-anak. Kepada Orang Tua,
Jadikan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar sebagai suri tauladan dalam
pengorbanan terhadap apa yang paling dicintainya; anak semata wayang-
nya, Ismail AS yang dia rindukan bertahun-tahun kehadirannya, dia
qurbankan karena kecintaan dan keta’atan kepada Allah SWT di atas
segala-galanya. Karena itu, beri anak-anak pendidikan agama dan
pergaulan yang terbaik, ajarkan kepada mereka mengenal Allah dan
mencintai Allah. Didik anak-anak dengan perhatian penuh, jangan
mendidik anak-anak dari sisa waktu kita.
Keenam, Kepada Anak-anak. Jadikan Nabi Ismail AS sebagai
teladan dalam keta’atan kepada perintah Allah serta penghormatan kepada
kedua orang tua. Ketika Nabi Ibrahim meminta pendapat putranya, Ismail
AS, bahwa Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengurbankan Ismail,
Ismail menjawab: Ya Abatif’al maa tu’mar satajidunii insya Allah min al-
shabirin, Wahai ayahku sayang, kerjakan apa yang diperintahkan Allah
kepadamu, insya Allah engkau mendapati-ku termasuk anak yang sabar.

13
Ketujuh, Kepada Kita Semua, Muslimin-Muslimat. Qurbankan
nikmatnya tidur di malam hari dengan sholat malam dan shalat subuh
berjamaah. Qurbankan manisnya harta dengan mengeluarkan zakat, infaq,
shadaqah, dan memotong hewan qurban. Qurbankan empuknya jabatan
dengan melayani umat. Jadikan semua yang kita miliki sebagai alat
mendekat kepada Allah SWT. Wallahu a’lam
2. Hikmah Aqiqah
Aqiqah Menurut Syaikh Abdullah nashih Ulwan dalam kitab
Tarbiyatul Aulad Fil Islam sebagaimana dilansir di sebuah situs memiliki
beberapa hikmah diantaranya :
a. Menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam
dalam meneladani Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah
Subhanahu wa Ta’ala menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail
alaihissalam.
b. Dalam aqiqah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang
dapat mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna
hadits, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya.”.
Sehingga Anak yang telah ditunaikan aqiqahnya insya Allah lebih
terlindung dari gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak.
Hal inilah yang dimaksud oleh Al Imam Ibunu Al Qayyim Al Jauziyah
“bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh aqiqahnya”.
c. Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat
bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan.
Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan: “Dia tergadai dari
memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan aqiqahnya)”.
d. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia
yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan lahirnya sang
anak.

14
e. Aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam
melaksanakan syari’at Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang
akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.
f. Aqiqah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) diantara masyarakat.
g. Dan masih banyak lagi hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan
Syariat Aqiqah ini.
3. Hikmah Khitan
Agama Islam telah mengajarkan kebersihan dengan bersandarkan
kepada contoh dari Nabi Saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Muslim dari Abu Malik al-Hadis bin Assim al-Asy’ari sebagai berikut:
“Dari Ibnu Malik al-Asy’ari berkata: Rasulullah saw. bersabda
kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim)
Dalam al-Qur'an juga telah disebutkan,
"Sesungguhnya Allah Swt. menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang yang mensucikan diri” (QS. al-Baqarah: 222)
Sesungguhnya bukan hanya badan saja yang perlu dibersihkan
akan tetapi pakaian, makanan dan tempat juga harus dijaga kebersihannya
dari kotoran dan najis. Oleh karena itu khitan pada hakekatnya
mengandung arti kesucian serta kebersihan dari kotoran-kotoran dan
penyakit yang mungkin melekat pada kemaluan yang belum dikhitan.
Khitan merupakan salah satu daripada pendidikan kesehatan (healt of
education) yang sangat penting artinya dalam ajaran Islam.
Dalam Majmu’ Fatawa dijelaskan bahwa maksud dilaksanakannya
khitan laki-laki adalah untuk mensucikannya dari hal-hal najis didalam
qulfah. Sedangkan tujuan dari khitan wanita adalah untuk mengontrol
dorongan sahwatnya. Sebab apabila wanita masih mempunyai clitoris,
maka dorongan nafsu akan memuncak. Maka bisa dikatakan wanita yang
masih memiliki clitoris lebih banyak melirik kaum laki-laki. Maka sering
kali terjadi perbuatan mesum di kalangan bangsa Tartar dan Afrika.
Di Indonesia khitan perempuan oleh masyarakat etnis Banten
diyakini bahwa khitan perempuan dilakukan dengan beberapa tujuan

15
diantaranya adalah agar anak perempuan yang dikhitan kelak akan menjadi
anak yang plinger (bercahaya), cantik, menarik dan kelak akan menjadi
istri yang sempurna. Dan juga untuk menjaga perilaku anak perempuan
agar tidak menjadi perempuan yang genit dan binal.
Dalam ilmu kedokteran atau ilmu medis khitan memiliki beberapa
manfaat. Menurut dr Shabri al-Qobani.[6] Khitan adalah suatu aturan
medis yang besar karena dapat menjaga dari berbagai macam penyakit,
menurut beliau khitan dipandang dari segi medis mengandung beberapa
manfaat diantaranya :
a. Dengan memotong qulfah seorang bisa terlepas dari pengeluaran
minyak dan lemak yang bisa memancing rasa mual dan mencegah
pembusukan.

b. Dengan memotong qulfah seseorang bisa terlepas dari infeksi pada


penis saat terjadi ereksi.
c. Khitan dapat mengurangi terjadinya penyakit kanker.
d. Dengan khitan memungkinkan kita untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya ompol yang biasa terjadi pada kebanyakan anak kecil
(balita).
e. Secara tidak langsung khitan dapat memperkuat hubungan seksual.
Dari beberapa penelitian dapat diketahui orang yang dapat
berhubungan seksual relatif lebih lama dari pada orang tidak berkhitan.
Sehingga orang yang berkhitan lebih bisa merasakan kenikmatan dan
memberikan kepuasan pada istrinya. Dari beberapa sumber yang kami
peroleh ada beberapa manfaat yang terkandung di dalam khitan, menurut
Majdi as-Sayid Ibrahim.[7] Khitan juga mengandung manfaat diantaranya
adalah bahwa dengan memotong quluf (kulit yang menutup kepala penis)
akan mempermudah dalam membersihkan kepala penis setelah buang air
kecil. Karena apabila quluf tidak dipotong maka akan tersisa air kencing di
dalam quluf tersebut, sehingga akan menimbulkan bakteri yang akan
menyebabkan penyakit kelamin.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Qurban adalah menyembelih hewan pada hari raya idul adha yakni tanggal
10 dzulhijjahdan hari tasyrik,yakni tanggal 11,12 dan 13 dzulhijjah. Ibadah
berqurban adalah tujuan kita untuk mendekatkan diri kepada ALLAH SWT.
Apabila kita berqurban(menyembelih hewan) pada hari tasyrik yang
bertepatan pada tanggal 13 dzulhijjah setelah terbenamnya matahari,maka itu
tidak termasuk berqurban. Akan tetapi,hanya sedekah biasa. Firman ALLAH
SWT , yang menjelaskan tentang qurban terdapat pada surah Al-kautsar 1-3.
Bagi orang yang mampu,berqurban hukumnya wajib hewan untuk berqurban
juga hanya boleh hewan sapi,kerbau,unta,dan kambing. Kita tidak boleh
berqurban selain hewan itu. Hewan tersebut juga harus cukup umurnya,tidak
boleh cacat ,harus dalam keadaan yang baik dan sehat. Berqurban juga
mengenang peristiwa monumental kepatuhan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi
Islmail a.s, yang menjalankan perintah ALLAH SWT. Salah satu manfaat
berqurban yaitu memberikan kesenangan kepada fakir dan miskin dengan
memberikan daging qurban, walaupun tidak terlalu banyak.
Aqiqah adalah menyembelih hewan (kambing) pada hari ke
tujuh,14,ataupun 21 setelah kelahiran anak. Hukum aqiqah adalah sunah
muakkad,bagi orang tua yang telah dianugerahi seorang anak. Jadi, orang tua
harus melakukan aqiqah, sebagai rasa syukur yang telah di anugerahi seorang
anak. Hewan (kambing) untuk anak seorang laki-laki, maka kambingnya harus
2, dan untuk anak seorang perempuan ,maka hewan(kambing) yang
harus dikeluarkan 1 .
Secara etimologis, khitan berasal dari bahasa Arab khatana ( ‫ ) ختن‬yang
berarti “memotong”. Dalam ensiklopedi islam kata khatana berarti memotong
atau “mengerat”. Menurut Ibnu Hajar bahwa al Khitan adalah isim masdar
dari kata khatana yang berarti “memotong”, khatn yang berarti “memotong

17
sebagian benda yang khusus dari anggota badan yang khusus pula”. Kata
“memotong” dalam hal ini mempunyai makna dan batasan-batasan khusus.
Maksudnya, bahwa makna dasar kata khitan adalah bagian kemaluan yang
harus dipotong. Secara terminologis khitan adalah membuka atau memotong
kulit (quluf) yang menutupi ujung kemaluan dengan tujuan agar bersih dari
najis. Selain itu, sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdullah Nasih Ulwan,
khitan adalah “memotong yaitu tempat pemotongan penis, yang merupakan
timbulnya konsekuensi hukum-hukum syara’”.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, dan kami sadar karena keterbatasan
pada diri kami, maka kami berharap kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas segala saran dan yang
diberikan kepada kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Khallaf. 1973. Ilmu Ushul Fiqih. Beirut : Dar Al-Kalam.

Sayid Sabiq. 1983. Fiqhu Sunnah. Jilid I,II,III, cet IV. Beirut : Dar al fikr.

Sulaiman Rasyid. 2004. Fiqh Islam. Bandung : Sinar baru Algensindo. Cet ke-47.

19
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam Karya Ilmiah ini kami buat
dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui dan mengenal beberapa isi dan makna
yang terkandung di dalamnya.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharaPengambilan Keputusanan
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan harapan kami semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.

Bengkulu, Januari 2019

Penulis,

i
20
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Qurban, Aqiqah dan Khitan................. 3
B. Ketentuan Dan Tatacara Qurban, Aqidah Dan Khitan........................ 7
C. Hikmah disyariatkannya Qurban, Aqiqah dan Khitan......................... 12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ......................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

ii

21

Anda mungkin juga menyukai