Anda di halaman 1dari 11

SEMINAR 4

MAKALAH KEBIDANAN DALAM ISLAM


AQIQAH DAN TAHNIK

Dosen Pengampu: Nurul Mahmudah, S.ST., M.Keb


Nama Mahasiswa:
Elsa Ardila 2110101261
Kintan Fadhila Apriliani 2110101262
Nabila Salsabila Ardhini 2110101263
Wiwin Umalekoa 2110101264

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan
judul ”Aqiqah dan tahnik”. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
berpatisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah yang kami buat dapat
dikumpulkan tepat pada waktunya. Dan kami menyadari bahwa makalah yang kami buat
ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami mengharapkan saran dari pembaca.

Penulis
Yogyakarta, 29 Oktober 2022
DAFTAR ISI
KASUS SEMINAR 3
Sdr. Im umur 15 tahun Pertama kali terpapar dengan pornografi 1 tahun yang lalu.
Klien sering membuka video porno di internet (youtube), menyimpan foto perempuan
telanjang dan foto lawan jenis berciuman. Klien tidak memiliki pacar. Setiap kali melihat
perempuan, klien membayangkan tubuh perempuan tersebut dan membayangkan
bersetubuh dengannya. Klien mengeluh kurang konsentrasi ketika belajar dan malas
beraktivitas. Klien juga sering masturbasi untuk memuaskan nafsu birahinya. Sejak klien
mengenal media porno lebih senang menyendiri di kamar.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melihat jumlah penduduk Indonesia yang banyak tersebut dikarenakan angka
kelahiran bayi yang terus meningkat juga. Diketahui berdasarkan data Kependudukan
tercatat hingga akhir 2021 terdapat 376 ribu kelahiran bayi, angka tersebut meningkat
cukuo drastis dari angka kelahiran bayi di akhir 2020 yang berjumlah 146 ribu jiwa
(Kemendagri, 2021). Data yang telah dihitung per Desember 2021, jumlah tersebut
apabila diakumulasikan berarti sekitar 86,9% dari populasi tanah air yang beragama
Islam (Kemendagri, 2021).
Dengan angka-angka dan data di atas, memungkinkan para orang tua melaksanakan
sunah-sunah atau ajaran yang dianjurkan Nabi Muhammad saw dalam proses penyambutan
bayi baru lahir. Beberapa tata cara untuk menyambut kelahiran anak sesuai islam, yaitu
pertama mengucapkan syukur dan rasa bahagia dalam menyambut kelahiran bayi. Kedua
memberikan adzan dan ikamah dengan cara mengazankaan di telinga kanan bayi dan
mengikamahkannya di telinga kiri bayi. Adzan dan ikamah yang dilantunkan di telinga bayi
memiliki maksud bahwa agar hal-hal pertama kali yang didengar sang bayi merupakan
kalimat tauhid (Abbas, 2012). Selanjutnya ialah memberikan nama yang baik pada sang bayi.
Memberikan nama yang baik merupakan salah satu bentuk kasih sayang yang diberikan oleh
si ortu pada si anak dan bisa menjadi doa atau harapan besar dari mereka kepada anaknya
kelak (Baiquni, 2016). Islam sendiri menganjurkan pemberian nama yang baik adalah nama
yang mudah diingat serta mudah diucapkan (Baiquni, 2016). Setelah melewat 3 proses
penyambutan bayi di atas, proses selanjutnya yaitu, teknik memberikan tahnik pada anak.
Tahnik adalah tata cara memberikan kunyahan kurma kemudian meletakkannya pada langit-
langit mulu bayi, tetapi pemberian tahnik pada bayi dianjurkan bagi orang-orang yang
memiliki keshalihan, ketakwaan, serta ilmu-ilmunya (Baiquni, 2016).
Tahnik sendiri masih menimbulkan pro dan kontra bagi sebagian orang tua. Tahnik
dianggap sebagai anjuran dalam Islam yang bertentangan dengan medis karena dianggap
bayinya nanti tidak mendapatkan ASI esklusif kembali (Hehamahua, 2016). Kelompok pro
teknik tahnik menyatakan bahwa tahnik adalah pengganti vaksinasi yang sudah diajarkan
sedari jamam Rasulullah dan mereka menganggap bahwa vaksinasi belum terjamin halal dan
kelompok kontra mengatakan bahwa tahnik dapat mengganggu keberlangsungan pemeberian
ASI (Muallifah, 2018). Padahal tahnik hanyalah teknik menggosokan dengan lembut kurma
yang sudah dihaluskan oleh seseorang yang memiliki ilmu agama dengan sangat baik
(Hehamahua, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aqiqah dan tahnik?
2. Bagaiamana cara melakukan aqiqah dan tahnik ?
3. Apa tinjauan islam tentang aqiqah dan tahnik ?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aqiqah dan tahnik
2. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan aqiqah dan tahnik
3. Untuk mengetahui Apa tinjauan islam tentang aqiqah dan tahnik
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Aqiqah
1. Pengertian Aqiqah
Pengertian aqiqah menurut syara’ adalah suatu penyembelihan untuk
bayi yang baru lahir pada hari yang ketujuh, artinya hari ketujuh pada
lahirnya bayi itu. Aqiqah ini adalah binatang yang disembelih pada hari
ketujuh dari kelahiran anak, baik laki-laki maupun perempuan. Pada hari itu
bayi yang baru lahir di beri nama yang baik.14 Aqiqah juga dapat diartikan
menyembelih kambing untuk anak yang baru lahir pada hari ketujuh dari hari
kelahirannya
2. Hukum aqiqah
Hukum aqiqah adalah mustahab (sunnah), maksudnya bagi para
orang tua yang muslim, khususnya bagi yang mampu, bahwa mengaqiqahkan
anak adalah perbuatan yang disukai Allah dan sangat baik, yang hal ini juga
membuktikan rasa cinta dan kasih mereka terhadap anak-anaknya. Dengan
mengaqiqahkan anak-anaknya ini, mereka akan mendapatkan pahala disisi
Allah swt.
Abdullah Nasih Ulwa dalam bukunya Tarbiyatul Auladfi Al Islam
pendapat fuqaha tentang hukum aqiqah terbagi menjadi tiga. Pertama, adalah
pendapat yang menyatakan aqiqah itu sunnah, bukan wajib. Ini merupakan
pendapat Imam Malik, penduduk madinah, Imam Syafi’i dan sahabat-
sahabatnya. Kedua, pendapat yang menyatakan, bahwa hukum aqiqah itu
wajib. Ini merupakan pendapat Imam Hasan Al Bashri, Al Laits Ibnu Sa’ad
dan yang lainnya.
Dengan dasar pendapat mereka adalah hadis yang diriwayatkan
Muraidah dan Ishaq bin Rahawiayah “sesungguhnyamanusia itu pada hari
kiamat akan diminta pertanggung jawabannya atas aqiqahnya seperti halnya
pertanggungjawabannya atas sholat lima waktu” mereka juga mendasarkan
pendapatnya pada hadis Nabi saw, “setiap anak yang lahir itu tergadai
dengan aqiqahnya” menurut mereka, pernyataan bahwa akan tidak bisa
memberi syafaat kepada kedua orang tuanya sebelum di aqiqahi merupakan
penguat wajib aqiqah.
Ketiga, pendapat yang menolak di syariatkannya aqiqah adalah
pendapat ahli fiqih Hanafiyah, dasar yang mereka gunakan adalah hadis yang
di riwayatkan Baihaqi dan Amr bin Syuaib dan Bapaknya,Rasulullah Saw
bersabda, “aku tidak menyukai aqiqah-aqiqah itu.
3. Waktu Pelaksanaan Aqiqah
Waktu pelaksanaan aqiqah ini terbagi menjadi dua yaitu waktu ada’ dan
waktu qadla. Waktu ada’ adalah waktu yang tepat atau dengan kata lain
dilaksanakan tepat waktunya. Waktu ada’ atau waktu yang paling utama
untuk mengaqiqahkan anak adalah pada hari ketujuh dari kelahiran bayi,
yakni bersamaan dengan acara mencukur rambut dan menamainya.
Sedangakan waktu qadla adalah pelaksanaan kewajiban pada waktu
yang lain (tertunda) karena adanya alasan syar’i, sebaiknya aqiqah
dilakukan pada hari ke tujuh setelah kelahiran bayi, tetapi jika belum
mampu boleh pada hari ke empat belas. Jika masih belum mampu
juga, boleh dilakukan pada saat bayi berumur 21 hari, atau hari yang
lainnya.
4. Ketentuan Memilih Hewan Aqiqah
1) Hewan aqiqah boleh jantan atau betina, namun yang lebih afdhol
adalah jantan.
2) Syarat hewan aqiqah sama dengan hewan qurban.
3) Lebih bagus memilih hewan aqiqah yang berwarna putih
sebagaimana ketentuan dalam hewan qurban.
4) Dianjurkan memilih yang gemuk, yang besar, dan yang paling
bagus.
5) Jika yang disembeluh adalah dua ekor kambing untuk anak laki-
laki,
maka hendaklah dua kambing tersebut cukup umur.
5. Hikmah Aqiqah
Aqiqah berupa penyembelihan dua ekor kambing untuk
seorang anak laki-laki dan seekor untuk anak perempuan, disamping
memang merupakan ajaran Islam yang harus kita ikuti, pada
hakikatnya juga mengandung nilai-nilai tinggi. Adapun hikmah aqiqah
itu antara lain:
1) Merupakan suatu kurban yang akan mendekatkan anak
kepada Allah di permulaan mengenal udara kehidupan.
2) Merupakan suatu tebusan bagi anak dari berbagai
musibah dan kehancuran, sebagaimana allah telah
menebus Ismail dengan hewan sembelihan yang besar.
3) Sebagai pembayaran hutang anak agar kelak di hari
kiamat ia bisa memberi syafaat kepada kedua orang
tuanya.
4) Merupakan media untuk mengucapkan rasa syukur atas
keberhasilan melaksanakan syariat Islam dan
bertambahnya generasi muslim.
5) Mempererat tali persaudaraan diantara anggota
masyarakat, dalam hal ini aqiqah bisa menjadi semacam
wahana bagi berlangsungnya komunikasi dan interaksi
sosial yang sehat
B. Tahnik
1. Pengertian

Secara bahasa dan syar’i, tahnik memiliki arti mengunyah dan meletakkan
sesuatu di atas langit-langit mulut bayi (Baiquni, 2016). Pemberian tahnik
pada bayi disunnahkan menggunakan kurma atau madu karena keduanya
manis dan tinggi proteinnya. Tahnik yang diberikan pada bayi memiliki
sunnah bahwa yang men-tahnik nya adalah orangorang yang memiliki
kesalehan, ketaqwaan, dan ilmu tinggi agama dengan maksud agar si bayi
mendapatkan doa kebaikan dan keberkahan (Baiquni, 2016). Dalam riwayat
sebuah hadits yang diriwayatkan Aisyah berbunyi:
Artinya: “Bahwasannya Nabi saw pernah didatangi seorang dari kalangan
sahabat dengan membawa beberapa anak bayi, lalu beliau memohonkan
berkah kepada Allah untuk mereka dan juga menciptakan kurma manis
(tahnik).” (HR Muslim).
Tahnik adalah memberikan kunyahan kurma dan menempelnya di langit-
langit mulut bayi yang baru lahir. Tahnik juga merupakan asupan pertama
untuk bayi. Tujuan dari mentahnik bayi adalah agar si bayi terlatih untuk
mengunyah makanan dan menguatkan dirinya supaya bisa segera makan.
2. Tata cara Melakukan Tahnik
Selain kurma, madu salah satu alternatif dalam melakukan tahnik pada bayi.
Kadar gula di kedua jenis makanan mans tersebut sangat bermanfaat pada bayi
sebagai persediaan zat gula di dalam tubuh bayi (Lubis, 2018). Berikut tata
cara melakukan tahnik antara lain:
1) Mengunyah kurma yang akan diberikan kepada bayi hingga halus,
setelah dirasa halus letakkan sedikit kurma halus tadi pada satu jari
yang digunakan untuk mentahnik. Usahakan menggunakan ibu jari
sebelah kanan untuk melakukannya.
2) Masukkan ibu jari yang berisi sedikit kurma halus ke dalam mulut
bayi, lalu gerakkan ibu jari tadi ke arah kanan dan kiri secara perlahan
pada langit-langit mulut bayi. Proses Tahnik dari Madzhab Syafi’iy
dianjurkan dilakukan selesai bayi diberikan adzan dan iqamah oleh
orang tuanya. Lalu kembali dipertegas oleh Syaikh Abu Bakar ad-
Dimyati dalam kitab I’anatu atThalibin dijelaskan bahwa waktu
kepastian dilakukan tahnik adalah setelah bayi diberi adzan dan
iqamah, tetapi tidak disebutkan waktu yang pasti, yaitu apakah setelah
adzan dan iqamaha bayi langsung tahnik atau boleh kapan saja
tahniknya asalkan si bayi sudah diberi adzan dan iqamah (Ajib, 2020).
3. Hikmah dan Manfaat Melakukan Tahnik
Dijelaskan oleh para ulama bahwa melakukan tahnik pada bayi memiliki
hikmah agaar yang pertama masuk ke dalam mulut adalah sesuatu yang manis
(As-Sirjani, 2013). Selain menjadi anjuran para ulama, tahnik juga telah
diakui penelitian kedokteran bahwa hal yang 10 harus pertama kali dikenalkan
pada bayi baru lahir adalah memberikan alternatif glukosa secara langsung.
Kurma menjadi setara dengan glukosa dalam aliran darah dan membantu bayi
baru lahir apabila ia mengalami prematur (As-Sirjani, 2013).
Melakukan proses tahnik pada bayi yang baru lahir dapat dijadikan proses
pengobatan langsung pada bayi dan mencegah bayi baru lahir kekurangan
gula dalam darahnya (As-Sirjani, 2013). Hikmah dan manfaat kesehatan
lainnya yaitu, agar otot-otot rongga mulut bayi menjadi lebih kuat terutama
pada bagian rahang dan langit-langit mulut bayi karena terjadi proses
pengecapan awal dari proses tahnik. Dengan begitu, bayi siap menyusui dan
menghisap ASI ibu (Dacholfany & Hasanah, 2018).

Bagaimana cara Melakukan tahnik pada bayi dengan benar dan sesuai sunnah
? Berikut ini panduannya.

1) Disunnahkan untuk mentahnik bayi yang baru lahir dengan kurma.


Dengan kata lain, tahnik harus dilakukan di hari pertama bayi lahir.
2) Jenis kurma yang digunakan untuk tahnik adalah kurma kering.
Namun jika tidak ada bisa diganti dengan kurma basah
3) Jika tidak mendapati kurma, maka bisa diganti dengan sesuatu yang
manis, sehat, dan aman untuk bayi, misalnya madu
4) Cuci, gosok gigi, dan bersihkan tangan kamu sebelum mentahnik bayi,
demi menjaga kebersihan dan higienis kurma yang akan diproses
untuk tahnik
5) Cara mentahnik dengan benar adalah dengan menguyah sedikit bagian
kurma hingga cair dan mudah ditelan oleh bayi
6) Buka mulut bayi lalu gosokan kunyahan kurma tadi di langit-langit
mulut bayi
7) Biarkan bayi mengunyah cairan kurma lunak yang ditempel di
mulutnya
8) Disunnahkan untuk mentahnik bayi kepada orang soleh sehingga
setelah ditahnik bisa diminta doanya yang penuh keberkahan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://www.almuttaqienbalikpapan.com/seputar-aqiqah-tasmiyah-mengadzani-bayi-
tahnik-khitan-dan-tahniah/

https://tzkrh.com/201814478/

Anda mungkin juga menyukai