Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Pendidikan Agama dan Keluarga

(Hak Anak dalam Keluarga)

Disusun oleh:

Kurnia Ningsih
NIM. 0101.21.0003

Dosen Pengampu:

Eka Sukmawati, M.Ag

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai

Tahun Ajaran 2023/2024


KATA PENGANTAR

Dengan segala rasa syukur, kami memulai dengan ungkapan puji kepada Allah Swt.,
yang telah memberikan berbagai nikmat, kesehatan, dan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah ini. Shalawat dan salam kami persembahkan kepada Nabi
besar, Muhammad saw., yang telah memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an dan sunnahnya,
sebagai pedoman hidup bagi keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus kami selesaikan di program studi
Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai.
Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
meningkatkan kualitas makalah ini.

Dumai, 11 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2

A. Anak dalam Pandangan Islam .................................................................................. 2


B. Hak Anak dalam Keluarga ....................................................................................... 5

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah generasi muda yang merupakan SDM (sumber daya manusia) penerus
cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki ciri dan sifat khusus. Anak memerlukan cara
yang khusus dan upaya-upaya yang khas pula dalam menjamin perkembangan fsik,
mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Pernyataan ini tertuang
dalam Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Hal tersebut
memberi indikasi bahwa anak sebagai generasi yang akan datang perlu dibina dan
dilindungi untuk mempersiapkan secara baik sebagai generasi masa depan. Untuk itu
pembinaan tentulah dimulai dari lingkungan keluarga.
Dalam perspektif Islam anak adalah amanah dan karunia dari Allah Swt. yang
dititipkan kepada ahlinya. Idealnya, orang yang diberikan anak adalah orang yang
seyogianya ahli dalam memelihara titipan tersebut. Dapat dimaknai, bahwa orang yang
menerima amanah tidak akan berkhianat dan menjaga amanah tersebut dengan sebaik-
baiknya dengan adil. Amanah jika tidak dilaksanakan akan dianggap berkhianat, yang
pada gilirannya akan terjadi kerusakan. Amanah bermakna segala sesuatu yang
dipercayakan untuk dilaksanakan oleh seseorang dengan perintah Allah Swt. dan
dilaksanakan dengan adil pula.1

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang diatas, maka dapat merumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana anak dalam pandangan islam ?
2. Apa saja hak anak dalam keluarga ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui anak dalam pandangan islam.
2. Untuk mengetahui hak anak dalam keluarga.

1
Hafsah, Kajian Perlindungan Hak Pendidikan dan Agama Anak dalam Keluarga Muslim di Kota
Medan, Vol. XVI No. 2, Jurnal Ahkam (2016), h. 173-174

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anak dalam Pandangan Islam


Al-Qur’an sarat sekali dengan muatan kisah anak-anak, khususnya anakanak saleh
keturunan para Nabi. Ada kisah Nabi Ismail kecil dalam surat Asshoffat, kisah Nabi
Yusuf kecil dalam surat Yusuf, dan kisah nasihat Luqman untuk anaknya dalam surat
Luqman. Semua kisah itu menyiratkan pesan tentang pendidikan dan perlindungan anak.
Seorang anak akan menjadi karunia atau nikmat manakala orang tua berhasil
mendidiknya menjadi orang baik dan berbakti.
Namun jika orang tua gagal mendidiknya anak bukan menjadi karunia atau nikmat
melainkan menjadi malapetaka bagi orang tuanya. Oleh sebab itu di dalam Al-Qur’an
Allah swt. pernah menyebutkan anak itu sebagai perhiasan hidup dunia, sebagai
penyejuk mata atau permata hati orang tuanya. Bersamaan itu pula Allah mengingatkan,
anak itu sebagai ujian bagi orang tuanya, bahkan terkadang anak itu bisa berbalik
menjadi musuh orang tuanya. Dalam Al-Qur’an disebutkan ada empat tipologi anak:
1. Anak sebagai Perhiasan Hidup di Dunia
Anak adalah perhiasan dalam kehidupan rumah tangga. Dalam Al-Quran
disebutkan,

ّٰ ‫ا َ ۡل َما ُل َو ۡالبَـنُ ۡونَ ِز ۡينَةُ ۡال َح ٰيوةِ الد ُّۡنيَا ۚ َو ۡال ٰب ِق ٰيتُ ال‬
ٌ‫ص ِلحٰ تُ خ َۡي ٌر ِع ۡندَ َربِ َك ث َ َوابًا َّوخ َۡيرا َ َم ًل‬

Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, namun amal
yang kekal dan shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS: Al-Kahfi:46)”.

Ayat di atas menyatakan, bahwa anak itu berfungsi sebagai hiasan yang
memperindah suatu keluarga. Tangisan bayi, rengekan anak yang meminta
sesuatu, celotehannya yang lucu, langkah anak yang tertatih-tatih adalah
pemandangan indah dalam suatu keluarga. Pasangan suami istri selalu merasa
kurang sempurna kehidupannya, apabila mereka belum mempunyai anak.
Kesempurnaan dan keindahan rumah tangga baru terasa jika di dalamnya
terdapat anak.

2
2. Anak sebagai Penyejuk Hati
Dalam Al-Qur’an dinyatakan anak sebagai penyejuk mata atau hati (qurrata
a’yun). Dikatakan demikian karena ketika mata memandang seorang anak akan
timbul rasa bahagia. Oleh sebab itu anak merupakan harta yang tidak ternilai
harganya bagi orang tua. Ada ungkapan yang mengatakan, “Anakku permataku.”
Allah pun menyebutkan anak manusia sebagai penyejuk hati dan mengajarkan
kita sebuah doa agar anak yang dilahirkan menjadi penyejuk hati buat orang
tuanya.

‫اجنَا َوذُ ِريّٰتِنَا قُ َّرة َ ا َ ْعيُ ٍن َّواجْ عَ ْلنَا ِل ْل ُمت َّ ِقيْنَ اِ َما ًما‬
ِ ‫َوالَّ ِذيْنَ يَقُ ْولُ ْونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن ا َ ْز َو‬
Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahi kepada kami pasangan kami dan keturunan
kami sebagai penyejuk hati dan jadikanlah kami pemimpinan bagi
orang-orang yang bertakwa”. (QS: Al-Furqan: 74)

3. Anak sebagai Ujian


Dalam perspektif Al Quran, anak yang berfungsi sebagai perhiasan hidup
dan penyejuk hati, sesungguhnya ia sebagai ujian bagi orang tuanya. Dengan
nikmat anak, orang tua di uji oleh Allah Swt, apakah akan membawa anaknya
menuju jalan ke neraka atau jalan ke surga. Bila orangtua berhasil mendidik dan
membina anaknya menjadi anak yang saleh dan berbakti berarti orang tuanya
sudah lulus ujian. Sebaliknya, jika gara-gara terlalu mencintai anak orang tuanya
sampai lalai dari mengingat Allah berarti ia gagal dalam ujian yang diberikan
Allah. Kegagalan itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
Allah berfirman,

ّٰ ‫وا ْعلَ ُم ْْٓوا اَنَّ َما ْٓ ا َ ْم َوالُ ُك ْم َوا َ ْو ََلدُ ُك ْم فِتْنَةٌ َّۙوا َ َّن‬
َ ‫ّٰللاَ ِع ْندَ ْٓه ا َجْ ٌر‬
ࣖ ‫ع ِظ ْي ٌم‬

Artinya: “Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah ujian.”


(QS: Al-Anfal:28).

Dalam ayat lain Allah mengingatkan setiap orang tua yang beriman:

ٰٰۤ ُ
‫ول ِٕى َك‬ ‫ّٰللاِ َو َم ْن يَّ ْف َع ْل ٰذ ِل َك فَا‬
ۚ ّٰ ‫ع ْن ِذ ْك ِر‬ ْٓ َ ‫ٰ ْٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل ت ُ ْل ِه ُك ْم ا َ ْم َوالُ ُك ْم َو‬
َ ‫َل ا َ ْو ََلدُ ُك ْم‬

َ‫ُه ُم ْال ٰخس ُِر ْون‬

3
Artiya: ”Janganlah sampai harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah.” (QS: Al-Munafiqun:9)

4. Anak sebagai Musuh Orang Tua


Jika orang tua keliru dan salah dalam mendidik anak-anaknya, maka anak
tersebut akan menjadi musuh bagi orang tuanya. Inilah yang diisyaratkan Al
Quran:

ْ َ ‫عد ًُّوا لَّ ُك ْم فَاحْ ذَ ُر ْو ُه ۚ ْم َوا ِْن ت َ ْعفُ ْوا َوت‬


‫صفَ ُح ْوا‬ ِ ‫اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْْٓوا ا َِّن ِم ْن ا َ ْز َو‬
َ ‫اج ُك ْم َوا َ ْو ََل ِد ُك ْم‬

‫غفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ّٰ ‫َوت َ ْغ ِف ُر ْوا فَا َِّن‬


َ َ‫ّٰللا‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu


dan anak-anakmu adalah musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka.” (QS: At-Taghabun:14)

Menurut ayat di atas, anak dapat menjadi musuh orang tua manakala anak
sudah tidak lagi mentaati orang tuanya atau aturan agamanya. Misalnya anak
sudah terlibat jauh dengan kejahatan dan sulit dihentikan. Ketika orang tua
menasihati, si anak tidak mendengarkan bahkan malah menentang. Seorang anak
yang murtad karena kawin dengan orang yang berbeda agama, juga merupakan
musuh bagi orang tuanya. Seorang anak yang telah terpengaruh kepada
perbuatan maksiat, seperti minuman berakohol, narkoba, judi, zina, menjadi
sahabat bagi setan dan musuh bagi orang tua yang beriman. Bila hal itu terjadi
anak telah menjadi sumber malapetaka bagi sebuah keluarga dan masyarakat.
Sehingga anak bukan lagi mendatangkan kebahagiaan, tetapi menimbulkan
penderitaan bagi orang tuanya.
Islam juga menegaskan status anak yang baru lahir itu adalah suci, benar,
dan tidak pernah bersalah. Nabi saw bersabda: ”Setiap anak itu dilahirkan
menurut fithrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R. Bukhari) Jika ada anak melakukan
kesalahan maka ia tidak terkena dosa karena belum dikenai beban taklif. Nabi
saw bersabda: ”Tidak dicatat dosa dalam tiga perkara, anak kecil sampai ia
baligh, orang tidur sampai ia bangun, orang gila sampai ia sadar, dan anak kecil
sampai ia baligh”. (HR. Ahmad)

4
Bahkan Nabi saw adalah orang yang sangat senang dan menghargai anak.
Beliau tidak merasa berat untuk memberi salam jika melewati anak-anak yang
sedang bermain. Anas meriwayatkan, bahwa Nabi saw selalu memulai salam
meskipun terhadap anak-anak. Diceritakan bahwa beliau suatu hari berjalan
kemudian bertemu dengan sekelompok anak-anak yang sedang asyik bermain
lalu beliau memberi salam pada mereka (HR. Al-Bukhari). Nabi juga tidak segan
untuk bercerita pada anak-anak tentang pengalamannya sewaktu masih muda,
seperti beliau pernah menghadiri perjanjian antar suku di kalangan kaum
Quraisy. Pernah pada suatu hari raya Nabi saw mendapatkan seorang anak yang
sedang menangis. Setelah ditanya ternyata anak tersebut yatim karena sudah
ditinggal ayahnya. Akhirnya Nabi saw menghiburnya dengan mengatakan bahwa
beliaulah yang menjadi pengganti ayahnya. Anak juga sebagai aset orang tua
yang berguna di masa tua maupun di kehidupan akhirat.
Jika anak tumbuh dan berkembang secara baik dan optimal maka orang
tualah yang akan menikmati hasilnya. Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya usaha
yang paling baik untuk dinikmati adalah hasil jerih payah tangan sendiri dan
seorang anak adalah merupakan usaha dari orang tuanya”(H.R. Ahmad). Ini
artinya manakala anak menjadi orang yang baik, maka segala kebaikan yang
dilakukan oleh anak tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran orang tuanya. Oleh
sebab itu pahala yang didapatkan seorang anak akan ikut mengalir pula ke orang
tuanya, karena orang tuanya telah menanamkan ”saham” kebaikan di dalamnya.2

B. Hak Anak dalam Keluarga


Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia, yang wajib dijamin dan dilindungi
oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Dalam studi ini, yang dimaksudkan dengan
hak anak adalah segala sesuatu yang mesti diterima anak, yang merupakan kewajiban
bagi kedua orang tuanya, bagaimana seharusnya anak diperlakukan oleh orang tuanya,
dan upaya-upaya yang dilakukan terhadap anak untuk melaksanakan tanggung jawab dan
kewajibannya. Hak-hak anak yang dijadikan konsep dalam penelitian ini yaitu: hak untuk
hidup, tumbuh, dan berkembang sesuai harkat dan martabat manusia (Pasal 4); hak atas
suatu nama dan identitas diri dan kewarganegaraan (Pasal 5); hak beribadah sesuai
agamanya dan bimbingan orang tua (Pasal 6); hak asuhan orang tuanya, dibesarkan oleh

2
Muhammad Zaki, Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam, Vol. 6 No. 2, Jurnal ASAS (2014), h.
2-5

5
orang tuanya sendiri, atau orang lain sesuai ketentuan perundangundangan (Pasal 7); hak
memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial (Pasal 8); hak pendidikan dan
pengajaran dan hak mendapat perlindungan.
Hak anak tersebut dapat dikategorikan dalam empat kelompok besar, yaitu: hak
untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, hak untuh mendapat perlindungan, dan
hak untuk berpartisipasi. Konvensi Hak-hak Anak merumuskan pelbagai hak-hak anak
yaitu: hak atas kelangsungan hidup (child survival), hak untuk berkembang (child
development), hak atas perlindungan (child protection), dan hak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat (child particivation).
Hak-hak anak sebagimana yang dipahami dari ayat Alquran surah al-Baqarah ayat
233, yaitu: hak hidup, hak radha’ (nafkah, kiswah, dan tempat tinggal), hak dipelihara
(pertumbuhan fsik dan kesehatan), hak mendapat bimbingan agama, hak pendidikan, dan
hak kesejahteraan, warisan, dan kepemilikan.
Hukum Islam yang dimaksudkan adalah ketentuanketentuan hukum syarak yang
mengatur hubungan kekeluargaan dalam hal hadanah terhadap anak mencakup
pemeliharaan, pembinaan, Pembimbingan, dan pendidikan terhadap anak. Dalam hal ini,
aktivitas yang berproses yang dilakukan untuk tujuan penjagaan, pemeliharaan, maupun
perbaikan dan perubahan ke arah positif untuk tujuan tertentu.
Perlindungan anak sesuai hukum Islam adalah mengumandangkan azan dan kalimat
lâ ilâha illa Allâh, memberi nama dengan nama yang baik, mengakikahkan dan
mencukur rambut anak, menyusui, dan merawat anak, mengenalkan hukum-hukum halal
dan haram, menyuruh anak beribadah sejak usia dini, mendidik anak untuk mencintai
rasul, membaca Alquran, mendidik anak berakhlak baik, mengajari anak membaca dan
menulis, dan mengajarkan anak berenang.3 Adapun hak anak dalam keluarga sebagai
berikut:
1. Hak Anak Adalah Amanah
Kemampuan oleh seseorang dalam menjaga amanah merupakan sebuah tolak
ukur terhadapa usahanya untuk menjalankan perintah Allah subhanahu wa ta’ala
serta menjauhi larangannya. Tidak hanya dari segi ibadah, seseorang yang dapat
bersifat amanah kelak akan memiliki dan menciptakan sebuah hubungan yang baik
dengan manusia lainnya. Dia akan menjadi kebanggan untuk bisa dipercaya dan
dihormati pula oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.

3
Hafsah, Kajian… h. 171

6
Amanah juga merupakan salah satu sifat mulia dimiliki oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ajaran untuk bersifat amanah, sejalan dengan Firman
Allah di surat An Nisa ayat 58:

۟ ‫اس أَن تَحْ ُك ُم‬


ۚ ‫وا ِب ْٱلعَ ْد ِل‬ ِ َّ‫ت ِإلَ ٰ ْٓى أ َ ْه ِل َها َو ِإذَا َح َك ْمتُم بَيْنَ ٱلن‬ ۟ ‫ٱَّللَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أَن ت ُ َؤد‬
ِ َ‫ُّوا ْٱْل َ ٰ َم ٰن‬ َّ ‫ِإ َّن‬
‫يرا‬
ً ‫ص‬ِ َ‫س ِمي ًۢعًا ب‬
َ َ‫ٱَّللَ َكان‬ ُ ‫ٱَّللَ نِ ِع َّما يَ ِع‬
َّ ‫ظ ُكم ِب ِ ْٓهۦ ۗ ِإ َّن‬ َّ ‫ِإ َّن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”

Selain itu, Nabi Muhammad juga pernah meriwayatkan dan bersabda tentang
amanah, yang disampaikan Ahmad, “Tidak ada iman yang beitu sempurna bagi
orang yang tidak terdapat sifat amanah, dan tidak ada agama yang begitu sempurna
bagi orang-orang tidak menepati janji”. Sementara, jika dilihat dari sisi aturan dan
hukum agama, amanah merupakan segala sesuatu yang kelak harus
dipertanggungjawabkan dan sangat berkaitan dengan orang-orang sekitar atau pihak
lain. Amanah dapat berupa benda, pekerjaan, kata, serta kepercayaan. Maka, amanah
dapat berbentuk apa aja yang kelak nantinya di kemudian hari akan dimintai
pertanggungjawabannya. Sebagaimana orang yang beragama Islam, kita telah
mengetahui bahwa agama juga telah mendidik kita agar dapat menjaga amanah yang
telah dipesankan serta diberikan dan terima dari orang lain. Bahkan, Islam sangat
mewajibkan kita agar dapat memelihara amanah, yaitu berkata sesuatu dengan benar
dan bertindak sesuai dengan kebenaran itu sendiri.
Seorang anak adalah karunia besar Dari Allah Swt yang diberika kepda
pasangan suami istri. Tidak semua orang dapat memiliki anak. Tidak jarang pasangan
yang belum dikarunia anak pun akan melakukan berbagai usaha demi mendapatkan
anak.semua pasangan akan berusaha dengan segala cara untuk mempunyai anak
keturunan, Karena rumah tanpa anak akan terasa sepi dan tak berwarna. Oleh karena
itu, dengan keberadaannya harus disyukuri, karena mensyukuri nikmat adalah
perintah Allah swt.
Buah hati atau biasa disebut anak, merupakan generasi penerus sebuah keluarga.
Sebagaimana yang diceritakan Sayyidina Ali Zainal Abidin kapan saja beliau
menerima berita tentang kelahiran anak, beliau tak pernah mempertanyakan apakah

7
anak itu laki-laki maupun perempuan. Beliau biasa memanjatkan doa ketika
memeperoleh kabar bahwa anak itu sehat wal afiat. Anak adalah tanggung jawab
orang tua oleh karena itu, anak harus mendapatkan pelayanan dan pendidikan yang
baik agar anak tumbuh menjadi generasi yang diharapkan. Anak adalah sebuah
karunai yang diberikan Allah Swt dan sesuatu paling penting pelihara, dirawat dan
dididik. Jika orang tua berhasil dalam merawat menjaga, dan mendidiknya secara
benar dan terarah maka anak tersebut akan menjadi penenang jiwa dan penyejuk
hatinya. Dalam al-Quran Allah swt menjelaskan tentang jenis dan cara hidup di
antara manusia pilihan-Nya, di mana salah satu pola hidup mereka adalah senantiasa
berdoa agar memiliki anak keturunan yang akan menjadi pelipur lara dan pemberi
senyuman.4

2. Hak Anak dari Orangtua


Seorang anak merupakan amanah dan perhiasan yang wajib dijaga dengan
sebaik-baiknya. Apabila tidak dijaga akan menyebabkan kualitas anak tidak terjamin,
sehingga dapat membahayakan masa depannya kelak. Orang tua harus dapat
meningkatkan kualitas anak dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan akhlak
yan mulia disertai dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh manusia yang
mengetahui kewajiban dan hak-haknya.
Kewajiban orang tua yang harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh adalah
memenuhi hak-hak anak. Hak-hak anak tersebut adalah:
a. Hak Nasab
b. Hak Pemeliharaan
c. Hak Mendapatkan Nafkah
d. Hak mendapatkan Nafkah
e. Hak mendapatkan Pendidikan5

3. Hak Anak untuk Mendapatkan Asuhan dan Pemeliharaan


Setiap anak yang dilahirkan oleh orang tuanya berhak mendapatkan asuhan,
yakni memperoleh pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum,
pakaian dan kebersihan si anak pada periode kehidupan pertama (sebelum ia dewasa)
yang dimaksud dengan pemeliharaan di sini dapat berupa pengawasan dan penjagaan

4
Idris, Anak sebagai Amanah dari Allah, Vol. 11 No. 2, Jurnal Musawa (2019), h. 293-296
5
Astride, Peran dan Fungsi Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak, h. 3-5

8
terhadap keselamatan jasmani dan rohani anak dari segala macam bahaya yang
mungkin dapat menimpanya agar tumbuh secara wajar. Anak juga membutuhkan
pelayanan yang penuh kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan berupa tempat tinggal
dan pakaian. Oleh karena itulah pada usia balita seorang anak belum mempunyai
kemampuan, sehingga kehidupan mereka sangat bergantung pada orang lain yang
dewasa, yaitu ibu dan bapaknya. Hak pemeliharaan anak yang dipikulkan pada orang
tua adalah dimaksudkan agar anak terhindar dari hal-hal yang dapat menjerumuskan
mereka kedalam kemurkaan tuhan.
Berkaitan dengan hak anak yang harus mendapatkan perawatan dan asuhan
dengan penuh kasih sayang rasulullah saw bersabda: “Bukan termasuk golongan
kami orang yang tidak mengasihi yang kecil dan tidak mengenal hak orang yang
lebih besar,” (H.R.Abu Dawud). Dengan demikian, hak asuh bagi setiap anak adalah
agar di rawat dengan penuh ksih sayang, diperhatikan dan dipilihkan makanan dan
minuman yang baik serta dilindungi dari berbagai penyakit demi kelangsungan
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dengan kasih sayang, anak akan tumbuh
dengan kepribadian yang sempurna dan sehat sehingga menghasilkan manusia-
manusia yang baik. Dengan memperhatikan makanan, minuman, dan kesehatannya
berarti akan menciptakan manusia-manusia yang sehat dan kuat jasmani dan
rohaninya.

4. Hak Anak untuk Mendapatkan Nafkah


Menurut ajaran Islam, seorang anak berhak mendapatkan nafkah, yakni
pemenuhan kebutuhan pokok. Nafkah terhadap anak bertujuan untuk kelangsungan
hidup dan pemeliharaan kesejahteraannya. Dengan demikian, anak terhindar dari
kesengsaraan hidup di dunia, karena mendapatkan kasih sayang orang tuanya melalui
pemberian nafkah tersebut. Hak mendapat nafkah merupakan akibat dari nasab, yakni
nasab seorang anak terhadap ayahnya menjadikan anak berhak mendapatkan nafkah
dari ayahnya, berdasarkan firman Allah SWT :

ِ ۗ ‫علَى ْال َم ْولُ ْو ِد لَه ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِ ْال َم ْع ُر ْو‬
‫ف‬ َ ‫َو‬
Artinya: “… Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang baik … “(Al-Baqarah /2: 233).

5. Hak Anak untuk Mendapatkan Pendidikan dan Pengajaran

9
Seorang anak yang dilahirkan juga berhak mendapatkan pendidikan, yakni
perhatian terhadap pendidikan dan pengajaran si anak agar kelak menjadi manusia
yang berguna serta mempunyai kemampuan dan dedikasi hidup yang mampu
dikembangkan di tengah-tengah masyarakat. Berbicara mengenai hak anak bagi
orang tuanya, maka sebagai timbal balik pembicaraan mengenai kewajiban anak
terhadap orang tuanya merupakan suatu keharusan. Hak pendidikan anak mencakup
pendidikan jasmani dan rohani. Pendidikan jasmani adalah ajaran yang diberikan
agar anak bisa merawat dirinya sehingga ia bisa hidup sehat, terhindar dari penyakit.
Pendidikan rohani dimaksudkan agar anak mempunyai jiwa yang kuat dan sehat.
Pada pendidikan yang berlangsung di dalam lingkungan keluarga (informal),
orang tua berperan sebagai pendidik. Orang tua dituntut mengetahui tentang ilmu
agama atau ajaran-ajaran agama. Meskipun dalam kenyataannya masih banyak orang
tua yang belum mengetahui tentang ajaran agama, bahkan banyak pula yang tidak
pernah mengamalkannya, tapi hal tersebut bukan berarti mereka terlepas dari
tanggung jawab terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya, karena masih dapat
ditempuh dengan jalan lain, seperti mamanggil guru agama untuk memberikan les
secara private bagi anaknya. Dalam lingkungan keluarga, pelaksanaan pendidikan
agama bagi anakanak khususnya pada usia balita sangat tepat dengan memberikan
contoh atau praktek-praktek pengamalan ajaran-ajaran agama, baik yang berkaitan
dengan cara ibadah, akhlak maupun akidah dan keimanan.
Adapun urgensi penanaman pendidikan agama bagi anak adalah agar anak dapat
tumbuh dan secara berangsurangsur menghayati dan mengamalkan ajaran agama,
terutama yang berkaitan dengan akhlak terhadap orang tua. Begitu susah payahnya
orang tua yang membesarkan anaknya sehingga banyak ketentuan agama yang
mewajibkan seorang anak untuk berbakti kepada orang tua. Firman Allah:

‫َِل اِيَّاهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن اِحْ سٰ نً ۗا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَ َك ْال ِكبَ َر ا َ َحدُ ُه َما ْٓ ا َ ْو ِك ٰل ُه َما‬
ْٓ َّ ‫ضى َرب َُّك ا َ ََّل ت َ ْعبُد ُْْٓوا ا‬
ٰ َ‫َوق‬
‫ف َّو ََل ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَّ ُه َما قَ ْو ًَل َك ِر ْي ًما‬
ٍ ُ ‫فَ َل تَقُ ْل لَّ ُه َما ْٓ ا‬
Artinya: “Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepda ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya.” (al-Isra’ /17: 23).

Ayat diatas dengan jelas telah mengisyaratkan bahwa kewajiban berbuat baik
kepada orang tua merupakan kewajiban kedua setelah keimanan. Betapa tinggi

10
kedudukan orang tua di mata Islam hingga ungkapan syukur yang sudah seharusnya
diberikan seorang hamba hanya kepada khaliqnya. Allah juga menganjurkan agar
diberikan pula kepada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah :

َ ‫ع ٰلى َو ۡهن ٍَّوفِصٰ لُه فِ ۡى‬


ۡ ‫عا َم ۡي ِن ا َ ِن‬
‫اش ُك ۡر ِل ۡى َو ِل َـو‬ ِ ۡ ‫ص ۡينَا‬
َ ‫اَل ۡنسٰ نَ ِب َوا ِلدَ ۡي ِهۚ َح َملَ ۡتهُ ا ُ ُّمه َو ۡهنًا‬ َّ ‫َو َو‬
ِ ‫ى ۡال َم‬
‫ص ۡي ُر‬ َّ َ‫ا ِلدَ ۡي ََؕك اِل‬
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku
kembalimu.”

Begitu indahnya ajaran Islam dalam rangka membalas budi seorang anak
kepada orang tuanya. Ungkapan-ungkapan dalam firman Allah tadi tersirat ajaran
agar anak memenuhi kebutuhan kedua orang tuanya ketika mereka sudah mulai
udzur dan jika memang keduanya membutuhkan. Kebutuhan disin bisa diartikan
kebutuhan yang menyangkut jasmani dan rohani yang berupa kasih sayang.6

6
Iim Fahimah, Kewajiban Orang Tua terhadap Anak dalam Perspektif Islam, Vol. 1 No. 1, Jurnal
Hawa (2019), h. 39-43

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam memandang anak sebagai karunia yang mahal harganya yang berstatus
suci. Karunia yang mahal ini sebagai amanah yang harus dijaga dan dilindungi oleh
orang tua khususnya, karena anak sebagai aset orang tua dan aset bangsa. Islam telah
memberikan perhatian yang besar terhadap perlindungan anak-anak. Perlindungan
dalam Islam meliputi fisik, psikis, intelektual, moral, ekonomi, dan lainnya.
Hal ini dijabarkan dalam bentuk memenuhi semua hakhaknya, menjamin
kebutuhan sandang dan pangannya, menjaga nama baik dan martabatnya, menjaga
kesehatannya, memilihkan teman bergaul yang baik, menghindarkan dari kekerasan,
dan lain-lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hafsah. 2014. Kajian Perlindungan Hak Pendidikan dan Agama Anak dalam Keluarga
Muslim di Kota Medan. Medan: UIN Sumatera Utara

Zaki, Muhammad. 2014. Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam. Lampung: IAIN Raden
Intan Lampung

Idris. 2019. Anak sebagai Amanah dari Allah, Jakarta: Pustaka Amani

Astride. Peran dan Fungsi Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak.
Bandung

Fahimah, Iim. 2019. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak dalam Perspektif Islam, Vol. 1
No. 1, Jurnal Hawa.

13

Anda mungkin juga menyukai