Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur marilah sama-sama kita ucapkan kepada Allah swt. yang
mana telah memberikan nikmat serta kesempatan kepada penulisan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini mengenai Demokratisasi Pendidikan.
Sholawat berangkaikan salam semoga tercurah dan terlimpaah kepada Nabi Muhammad
saw, yang telah meinggalkan al-Quran dan as-Sunah untuk kita pedomani dan akhlak beliau
untuk kita teladani dalam kehidupan kita.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dan membantu pihak yang ingin
belajar Sosiologi Pendidikan, sehingga diharapkan dapat menerapkannya didalam kehidupan
sehari-hari.
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak. Namun, apabila ada saran
dan pendapat dari pembaca, kami menerima dengan lapang dada, demi perbaikan penulisan ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Sosiologi Pendidikan, Ibu
Sabariah, M.Pd.I, yang telah membimbing dalam belajar dan juga pembuatan tulisan ini.
Akhirnya Kepada Allah swt. kami mohon ampun dan kepada pembaca kami mohon maaf. Amin!

Medan, 17 Mei 2019

Pemakalah

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... I


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. II
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2
DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ............................................................................................................ 2
A. Pengertian Demokratisasi ................................................................................................................. 2
B. Pengertian Demokratisasi Pendidikan .............................................................................................. 3
C. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI ................................................................................................... 5
1. Prinsip Kebebasan ......................................................................................................................... 5
2. Prinsip Persamaan ......................................................................................................................... 6
3. Prinsip Penghormatan Terhadap Martabat Manusia ..................................................................... 6
D. DEMOKRASI PENDIDIKAN ISLAM. ........................................................................................... 7
1. Kebebasan Bagi Pendidik dan Peserta Didik ................................................................................ 7
2. Persamaan Terhadap Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam ...................................................... 8
3. Penghormatan Akan Martabat Individu Dalam Pendidikan Islam................................................ 9
E. PELAKSANAAN DEMOKRASI PENDIDIKAN ISLAM ............................................................. 9
BAB III ....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi
ini.Pendidikantidakterlepasdarisegalakegiatanmanusia.Dalamkondisiapapunmanusiatidakdap
atmenolakefekdaripenerapanpendidikan.Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang
ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang
berhubungan dengan Pendidikan.
Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak
yang saling bertentangan. Kedua dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif adalah segala sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan
tersebut, dengan kata lain dapat disebut sebagai ’Tujuan’. Sedangkan dampak negatif adalah
segala sesuatu yang bukan merupakan harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga
dapat disebut sebagai hambatan atau masalah yang ditimbulkan.
Jika peristiwa di atas dihubungkan dengan pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan
akan menimbulkan dampak negatif yang disebut sebagai masalah dan hambatan yang akan
dihadapi. Hal ini akan lebih tepat bila disebut sebagai permasalahan Pendidikan. Istilah
permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah
segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti
sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan
adalah segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian demokratisasi pendidikan?
2. Apa saja prinsip-prinsip demokrasi?
3. Bagaimana bentuk demokrasi pendidikan dalam Islam?

1
BAB II

PEMBAHASAN

DEMOKRATISASI PENDIDIKAN
A. Pengertian Demokratisasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata demos dan crato. Demos
berarti rakyat dan cratos berarti pemerintah. Maka demokrasi secara terminologi berarti
pemerintahan berada ditangan rakyat.1

Menurut Peter Salim, demokrasi adalah pandangan hidup yang mengutamakan


persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua Negara. Sedangkan
Zaki Badawi berpendapat bahwa demokrasi adalah menetapkan dasar-dasar kebebasan dan
persamaan terhadap individu-individu yang tidak membedakan asal, jenis, agama dan bahasa.

Dalam batasan lain, demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan rakyat yang
dikenal dengan slogan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ( government of the people
by people for people ).

Apabila dilihat dari pengertian demokrasi diatas, nampaknya penggunaan demokrasi


lebih banyak terdapat atau terjadi pada lembaga pemerintahan. Namun dilihat dari esensi
demokrasi, dapat diketahui bahwa demokrasi sudah menjadi sumber nilai atau ideologi dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini mengandung cakupan pengertian yang luas, tidak heran
apabila wacana tentang demokrasi seringkali dikaitkan dengan berbagai persoalan. Seperti
agama dan demokrasi, politik dan demokrasi, ekonomi dan demokrasi, hukum dan
demokrasi, pendidikan dan demokrasi dan berbagai tema lainnya yang selalu dikaitkan
dengan demokrasi.

Menurut Dede Rosyada, istilah demokrasi memang muncul dan dipakai dalam kajian
politik yang bermakna kekuasaan berada ditangan rakyat. Mekanisme berdemokrasi dalam
politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam lembaga pendidikan, namun secara
substantif demokrasi membawa semangat dalam pendidikan. Baik dalam perencanaan,
pengelolaan dan evaluasi.

1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011. Hal. 332.

2
B. Pengertian Demokratisasi Pendidikan
Apabila dihubungkan dengan pendidikan, maka pengertiannya ialah sebagai berikut:
Vebrianto memberi pendapat bahwa pendidikan yang demokrasi adalah pendidikan
yang memberikan kesempatan yang lama kepada setiap peserta didik untuk mencapai tingkat
pendidikan sekolah setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
Sugarda purbakawatja memberikan definisi bahwa demokrasi pendidikan adalah
pengajaran pendidikan yang semua anggota masyarakat mendapatkan pendidikan dan
pengajaran yang adil.
M. Muchjiddin Dimjati dan Muhammad Roqib berpendapat bahwa, demokrasi
pendidikan adalah pendidikan yang berprinsip dasar rasa cinta dan kasih saying terhadap
semua. Pendidikan yang membedakan anak menurut suku, ras, golongan, aspirasi politik,
sekte, jenis kelamin atau kondisi ekonomi sosial adalah pendidikan teoritis, yang didasarkan
pada prinsip sentimen, kekhawatiran dan dendam.2
Berdasarkan defenisi diatas, dapat dipahami bahwa demokrasi pendidikan merupakan
suatu pandangan yang mengutamakan persamaan hak, kewajiban dan perlakuan oleh tenaga
kependidikan terhadap peserta didik dalam proses pendidikan.
Pendidikan yang demokratis adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan
kemampuannya. Pengertian demokratis di sini mencakup arti baik secara horizontal maupun
vertikal.
Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya,
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Hal ini tercermin
pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran”.
Sementara itu, demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat
kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya
sesuai dengan
Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha
pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan sosial, dan
sebagainya). Di kalangan Taman Siswa dianut sikap tutwuri handayani, suatu sikap
demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh dan berkembang menurut kodratnya.
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup
yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011. Hal. 333.

3
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan
pengelola pendidikan. Sedangkan demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas
mengandung beberapa hal, yaitu:
1. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat
Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik, karena dengan
pendidikan itu manusia akan berubah dan berkembang ke arah yang lebih sehat, baik dan
sempurna. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan anak didik untuk berpikir dan memecahkan persoalan-
persoalannya sendiri secara teratur, sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga anak
didik memiliki wawasan, kemampuan dan kesempatan yang luas.
2. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan individu-
individu lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati
kepentingannya. Oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang karena kebebasannya berbuat
sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain atau kebebasannya sendiri.
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan individu-
individu lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati
kepentingannya. Oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang karena kebebasannya berbuat
sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain atau kebebasannya sendiri.
Kesejahteraan dan kebahagiaan hanya tercapai bila setiap warga negara atau anggota
masyarakat dapat mengembangkan tenaga atau pikirannya untuk memanjukan kepentingan
bersama karena kebersamaan dan kerjasama inilah pilar penyangga demokrasi. Berkenaan
dengan itulah maka bagi setiap warga negara diperlukan hal-hal sebagai berikut :

1. pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah kewarganegaraan (civic),


ketatanegaraan, kemasyarakatan, soal-soal pemerintahan yang penting;
2. suatu keinsyafan dan kesanggupan semangat menjalankan tugasnya dengan
mendahulukan kepentingan negara atau masyarakat daripada kepentingan sendiri;
3. suatu keinsyafan dan kesanggupan memberantas kecurangan-kecurangan dan
perbuatan-perbuatan yang menghalangi kemajuan dan kemakmuran masyarakat dan
pemerintah.

4
C. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
Walaupun rumusan demokrasi berfariasi seperti yang dikemukakan para ahli, namun
pada hakikatnya terdapat benang merah atau titik singgung dan mengarah pada suatu makna
yang sama, yaitu suatu ideology atau cara hidup yang menekankan pada nilai individu yang
menjunjung tinggi nilai tanggung jawab, saling menghormati, toleransi dan kebersamaan. Ini
berarti bahwa makna, kandungan dan nilai-nilai yang hendak diperjuangkan oleh demokrasi
merupakan gejala kemanusiaan secara universal.

Namun, dalam praktek demokrasi, nilai-nilai individu tersebut sering disalahgunakan.


Kebiasaan dari segala belenggu kebendaan kerohanian yang tidak sah kadang-kadang
dipaksakan kepada manusia tanpa alas an yang benar dalam kehidupan sehari-hari, yang
menyebabkan ia tidak sanggup menikmati hak-hak yang wajar.3

Dalam praktek demokrasi, Nabi Muhammad saw juga pernah menerapkannya yang
dikenal dengan istilah musyawarah. Salah satu contoh yang dikemukakan bahwa ketika Nabi
Muhammad menghadapi masalah strategi perang dan diplomasi dengan musuh, tergambar
jelas bagaimana Nabi Muhammad menyelesaikan masalah sosial politik yang sedang
dihadapi dan beliau selalu aspiratif dan dapat mentolerir bagaimana perbedaan pendapat
diantara para sahabat, tidak terkecuali berhadapan dengan musuh. Sedangkan mekanisme
pengambilan keputusan terkadang beliau mengikuti mayoritas pendapat para sahabat,
meskipun tidak sejalan dengan pendapatnya. Dengan demikian, Nabi Muhammad tidak
menentukan suatu sistem, cara dan metode musyawarah secara baku, tetapi lebih bersifat
variatif, fleksibel dan adaptatif.

Dari konsep musyawarah, ada nilai-nilai yang terdapat dalam demokrasi yang
menjadi prinsip dasar demokrasi. Diantaranya ialah:

1. Prinsip Kebebasan
Kebebasan yang diberikan kepada manusia dapat menyelamatkan diri dari segala
macam bentuk tekanan, paksaan, penjajahan dan segala macamnya. Selain itu menjadikan
manusia sebagai pemimpin dalam kehidupan ini, sementara disaat yang sama juga sebagai
hamba tuhan.

Dasar kebebasan dalam Islam adalah keimanan, dalam artian kebebasan merupakan
nilai dan nikmat yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Ketika Allah menciptakan

3
Hasan Galunggung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980. Hal 45.

5
manusia, diikat dengan janji bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah dan
tidak ada yang patut disembah selain Allah, serta tidak menyalahi aturan dan kaidah yang
telah ditetapkan.

Kebebasan merupakan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada manusia, pada


dasarnya dapat ditemukan pada agama yang berlandaskan tauhid. Kebebasan seperti ini pada
setiap manusia merupakan hak umum bagi setiap manusia, sehingga tidak ada perbedaan
antara yang satu dengan yang lainnya. Jika kebebasan yang belandaskan undang-undang
buatan manusia adalah kebebasan semu, maka kebebasan dalam Islam merupakan kebebasan
yang dibebankan kepada setiap muslim. Ketika Allah menganugerahkan kebebasan kepada
manusia, ini disebabkan karena manusia membutuhkan untuk bangkit dengan segala
konsekuensi yang ditempakan kepadanya sebagai pertanggungjawaban amal perbuatannya.

2. Prinsip Persamaan
Ajaran Islam telah menetapkan prinsip-prinsip yang tidak membedakan siapapun
dalam mentaati peraturan undang-undang tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain. Ajaran
Islam menunjukkan bahwa seluruh umat manusia yang terdiri atas berbagai suku bangsa, ras
dan warna kulit adalah sama. Tidak ada beda dari segi kemanusiaan. Semua manusia
diciptakan dari asal yang sama, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga tidak terdapat
perbedaan jenis kelamin, ras dan kedudukan sosial.

Ali Abd al Wahid Wafi menjelaskan bahwa, prinsip persamaan adalah dalam segala
aspek kehidupan, hak pendidikan dan kebudayaan pengajaran, hak bekerja, memperoleh hak
bagi orang Islam dan selain orang Islam, laki-laki dan perempuan, dan sebagainya, maka
persamaan dalam Islam adalah keadilan Islam yang mempunyai satu-satunya ukuran yang
dapat diikuti oleh semua manusia.

Prinsip persamaan dalam Islam, pada dasarnya bertujuan agar setiap orang atau
kelompok orang menentukan harkat dan martabat kemanusiaannya dan dapat
mengembangkan prestasinya dengan wajar dan layak. Prinsip persamaan juga akan
menimbulkan sifat saling tolong menolong dan sifat kepedulian sosial dalam ruang lingkup
yang luas.

3. Prinsip Penghormatan Terhadap Martabat Manusia


Prinsip ini berhubungan dengan keadilan sedangkan keadilan merupakan nilai-nilai
kemanusiaan yang asasi dan menjadi pilar bagi berbagai aspek kehidupan, baik individual,
keluarga, dan masyarakat. Dalam hal ini, Yusuf qurtubi menjelaskan bahwa keadilan adalah

6
memberikan sesuatu kepada yang berhak, baik secara pribadi, maupun kelompok atau dengan
nilai apapun tanpa melebihi atau mengurangi sehingga tidak ada yang merasa dicurigai atau
diselewengkan haknya oleh orang lain.

Menurut Murtadha al-Muthahari, ada 4 pengertian adil dan keadilan. Yaitu:

1. Keadilan mengandung pengertian pertimbangan atau keadaan seimbang.


2. Keadilan mengandung persamaan, tetapi bukan persamaan mutlak terhadap semua
orang, dalam artian yang sempit.
3. Keadilan dalam perhatian kepada hak-hak pribadi dan memberikan haknya karena dia
yang mempunyai hak tersebut.
4. Keadilan Tuhan, merupakan kemudahan Allah dalam melimpahkan rahmat-Nya
kepada sesuatu atau seseorang setingkat dengan kesediaanya untuk menerima
eksistensi dirinya sendiri atau pertumbuhan dan perkembangan kearah kesempurnaan.

Bila dihubungkan dengan prinsip kehormatan terhadap martabat orang lain adalah
keadilan dalam perhatian kepada hak-hak pribadi dan keadilan ini merupakan suatu masalah
pokok dalam menerapkan prinsip demokrasi didalam semua aspek kehidupan.4

D. DEMOKRASI PENDIDIKAN ISLAM.


Prinsip demokrasi pendidikan Islam di jiwai oleh prinsip demokrasi dalam Islam, atau
dengan kata lain, demokrasi pendidikan Islam merupakan implementasi prinsip demokrasi
Islam terhadap pendidikan Islam. Bentuk demokrasi pendidikan Islam ialah sebagai berikut:

1. Kebebasan Bagi Pendidik dan Peserta Didik


Kebebasan dalam hal ini meliputi:

a. Kebebasan Berkarya.

Menurut al-Abrasyi, mendidik harus membiasakan peserta didiknya untuk berpegang


teguh pada kemampuan dirinya sendiri dan diberi kebebasan dalam berfikir tanpa terpaku
pada pendapat orang lain, sehingga peserta didik bisa menentukan secara bebas masa
depannya sendiri berdasarkan kemampuan yang ada pada dirinya. Kebebasan seperti ini dapat
membiasakan peserta didik menjadi manusia yang berani mengemukakan pendapat dengan
penuh tanggung jawab.

b. Kebebasan Dalam Mengembangkan Potensi

4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011. Hal. 340.

7
Nurcholis Majid membagi fitrah menjadi dua dimensi. Pertama yaitu fitrah al-
gharizah, yaitu potensi dalam diri manusia yang dibawanya semenjak lahir, meliputi akal,
nafsu dan hati nurani. Kedua fitrah al-munazalah, yaitu potensi luar yang membimbing dan
mengarahkan fitrah al-gharizah untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya melalui proses
pendidikan.

Pengembangan potensi peserta didik dapat dilakukan melalui proses pendidikan yang
mampu mengantar peserta didik menjadi hamba Allah dan khalifah Allah dimuka bumi
dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Ilahiyyah.

Ajaran Islam sangat memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam


mengembangkan nilai fitrah yang ada pada dirinya untuk menyelaraskan dengan
perkembangan zaman. Kepada para pendidik, Islam juga menganjurkan agar tidak
mengekang kebebasan individu peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi yang
telah dibawanya sejak lahir tersebut.

c. Kebebasan Dalam Berpendapat

Pendidik dituntut untuk menghargai pendapat peserta didik, peserta didik dituntut pula
untuk menghargai pendapat pendidik dan sesame peserta didik, karena menghargai pendapat
merupakan salah satu kebutuhan dalam melaksanakan pendidikan. Zakiah Drajat menyatakan
bahwa setiap individu yang merasa tidak bebas mengeluarkan apa yang ada didalam hatinya
atau tidak bebas melakukan sesuatu yang diinginkannya, maka ia akan mencari jalan untuk
dapat melepaskan kekangan, agar ia bebas dalam hidupnya.5

Peran pendidik dalam hal ini adalah membimbing dan mengarahkan peserta didik
untuk mengemukakan isi hatinya dengan cara yang wajar, bermoral dan terpuji serta di ridhai
oleh Allah swt sesuai dengan tahap perkembangan jiwanya.

2. Persamaan Terhadap Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam


Islam memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk
mendapatkan pendidikan atau belajar.

Abuddin Nata menyatakan bahwa peserta didik yang masuk di lembaga pendidikan
tidak ada perbedaan drajat atau martabat, karena penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
dalam suatu ruangan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari pendidik. Pendidik

5
Zakiah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: Remaja Rosada Karya, 1994. Hal. 30.

8
harus mengajar anak orang yang tidak mampu dengan yang mampu secara bersama atas dasar
penyediaan kesempatan belajar yang sama bagi semua peserta didik. Dalam pendidikan
Islam, tidak ditemukan sistem sekolah unggul karena hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip
demokrasi pendidikan Islam, sebab bersifat diskriminasi terhadap peserta didik. Dalam
pendidikan Islam, yang ada adalah sistem pelayanan unggul, dimana setiap peserta didik
dibimbing mengembangkan potensinya secara maksimal.

3. Penghormatan Akan Martabat Individu Dalam Pendidikan Islam


Demokrasi sebagai penghormatan akan martabat orang lain, maksudnya ialah
seseorang akan memperlakukan orang lain sebagaimana dirinya sendiri. Secara historis,
prinsip penghirmatan akan martabat individu telah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad saw
dalam praktek pembebasan kaum tertindas di Mekkah seperti memerdekakan budak.

Dalam proses pendidikan, pendidik menghargai pendapat peserta didik, tanpa


membedakan darimana asalnya. Pendidik dapat menimbulkan sikap saling menghargai
pendapat diantara sesame peserta didik. Pendidik dalam memberikan ganjaran atau hukuman
kepada peserta didik harus yang bersifat mendidik, karena dengan cara yang demikian akan
tercipta situasi dan kondisi yang demokratis dalam proses belajar mengajar.

E. PELAKSANAAN DEMOKRASI PENDIDIKAN ISLAM


Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, pendidikan tidak dipandang sebagai proses
pemaksaan dari seorang pendidik untuk menentukan setiap langkah yang harus diterima oleh
peserta didiknya secara individual. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran, harus
dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan peserta
didik, menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik.
Pendidik hendaknya memposisikan peserta didiknya sebagai insan yang harus dihargai
kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya tersebut. oleh
sebab itu, dalam proses pembelajaran, harus dihindari suasana belajar yang kaku, penuh
dengan ketegangan, syarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik
menjadi pasif dan tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan.

Pendidikan islam menempatkan posisi manusia secara proposional. Inilah hakikat


demokrasi pendidikan Islam. Berhubungan dengan nilai-nilai demokrasi merupakan prinsip
dasar ajaran Islam, maka demokratisasi dalam pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi

9
jelas merupakan suatu keniscayaan untuk ditegakkan.6 Sebab, Islam sendiri menyerukan
adanya prinsip persamaan dan peluang dalam belajar, sehingga terbukalah kesadaran untuk
belajar bagi setiap orang, tanpa adanya perbedaan antara si kaya dan si miskin dan status
sosial ekonomi peserta didik, serta tidak pula gender.

Yang lebih menarik dalam dalam praktik demokrasi pendidikan Islam pada masa
dahulu menurut Athiyah adalah partisipasi aktif masyarakat mendirikan masjid-masjid,
institut-institut, dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan sebagai sarana belajar mengajar.
Sebagai hasil dari keterlibatan aktif masyarakat yang dilandasi rasa persamaan dan
kebersamaan pembiayaan pendidikan, ternyata telah melahirkan kaum intelektual dan ulama-
ulama besar yang umumnya berasal dari keluarga yang kurang mampu seperti al-Ghazali,
Imam Syafi’I dan lain sebagainya.

Untuk mempercepat dan memperkuat proses demokrasi pendidikan, ada beberapa hal
yang harus dilakukan. Yaitu:

1. Upaya pendidikan yang memungkinkan timbulnya kesadaran kritis mengenal arti


demokrasi beserta masalah-masalah sosial politik zamannya ditengah masyarakat.
2. Partisipasi aktif rakyat dalam proses pemerintahan, karena jiwa demokrasi adalah aksi
partisipatif.
3. Pendidikan Islam menyadarkan manusia bahwa jati dirinya adalah makhluk yang
berbeda dengan makhluk lain, bahkan manusia lebih tinggi dan sempurna dari
makhluk lain.

Keyakinan bahwa Islam merupakan ajaran agama yang telah meletakkan prinsip-
prinsip demokrasi ternyata juga telah diakui oleh kaum orientalis. Maude Royden misalnya,
dengan penuh kagum mengemukakan bahwa Islam adalah agama pertama yang
memproklamasikan demokrasi nyata yang penuh diketahui manusia. Secara esensial,
demokrasi pendidikan merupakan suatu gambaran ideal yang akan terus diperjuangkan dan
disempurnakan.

6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011. Hal. 344.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demokratisasi pendidikan merupakan suatu kebijakan yang sangat didamba-kan oleh


masyarakat. Melalui kebijakan tersebut diharapkan peluang masyarakat untuk menikmati
pendidikan menjadi semakin lebar sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki.
Jurang pemisah antara kelompok terdidik dan belum terdidik menjadi semakin terhapus,
sehingga informasi pembangunan tidak lagi menjadi hambatan. Ungkapan pendidikan untuk
semua dan semuanya untuk pendidikan diharapkan bukan sekedar wacana tetapi sudah harus
merupakan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkannya.

Dengan demikian isu tentang besarnya putus sekolah, elitisme, ketidakterjangkauan


dalam meraih pendidikan, dan seterusnya dapat terhapus dengan sendirinya.

B. Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah
wawasan kita tentang Demokrasi Pendidikan di Indonesia. Dengan mengetahui demokrasi
pendidikan kita akan menjadi manusia yang demokrasi baik dalam pendidikan dan hal-hal
yang lainnya dalam penyelesaian masalah dengan demokratis.

Dari pembahasan materi ini kami mengalami beberapa kendala dalam penyusunan
makalah ini. Maka ada beberapa kesalahan oleh kami atau kekurangan. Oleh karena itu kami
juga membutuhkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.

Zakiah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: Remaja
Rosada Karya, 1994.

12

Anda mungkin juga menyukai