Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Humanisasi pendidikan islam sering dilontarkan di media massa oleh para pengamat dan
filosof ternama Immanuel Kant menyatakan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan
manusia. Menurut konsep ini, anak manusia harus dididik oleh manusia, dan dalam ruansa
kehidupan manusia. Masih teringat cerita kama dan kamala di india yang mengisahkan dua anak
manusia yang dipelihara oleh serigala di hutang belantara, jelas-jelas akan menghasilkan
manusia serigala, bukan manusia seutuhnya.

Fungsi pendidikan yang utama adalah mentransformasikan pengetahuan, keterampilan,


dan menginternalisasi nilai-nilai yang dibutuhkan manusia untuk bisa hidup sempurna sebagai
manusia. Dari sudut pandang manusia, pendidikan adalah proses sosialisasi, yakni
memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan. Karena
manusia adalah makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tetapi ia bisa menjankan hubungan
dengan sesama manusia dan limgkungan sekitarnya, jika ia mampu diwujudkan oleh manusia
maka ia mampu kehidupannya.1

Pendidikan islam membentuk keberanian moral bagi setiap peserta didik untuk senantiasa
melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat bagi semua manusia dan sebaliknya menghindari
perbuatan-perbuatan makhsiat yang dirugikan orang lain.

Menurut Hasan Basri ilmu pendidikan islam adalah agam yang tertulis dalam kitab suci
al-Qur’an dan as-sunnah, kumpulan pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’an dan as-sunnah
yang dijadikan landasan kependidikan. Secara aplikatif, pendidikan islam mentransformasikan
nilai-nilai islam terhadap anak didik dan lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan
masyarakat. Akumulasi pendidikan yang diajarkan dan dibinakan dan dibimbingkan kepada

1
Andy Truzz, humanisasi pendidikan islam, http;//andytruzz.blogspot.com/2010/06/humanisasi-
pendidikan-islam.html?, 31 Maret 2019.

1
manusia sebagai peserta didik dengan menerapkan metode dan pendekatan islami yang bertujuan
membentuk peserta didik yang berkepribadian muslim.2

Berdasarkan pendapat diatas pendidikan islamlah yang mampu memahami pengetahuan


islam dengan baik dan mampu mengamalkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu pendidikan islam sifatnya berlangsung tidak hanya berfokus pada satu lembaga atau
lingkungan tetapi prosesnya melibatkan semua unsur dan komponen berlangsung proses
pendidikan islam baik pada lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Oleh karena itu, pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan
dirinya sendiri. Dan harus mampu mendekatkan manusia dengan lingkungannya. Adanya
beberapa bentuk kekerasan dalam pendidikan yang masih merajalela merupakan indicator bahwa
proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Humanisasi
pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional,
dan cerdas spiritual, bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi
persoalan yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah:

1. Pengertian humanisasi pendindikan islam?

2. Apa sajakah prinsif-prinsif humanisasi pendidikan islam?

3. Bagaimana paradigma pendidikan Islam humanis?

BAB II

2
Halid Hanafi dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), h. 3.
2
PEMBAHASAN

A. Pengertian humanisasi pendidikan islam

Humanisasi artinya proses menjadikan manusia sebagai manusia sesuai dengan kodratnya
sesuai dengan kodratnya manusia.3 Secara etimologi humanisasi diartikan sebagai penumbuhan
rasa perikemanusiaan, kemanusiaan.4 Sedangkan Chabib Toha mengartikan humanism,
kemanusiaan adalah nilai-nilai obyektif yang dibatasi kultur tertentu, nilai kebebasan,
kemerdekaan, kebahagiaan. Persamaan hak adalah nilai-nilai kemanusiaan yang dibangun di atas
pondasi individualisme dan demokrasi.5

Humanisasi adalah pemanusiaan/penerapan rasa prikemanusian sedangkan humanisme


adalah suatu doktrin yang menekan kepentingan kemanusian ideal humanisme pada zaman
renaissans didasarkan atas peradaban yunani purba, sedangkan humanisme modern menekankan
manusia secara eksklusif.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan diberikan kelebihan akal
sehingga adanya akal tersebut memungkinkan baginya untuk menguasai makhluk yang lain
seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Manusia terdiri dari dua substansi yaitu materi berasal dari bumi dan ruh yang berasal
dari Tuhan. Maka hakikat pada manusia adalah ruh itu, sedangkan jasad hanyalah alat yang
dipergunakan oleh ruh untuk menjalani kehidupan material di alam material yang bersifat
sekunder dan ruh adalah yang primer, karena ruh saja tanpa jasad yang material, tidak dapat
dikatakan manusia.

Pembahasan tentang humanisasi tentu tidak luput dari pembahasan mengenai liberalisasi,
demokratisasi, individualisme. Hal ini disebabkan keempat hal tersebut mempunyai visi yang
sama yaitu mengangkat eksistensi manusia sebagai makhluk yang sempurna di dunia.

3
Andy Truzz, humanisasi pendidikan islam, http;//andytruzz.blogspot.com//humanisasi-pendidikan-
islam.html, 22 Desember 2019.

4
Arya, kamus besar bahas Indonesia, (Cet. III; Jakarta: Prenada Media, 1990), h. 192.
5
Chabib Thoha, kapita selekta pendidikan islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996, h. 27.
3
Humanisasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat melalui ilmu pengetahuan.
Dari sini diharapkan akan munculkan sikap-sikap individu dalam masyarakat yang lebih terbuka,
merdeka, progresip, berwawasan luas, serta mempunyai tanggung jawab pribadi sebagai bentuk
kemandirian individu tersebut.6

Sementara itu istilah di atas banyak berkaitan erat dengan istilah demokratisasi yang
mana bias diartikan sebagai pembebasan manusia atas ketergantungan terhadap realitas obyektif
yang sering menghambat manusia dalam mengembangkan diri untuk mencapai kualitas hidup
dalam mencapai parameter material. Sehingga jika dikaitkan dengan pendidikan, maka
demokratisasi berarti pembebasan pendidikan dan manusia yang terlibat didalamnya dari struktur
dan sistem serta perundangan yang menempatkan manusia sebagai komponen. Jika ada proses
dalam konteks pendidikan, islam menempatkan pendidikan pembebasan yang merupakan
refleksi dari pemanusiaan manusia dalam kongfigurasi sistem pendidikan islam yang sangat
dipengaruhi oleh prinsif-prinsif kebebasan dan demokrasi.

Perlu digaris bawahi bahwa kebebasan dalam pandangan pendidikan islam masih terikat
dengan norma-norma dan pesan-pesan ilahiyah baik yang tercantum dalam mushaf al-Qur’an,
maupun yang terekam dalam sunnah-sunnah rasulnya.

Di dalam al-Qur’an kita menemukan humanisasi pendidikan islam adalah pengaplikasian


konsep humanisme dalam pendidikan islam secara riil sebagaimana dicontohkan Nabi saw.
Dimana Allah SWT berfirman di dalam QS al-imran/3:159, yang artinya maka disebabkan
rahmat Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu keras lagi kasar.
Tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang bertawakkal kepada-Nya.

B. Prinsif-Prinsif Humanisasi Pendidikan Islam

Prinsip pendidikan islam adalah prinsip wajib belajar mengajar, pendidikan untuk semua,
bersifat terbuka namun selektif, integralistik dan seimbang, sesuai dengan bakat manusia,

6
Jusuf Amir , reorientasi pendidikan islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 174.

4
menyenangkan dan menggembirakan berbasis pada riset dan rencana yang sistematis, sesuai
perkembangan zaman, dilakukan dari sejak dini dan terbuka.7

Humanisme dalam islam mengatakan manusia telah menerima dari Tuhan dua
pemeberian yang hebat, yaitu akal dan kemerdekaan. 8 Yang dikembangkan adalah ajaran agama
yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadis. Jelas pula bahwa adalah ajaran yang bersumber dari
agama islam yang dikembangkan oleh akal fikiran manusia yang memenuhi syarat untuk
mengembangkannya.9Al-Qur’an mengajarkan kita dua hal yaitu tafakkur dan tasyakur.

Tafakur dan tasyakur merupakan siklus aksi dan refleksi. Bila tafakur diartikan sebagai
perenungan terhadap segala ciptaan, hukum-hukum Tuhan sebagai nikmat yang diberikan
kepada manusia, maka tasyakur merupakan usaha penggunaan nikmat tersebut sebagai
professional. Hal ini merupakan bukti keunggulan manusia dari mahluk lain, termasuk di
dalamnya keunggulan kehendak bebas dan kemampuan berbicara.

Dengan demikian jelas bahwa kemuliaan yang diperoleh manusia dalam kehidupan
dikarenakan kemuliaan karena bentuk pribadinya diciptakan lebih baik dibandingkan makhluk

Allah yang lain serta diberi kelebihan akal dan kemuliaan karena mampu menjalankan
seluruh aktivitas serta karya dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan ajaran islam tetapi bila
dalam kehidupan manusia hidup tidak sesuai dengan garis-garis ketentuan yang telah Allah maka
kemuliaan itu akan hilang dan berganti dengan kehinaan yang membawa manusia lebih hina dari
binatang dan kelak di akhirat imbalan yang diperoleh adalah penderitaan dalam neraka.10

Manusia mempunyai beberapa tanggung jawab yang terkait dengan segala aspek dengan
dirinya. Pertama, tanggung jawab kepada Allah yang maha esa dengan jalan beribadah

7
Abuddin Nata, Kapita selekta Pendidikan Islam, ( cet. III; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016), h.
424.

8
Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, (cet. I; Jakarta: Pranada Media, 1980), h. 57.
9
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (cet. XXIV; Jakarta PT Rajagrafindo Persada, 2016),
h. 89.

10
Halid Hanafi dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h. 8.
5
kepadanya sebagai ungkapan rasa syukur. Hal ini sangat inheren dengan fitrah kejadian manusia.
Kedua, tanggung jawab manusia terhadap dirinya sendiri dalam rangka mengembangkan
kapasitas potensialnya. Hal ini bisa dilaksanakan melalui pendidikan yang berorientasi kepada
masa yang akan datang demi peningkatan kualiatas hidup. Ketiga, tanggung jawab kepada
manusia melalui peningkatan kualitas pribadi. Keempat, tanggung jawab manusia terhadap alam
semesta. Hal ini sebagai konsekuensi dari ketiga tanggung jawab diatas, karena alam merupakan
sarana hidup masyarakat yang diciptakan tuhan.

Prinsip berarti asas, kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir, bertindak dan
sebagainya, atau juga berarti dasar. Pengertian kata prinsip secara bahasa ini memberikan
pemahaman bahwa prinsip-prinsip pendidikan islam dapat diterapkan dalam penggunaan
meliputi:

1. Digunakan tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran islam yang


terkandung dalam kitab suci al-Qur’an dan hadis.

2. Harus memanfaatkan kegiatan mandiri peserta didik

3. Harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan

4. Harus memanfaatkan hukum pembelajaran dan belajar

5. Harus berawal dari apa yang sudah diketahui peserta didik

6. Harus didasarkan atas teori praktek yang terpadu dengan baik

7. Harus memperhatiakan prosedur-prosedur individual

8. Harus merangsang kemampuan berfikir dan nalar para peserta didik

9. Harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik

10. Yang digunakan harus bervariasi

11. Harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat pembelajaran

12. Harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam
kehidupan sehari-hari
6
13. Harus selalu dimulai dengan landasan niat, doa, dan rasa syukur terhadap karunia
yang telah Allah berikan sebab semua yang dilakukan atas adanya karunia yang Allah
telah berikan.11

Tujuan serta proses pendidikan islam tercantum secara eksplisit dalam firman Allah, yaitu
pencarian hidayah dan kesempurnaan diri sekaligus dengan menjadikan tokoh-tokoh penting,
khususnya Nabi Muhammad saw. Sebagai model dalam poendidikan.

Nabi sendiri mengajarkan umatnya agar sesama muslim saling menganggap saudara
sendiri, di mana harus melandaskan hubungan atas dasar saling mencintai, menyayangi,
menghormati, saling berbagi dan seterusnya, termasuk di dalamnya yaitu saling mengingatkan
satu sama lain. Dengan beberapa prinsif diharapkan konsep reward atau penghargaan akan lebih
ditekankan dengan tujuan peserta didik menemukan kesadaran yang membawa perubahan pada
dirinya.

C. Paradigma Pendidikan Islam Humanis

Semangat penalaran dalam intelektualisme Islam masa lalu kini telah digantikan dengan
tradisi mengekor (taqlid,). Bukti dari fenomena ini adalah jarangnya penemuan-penemuan baru
selama kurun ini dari lintas disiplin keilmuan, meski banyak pemikir-pemikir yang lahir, paling
banter karya yang muncul adalah karya lanjutan tokoh-tokoh terdahulu, tidak ada yang benar-
benar baru. Disisi lain dekadensi moral yang begitu cepat bergeser akibat pengaruh dari
globalisai. Hal ini diperparah dengan peta politik dunia yang dimotori Barat yang berideologi
sekuler melalui institusi-institusi modern yang masuk ke dunia Islam. Sebab internal inilah yang
membuat Abdul Hamid Abu Sulaiman dalam Jurnal ‘Islamization of Knowledge with special
Reference of Political Science’ (1985), berkomentar bahwa krisis multidimensi yang dialami
umat Islam karena disebabkan beberapa hal antara lain; kemunduran umat (the backwardness of
the ummah), kelemahan umat (the weakness of the ummah), stagnasi pemikiran umat (the
intelectual stagnation of the ummah), absennya ijtihad umat (the absence of ijtihad in the
ummah), absennya kemajuan kultural ummat (the absence of cultural progress in the ummah),
tercerabutnya umat dari norma-norma dasar peradaban Islam (the ummah losing touch with the
basic norm of islamic civilization).

11
Halid Hanafi dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h. 175-179.
7
Menurut Ali Ashraf, model pendidikan dengan tekanan pada transfer ilmu dan keahlian
daripada pembangunan moralitas akan memunculkan sikap individualistis, skeptis, enggan
menerima hal-hal non-observasional dan sikap menjauhi nilai-nilai Ilahiyah yang bernuansa
kemanusiaan. Akibat lebih jauh, model pendidikan ini akan menghasilkan manusia mekanistik
yang mengabaikan penghargaan kemanusiaan yang jauh dari nilai imajinatif, kreatif dan kultural.
Kenyataan inilah yang menyebabkan kearifan, kecerdasan spiritual, kesadaran manusia terhadap
makna hidup, lingkungan sosial dan alamnya menjadi gagal tumbuh dan akhirnya akan mati dan
menciptakan ketegangan kemanusian seperti demen konflik dan perang, krisis nilai etis,
dislokasi, alienasi, kekosongan nilai rohaniah dan sebagainya. Untuk itu, pendidikan Islam harus
mampu mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kelengkapan nilai kemanusiaan dalam
arti yang sesungguhnya sebagai suatu sistem pemanusiawian manusia yang unik, mandiri dan
kreatif sebagaimana fungsi diturunkannya al Qurán sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas
bagi petunjuk itu serta pembeda antara yang benar dan yang salah (Q.S. al-Baqarah/2 : 185). Al
Hasil, Al-Qur'an berperan dalam meluruskan kegagalan sistem pendidikan yang terjebak pada
proses dehumanisasi. Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan umum
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Artinya pendidikan Islam
mampu memberikan keselamatan dunia akhirat. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat
dipahami dalam firman Allah dalam surah Ali Imran (102) yang Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.

Dari ayat di atas dapat dipahami tujuan umum dari pendidikan Islam adalah mati dalam
keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai
proses akhir dari proses pendidikan itu sendiri.

Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia
pendidikan, terutama peserta didik untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya
secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya
sebagai wadah pemberdayaan peserta didik. Namun seiring dengan kemunduran dunia Islam,
dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam paradigma pun terjadi
pergeseran dari paradigma aktif-progresif menjadi pasif-defensif. Akibatnya, pendidikan Islam
mengalami proses “isolasi diri” dan termarginalkan dari lingkungan di mana ia berada.

8
Dari gambaran masa kejayaan dunia pendidikan Islam di atas, terdapat beberapa hal yang
dapat digunakan sebagai upaya untuk kembali membangkitkan dan menempatkan dunia
pendidikan Islam pada peran yang semestinya yakni memanusiakan manusia atau humanisasi
sekaligus menata ulang paradigma pendidikan Islam sehingga kembali bersifat aktif-progresif,
yakni :

a. Menempatkan kembali seluruh aktifitas pendidikan (talab al-ilm) di bawah frame


work agama. Artinya, seluruh aktifitas intelektual senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai
agama Islam, di mana tujuan akhir dari seluruh aktifitas tersebut adalah upaya
menegakkan agama dan mencari ridha Allah. Dan agar orang-orang yang telah diberi
ilmu, meyakini bahwasanya al-Qur`an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka
beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi
Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj, 22:
54).

b. Adanya perimbangan (balancing) antara disiplin ilmu agama dan pengembangan


intelektualitas dalam kurikulum pendidikan. Salah satu faktor utama dari
marginalisasi dalam dunia pendidikan Islam adalah kecenderungan untuk lebih
menitik beratkan pada kajian agama dan tidak memberikan porsi yang berimbang
pada pengembangan ilmu non-agama, bahkan menolak kajian-kajian non-agama.
Oleh karena itu, penyeimbangan antara materi agama dan non-agama dalam dunia
pendidikan Islam adalah sebuah keniscayaan jika ingin dunia pendidikan Islam
kembali survive di tengah masyarakat. Al-Qur`an banyak menjelaskan agar manusia
memikirkan dan mengkaji alam semesta ini, bagaimana langit ditinggikan, bumi
dihamparkan, gunung-gunung ditegakkan, manusia diciptakan dan lain sebagainya.
Hal ini mengindikasikan agar umat Islam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan,
tidak dibatasi hanya mempelajari ilmu-ilmu agama. Dan Nabi Muhammad pun
memerintahkan para sahabat untuk menuntut ilmu ke negeri China. Hal ini sebagai
dasar perintah dari Nabi agar umat Islam mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan umum,
karena China dikenal pada saat itu sebagai negeri yang memiliki para ahli pengobatan
atau tabib.

9
c. Perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan
pengembangan keilmuan secara maksimal karena selama masa kemunduran Islam,
tercipta banyak sekat dan wilayah terlarang bagi perdebatan dan perbedaan pendapat
yang mengakibatkan sempitnya wilayah pengembangan intelektual. Minimal
membuka kembali, sekat dan wilayah-wilayah yang selama ini terlarang bagi
perdebatan, maka wilayah pengembangan intelektual akan semakin luas yang
tentunya akan membuka peluang lebih lebar bagi pengembangan keilmuan di dunia
pendidikan Islam pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.

d. Mulai mencoba melaksanakan strategi pendidikan yang membumi.

Kemudian, satu faktor lain yang akan sangat membantu adalah adanya perhatian dan
dukungan para pemimpin (pemerintah) atas proses penggalian dan pembangkitan dunia
pendidikan Islam ini.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Humanisasi artinya proses menjadikan proses menjadikan manusia sebagai manusia


sesuai dengan kodratnya sesuai dengan kodratnya manusia. Secara etimologi humanisasi
diartikan sebagai penumbuhan rasa perikemanusiaan, kemanusiaan. Humanisasi pendidikan
islam adalah pengaplikasian konsep humanisme dalam pendidikan islam secara riil sebagaimana
dicontohkan Nabi saw.

Prinsip pendidikan islam adalah prinsip wajib belajar mengajar, pendidikan untuk semua,
bersifat terbuka namun selektif, integralistik dan seimbang, sesuai dengan bakat manusia,
menyenangkan dan menggembirakan berbasis pada riset dan rencana yang sistematis, sesuai
perkembangan zaman, dilakukan dari sejak dini dan terbuka. Prinsip berarti asas, kebenaran yang
menjadi pokok dasar berfikir, bertindak dan sebagainya, atau juga berarti dasar.

10
Perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan pengembangan
keilmuan secara maksimal karena selama masa kemunduran Islam, tercipta banyak sekat dan
wilayah terlarang bagi perdebatan dan perbedaan pendapat yang mengakibatkan sempitnya
wilayah pengembangan intelektual.

Adanya perhatian dan dukungan pemerintah akan mampu mempercepat penemuan


kembali paradigma pendidikan Islam yang aktif-progresif, yang dengannya diharapkan dunia
pendidikan Islam dapat kembali mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana pemberdayaan
dan humanisasi.

B. Saran

Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini jauh dari titik kesempurnaan, oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan makalah kami kedepan.

DAFTAR PUSTAKA

Boisard, Marcel. Humanisme Dalam Islam. cet. I; Jakarta: Pranada Media. 1980.

Amir, jusuf. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press. 1995.

Arya. Kamus Besar Bahas Indonesia. Cet. III; Jakarta: Prenada Media. 1990.

Daud Ali, Mohammad. Pendidikan Agama Islam. cet. XXIV; Jakarta PT Rajagrafindo Persada.
2016.

Hanafi, halid. Dkk. Ilmu Pendidikan Islam. cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama. 2018.

Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. cet. III; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
2016.

Thoha, chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 1996.

Truzz, andy Andy. Humanisasi Pendidikan Islam.

11
Truzz, andy. Humanisasi Pendidikan Islam.http;//andytruzz.blogspot.com/ 2010/06/humanisasi-
pendidikan-islam.html.

12

Anda mungkin juga menyukai