Kata qurrata a'yun secara leksikal terungkap dalam Al- Qur'an Surat al-
Furqan ayat 74 , bermakna "penyenang hati".
ۡ َوٱلَّ ِذينَ يَقُولُونَ َربَّنَا ه َۡب لَنَا ِم ۡن أَ ۡز ٰ َو ِجنَا َو ُذرِّ ٰيَّتِنَا قُ َّرةَ أَ ۡعي ُٖن َو
٧٤ ٱج َع ۡلنَا لِ ۡل ُمتَّقِينَ إِ َما ًما
74. “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa.”2
Imron Rossidy Analisis Komparatif tentang Konsep Pendidikan Anak Menurut Ibnu
3
Abu Fida Ismail bin Katsir Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzhim, alih bahasa oleh: Bahrun Abu
4
ِ ۚ َو َعلَى ۡٱل َم ۡولُو ِد لَ ۥهُ ِر ۡزقُه َُّن َو ِك ۡس َوتُه َُّن بِ ۡٱل َم ۡع ُر...۞
٢٣٣ ... وف
“..Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma'ruf..”
Hadits dari Muslim yang berbunyi:
“Satu dinar yang engk au infaqkan untuk sabilillah, satu dinar yang engkau
infaqkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau infaqkan
(sodaqohkan) pada orang miskin, dan satu dinar yang engkau infaqkan
(memberi nafkah) kepada keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah
yang engkau gunakan memberi nafkah keluargamu”. (HR. Muslim dalam
Nashih Ulwan, 1985: 213
8
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: 2003, Lentera hati), cet-1, hlm:326-327
Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.”
Dalam kalimat diatas terdapat kalimat ba taukid yang artinya
penegasan bahwa kita diperintahkan untuk mematuhi dan berbuat baik
kepada orang tua.
e. Kewajiban untuk mendoakan
Qs. Al-Isra ayat 24
َ ض لَهُ َما َجنَا َح ٱل ُّذ ِّل ِمنَ ٱلر َّۡح َم ِة َوقُل رَّبِّ ۡٱر َحمۡ هُ َما َك َما َربَّيَانِي
ٗ ص ِغ
٢٤ pيرا ۡ َو
ۡ ِٱخف
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Ayat ini ditopang dengan kebenaran shahihnya hadits “Jika anak
Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara,
sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang
berdoa kepadanya.” (HR Muslim).
f. Kewajiban untuk menafkahi
Qs. Al-Baqarah : 2159
ِكي ِنppين َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم ٰ َس
pَ ِخَي ٖر فَلِ ۡل ٰ َولِد َۡي ِن َوٱأۡل َ ۡق َرب
ۡ ونَ قُ ۡل َمٓا أَنفَ ۡقتُم ِّم ۡن
ۖ ُسلُونَكَ َما َذا يُنفِق
َٔpَٔۡ َي
٢١٥ ... َو ۡٱب ِن ٱل َّسبِي ۗ ِل
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta
yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan...”
Juga disebutkan dalam Hadits
Rasulullah saw. bersabda: “kamu dan hartamu adalah milik orang tuamu.
Sesungguhnya anak-anak kalian adalah dari hasil kerja kalian. Maka
makanlah dari harta-harta mereka” (H.R. Ibnu Majah. No. 2292)10
9
Kementrian Depag R.I. tahun 2012 h.229
10
Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah (Riyadh:
AlMa’arif, t.t.), hlm. 39
meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah
Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
ويمس من الطيب ما قدر عليه, والسواك, غسل يوم الجمعة على كل محتلم
“Mandi pada hari Jum’at (sebelum menunaikan shalat Jum’at) adalah
kewajiban bagi setiap orang yang telah ihtilam; demikian pula bersiwak dan
memakai wewangian semampunya.”
Kedua dalil diatas jelas menunjukan bahwa seorang anak dikatakan
dewasa saat ia telah mencapai umur baligh, kriteria umur baligh ulama
berbeda pendapat, namun yang paling jumhur dikalangan ulama adalah
keluarnya sperma dengan mimpi basah dan menstruasi pada wanita yang
di istilahkan dengan ihtilam.
B. Konsep Anak Modern
Menurut Leibenstein, anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaannya
(utility) dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan,
dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi
serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan.
Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai
anak tersebut. Biaya memiliki seoarang anak dapat dibedakan atas biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya
yang dikeluarkan dalam memelihara anak seperti memenuhi kebutuhan sandang
dan pangan anak sampai ia dapat berdiri sendiri. Yang dimaksud biaya tidak
langsung adalah kesempatan yang hilang karena adanya tambahan seoarang anak.
Misalnya, seoarang ibu tidak dapat bekerja lagi karena harus merawat anak,
kehilangan penghasilan selama masa hamil, atau berkurangnya mobilitas orang
tua yang mempunyai tanggungan keluarga besar. Menurut Leibenstein, apabila
ada kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua
menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya pun akan
naik..11
Menurut Mundiharno, pengembangan lebih lanjut tentang ekonomi
fertilitas dilakukan oleh Gary S. Becker yang menyatakan bahwa anak dari sisi
ekonomi pada dasarnya dapat dianggap sebagai barang konsumsi (consumption
good, consumer’s durable) yang memberikan suatu kepuasan (utility) tertentu bagi
11
Mundiharno, Beberapa Teori Fertilitas, Jurnal UNDIP 2009.
orang tua. Bagi banyak orang tua, anak merupakan sumber pendapatan dan
kepuasan (satisfaction). Secara ekonomi, fertilitas dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga, biaya memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan (income)
dapat meningkatkan permintaan terhadap anak.
Dalam analisis ekonomi, fertilitas permintaan akan anak berkurang bila
pendapatan meningkat, karena;
1) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih
tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli”
meningkat;
2) Bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak
waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak.
Jadi anak menjadi lebih mahal.
C. Konsep Anak di indonesia
Konsep anak di Indonesia mengacu pada aturan yang berlaku, sesuai
dengan judul negara bahwa Indonesia adalah Negara Hukum maka konsep anak
akan dilihat dari berbagai perspektif hukum.
UU perlindungan anak dan konvensi hak anak, anak didefinisikan sebagai
setiap individu yang berada di bawah usia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan (UUPA pasal 1 ayat 1). Berdasarkan definisi ini yang menjadi
batasan adalah umur bukan menikah seperti dalam KUHP (kitab Undang-Undang
Hukum Pidana) dan Undang-Undang no 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak.
Menurut UUPA, seseorang yang berumur dibawah 18 tahun yang telah
menikah, tetap dikelompokkan sebagai anak. Sedangkan dalam KUHP, anak
didefinisikan sebagai setiap individu yang belum berusia 16 tahun (pasal 45).
Sedangkan Undang-Undang no 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak membatasi
anak dengan umur 8 sampai 18 tahun dan belum menikah. Jadi anak dibawah
umur 18 tahun yang telah menikah bukan anak lagi dan dikelompokkan menjadi
orang dewasa menurut UU tentang pengadilan anak (pasal 1).
Tabel 1.1 Usia Anak di Indonesia menurut Hukum yang berlaku
Dasar Hukum Pasal
Pasal 45
Kitab Undang-Undang
Dalam hal penuntutan pidana terhadap
Hukum Pidana orang yang belum dewasa karena
melakukan suatu perbuatan sebelum
umur 16 tahun, hakim dapat
menentukan:.... dstnya
Namun R. Soesilo dalam bukunya Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal (hal. 61) menjelaskan
bahwa yang dimaksudkan “belum
dewasa” ialah mereka yang belum
berumur 21 tahun dan belum kawin. Jika
orang kawin dan bercerai sebelum umur
21 tahun, ia tetap dipandang dengan
dewasa.
Pasal 47
UU No. 1 Tahun 1974
Anak yang dimaksud dalam UU
Perkawinan adalah yang belum
mencapai 18 tahun.
Pasal 1 angka 26
UU No.13 Tahun 2003 Tentang
Anak adalah setiap orang yang
Ketenagakerjaan berumur di bawah 18 (delapan belas)
tahun
Pasal 1 angka 5
Undang- Undang No.39 Tahun 1999 Anak adalah setiap manusia yang
Tentang HAM berumur di bawah 18 (delapan
belas) tahun dan belum menikah,
termasuk anak yang masih dalam
kandungan apabila hal tersebut
adalah demi kepentingannya.
Pasal 330
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Yang belum dewasa adalah mereka
(Burgerlijk Wetboek) yang belum mencapai umur
genap 21 (dua puluh satu tahun)
dan tidak kawin sebelumnya.
Tabel 1.1