Disusun Oleh:
Kelompok V
1. Ana Fitriani NIM. 232721010292
2. Nurmalasari NIM. 232721010529
PROGRAM PASCASARJANA (S 2)
1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
Hidup) soleh/soleha dalam mendidik anak sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
Oleh karena itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Urgensi dalam Memilih
al-Qur’an dan Hadits” dapat memberikan manfaat dan ispirasi terhadap pembaca.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
C. Tujuan Makalah........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ...................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang muslim dalam menjalankan kehidupan tidak akan lepas dari dua
pedoman hidup yaitu al-Quran dan hadits. Keduanya selaras dengan apa yang
diwasiatkan oleh Rasulullah Saw sebelum beliau wafat: “Aku tinggalkan di antara
kalian dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama berpegang kepada kitab
Allah dan sunnah Rasul-Nya”. 1 Berpegang kepada kitab al-Quran dan sunnah
ketentraman kepada mereka. Sebuah keadaan yang selama ini tidak pernah mereka
dapatkan sebelumnya. Menyikapi hal ini, Allah Swt telah berfirman dalam al-
َي ٰذلِك
ْ َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖٓه ا َ ْن َخلَقَ لَكُ ْم ِِّم ْن ا َ ْنفُ ِسكُ ْم ا َ ْز َوا ًجا ِلِّت َ ْسكُنُ ْٖٓوا اِلَ ْي َها َو َج َع َل بَ ْينَكُ ْم َّم َودَّة ً َّو َرحْ َمةً ۗا َِّن ِف
ٍ َ َٰل ٰي
َت ِلِّقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّك ُر ْون
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”2
Malik bin Anas, Muwattha’ Al-Imam Malik Bi Riwayat Yahya bin Yahya Al-Lays, (Beirut:
1
1
Salah satu upaya yang dapat dilakukan, untuk mempersiapkan kebahagiaan
dalam pernikahan, adalah dengan cara memilih calon pendamping hidup yang soleh
atau soleha sehingga dapat mendidik anak menjadi anak yang soleh dan soleha
sesuai ketentuan al-Qur’an dan hadits. Nabi Saw telah menyarankan pada seorang
mengajukan lamaran terhadap pasangan yang diinginkan, agar tidak keliru dalam
perempuan.
Faktor agama merupakan faktor yang paling dominan dan paling utama dalam
memilih pasangan hidup, karena dari faktor inilah yang akan menentukan
kebahagiaan dan kedaimaian rumah tangga. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat
Abu Hurairah yang menunjukkan bahwa diantara empat faktor yang ditunjuk
Rasulullah untuk memilih calon istri, maka faktor agamalah yang harus diutamakan
dan menjadi pertimbangan pertama saat menentukan pilihan. Bahkan dalam surat
Al-Baqarah ayat 221, dinyatakan bahwa sekalipun wanita itu statusnya hanyalah
hamba sahaya, namun kalau dia mukmin maka lebih bagus dan lebih baik untuk
dikawini dari pada seorang wanita merdeka yang demikian indah mempesona dan
3
Musthafa Kamal Pasha, dkk, Fikih Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003), hlm.
261
2
Dari latar belakang di atas untuk itu penyusun akan membahas lebih lanjut
dalam makalah ini mengenai urgensi dalam memilih pasangan (pendamping hidup)
soleh atau soleha dalam mendidik anak sesuai al-Qur’an dan hadits.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini berdasarkan latar belakang di atas
sebagai berikut:
1. Bagaimana urgensi dalam memilih pasangan hidup sesuai al-Qur’an dan hadits?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pada makalah ini berdasarkan latar belakang di atas sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana urgensi dalam memilih pasangan hidup sesuai al-
2. Untuk mengetahui baimana dalam mendidik anak sesuai al-Qur’an dan hadits?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa Islam sebagai ajaran agama hanya
akan memberikan tuntunan yang berorientasi pada aspek spiritual tanpa menyentuh
Asumsi tersebut sangat tidak tepat, karena ajaran Islam diturunkan untuk
sebagai penghuni alam dunia. Oleh karena itu, sebagai modal awal untuk
4
صلى هللا عليه وسلِّم قالَت ُ ْن َك ُح
ِّ ِ ي
ِّ هريرةَ رضي هللا عنه عن النِّ ِب
َ عن أبي
dalam memilih calon pendamping hidup. Bukan hanya bagi laki-laki untuk memilih
berumah tangga. 5
4
Muḥammad ibn Al-Bukhāri. Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī. (Beirut: Dār Al-Fikr, 2009), h. 332
5
Dari sudut pandang hukum Islam al-Qutubi menjelaskan bahwa makna yang terkandung
dalam hadits di atas adalah bukan semata memuat perintah syariat untuk melakukan pertimbangan
pada aspek yang terkandung. Muhammad ibn ‘Ali al-Shawkani, Nayl al-Awtar, jilid 6, hlm. 120
5
علَى أَ ْم َوا ِل ِه هن ؛
َ َو ََل تَ ْن ِك هحو هه هن، سنه هه هن أَ ْن يه ْر ِديَ هه هن
ْ سى هح َ َسنِ ِه هن ؛ فَعْ ِل هح
س ْودَا هءَ ٌ َو ََلَ َمة، ِين
ِ علَى الد َ َوا ْن ِك هحو هه هن، سى َْم َواله هه هن أَ ْن يه ْط ِغيَ هه هنَ َفَع
َ ِين أَ ْف
ض هل ٍ َخ ْر َما هء ذَاته د
Artinya : “Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi
kecantikannya itu merusak mereka dan janganlah pula menikahi wanita
karena harta-harta mereka, karena bisa jadi hartanya menjadikan mereka
sesat. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya, seorang wanita
budak berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah
lebih utama dari mereka.” (HR Ibnu Majah) 6
tingkah lakunya. Secara umum hadits di atas memuat dua obyek pertimbangan
dalam memilih calon pasangan, yaitu: (pertama) obyek material berupa kekayaan,
status sosial, dan kecantikan atau ketampanan; dan (kedua) obyek spiritual berupa
keagamaan yang dimiliki oleh seorang calon pasangan. Kedua obyek pertimbangan
ini apabila ditinjau dari sudut pandang psikologi sangat sesuai dengan watak dan
tabiat kepribadian seorang manusia sebagai makhluk Allah Swt. yang diciptakan
6
Republika, Pesan Rasulullah Untuk Pemuda yang Menikah, http://gg.gg/16x7k8 di akses
pada hari Selasa, 3 Oktober 2023 Pukul 12.50 WIB.
6
Dalam memilih calon pasangan, Islam mengakui aspek material sebagai
obyek pertimbangan yang dibolehkan dan layak dilakukan seorang muslim, sebab
hal ini menjadi kecenderungan jiwa manusia menurut watak dan tabiat
berfirman :
kepada lawan jenis, bangga memiliki putra-putri yang sukses, senang dengan harta
benda, kendaraan mewah, tanah yang luas dan binatang peliharaan yang menarik.
Dalam hal memilih pasangan, apabila seorang laki-laki memiliki hasrat untuk
mendapatkan istri yang cantik dan kaya, maka hasrat semisal itu merupakan suatu
hal yang wajar, karena manusia diciptakan memiliki hasrat untuk menyukai suka
kepada kebaikan menurut tuntunan agama, maka akan dapat menemukan keindahan
7
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit., h.
7
Perhatian Islam pada obyek material juga ditunjukkan dengan adanya
Karena dengan melihat pada aspek fisik akan dapat menumbuhkan rasa cinta antar
calon pasangan. Rasulullah Saw bersabda yang artinya : “Lihatlah dia, karena
dengan melihat lebih dapat menumbuhkan cinta di anrtara kamu berdua”.(H.R al-
mendasar dan urgen untuk diperhatikan dalam memilih calon pasangan. Aspek
spiritual ini adalah berupa keagamaan yang dimiliki oleh seorang calon pasangan,
َل َمةٌ ُّمؤْ ِمنَةٌ َخي ٌْر ِِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو ا َ ْع َجبَتْكُ ْم ۚ َو ََل ت ُ ْن ِك ُحوا َ َ ت َحتهى يُؤْ ِم َّن ۗ َو ِ َو ََل ت َ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِر ٰك
ٰۤ ُ ُ
ّٰللا
ُ ار ۖ َو ه ِ ولىِٕكَ يَدْعُ ْونَ اِلَى ال َّن ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ َحتهى يُؤْ ِمنُ ْوا ۗ َولَ َع ْبد ٌ ُّمؤْ ِم ٌن َخي ٌْر ِِّم ْن ُّم ْش ِركٍ َّولَ ْو اَ ْع َجبَك ْم ۗ ا
ِ َّيَدْعُ ْٖٓوا اِلَى ْال َجنَّ ِة َو ْال َم ْغ ِف َرةِ ِب ِاذْنِ ۚه َويُبَ ِيِّنُ ٰا ٰيتِه ِللن
ࣖ َاس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَذَ َّك ُر ْون
Artinya : “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik
daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah
kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman)
sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman
lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar
mereka mengambil pelajaran.” (Q.S Al-Baqarah : 2/221)9
Aswaja Dewata, Menurut Hadit tentan Pernikahan, di posting 19 Januari 2020 https://
8
8
Penempatan agama pada urutan keempat dalam redaksi hadits bukan berarti
bahwa agama menjadi kreteria pilihan yang terakhir, atau pilihan alternatif setelah
tiga kreteria sebelumnya gagal diperoleh. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa tiga
memuat suatu perintah yang wajib dilakukan tetapi hanya sebagai respon atas
kreteria yang paling mendasar untuk diperhatian oleh seseorang yang sedang
melakukan seleksi jodoh. Oleh sebab itu, dalam hadits lain Nabi Saw. menyatakan
الصال َحة ْال َم ْرأَة الدُّ ْنيَا َمتَاع َو َخيْر َمتَاعٌ اَلدُّ ْنيَا
Artinya: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri
kesederajatan antara suami dan istri baik menyangkut aspek kegamaan, status
10
Beritamalut.co, Lima Hadits Rasulullah tentang Wanita, di posting pada 6 Agustus 2021
https://beritamalut.co/2021/08/06/lima-hadits-rasulullah-saw-tentang-keistimewaan-wanita salihah
di akses pada Rabu, 4 Oktober 2023 Pukul 13.40 WIB
11
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, jilid 2, (Kairo: al-Fath{ al-I‘am al-‘Arabi, t.th.), hlm. 93-
94
9
Mengenai konsep kafa’ah dalam perkawinan setidaknya dapat kita temukan
ada dua teori. Menurut Coulson dan Farhat J. Ziadeh. Mereka menyatakan, konsep
kafa’ah muncul dari Iraq, khususnya Kuffah, wilayah di mana Abu Hanifah hidup.
Menurut teori ini, konsep kafa’ah tidak ditemukan dalam kitab yang ditulis imam
Malik. Konsep ini ditemukan pertama kali di kitab mazhab Maliki, yaitu al-
Mudawwanah. Menurut teori ini konsep kafa’ah muncul karena kosmopolitan dan
Menurut Ibn Hazm, kafa’ah sama sekali tidak perlu dipertimbangkan dalam
untuk menikahi siapapun dari wanita muslimah sekalipun bukan seorang wanita
pezina. Karena semua orang Islam adalah bersaudara (QS. al-Hujurat: 10) dan
perintah menikah dinyatakan secara umum dan menyeluruh bagi semua orang Islam
tanpa ada pembedaan antara satu dengan lainnya (QS. al-Nisa’: 3). Menurut
madzhab Maliki dan Hanafi mengakui keberlakuan kafa’ah pada bentuk ketakwaan
dan moralitas seseorang sebagai syarat perkawinan. Bagi kedua madzhab ini,
seorang lelaki saleh walaupun miskin, buruk rupa dan tidak mempunyai nasab
mulia berhak untuk menikahi wanita salehah yang kaya, cantik rupa dan berasal
12
Asrizal, Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Normatif
dan Yuridis, dalam Jurnal Al-Ahwal, Vol. 8, No. 1, tahun 3015, hlm. 67
10
B. Pentingnya Pasangan Soleh atau Sholihah untuk Pendidikan Anak
Keluarga (orang tua) menurut para ahli merupakan pendidikan pertama dan
pendidikannya adalah orang tua. Orang tua (Bapak dan Ibu) adalah pendidik
kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati, ibu dan bapak
diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini
timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara
bersabda,
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan
Muslim). 13
Hadits di atas menjelaskan bahwa anak yang lahirkan fitrah (suci) tinggal
bagaiaman orang tua yang akan mengarahkan mau jadi apa anaknya. Anak menjadi
tanggung jawab orang tua dalam pembentukan karakter dan agamanya. Menurut
Ibnu Qoyyim dalam buku karangan Marzuki bahwa tanggung jawab terhadap anak,
13
MA Al-Hikmah Bandar Lampung, Kedudukan Anak dalam Islam, di posting 11 Agustus
2021 https://www.maalhikmah-bdl.com/read/6/6-kedudukan-anak-dalam-islam di akses pada
Selasa, 3 Oktober 2023 Pukul 13.50 WIB
11
terutama dalam hal pendidikan, berada dipundak orangtua dan pendidikan
(murabbi), apalagi anak tersebut masih berada pada awal pertumbuhannya. 14 Anak
panutan baginya. Pendidikan anak dalam Islam menjadi suatu kewajiban yang tidak
bisa diabaikan oleh kedua orangtua. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dan Hadits Nabi, Pembina an anak sejak dini bisa dilakukan dengan cara-cara
berikut :
Ada beberapa tanggung jawab pokok orang tua terhadap anaknya. Hal ini
dilakukan secara terperinci dalam buku Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Secara garis
14
Loc. Cit
15
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 72-730
12
b. Mendidik anak dengan cara yang baik.
c. Memberikan cinta dan kasih sayang kepada anak.
d. Bersikap dermawan kepada anak.
e. Tidak membeda-bedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan dan hal
kasih sayang dan pemberian harta.
f. Mewaspadai segala sesuatu yang mungkin memengaruhi pembentukan dan
pembinaan anak.
g. Tidak menyumpahi anak.
h. Menanamkan akhlak yang baik. 16
a. Faktor keluarga
b. Faktor sekolah
c. Faktor lingkungan
d. Faktor fisiologis
e. Fakor psikologi
16
Ibid, h,.75
13
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Sangat penting dalam memilih pasangan soleh atau soleha, karena memilih
pasangan ideal dalam sebelum melangsungkan pernikahan adalah sebuah keniscayaan bagi
seorang. Pasangan dipilih satu kali untuk menemani seoang menjalani hidup hingga akhir
hayat. Untuk menentukan pasangan yang ideal, maka agama Islam memberi rambu-rambu
yang telah termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an dan hadits atau as-sunnah.
Dengan memilih pasangan yang soleh atau soleha juga sangat berpengaruh dalam
proses mendidik anak menjadi anak yang taat terhadap pencipta. Karena madrasah pertama
ialah keluarga, untuk itu perlu mendidik anak yang terlahir fitrah dengan ttuntutan al-
B. Saran
makhluknya supaya terhindar dari maksiat untuk itu perlunya memilih pasangan
2. Anak adalah anugerah rezeki yang Allah titipkan untuk itu dengan adanya orang
tua yang soleh atau soleha diharapkan dapat menuntut anak yang terlahir secara
14
DAFTAR PUSTAKA
15