Anda di halaman 1dari 34

31

BAB III

PERAN DAN FUNGSI IBU

DALAM PENDIDIKAN ANAK MENURUT ISLAM

A. Konsep Pendidikan Anak Menurut Islam

Anak dilahirkan kedunia ini dalam keadaan suci tanpa noda, tanpa sehelai benang

dan hadir dengan membawa tangisan dan kebahagian bagi orang tua mereka. Dan

konsep ini kemudian dikembangkan oleh John Lock dengan teorinya tabularasa.

Dimana John Lock menggambarkan seorang anak itu laksana sehelai kertas putih

tanpa setetes noda. Maka para orang tua, guru, dan lingkunganlah yang akan

memberikan warna kepada anak tersebut.1

Seperti dalam sebuah hadits Rasullah bersabda:

: ‫ َأِبي َع ْن‬،‫َق اَل ُه َر ْي َر َة‬

‫وسلم عليه هللا صلى ِهللا َر ُسْو ُل َق اَل‬: ‫ َع َلى ُيْو َلُد ِإَّال َم ْو ُلْو ٍد ِمْن َم ا‬. ‫َف َأَبَو اُه اْل ِفْط َر ِة‬

‫َو ُيَش ِّر َك اِنِه َو ُيَن ِّص َر اِنِه ُيَه ِّو َد اِنِه‬.

Artinya: “setiap bayi yang dilahirkan atas dasar fitrah (suci), orang tuanyalah

yang akan menjadikanya yahudi, nasrani, atau majusi. (H.R. Abu Hurairah)2

1
Muhamad Nasir, Perempuan Dalam Kajian Islam, Majalah Tarbawiyah, (STAIN Jurai Siwo
Metro, 2004), hal.12
2
Jalaludin, Mempersiapkan Anak Shaleh, (Jakarta:Grafindo Persada, 2002), hal.97
32

Fitrah disini mengandung makna kesucian, yang menurut M.Quraish shihab,

terdiri dari tiga unsur: baik, benar, indah. Maka seorang cenderung akan melakukan

sesuatu yang baik, indah, dan benar. Ayat ini menjelaskan bahwa fitrah adalah agama

yang condong pada kebenaran. Manusia diciptakan sesuai fitrah tersebut. Ini bisa

dipahami bahwa setiap anak yang lahir sudah dibekali tulisan, yaitu fitrah.

Setiap manusia dilengkapi dengan potensi akal, bakat, fantasi maupun gagasan.

Potensi ini dapat mengantarkan manusia memiliki peluang untuk bisa menguasai

serta mengembangkan ilmu dan tekhnologi sekaligus menempatkanya sebagai

makhluk berbudaya. Dengan bekal berupa akal dan potensi ilahiyah, yakni agama

yang condong pada kebenaran. Maka sejak awal di dalam jiwa anak telah tertanam

rasa senang pada hal-hal baik yang memiliki nilai-nilai luhur, atau apa saja yang akan

membawanya pada kemuliaan. Dan ia tidak suka kepada hal-hal yang buruk yang

memiliki nilai-nilai rendah, atau apa saja yang akan menjatuhkan harkat dan

martabatnya, karena bertentangan dengan fitrahnya. Apapun yang bertentangan

dengan fitrahnya menjadikan hatinya tidak tenang dan tidak tentram.3

Dan setiap orang tua menginginkan setiap anak memiliki kualitas sempurna baik

dari hal fisik, psikis, serta jiwa (spiritual). Cita-cita ini tentunya harus melewati

proses yang panjang serta kesabaran untuk mewujudkanya. Mulai dari awal

perkembangan sampai ia mencapai masa kanak-kanak hingga dewasa. Harapan itu

bisa kita capai dengan jalan pendidikan, seperti yang telah sama-sama kita ketahui

proses pendidikan terhadap manusia terjadi pertama kali ketika Allah SWT selesai
3
http:// www.publicapos.com.mimbar/576anak-sebagai-investasi-akhirat-babketiga
33

menciptakan Adam as, yang mana Allah telah mengajarkan kepada Adam semua hal

yang tidak diajarkan kepada makhluk sebelumnya.

Yang termasuk di dalam Surah Al- Baqoroh: 31

        


      
Artinya:

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah

kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar."

(Q.S. Al-Baqoroh: 31)4

Pendidikan perlu dilihat sebagai suatu proses yang berterusan, berkembang,

dan serentak dengan perkembangan individu seorang anak yang mempelajari apa saja

yang ada di lingkungannya. Dengan kemahiran yang diperolehnya anak akan

mengaplikasikannya dalam konteks yang bermacam-macam dalam hidup

kesehariannya ataupun sebagai persiapan untuk kehidupannya dimasa yang akan

datang.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa’: 9

        


      
Artinya:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir

4
Q.S. Al-Baqoroh: 31
34

terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada

Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (Q.S. An-Nisa’: 9)5

Ayat di atas mengingatkan kepada Ibu dan para orang tua, serta orang-orang

yang beriman agar mereka tidak meninggalkan anak keturunan yang lemah jiwa dan

raga serta menjaganya dengan baik. Dalam artian Ibu (orang tua) berperan sebagai

pendidik, karena pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk

mendidik.6

Kalau suatu informasi yang diterima oleh seorang anak itu hanya diatas

pengetahuan tanpa adanya penanaman aqidah dan pemantapan akhlak akibatnya

generasi yang dihasilkan mungkin bijaksana dan tinggi tahap perkembangan

intelektualnya tetapi dari aspek-aspek yang lain (akqidah dan akhlaknya) ia pincang

dan tiada keseimbangan.

Secara garis besarnya pendidikan itu menyangkut tiga faktor utama yaitu:

1. Hakikat penciptaan manusia, yaitu agar manusia menjadi pengabdi Allah


yang taat dan setia
2. Peran dan tanggungjawab manusia sejalan dengan statusnya selaku abd
Allah, al-Basyr, al-insan, al-Nas, bani Adam maupun khalifah Allah.
3. Tugas utama rasul yaitu membentuk akhlak yang mulia serta memberi
rahmat bagi seluruh alam ( rahmat li al-alamin)7
Islam, sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur bagaimana cara

beribadah dan berbakti kepada Allah. Tetapi juga mengatur bagaimana cara

mengasuh dan mendidik anak, hidup bersama dalam keluarga, masyarakat dan

5
Q.S. An-Nisa: 9
6
Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1996, hlm 37 (dalam
buku: samsul Munir Amin)
7
Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 72
35

bangsa. Ibu bapak adalah guru dan pembimbing dalam setiap rumah tangga dan

mereka bertanggung jawab kepada Allah.

Sebuah hadits yang berbunyi:

‫َم ْن َاَر اَد الُّد ْنَيا َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم َو َم ْن َاَر اَد اَالِخ َر َة َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم َو َم ْن َاَر اَد ُهَم ا َفَع َلْيِه‬
‫ِباَلِع ْلِم‬
Artinya:

“Barang siapa yang menginginkan dunia (kebahagiaan hidup di dunia), maka

hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barang siapa menghendaki akhirat

(kebahagiaan hidup di akhirat), hendaklah ia menguasaai ilmunya, dan barang siapa

menghendaki kedua-duanya, maka hendaklah ia menguasai keduanya

(H.R. Thabrani )

Dalam hal ini peran ibu dalam mendidik anak dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Pendidikan masa pranatal (Tarbiyah Qabla Wiladah)

Pendidikan dan perkembangan anak perlu mendapatkan perhatian tidak hanya

setelah lahir (postnatal), tetapi pendidikan dan perkembangan itu sudah dimulai sejak

anak masih dalam kandungan. Menurut cassimir bahwa bayi yang masih dalam

kandungan kurang lebih selama sembilan bulan itu telah dapat diselidiki dan dididik

melalui ibunya. Pada masa pranatal, seseorang ibu memainkan peranan yang penting

dalam mendidik anak yang dikandungnya, walau masih bersifat tidak langsung

(indereceducation). Walau masa ini relatif pendek, namun periode ini memberikan

makna sangat penting bagi proses pembentukan kepribadian manusia berikutnya.


36

Proses pendidikan masa pranatal dimulai dari bersikap dan bertindak tanduk

dengan lemah lembut, sabar, ikhlas, pengendalian emosi, meningkatkan spiritualisme,

memperbanyak membaca Al-Quran, dan pendekatan diri kepada Allah.8

Sikap ibu mempengaruhi sikap anak yang ia kandung. Jika sikap atau emosi

seorang ibu sering sedih maka ia juga akan menjadi anak yang sering murun, dan

sebaliknya jika perasaan dan sikap ibu senang maka anaknya akan ikut senang.

Dengan rumusan lain Hasan langgulung melihat fitah dari dua penjuru:

Pertama dari segi sifat naluri (pembawaan) manusia atau sifat-sifat tuhan yang

menjadi potensi manusia sejak lahir dan kedua dari segi wahyu tuhan yang

diturunkan kepada nabi-nabinya. Potensi dasar yang dimiliki manusia tersebut masih

merupakan barang yang terpendam dalam dirinya. Bila potensi tersebut dibiarkan

terus menerus maka ia akan menjadi statis dan tidak berkembang walaupun ia telah

memasuki usia yang panjang. Sentuhan-sentuhan dari pihak lain tetap merupakan

sebuah keharusan baginya agar potensi tersebut berubah menjadi dinamis dan dapat

berkembang sesuai dengan kehendak penciptanya.9

Firman Allah Swt:

        


        
          

8
Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak secara Islami, ( Jakarta: Amzah,
2007). hal: 27-28
9
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Bandung: PT; M-
Ma’arif, 1995), hal.22
37

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam

dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan

kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat

kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang

yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (Q.S.Al-A’raf: 172)10

Jadi, putih bersih yang dikatakan oleh john loke. Menurut Islam bukan berarti

anak yang baru lahir tidak mempunyai apapun dalam dirinya, namun telah

dianugerahi sifat-sifat ilahiyah yakni akal dan nilai kebenaran seperti yang

dikemukakan oleh hasan langgulung.

b. Pendidikan pasca natal (Tarbiyah Ba’da Wiladah)

Dalam hal ini, pada periode pasca natal, seorang ibu memiliki peran yang

sangat penting dalam mendidik anak, karena sejak masa kelahiran, seorang bayi yang

sangat dekat dalam berinteraksi dengan ibunya. Seorang ibu mempunyai peran yang

sangat besar dalam proses pendidikan anak-anaknya. Sekalipun ia adalah seorang ibu

karier, tetapi hendaknya tetap memperhatikan pendidikan atau sekolah anak-

anaknya.11

Bagaimana peran seseorang sebagai orang tua (ibu), ditentukan pula oleh

struktur kepribadianya. Menurut Dr. Kartini kartono, bahwa unitas Ibu anak itu

10
Q.S.Al-A’raf: 172
11
Ibid, hal: 29-31
38

sangat interdependen, saling bergantung satu sama lain, saling melibat dan saling

mempengaruhi. Dengan kata lain, antara Ibu dan anak terdapat proses simbiosis

(hidup bersama/timbal balik). Dengan kata lain, antara ibu dan anak terdapat proses

simbiosis (hidup bersama/timbal balik).

Seperti dalam sebuah hadits yang berbunyi;

Artinya: Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Dalam Islam ibu bertanggunjawab untuk memberikan pendidikan sesuai

dengan fitrahnya, yaitu keimanan kepada Allah Swt. Fitrah ini merupakan

kerangkadasar operasional dari proses penciptaan manusia. Di dalamnya terkandung

kekuatan potensial untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal dan

mengarahkanya untuk mencapai tujuan penciptanya. Konsep dasar keimanan ini telah

digambarkan oleh al-qur’an ketika luqmanul hakim memberikan pendidikan dasar

tehadap anaknya.

Selain beberapa hal diatas, Islam mengajarkan beberapa cara untuk

meletakkan dasar-dasar moral, yaitu sejak lahir sampai umur 7-10 tahun, diantaranya:

1. Mengadzankan dan mengiqomatkan


2. Tahnik (mengolesi langit-langit)
3. Mendo’akan
4. Mengaqiqahkan si bayi, menggunting (mencukur rambut)
5. Memberi nama yang baik
6. Menyusui
7. Khitan
8. Mengajarkan tata cara sholat
39

9. Keharusan untuk berlaku adil.12

Selanjutnya dalam buku maya mar’atus shaliha juga membagi beberapa cara
dalam meletakkan moral pada anak:
1. Adzan
2. Tahnik
3. Mencukur rambut bayi
4. Tasmiyah
5. Aqiqah
6. Khitan
7. Asih
8. Kasih sayang dan perhatian
9. Pendidikan13

1) Mengadzankan dan mengiqomatkan

Sebagai langkah awal dari ibadah, adalah pengenalan terhadap Allah swt,

pengenalan ini mesti ditanamkan sedini mungkin yaitu ketika bayi lahir kedunia maka

seketika itu juga disunnahkan untuk membacakan adzan ke telinga kanannya dan

iqamat ke telinga kirinya. Hal ini berdasarkan pada sunnah Nabi yang dilakukan

ketika fatimah melahirkan Hasan bin Ali. 14 Sedangkan secara fisiologis, pengaruh

mengadzankan ini adalah karena yang mula-mula berfungsi sewaktu bayi lahir adalah

alat pendengaranya. Alat ini akan menyalurkan suara adzan itu melalui susunan saraf

ke kulit otak (cortex cerebri) untuk direkam. Hasil penelitian para psikolog, ternyata

menguak misteri ini menurut hasil penelitian tersebut, telingga sudah berfungsi

sebagai indera pendengar saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam rahim ibunya. 15 Jadi

12
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Dambaan Ummat, (jakarta: Gema Insani, 2002) hal. 50-
54
13
Maya Mar’atus Shaliha, Ibunda Guru Dan Sahabat Menuju Dewasa, ( Bandung: marja,
2013), hal.80-87
14
Ibid
15
Woodworth, Dalam buku Jalaludin, Mempersiapkan Anak Shaleh, (Jakarta: Grafindo
Persada, 2002), hal. 76
40

berbeda dengan alat indera lainya, telingga merupakan alat indera yang siap pakai

pada periode prenatal (sebelum lahir).

2) Tahnik (Mengolesi langit-langit mulut).

Termasuk sunnah yang seyogyanya dilakukan pada saat menerima kelahiran

bayi adalah tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan dikunyah atau

menghaluskannya dengan cara yang sesuai lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi.

Caranya, dengan menaruh sebagian korma yang sudah lembut di ujung jari lain

dimasukkan ke dalam mulut bayi dan digerakkan dengan lembut ke kanan dan ke kiri

sampai merata. Jika tidak ada korma, maka diolesi dengan sesuatu yang manis

(seperti madu atau gula).

Abu Musa menuturkan: "Ketika aku dikaruniai seorang anak laki-laki, aku

datang kepada Nabi, maka beliau menamainya Ibrahim, mentahniknya dengan korma

dan mendo'akan keberkahan baginya, kemudian menyerahkan kepadaku".

Tahnik mempunyai pengaruh kesehatan sebagaimana dikatakan para dokter.

Dr. Faruq Masahil dalam tulisan beliau yang dimuat majalah Al-Ummah, Qatar, edisi

50, menyebutkan: "Tahnik dengan ukuran apapun merupakan mu'jizat Nabi dalam

bidang kedokteran selama empat belas abad, agar umat manusia mengenal tujuan dan

hikmah di baliknya. Para dokter telah membuktikan bahwa semua anak kecil

(terutama yang baru lahir dan menyusui) terancam kematian, kalau terjadi salah satu

dari dua hal:

a) Jika kekurangan jumlah gula dalam darah (karena kelaparan).


41

b) Jika suhu badannya menurun ketika kena udara dingin di sekelilingnya.16

3) Mendo’akan

Sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan Ibnu ‘Abbas, bahwa

Rasullah saw memohonkan perlindungan bagi hasan dan husin dengan sabdanya,

“Sesungguhnya Nabi Ibrahim memohonkan perlindungan bagi kedua anaknya Ismail

dan Ishak.

4) Meng’aqiqahkan si bayi, menggunting (mencukur) rambutnya

Aqiqah menurut pandangan hukum (fiqh) dikategorikan ke dalam Sunnat

Muakkad, anjuran yang ditekankan. Maksudnya, meskipun Rasullah SAW tidak

menggolongkannya keperintah yang diwajibkan, namun beliau senantiasa

melaksanakanya. Anjuran beliau yang dijadikan dasar oleh para fuqaha (ahli hukum

Islam) dalam menetapkan sebagai “sunnat muakkad” adalah17:

“Bayi yang lahir, baginya disembelihkan (ternak) sebagai aqiqah pada hari

ketujuh”. Yaitu kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari

kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi,

katanya:

Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya setiap anak yang lahir jiwanya tergadai oleh

aqiqahnya, maka sembelilah ternak (agar ia bebas dan tertebus) pada hari ketujuh

kelahiranya, dan cukur rambut kepalanya dan memberinya nama". (HR. Ahmad Ibn

Hambal)

16
http://fikriimam.blogspot.com/2012/03/mendidik-anak-dalam-islam-menurut-cara.html
17
Logcit. Hal. 79
42

"Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak

perempuan seekor kambing" (HR. Ahmad dan Turmudzi). Aqiqah merupakan sunnah

yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para ulama.

Adapun waktu penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun,

jika tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja,

Wallahu A'lam.18

Beberapa manfaat dan hikmah akikah:

a) Akikah merupakan bentuk penyampaian pesan atau kabar secara halus dan
sopan, mengenai garis keturunan kedua orang tuanya
b) Membiasakan diri bersikap dermawan dan menjauhi kekikiran
c) Akikah merupakan salah satu bentuk ikrar seorang hamba Allah untuk
berkorban dan berjuang dijalan Allah
d) Salah satu bentuk pendidikan bagi anak dalam proses mengenal Allah bisa
pula diterapkan lewat akikah ini
e) Sebagai pembebas atau penebus jaminan19

5) Memberi nama yang baik

Termasuk hak seorang anak terhadap orangtua adalah memberi nama yang

baik. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats'ami bahwa Rasulullah bersabda:

"Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta'ala yaitu

Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling manis yaitu Harits dan

Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah."

(HR.Abu Daud An Nasa'i)

18
Sheikh Abu Al Hamd Rabee’, Membumikan Harapan Keluarga Islam Idaman, ( Jakarta
Pusat: LK3I,) hal. 207
19
M. Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasullah, ( Bandung: Al-Bayan, 1997) hal.
94-95
43

Memberi nama anak bisa dilakukan sebelum, ketika, atau pada hari ketujuh,

atau sesudah itu. Kita juga diperintahkan dari untuk menjauhi nama-nama yang

diambil dari kalimat yang mengandung makna kehanyutan, penyerupaan, serta

kesamaran. Tidak diragukan lagi bahwa nama-nama yang bagus dan sesuai dengan

akidah Islam mempunyai pengaruh bagi jiwa orang yang mempunyai nama itu.

6) Menyusui

Menyusui anak secara alami, yaitu dengan memberikan ASI sejak hari

pertama dilahirkan ataupun sesudahnya, apabila sang Ibu mampu untuk menyusuinya.

Islam mengajarkan agar ibu menyusui anaknya selama dua tahun bagi yang mau

menyempurnakan susuanya, karena pemberian ASI secara alami sampai umur 2 tahun

memiliki pengaruh positif bagi kesehatan bayi, dan hal tersebut merupakan anjuran

dokter yang sangat penting pada zaman ini.

Allah swt berfirman;

       


        
  

Artinya:

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu

bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan

dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. (Q.S. Al-baqoroh: 233)20

20
Al- quran: 233
44

Beberapa manfaat besar dalam menyusui:

a) Anak akan meminum air susu ibu yang terjamin kebersihanya dan sanggup
membasmi segala kuman penyakit
b) Suhu air susu tersebut akan selalu stabil, tidak dingin juga tidak panas
c) Selalu tersedia setiap saat, sehingga siap diminum kapan saja
d) Air susu ibu tidak akan pernah mengalami kerusakan sampai kapan pun
walaupun sudah sangat lama tersimpan dalam tubuh ibunya
e) Merupakan sumber makanan yang sangat cocok bagi bayi
f) Memenuhi segala apa yang dibutuhkan dalam pertumbuhanya
g) ASI memilikifungsi untuk menyempurnakan proses pembentukan pertahanan
khusus untuk penyakit
h) Proses menyusui juga akan menghindarkan anak dna ibunya dari kegemukan
yang berlebihan
i) Semakin sering hubungan antara ibu dan anak dalam proses menyusui ini,
akan semakin menumbuhkan ikatan bathin antara mereka. Ikatan kasih sayang
ini tidak didapatkan diluar proses ini.21

7) Khitan

Khitan berarti memotong bagian kulit yang menutup bagian kepala alat

kelamin laki-laki. Kulit tipis penutup tersebut dibuang hingga setelah dikhitan bagian

ini menjadi bersih. Sedangkan pada bayi perempuan berkhitan adalah memotong

sebagian kecil dari semacam lapisan kulit yang menutup bagian atau clitoris. Menurut

Al-Mawardi, waktu khitan terbagi dua. Pertama, waktu yang diwajibkan, yaitu

setelah anak mencapai usia akil baligh. Kedua, waktu ayang dianjurkan, yaitu

sebelum anak mencapai usia akil baligh.22

Berkhitan termasuk sunnah Rasulullah SAW. Sabda Nabi SAW mengenainya

yang bermaksud: “Berkhitan itu sunat bagi kaum lelaki dan suatu penghormatan

kepada kaum wanita.” (Hadits riwayat At-thabrani).23 Berikut dikemukakan

21
Log. Cit. hal. 104
22
Jalaludin, Mempersiapkan Anak Shaleh, ( Jakarta; Grafindo Persada, 2002). Hal. 88-89)
23
http://nenyok.wordpress.com/2008/05/07/pentingnya-peran-ibu/
45

pernyataan Rasullah Saw sebagai rujukan untuk melakukan khitan bagi kaum

muslimin; “barang siapa yang masuk Islam, hendaklah ia berkhitan, walaupun sudah

dewasa.” ( Abu Hurairah)

8) Mengajarkan tata cara sholat

Rasullah bersabda, “hiasilah rumahmu dengan shalat berjamaah dan membaca

al-quran.24 Jika seorang anak mencapai usia tujuh tahun, maka orang tuanya

berkewajiban mengajarkan tata cara sholat kepada anak-anak mereka, dan

memisahkan antara anak laki-laki dan perempuan pada usia sepuluh tahun, untuk

menghindarkan mereka dari pencampuran dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Rasullah saw bersabda,

Artinya: “Ajarilah anak-anak kalian sholat ketika berumur tujuh tahun, dan

pukullah mereka (kalau mereka tidak mau melaksanakan sholat) pada usia sepuluh

tahun; dan pisahlah tempat tidurnya dari pada mereka. “(H.R. Bukhari-Muslim)

9) Keharusan untuk berlaku adil diantara anak-anak

Islam telah mewajibkan kepada kedua orang tua untuk berlaku adil terhadap

anak-anaknya, karena perbuatan adil termasuk kepada sifat-sifat yang baik dan Islam

telah memerintahkanya dalam kondisi apapun. Karena mengutamakan anak terhadap

anak yang lain, akan berdampak tidak baik pada kejiwaan anak-anak.

10) Memperhatikan kesehatan jasmani anak

24
Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakinah mawaddah Warahmah, ( Surabaya; terbit Terang,
2002). Hal. 98-99
46

Sayyidina Ali r.a. berkata, ajarilah anak-anak kalian tentang cara-cara

memanah, berenang, dan menunggang kuda.” Islam memperhatikan masalah

memanah dan menunggang kuda dengan perhatian yang besar, tentang hal ini.25

11) Pendidikan

Anak adalah amanah Allah bagi kedua orang tuanya. Hatinya bersih bagaikan

mutiara yang indah bersahaja, bersih dari setiap lukisan dan goresan. Ia menerima

setiap yang dilukiskan, cenderung kearah apa saja yang diarahkan kepadanya. Kedua

orang tuanya, gurunya, pendidiknya sama-sama mendapat pahala. Ibu sebagai

seorang yang terdekat wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya, sebagaimana

tugas utama dan prioritas pertama adalah penanaman akidah dan akhlak. Pendidikan

akidah dan akhlak harus diutamakan sebagai kerangka dasar atau landasan dalam

bentuk pribadi anak yang sholeh (kompetensi profesional). Anak-anak diperingkat

awal usianya, mereka dibentuk dan dididik sejak dari awal, dalam hal ini Islam dan

barat mempunyai persfektif yang sama. Yang membedakanya ialah Islam

menekankan pembentukan dasar (ketauhidan) seorang anak, bukan hanya kelakuan

fisikal dan intelektualnya saja, tetapi pemantapan akhlak uga perlu diterapkan seiring

dengan penerapan keimanan di dalam ruh dan jiwa anak.

Sebagai seorang pemimpin seyogyanya ibu dan bapak sedini mungkin sudah

mempelajari dan mengetahui sebanyak-banyaknya bagaimana cara memimpin,

khususnya memimpin anak-anak dalam artian juga memberikan pelajaran dan

pendidikan . yang mana lingkungan keluarga adalah lingkungan yang utama


25
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Dambaan Umat, ( Jakarta: Gema Insani, 2002) hal. 50-54
47

menanamkan nilai-nilai agama yang baik. Sehingga mampu menyiapkan pendidikan

anak lebih baik.

Islam berpendapat, pendidikan anak adalah proses mendidik, mengasuh, dan

melatih jasmani dan rohani mereka yang dilakukan ibu (orang tua) sebagai

tanggungjawabnya terhadap anak dengan berlandaskan nilai baik dan terpuji

bersumber dari al-qur’an dan sunnah. Bahkan dalam islam sistem pendidikaan

keluarga ini dipandang sebagai penentu maa depan anak. Maksudnya adalah untuk

melahirkan anak yang menjadi generasi insan yang rabbani yang beriman, bertaqwa,

dan beramal shaleh dan itu semua menjadi tanggungjawab orang tua terutama ibu.

Seperti dalam Al-Qur’an surah Luqman yang berbunyi:

           
  

Artinya;

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi

pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

(Q.S. Luqman: 13)26

Dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa setelah

anak itu dilahirkan ada cara-cara yang telah diajarkan oleh Islam untuk mendidika

anak yaitu:

1. Mengadzankan dan mengiqomatkan


2. Tahnik (mengolesi langit-langit)
26
Q.S.Luqman: 13
48

3. Mendo’akan
4. Mengaqiqahkan si bayi, menggunting ( mencukur rambut)
5. Memberi nama yang baik
6. Menyusui
7. Khitan
8. Mengajarkan tata cara sholat
9. Keharusan untuk berlaku adil
10. Pendidikan

Jadi, dari cara-cara yang telah diajarkan Islam diatas sudah sangat jelas

bbahwa sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap anak-anaknya, ibu harus

memperhatikan dan memberikan semua kewajiban yang menjadi hak setiap anak dari

orang tuanya, sehingga akan lahir anak-anak seperti yang diharapkan yakni anak yang

taat kepada Allah Swt.

B. Urgensi Peran dan fungsi Ibu dalam pendidikan anak menurut Islam

Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran dalam hidupnya, antara lain

peran sebagai orang tua, sebagai ayah atau ibu. Peran seorang wanita dalam mendidik

anak dan pengabdianya pada suami yang akan mengangkat derajatnya, dan tergolong

kedalam kelompok wanita yang memiliki sifat yang agung. Perbuatanya sebanding

dengan jihad fisabillah di dalam peperangan dan pahala shalat jum’at di masjid yang

dilakukan oleh laki-laki. Seperti yang telah diketahui bersama ibu mempunyai

peranan yang amat besar terhadap perkembangan buah hatinya.

Di dalam al-qur’an sudah dijelaskan anak yang masih di dalam kandungan itu

sudah cukup peka sehingga memang sudah bisa dididik.


49

Dalam kehidupan rumah tangga, salah satu masalah terpenting yang harus

diperhatikan secara seksama oleh kedua orangtua adalah masalah pendidikan dan

pengajaran ilmu pengetahuan kepada anak-anak. Ayah dan Ibu harus membentuk

kepribadian dan watak anak-anak yang baik dan soleh dan juga menghormatinya.

Salah satu bentuk bantuan yang bisa diberikan orangtua untuk mendorong anak-anak

mereka menjadi anak-anak yang baik adalah, dengan mempersiapkan lingkungan

yang sehat dan mendukung, dimana orangtua menyediakan lahan untuk anak-anak

mereka sehingga bisa berkembang mencapai kesempurnaannya.

Pengaruh dan keterlibatan ibu sangat besar terhadap pertumbuhan dan

perkembangan pribadi anaknya. Sehingga tepatlah jika ibu dikatakan sebagai

pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Prof. dr. Zakiah drajat mengatakan:

Sebagai ibu, wanita mempunyai fungsi sebagai pembina pertama bagi pribadi

anaknya, pendidikan dan perilakunya menentukan kesehatan jiwa anaknya

dikemudian hari. Kehidupan keluarga yang tercermin dalam hubungan suami isteri

dan sikap mental serta kehidupan moral dan agama ibu merupakan contoh teladan

yang menjadi bahan/unsur yang diserap oleh anak dalam pribadinya.27

Peran seorang ibu jauh lebih penting dibanding peran ratusan guru dan

pendidik sekalipun. Ini mengingat betapa menentukanya usaha dan pengaruh ibu di

dalam pembentukan sifat, watak dan akhlak anaknya. Sehingga tak salah jika

27
Adib Bisri Musthafa, Tarjamah Shahih Bukhari, jilid 7, ( Semarang: CV, Asy-Syifa, 1993),
hal.587 dalam Skripsi Yulia Sugiarti, 2003
50

Napoleon Bonaparte pernah mengatakan bahwa, “Apa yang kini kuperoleh semata-

mata dari sisi ibu, dibalik setiap tokoh besar terdapat seorang perempuan (ibu)”28

Pengalaman yang dialami oleh seorang anak sewaktu masih kecil akan selalu

terkesan atau membekas dalam dirinya dan akan mempengaruhi sikap serta

perilakunya kelak. Oleh karena itu kalau yang dialami anak-anak hal-hal yang fositif

berarti anak-anak akan cenderung berprilaku baik dan sebaliknya.

Dalam kaitan ini Zakiah Drajat mengemukakan bahwa berdasarkan hasil

penelitian anak usia di bawah 6 (enam) tahun mampu belajar dari indera mata sebesar

83 % dan melalui indera pendengaran 11 % .29

Senada dengan pendapat diatas Muhammad Tholib mengungkapkan bahwa

dalam kehidupan keluarga orang tua mempunyai peran yang amat penting didalam

mendidik anak-anaknya, sebab orang tualah yang dikenal oleh anak-anaknya pertama

kali dalam banyak hal dan ini dapat menjadi dasar terbentuknya kepribadian anak.

Berdasarkan uraian diatas, jadi jelaslah bahwa ibu memegang peranan penting

dalam pendidikan anak-anak nya adalah dari bimbingan tangan sang ibu sebagai

dasar bertolaknya. Pendidikan pertama dari sang ibu adalah sebagai sendi bagi

pendidikan seterusnya. Mengingat apa-apa yang dilihat dan didengar oleh anak-anak

pada masa kecil akan membekas dan mempengaruhi kepribadianya.

Demikian besar peranan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan

kepribadian anaknya, sehingga menjadi kewajiban seorang ibu agar ia selalu ingat

28
Ibid
29
Nasir Muhamad, Perempuan Dalam Kajian Islam, Majalah Tarbawiyah, (STAIN Jurai
Siwo Metro, 2004), hal.2-3
51

dan menyadari tugas berat dan mulia yang diembanya tersebut. Tentunya dengan

menanamkan pendidikan kepada putra-putrinya baik itu pendidikan umum, agama,

maupun akhlak serta memberikan teladan yang baik dan membentuk pendidikan yang

Islami di dalam lingkungan keluarga. Sehingga anak memiliki iman dan mental yang

kuat dan mantap di dalam menghadapi kehidupan kelak dan yang akan dijalaninya

saat ini.

Relasi pendidikan antara ibu dan anak dimulai sejak masa pranatal. Perilaku

atau tindakan ibu dapat mempengaruhi perkembangan anak yang baru lahir meliputi

dua segi, yakni perilaku secara Fisik dan Psikis (spiritual), atau perilaku jasmani dan

rohani yang masing masing bisa bersifat langsung atau tidak langsung. Oleh

karenanya bagi orang tua hendaknya melakukan tindakan atau perilaku yang bersifat

(edukatif). Dari sinilah peran seorang wanita sangat menentukan, karena mendidik

anak dimulai sejak dalam kandungan, lahir, masa bayi/balita, anak-anak dan remaja,

bahkan hingga dewasa (berumah tangga).

Pendidikan yang harus diupayakan dalam keluarga dimulai sejak dini,

maksudnya sejak anak mulai memasuki sekolah, pendidikan Islam sudah mulai

diberikan. Namun tidak terlepas dari hal di atas, pendidikan yang pertama kali harus

diberikan kepada anak ialah dasar-dasar akidah dengan metode yang bisa diterima.

Oleh karena itu, perdengarkanlah kepada mereka kalimat-kalimat tauhid dengan

berulang-ulang setiap hari sehingga meresap kedalam hatinya. Selanjutnya jika usia

anak telah bertambah maka ajarilah mereka dengan pendidikan akhlak utama, sifat

kejujuran.
52

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa hadiah terbesar yang diberikan orang

tua kepada anaknya ialah pendidikan yang baik. Rasullah saw juga berpesan agar

orang tua memuliakan anak-anaknya dan memperbaiki pendidikanya.30

Secara umum orang tua mempunyai tiga peranan terhadap anak:

1) Merawat fisik anak, agar anak tumbuh kembang dengan sehat.

2) Proses sosialisasi anak, agar anak belajar belajar menyesuaikan diri

terhadap lingkunganya (keluarga, masyarakat, kebudayaan)

3) Kesejahteraan psikologis dan emosional dari anak31

Keluarga merupakan suatu sistem dinamis dari interaksi (hubungan) anggota

keluarga dengan kebutuhan-kebutuhanya masing-masing. Masalah yang dirasakan

oleh salah seorang anggota keluarga akan mempunyai dampak terhadap keseluruhan

sistem tersebut.

Sedangkan jika kita membicarakan fungsi ibu terhadap anak tidak terlepas

dengan membicarakan keluarga. Keluarga dibentuk untuk reproduksi ,keturunan, ini

merupakan tugas suci agama yang di bebankan kepada manusia-transmisi pertama

melalui fisik. Keluarga adalah sebuah tatanan fitrah yang Allah tetapkan bagi jenis

manusia. Bahkan para Rasul dan Nabi Allah pun menjalani hidup berkeluarga. Hal itu

membuktikan bahwa keluarga adalah sebuah institusi suci, mengandung hikmah dan

memiliki misi ilahiah secara abadi.

30
Yusuf Abdullah Daghfaq, Wanita Bersiaplah ke Rumah Tangga ( Jakarta; Gema Insani
Press, 2000), hal. 114-115
31
Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah, ( Surabaya; Terbit Terang,
2002). Hal. 76
53

Perjalanan keluarga selanjutnya mengharuskan ia bertanggungjawab, bahkan

mengharuskan ia menyelengggarakan sosialisasi, memberikan arah pendidikan,

pengisian jiwa yang baik dan bimbingan kejiwaan. Tanggungjawab itu merupakan

tanggungjawab bersifat sangat komprehensif yang dibebankan Islam kepada seluruh

umat manusia, dengan tidak meninggalkan satu orang pun dari mereka. Dengan

tuntutan tanggungjawab tersebut, Islam menjadikan orangtua khususnya ibu

bertanggungjawab penuh pada pendidikan keislaman secara detail bagi anak-anak

mereka, juga pada pembentukan diri yang sholeh yang tegak diatas akhlak mulia yang

oleh Rasullah disebutkan bahwa dirinya diutus kedunia ini adalah untuk

menyempurnakan akhlak tersebut dalam kehidupan manusia.32

Begitu penting perananan seorang ibu dalam mendidik anak, sehingga dapat

dikatakan keberhasilan anak dalam memperoleh pendidikan tidak dapat dilepaskan

dari cara seorang ibu dalam memberikan pendidikan yang dimulai sejak dini kepada

anaknya. Jadi, peran ibu dalam mendidik anak adalah peran dan fungsi yang utama

dan pertama karena dialah yang lebih banyak menentukan dalam waktu dan

perbuatan.

Peran Ibu dalam pendidikan anak tersebut menurut Hasan Langgulung


meliputi beberapa aspek berikut ini:

1. Peran Dan Fungsi Ibu Dalam Pendidikan Anak

a. Peranan ibu dalam pendidikan jasmani dan kesehatan bagi anak-


anak
b. Peranan ibu dalam pendidikan intelektual anak-anak

32
Muhammad Ali Al-Hasyimi, Jati Diri Wanita Muslimah, (Jakarta Timur; Pustaka Al-
Kautsar, t.t), hal: 200
54

c. Peranan ibu dalam pendidikan psikologikal dan emosi


d. Peranan ibu dalam pendidikan agama anak-anak
e. Peranan Ibu dalam pendidikan moral (akhlak) anak-anak
f. Peranan Ibu dalam pendidikan sosial anak-anak

a) Peranan ibu dalam pendidikan jasmani dan kesehatan bagi anak-anak

Seorang ibu mempunyai peran penting untuk menolong pertumbuhan anak-

anaknya dari segi jasmani, baik asfek perkembangan atau pun asfek perfungsian.

Peran ini dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir. Caranya adalah melalui

pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat,

serta halal selama mengandung, sebab itu berpengaruh pada anaknya dalam

kandungan.

b) Peranan ibu dalam pendidikan intelektual anak-anak

Di samping itu, ibu juga berperandalam pendidikan akal (intelektual) anak-

anak. Ibu memegang tanggung jawab besar sebelum anak-anaknya memasuki

sekolah. Diantara tugas-tugas ibu adalah untuk menolong anak-anaknya menemukan,

membuka dan menumbuhkan kesedian-kesedian, bakat-bakat, minat, dan

kemampuan-kemampuan akalnya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap

intelektual yang sehat dan melatih indra kemampuan-kemampuan akal tersebut. 33

c) Peranan ibu dalam pendidikan psikologikal dan emosi

33
Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak secara Islami, ( Jakarta: Amzah,
2007), Hal; 35
55

Diantara bidang-bidang yang seorang ibu dapat memainkan peranan penting

di dalamnya adalah pendidikan psikologikal dan emosional. Melalui pendidikan itu

ibu dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum untuk

menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi yang

sesuai umurnya. Seseorang ibu yang dengan sabar dan memberi teladan bagi anak-

anaknya dalam mencerdaskan psikologikal dan emosi dapat menumbuhkan

perkembangan jiwa dan emosi secara positif.

d) Peranan ibu dalam pendidikan agama anak-anak

Pendidikan agama adalah pendidikan yang sangat erat kaitanya dengan

masalah pendidikan Islam. Seorang ibu sangat berperan dalam penanaman nilai-nilai

pendidikan bagi anak-anaknya. Bahkan ketika anak masih dalam kandungan

sekalipun, demikian pula nilai-nilai pendidikan keagamaan dapat dipraktikan oleh

seorang ibu terhadap anaknya sejak usia dini.

e) Peranan Ibu dalam pendidikan moral (akhlak) anak-anak

Pendidikan moral (akhlak/budi pekerti) dimulai oleh seorang ibu dalam

mengasuh dan membesarkan anaknya. Nilai-nilai pendidikan moral yang ditanamkan

sejak dini akan meresap pada anak. Sehingga dengan demikian, anak akan mencontoh

apa yang dicontohkan oleh perilaku ibunya, demikian pula anggota keluarga lainya.

f) Peranan Ibu dalam pendidikan sosial anak-anak


56

Seorang ibu memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan sosial

anak-anak. Pendidikan sosial anak-anak dengan lingkunganya, dimulai sejak anak-

anak masih kecil.34

1. Fungsi sosialisasi anak


2. Fungsi afeksi
3. Fungsi edukatif
4. Fungsi religius
5. Fungsi protektif
6. Fungsi reaktif
7. Fungsi ekonomis
8. Fungsi penemuan status35

Dari uraian diatas, jelaslah kunci keberhasilan seorang anak dikehidupanya

sangat bergantung peran ibu dalam memotivasi dan mendorong agar dapat mencapai

cita-citanya. Sikap ibu yang penuh kasih sayang, memberi kesempatan pada anak

untuk memperkaya pengalaman, menerima, menghargai dan menjadi teladan yang

potif bagi anaknya, akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak.

Jadi dapat dikatakan bagaimana gambaran anak akan dirinya ditentuanoleh intraksi

yang dilakukan ibu dengan anak.

2. Metode Yang Dapat Digunakan dalam Hal Mendidik Anak;

a. Pendidikan dengan keteladanan


b. Pendidikan dengan adat kebiasaan
c. Pendidikan dengan nasihat
d. Pendidikan dengan perhatian
e. Pendidikan dengan kasih sayang
f. Pendidikan dengan hukuman (sanksi)
g. Pendidikan dengan riwayat (cerita)
h. Musyawarah

34
Ibid
35
http://dodypp.blogspot.com/2010/09/peran-dan-fungsi-orang-tua-dalam.html
57

a. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode Influentif yang paling meyakinkan

keberhasilanya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual

dan sosial. Metode keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling

berpengaruh dalam menyiapkan atau membentuk aspek moral anak-anak. Hal ini

karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya

dalam tindak tanduknya.

Sang anak akan tumbuh dalam kebaikan, akan terdidik dalam keutamaan jika ia

melihat kedua orang tuanya memberikan teladan yang baik demikian pula sang anak

akan tumbuh dalam penyelewengan dan berjalan di jalan kufur, fusuq dan maksiat,

jika ia melihat kedua orangtuanya memberi teladan yang buruk.

Oleh karena itu, wajib bagi kedua orang tua terutama ibu untuk memusatkan

perhatianya kepada anaknya, dan tentunya orang tua juga harus menyediakan untuk

anaknya, sekolah dan lingkungan yang cocok untuk menunjang pendidikan anaknya.

Berkaitan dengan keteladanan ada satu ayat Al-qur’an yang mana ayat ini merupakan

kecaman bagi orang orang yang perilakunya tidak sesuai dengan ucapanya.

         


        
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu

mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. ( Q.S. As-Shaf: 2-3)36


36
Al-Qur’an: 61:2-3
58

b. Pendidikan dengan adat kebiasaan

Salah satu wasiat Ibnu sina dalam pendidikan anak-anak, “hendaknya bersama

seorang anak kecil dalam pergaulan sehari-hari, karena anak kecil yang berbudi

pekerti yang baik, beradat kebiasaan terpuji, dan karena anak kecil dengan anak kecil

lebih membekas pengaruhnya, satu sama lain akan saling meniru terhadap apa yang

mereka lihat dan perhatikan

c. Pendidikan dengan nasihat

Metode yang lain dalam pendidikan adalah dengan pemberian nasehat. Sebab

nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu, dan

mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia,

dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan demikian para pendidik

hendaknya memahami kenyataan ini, dan menggunakan metode Al-qur’an dalam

meyajikan nasehat, peringatan dan bimbingannya untuk mempersiapkan anak-anak

kecil bahkan sebelum usia mumayyiz dan sesudahnya baik mengenai Iman, moral

dan membentuknya dari segi spiritual dan sosial, semua ini jika mereka

menginginkan kebaikan, kesempurnaan, kematangan akhlak dan akal anak-anak.37

d. Pendidikan dengan perhatian

Perhatian merupakan kebutuhan setiap manusia itu merupakan bukti adanya rasa

cinta terhadap sesama. Yang dimaksud dengan pendidikan dengan perhatian adalah

mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam

37
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, ( Semarang: CV. Asy-
Syifa’, 1981). Hal. 123
59

pembinaan akidah dan moral. Karenanya memberikan perhatian dan memperhatikan

adalah masalah terpenting dalam mengungkapkan hakekat yang terselubung dalam

diri anak. Anak yang mendapatkan perhatian akan lebih cenderung akan lebih

terfokus kepada pemberi perhatian, karena ia merasa bahwa orang tersebut

memahami dirinya.

e. Pendidikan dengan kasih sayang

Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S.

Poerwadarminta yaitu perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada

seseorang. Kasih sayang merupakan pertumbuhan dari cinta. Kasih sayang adalah

rasa yang tulus diberikan kepada orang-orang yang kita kasihi dan kita peduli

kepadanya.

Kasih sayang kepada anak-anak dengan cara menunjukkan kehangatan hal itu

dapat dilakukan dengan kontak fisik dengan gerakan memeluk, memegang, mencium,

serta usapan kepala kepada anak. Selama hal itu dilakukan tidak mungkin anak akan

salah paham, justru ia merasa bangga dan disukai. Rasa kasih sayang orang tua (ibu)

kepada anaknya, wajib ditunjukkan bahkan sejak anak itu masih dalam kandungan

dengan mengurus kehamilan dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai anak kita

dibesarkan dengan miskin rasa cinta.

f. Pendidikan dengan hukuman (sanksi)38

Seperti yang telah kita ketahui bahwa hukuman dengan memukul adalah hal yang

diterapkan dalam Islam. Dan dilakukan pada tahap-tahap terakhir, setelah nasihat dan
38
Abdullah, Ibid, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar, Hal. 1
60

tidak mengalami perubahan. Cara ini menunjukkan bahwa pendidik tidak boleh

menggunakan cara yang keras jika cara yang ringan sudah bermanfaat. Tetapi Islam

juga memberikan batasan dan persyaratan, sehingga pukulan tidak keluar dari maksud

pendidikan, yaitu untuk memperbaiki, menggerakkan menjadi sebuah perbaikan.39

Adapun dalam melaksanakan pendidikan dalam keluarga perlu

memperhatikan metode yang tepat sehingga berhasil dan berdaya guna.

Metode yang tepat harus disesuaikan dengan materi dan usia anak adalah

sebagai berikut:

(a) Pendidikan jasmani dan kesehatan


(b) Pendidikan intelektual
(c) Pendidikan emosi
(d) Pendidikan agama dan akhlak
(e) Pendidikan sosial40

(f) Pendidikan jasmani dan kesehatan

i. Memberikan makanan yang cukup kepada anak, baik dari segi porsinya

maupun dari segi kualitas makanan. Seperti menyusui anak sampai usia dua

tahun dan memberikan makanan yang bergizidan mengandung kalori tinggi.

ii. Memelihara kesehatan anak deengan cara memberikan peluang yang sebesar-

besarnya untuk belajar dan bergerak melalui permainan sehingga otot-ototnya

menjadi kuat.

39
Opcit, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid 2, hal. 166-168
40
Majalaah Tarbawiyah, (STAIN Jurai Siwo Metro, 2004), hal 4-5
61

iii. Mengajarkan pengetahuan tentang kesehatan yang baik dimulai dari pakaian,

makanan, permainan, dan sebagainya, termasuk kebersihan tempat tinggal dan

tempat bermain.

(g) Pendidikan intelektual

Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan intelektual anak antara lain:

i. Menyediakan bahan bacaan yang baik dan menarik. Sehingga anak tertarik

untuk membaca dan memperhatikanya.

ii. Membimbing anak belajar pelajaran sekolah baik mengulangi pelajaran yang

ada maupun menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada

anak-anak.

iii. Membiasakan anak-anak berfikir obyektif, jujur dalam perkataan dan

bertanggung jawab atas perbuatan atau sikap yang diambil berdasarkan fikiran

yang jernih.

(h) Pendidikan emosional

Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan emosional adalah

i. Memberikan peluang kepada anak untuk bergaul dengan baik

ii. Memberikan peluang kepada anak dalam menyatakan diri dan pendapat

dengan sebaik-baiknya. Sehingga tidak merasa takut dan minder


62

iii. Memberikan penghargaan atas prestasi yang diraih dan diupayakan untuk

tidak melukai perasaanya. Baik dengan cara mencomooh maupun mengkritik

dan bahkan memvonis dengan vonis yang tidak layak.

(i) Pendidikan agama dan akhlak

Diantara cara dan metode yang dapat digunakan dalam pendidikan ini diantaranya

adalah:

i. Memberikan contoh atau keteladanan yang baik kepada anak tentang

keimanan, ibadah dan akhlak pada waktu-waktu tertentu.

ii. Membiasakan anak melaksanakan ajaran agama dan akhlak sejak kecil.

Sehingga terbiasa dan dilaksanakan dengan kemauan sendiri

iii. Menyediakan sarana dan fasilitas yang bernilai agama. Sehingga berpeluang

memikirkan ciptaan tuhan dan mengamalkan akhlak yang baik

iv. Mengerahkan agar anak terlibat dalam aktifitas keagamaan dan terhindar dari

bergaul secara bebas dengan kawan-kawan yang tidak baik dan tempat-tempat

yang tidak baik pula.

(j) Pendidikan sosial

Diantara metode yang layak diterapkan dalam mendidik anak dari aspek sosial

adalah:

i. Membiasakan anak secara bertahap untuk mandiri dan memikul rasa

tanggungjawab dalam berbagai aspek kehidupan


63

ii. Memberikan keteladan yang baik kepada anak-anak dalam tingkah laku sosial

yang sehat dan menyediakan rumah sebagai tempat dimana hubungan sosial

yang sehat dan menyediakan rumah sebagai tempat dimana hubungan sosial

tercipta dengan baik dan benar yang dapat diteladani anak.

iii. Mengarahkan anak-anak menjalin hubungan social yang baik, tolong-

menolong, saling menghormati dan sebagainya.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metode dalam mendidik

anak terbagi dua yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan fisik dan mental untuk anak dengan cara:

a. Memberikan makanan bergizi

b. Membiasakan anak bersikap jujur

c. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bersikap jujur

2.

a. Dengan keteladanan dan pendidikan perilaku

b. Perhatian dan kebiasaan

c. Tidak boleh memukul

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tugas atau peran dan fungsi Ibu dalam mendidik

anak dikeluarga sangatlah urgen. Dan tugas mendidik anak ini tidak hanya dilakukan

ketika anak dilahirkan kedunia ini. Melainkan mendidik anak sejak dalam kandungan

ibunya sendiri bahkan disaat memilih pasangan baik bagi Isteri maupun seorang

suami. Tugas mendidik ini tentu saja harus mendapatkan dukungan dari tempat

dimana ia tinggal dalam hal ini keluarga sangat berperan aktif. Dimana keluarga
64

adalah lembaga kedua setelah ayah dan Ibu, peran keluarga sangat dibutuhkan dalam

menunjang pendidikan anak-anak sebelum ia terjun kemasyarakat.

Dimana jika penanaman nilai-nilai yang telah diberikan oleh orang tua serta

keluarga dan dengan metode pendidikan yang diberikan kepada mereka maka mereka

akan mampu menghadapi apapun yang akan ia temui nantinya. Dan para orang tua

tidak akan ragu melepas anak-anak mereka bergaul dengan masyarakat tempat ia

tinggal dengan bekal yang telah ia miliki. Tentunya dengan pengawasan dan tauladan

yang diberikan oleh ayah dan ibu sehingga mampu mewujudkan anank-anak yang

mampu menjadi pengabdi Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai