Oleh :
2018
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang
berjudul “Hakikat Anak dalam Islam” ini dapat diselesaikan. Selawat serta salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para
sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan ucapan terima kasih
kepada Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan Islam Ibu Nor Amalia
Abdiah, M.Psi, Psikolog, yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada
para penulis dalam upaya pembuatan makalah ini.
Namun mengingat kemungkinan adanya kekeliruan ataupun kekurangan,
maka dengan lapang dada penulis menerima saran maupun kritik serta masukan
dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat
adanya. Amin yaa rabbal alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................. 3
A. Hakikat Anak dan Anak dalam Perspektif Alquran dan Hadis .....................................3
B. Perkembangan Manusia ............................................................................................ 5
C. Hak dan Kewajiban Orang Tua ................................................................................. 8
D. Hak dan Kewajiban Anak.......................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi kkta
sedang berinteraksi aktif di dalamnya. Kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan
oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa dalam proses menuju
kedewasaannya, setiap manusia melalui tahap pendidikan ini.
Pada masa ini seringkali kita sebagai ummat Islam terkesima dengan
kemajuan peradaban dunia Barat. Tentunya jika sebuah peradaban suatu bangsa
sangat maju, maka dapat dipastikan bahwa pendidikan yang mereka kembangkan
sangatlah maju pula. Padahal sebelum itu, pada abad ke-7 masehi ummat Islam
adalah rujukan pengetahuan bagi bangsa-bangsa di dunia. Namun masa keemasan
tersebut pun harus diakhiri dekan runtuhnya daulah Abbasiyah.
Agama Islam merupakan agama yang sempurna, agama yang dibawa Nabi
Muammad ini diajarkan melalui mukjizat yang berupa teks al-Qur’an, al-Qur’an
merupakan teks rujukan dan pedoman bagi ummatnya dalam seluruh aspek
kehidupan termasuk pendidikan. Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang
tidak menyebutkan makna secara “gamblang” dan jelas, penjelasan dari ayat
tersebut diperoleh melalui penjelasan Hadits Nabi yang kemudian disebut sebagai
teks utama setelah al-Qur’an.
Sebenarnya agama Islam sangat mengutamakan proses pendidikan, hal
tersebut dapat dilihat dari lima ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dalam surat al-‘Alaq. Banyak juga hadits yang menjelaskan
tetang pentingnya pendidikan bagi manusia. Namun sebagai dua teks utama,
ummat Islam seringkali lupa akan ajaran-ajaran yang dijelasknnya.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat Anak dan Anak dalam Perspektif Quran dan Hadist?
2. Apa Perkembangan Manusia dalam Alquran?
3. Apa Hak dan Kewajiban Orang Tua dan Anak?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Hakikat Anak dan Anak dalam Perspektif Quran dan Hadist!
2. Mengetahui Perkembangan Manusia dalam Alquran!
3. Mengetahui Hak dan Kewajiban Orang Tua dan Anak!
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
tingkatan hukum yang ada dalam islam yaitu halal, haram, wajib, sunnah, mubah,
makhruh dan syubhat.
Sebuah hadist yang menjadi rujukan cara mendidik anak fase Tamyiz
menurut Islam adalah sebagai berikut “Bila anak telah berusia tujuh tahun
perintahkanlah dia untuk melaksanakan shalat dan saat berusia 10 tahun maka
pukullah bila dia meninggalkannya”. (HR. Daud)
5. Tahap Amrad (10-15 tahun)
Jika tahap Tamyiz mempersiapkan seseorang menjadi ‘abdullah (hamba
Allah) maka selanjutnya memasuki fase Amrad yaitu fase dimana seseorang
dipersiapkan menjadi khalifah (wakil Allah) di bumi. Seorang khalifah yang
menyebarkan kebaikan dan mencegah keburukan (‘amar ma’ruf nahi mungkar)
Karena fase ini adalah persiaan seseorang menjadi khalifah (wakil Allah)
maka hal dasar yang harusdiajarkan adalah kesadaran tanggung jawab terhadap
semua makhluk, karena manusia lah yang menjadi wakil Allah yang akan
mengatur, menjaga, mengolah semua yang ada di bumi ini. Seperti Nabi
Muhammad SAW, sejak umur 12 tahun beliau terlibat dalam perang fijar yang
dilakukan oleh orang-orang Quraisy, beliau berperan dalam kelancaran pasokan
senjata bagi pasukan yang berperang.3
6. Tahap Taklif (15-40 tahun)
Pada tahap ini manusia sudah dianggap dewasa, ia sudah terkena kewajiban
untuk menjadi ’abdullah (hamba allah) dan khalifah (pemimpin) yang baik.
Kemandirian yang disiapkan pada tahap amrad diharapkan dapat menjadi bekal
seseorang menjadi pemimpin yang multisolusi, memahami berbagai masalah, dan
memiliki kemampuan bertindak dan pemimpin yang dapat diandalkan. Dan bekal
yang telah disipakan pada tahap tamyiz diharapkan menjadikan ia sebagai
seseorang yang taat pada Allah.
7. Tahap Futuh (40 keatas)
Tahap ini adalah tahap dimana seseorang mengalami kecerahan batin dan
memperoleh futuh (keterbukaan hal-hal yang spiritual), atau dapat dikatakan
3
Abdul Mujib, Kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007)
h. 400
8
4
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi perkembangan islami: menyikapi rentang
kehidupan manusiadari prakelahiran hingga pascakematian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008), h. 74
9
5
Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama Kepada Umara dan Umat, (Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, 2006), h. 75-78
10
dan perempuan. Mereka sama-sama berhak memperoleh kasih sayang, nafkah dan
pendidikan dari orang tuanya. Sehubungan dengan hal ini, maka ketika
masyarakat Arab jahiliyah bersikap diskriminatif terhadap anak-anak perempuan,
Allah SWT justru memberikan perempuan kepada Rasulullah SAW dan diberi
nama Fatimah al-Zahra. Dan hanya dari Fatimah al-Zahra inilah Rasulullah SAW
mendapatkan cucu serta cicit yang berkembang luas hingga sekarang. Hal ini
memberikan pesan kepada seluruh manusia khususnya umat Islam, bahwa
mempunyai anak perempuan bukanlah suatu kehinaan, dan bahwa anak
perempuan tidak lebih rendah dibanding dengan anak laki-laki.
d. Memberikan nafkah yang memadahi sesuai kebutuhan anak.
Orang tua berkewajiban memberi nafkah yang memadahi sesuai dengan
kebutuhan anak, baik berupa makanan, minuman, pakaian, maupun yang lainnya,
yang diperlukan untuk membantu pertumbuhan fisik dan pemeliharaan kesehatan
mereka. Nafkah tersebut diberikan orang tua kepada anak-anaknya sejak lahir
hingga memasuki usia baligh. Oleh karena itu, para ibu berkewajiban mamberikan
air susu ibu (ASI) kepada anak-anaknya sejak mereka lahir hingga berusia dua
tahun. Sebagaimana difirmankan dalam surat al-Baqarah ayat 233 :
ض ْعنَ َﻭ ْﺍﻟ َﻮ ِﻟﺪَت
ِ َاملَﻴ ِْن َح ْﻮﻟَﻴ ِْن أ َ ْﻭﻟَـﺪَﻫن ي ْﺮ
ِ ﻋةَ يتِم أَن أ َ َﺭﺍدَ ِﻟ َﻤ ْن ك
َ ضا
َ ﺍﻟﺮ
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan susuannya”.
Selain memberikan air susu ibu (ASI), orang tua juga berkewajiban
memberikan makanan, minuman, pakaian dan sebagainya yang diperlukan anak-
anak sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka. Hal ini
dimaksudkan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat serta
terhindar dari berbagai penyakit yang menyebabkan lemahnya fisik, akal pikiran,
kecerdasan, emosi, dan spiritual. Sebagaimana telah diingatkan Allah SWT dalam
surat al-Nisa’ ayat 9:
َ ض َعـﻔا ذ ِﺭية خ َْل ِﻔ ِه ْم ِم ْن ت ََﺮكﻮﺍْ ﻟَ ْﻮ ﺍﻟذِينَ َﻭ ْﻟ َﻴ ْخ
ش َ سﺪِيﺪﺍ قَ ْﻮل َﻭ ْﻟ َﻴقﻮﻟﻮﺍْ ّللاَ ﻓَ ْل َﻴتقﻮﺍ
ِ ْﻋلَ ْﻴ ِه ْم خَاﻓﻮﺍ َ
Artinya: “ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa
11
6
Syeh Hasan Al-Bana, Aqidah Islam, terjemahan oleh Ridwan Muhammad Ridwan,
(Bandung; PT. AL-Ma’arif), h. 68.
13
merupakan kewajiban anak terhadap orang tuanya, baik ketika berhadapan dengan
orang tuanya ataupun dalam pergaulan dengan teman-temannya sehari-hari.
10. Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah, “Siapa yang paling
berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki
itu bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau kembali menjawab, “Ibumu”.
Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab,
“Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,” jawab beliau.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu’ dalam hadits
tersebut adalah bersikap lebih halus dan lembut kepada ibu daripada ayah.
Sebagian Ulama salaf berkata, “Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk
dipenuhi.”
11. Mendoakan
Qs. Al-Israa’: 24. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah “wahai Tuhanku, kasihanilah mereka
bkeduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik ku waktu aku kecil”.
12. Merawat
Qs. Al-Israa’: 23. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah (kamu berbakti) kepada kedua
orang tua dengan kebaktian sempurna. Jika salah seorang diantara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”, dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka dengan
perkataan yang mulia.7
7
Abdul Mustakim, Kedudukan dan Hak-hak Anak dalam Perspektif al-Qur’an, (Artikel
Jurnal Musawa, vol.4 No. 2, Juli-2006), h. 72
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah SWT kepada
setiap orang tua. Berbagai cara dan upaya dilakukan orang tua agar dapat melihat
anak-anaknya tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Namun seringkali
harapan tidak sesuai dengan kenyataan, entah karena terhambatnya komunikasi
atau minimnya pengetahuan kita selaku orang tua tentang bagaimana Islam
memberikan tuntunan dan pedoman tentang memperlakukan anak sesuai dengan
proporsinya.
Di dalam Alquran telah dijelaskan secara jelas bahwa ada beberapa tahap
perkembangan yang di lalui sebelum menjadi manusia seutuhnya dalam hal ini
adalah berupa janin. Anak adalah amanat dari Allah SWT. Ia berhak hidup
sejahtera dan bahagia lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh
karena itu, orang tua berkewajiban memelihara kesehatan dan pertumbuhan fisik,
mengembangkan bakat dan kemampuan serta membimbing rohaniah anak sesuai
dengan ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
iii