Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

URGENSI DALAM MEMILIH PASANGAN SOLEH/SOLEHA


DALAM MENDIDIK ANAK SESUAI AL-QUR’AN
DAN HADITS

Disusun Oleh:
Kelompok V
1. Ana Fitriani NIM. 232721010292
2. Nurmalasari NIM. 232721010529

Dosen Pengampu : Dr. H. Abdurrohman, M.Ed


Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Dalam al-Qur’an
dan Hadits

PROGRAM PASCASARJANA (S 2)

PROGRAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS AN NUR LAMPUNG

1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah tentang “Urgensi dalam Memilih Pasangan (Pendamping

Hidup) soleh/soleha dalam mendidik anak sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami

menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat

maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima

segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah

ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Urgensi dalam Memilih

Pasangan (Pendamping Hidup) soleh/soleha dalam mendidik anak sesuai dengan

al-Qur’an dan Hadits” dapat memberikan manfaat dan ispirasi terhadap pembaca.

Lampung Selatan, 2 Oktober 2023


Penyusun,

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

C. Tujuan Makalah........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Urgensi dalam Memilih Pasangan Soleh atau Soleha ................................ 4

1. Tuntunan Islam Mmemilih Calon Pasangan ........................................ 4

2. Aspek Lain yang Perlu Jadi Pertimbangan Memilih Pasangan ............ 6

B. Pentingnya Pasangan Soleh atau Soleha untuk Pendidikan Anak ............ 11

1. Kedudukan Orang Tua terhadap Pendidikan Anak ............................ 11

2. Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak ...................................... 13

3. Faktor yang Mmempengaruhi Pendidikan Anak ................................ 13

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 14

A. Simpulan ................................................................................................ 14

B. Saran ...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang muslim dalam menjalankan kehidupan tidak akan lepas dari dua

pedoman hidup yaitu al-Quran dan hadits. Keduanya selaras dengan apa yang

diwasiatkan oleh Rasulullah Saw sebelum beliau wafat: “Aku tinggalkan di antara

kalian dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama berpegang kepada kitab

Allah dan sunnah Rasul-Nya”. 1 Berpegang kepada kitab al-Quran dan sunnah

berarti mempelajari dan mengamalkan kandungan keduanya dalam kehidupan

sehari-hari, baik dalam ibadah ataupun muammalah.

Kehidupan rumah tangga akan memberikan sebuah ketenangan dan

ketentraman kepada mereka. Sebuah keadaan yang selama ini tidak pernah mereka

dapatkan sebelumnya. Menyikapi hal ini, Allah Swt telah berfirman dalam al-

Qur’an Surah Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi:

َ‫ي ٰذلِك‬
ْ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖٓه ا َ ْن َخلَقَ لَكُ ْم ِِّم ْن ا َ ْنفُ ِسكُ ْم ا َ ْز َوا ًجا ِلِّت َ ْسكُنُ ْٖٓوا اِلَ ْي َها َو َج َع َل بَ ْينَكُ ْم َّم َودَّة ً َّو َرحْ َمةً ۗا َِّن ِف‬
ٍ ‫َ َٰل ٰي‬
َ‫ت ِلِّقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّك ُر ْون‬
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”2

Malik bin Anas, Muwattha’ Al-Imam Malik Bi Riwayat Yahya bin Yahya Al-Lays, (Beirut:
1

Dar Al- Kutub Al-‘Ilmiyah, 2010), h. 502


2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta Timur :
PT. Suara Agung, 2010), h. 738

1
Salah satu upaya yang dapat dilakukan, untuk mempersiapkan kebahagiaan

dalam pernikahan, adalah dengan cara memilih calon pendamping hidup yang soleh

atau soleha sehingga dapat mendidik anak menjadi anak yang soleh dan soleha

sesuai ketentuan al-Qur’an dan hadits. Nabi Saw telah menyarankan pada seorang

laki-laki dalam memilih jodoh, hendaklah melihat calon isterinya sebelum

mengajukan lamaran terhadap pasangan yang diinginkan, agar tidak keliru dalam

pilihannya atau dalam keputusannya, sehingga dikhawatirkan kelak dapat merusak

hubungan perkawinan. Pembolehan untuk melihat ini juga berlaku untuk

perempuan.

Faktor agama merupakan faktor yang paling dominan dan paling utama dalam

memilih pasangan hidup, karena dari faktor inilah yang akan menentukan

kebahagiaan dan kedaimaian rumah tangga. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat

Abu Hurairah yang menunjukkan bahwa diantara empat faktor yang ditunjuk

Rasulullah untuk memilih calon istri, maka faktor agamalah yang harus diutamakan

dan menjadi pertimbangan pertama saat menentukan pilihan. Bahkan dalam surat

Al-Baqarah ayat 221, dinyatakan bahwa sekalipun wanita itu statusnya hanyalah

hamba sahaya, namun kalau dia mukmin maka lebih bagus dan lebih baik untuk

dikawini dari pada seorang wanita merdeka yang demikian indah mempesona dan

cantik menawan, namun dia seorang musyrik penyembah berhala. 3

3
Musthafa Kamal Pasha, dkk, Fikih Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003), hlm.
261

2
Dari latar belakang di atas untuk itu penyusun akan membahas lebih lanjut

dalam makalah ini mengenai urgensi dalam memilih pasangan (pendamping hidup)

soleh atau soleha dalam mendidik anak sesuai al-Qur’an dan hadits.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini berdasarkan latar belakang di atas

sebagai berikut:

1. Bagaimana urgensi dalam memilih pasangan hidup sesuai al-Qur’an dan hadits?

2. Bagaimana dalam mendidik anak sesuai al-Qur’an dan hadits?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan pada makalah ini berdasarkan latar belakang di atas sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana urgensi dalam memilih pasangan hidup sesuai al-

Qur’an dan hadits.

2. Untuk mengetahui baimana dalam mendidik anak sesuai al-Qur’an dan hadits?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Urgensi dalam Memilih Pasangan Soleh atau Sokeha

1. Tuntunan Islam Memilih Calon Pasangan

Upaya pertama yang dilakukan Islam untuk membentuk keluarga harmonis

adalah dengan memberikan tuntunan dalam memilih calon pasangan suami-istri.

Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa Islam sebagai ajaran agama hanya

akan memberikan tuntunan yang berorientasi pada aspek spiritual tanpa menyentuh

aspek material dalam kehidupan.

Asumsi tersebut sangat tidak tepat, karena ajaran Islam diturunkan untuk

mengatur kehidupan manusia selama di dunia demi terciptanya kesejahteraan dan

keselamatan di dunia dan akhirat. Tujuan Islam memberikan tuntunan dalam

masalah perkawinan adalah agar tercipta keharmonisan keluarga yang sakinah,

mawaddah dan rahmah, sehingga mampu memelihara regenerasi umat manusia

sebagai penghuni alam dunia. Oleh karena itu, sebagai modal awal untuk

membentuk keluarga harmonis adalah dengan melakukan seleksi terhadap calon

pasangan sebagai suami-istri sehingga mampu mengantarkan suatu perkawinan

menuju tujuan yang dikehendaki Tuhan yang menciptakan manusia. Tuntunan

Islam untuk memilih calon pasangan suami-istri dijelaskan melalui sabda

Rasulullah Saw. yang berbunyi :

4
‫صلى هللا عليه وسلِّم قالَت ُ ْن َك ُح‬
ِّ ِ ‫ي‬
ِّ ‫هريرةَ رضي هللا عنه عن النِّ ِب‬
َ ‫عن أبي‬

ْ َ‫ ف‬،‫ َو ِلدِينِ َها‬،‫ َو َج َما ِل َها‬،‫سبِ َها‬


ِ ‫اظفَ ْر ِبذَا‬
ِ ِّ‫ت الد‬
‫ِين‬ َ ‫ َو ِل َح‬،‫ْال َم ْرأَة ُ ِِل َ ْر َب ٍع ِل َما ِل َها‬

‫اك‬ ْ َ‫ت َِرب‬


َ َ‫ت يَد‬
Artinya : Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi
karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya.
Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah
agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat." (HR. Bukhari
Muslim). 4

Hadits ini menjelaskan empat hal yang menjadi kecenderungan seseorang

dalam memilih calon pendamping hidup. Bukan hanya bagi laki-laki untuk memilih

pasangan perempuan, tetapi juga sebaliknya. Pernyataan hadits menunjukkan

bahwa memperhatikan aspek kekayaan, status sosial (kemuliaan), dan kecantikan

atau ketampanan merupakan bentuk pertimbangan yang dibolehkan menurut agama

karena hal tersebut menjadi kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan

berumah tangga. 5

‫ ََل تَ ْن ِك هحوا‬: ‫ قَا َل‬، ‫سله َم‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللاه‬ َ ِ ‫ ع َِن النه ِبي‬، ‫َّللاِ ْب ِن ع َْم ٍرو‬ َ ‫ع َْن‬
‫ع ْب ِد ه‬
‫سا َء‬
َ ِ‫الن‬

4
Muḥammad ibn Al-Bukhāri. Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī. (Beirut: Dār Al-Fikr, 2009), h. 332
5
Dari sudut pandang hukum Islam al-Qutubi menjelaskan bahwa makna yang terkandung
dalam hadits di atas adalah bukan semata memuat perintah syariat untuk melakukan pertimbangan
pada aspek yang terkandung. Muhammad ibn ‘Ali al-Shawkani, Nayl al-Awtar, jilid 6, hlm. 120

5
‫علَى أَ ْم َوا ِل ِه هن ؛‬
َ ‫ َو ََل تَ ْن ِك هحو هه هن‬، ‫سنه هه هن أَ ْن يه ْر ِديَ هه هن‬
ْ ‫سى هح‬ َ َ‫سنِ ِه هن ؛ فَع‬ْ ‫ِل هح‬
‫س ْودَا هء‬َ ٌ‫ َو ََلَ َمة‬، ‫ِين‬
ِ ‫علَى الد‬ َ ‫ َوا ْن ِك هحو هه هن‬، ‫سى َْم َواله هه هن أَ ْن يه ْط ِغيَ هه هن‬َ َ‫فَع‬
َ ‫ِين أَ ْف‬
‫ض هل‬ ٍ ‫َخ ْر َما هء ذَاته د‬
Artinya : “Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi
kecantikannya itu merusak mereka dan janganlah pula menikahi wanita
karena harta-harta mereka, karena bisa jadi hartanya menjadikan mereka
sesat. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya, seorang wanita
budak berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah
lebih utama dari mereka.” (HR Ibnu Majah) 6

Namun pertimbangan yang paling utama untuk diperhatikan adalah aspek

agama, karena keagamaan akan menentukan karakter seseorang pada semua

tingkah lakunya. Secara umum hadits di atas memuat dua obyek pertimbangan

dalam memilih calon pasangan, yaitu: (pertama) obyek material berupa kekayaan,

status sosial, dan kecantikan atau ketampanan; dan (kedua) obyek spiritual berupa

keagamaan yang dimiliki oleh seorang calon pasangan. Kedua obyek pertimbangan

ini apabila ditinjau dari sudut pandang psikologi sangat sesuai dengan watak dan

tabiat kepribadian seorang manusia sebagai makhluk Allah Swt. yang diciptakan

memiliki rasa dan akal.

2. Aspek Lain yang Perlu Jadi Pertimbangan Memilih Pasangan

a. Pertimbangan Aspek Material

6
Republika, Pesan Rasulullah Untuk Pemuda yang Menikah, http://gg.gg/16x7k8 di akses
pada hari Selasa, 3 Oktober 2023 Pukul 12.50 WIB.

6
Dalam memilih calon pasangan, Islam mengakui aspek material sebagai

obyek pertimbangan yang dibolehkan dan layak dilakukan seorang muslim, sebab

hal ini menjadi kecenderungan jiwa manusia menurut watak dan tabiat

penciptaannya sebagai makhluk penghuni dunia. Dalam al-Quran Allah Swt.

berfirman :

‫ض ِة َو ْال َخي ِْل‬


َّ ‫ب َو ْال ِف‬
ِ ‫ط َرةِ ِمنَ الذَّ َه‬ ِ َ‫س ۤا ِء َو ْالبَنِيْنَ َو ْالقَن‬
َ ‫اطي ِْر ْال ُمقَ ْن‬ َ ِّ‫ت مِنَ ال ِن‬
ِ ‫ش َه ٰو‬ َّ ‫اس حُبُّ ال‬ ِ َّ‫ُزيِِّنَ ِللن‬
‫ب‬ ‫ث ۗ ٰذلِكَ َمت َاعُ ْال َح ٰيوةِ الدُّ ْنيَا َۗو ه‬
ِ ‫ّٰللاُ ِع ْندَ ٗه ُح ْسنُ ْال َم ٰا‬ ِ ‫س َّو َم ِة َو ْاَلَ ْنعَ ِام َو ْال َح ْر‬
َ ‫ْال ُم‬
Artinya : “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa
yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik.” (Q.S Ali-Imran : 3/14)7

Setiap manusia mempunyai hasrat untuk menyukai keindahan, tertarik

kepada lawan jenis, bangga memiliki putra-putri yang sukses, senang dengan harta

benda, kendaraan mewah, tanah yang luas dan binatang peliharaan yang menarik.

Dalam hal memilih pasangan, apabila seorang laki-laki memiliki hasrat untuk

mendapatkan istri yang cantik dan kaya, maka hasrat semisal itu merupakan suatu

hal yang wajar, karena manusia diciptakan memiliki hasrat untuk menyukai suka

dengan keindahan. Namun apabila manusia mampu mengarahkan hasratnya itu

kepada kebaikan menurut tuntunan agama, maka akan dapat menemukan keindahan

dan kebahagiaan yang lebih baik

7
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit., h.

7
Perhatian Islam pada obyek material juga ditunjukkan dengan adanya

perintah untuk melihat calon pasangan ketika melakukan peminangan (khitbah).

Karena dengan melihat pada aspek fisik akan dapat menumbuhkan rasa cinta antar

calon pasangan. Rasulullah Saw bersabda yang artinya : “Lihatlah dia, karena

dengan melihat lebih dapat menumbuhkan cinta di anrtara kamu berdua”.(H.R al-

Nasai dan al-Turmuzi)8

b. Pertimbangan Aspek Spritual

Pertimbangan aspek spiritual di sini merupakan kreteria yang paling

mendasar dan urgen untuk diperhatikan dalam memilih calon pasangan. Aspek

spiritual ini adalah berupa keagamaan yang dimiliki oleh seorang calon pasangan,

sebagaimana Allah Swt berfirman :

‫َل َمةٌ ُّمؤْ ِمنَةٌ َخي ٌْر ِِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو ا َ ْع َجبَتْكُ ْم ۚ َو ََل ت ُ ْن ِك ُحوا‬ َ َ ‫ت َحتهى يُؤْ ِم َّن ۗ َو‬ ِ ‫َو ََل ت َ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِر ٰك‬
ٰۤ ُ ُ
‫ّٰللا‬
ُ ‫ار ۖ َو ه‬ ِ ‫ولىِٕكَ يَدْعُ ْونَ اِلَى ال َّن‬ ‫ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ َحتهى يُؤْ ِمنُ ْوا ۗ َولَ َع ْبد ٌ ُّمؤْ ِم ٌن َخي ٌْر ِِّم ْن ُّم ْش ِركٍ َّولَ ْو اَ ْع َجبَك ْم ۗ ا‬
ِ َّ‫يَدْعُ ْٖٓوا اِلَى ْال َجنَّ ِة َو ْال َم ْغ ِف َرةِ ِب ِاذْنِ ۚه َويُبَ ِيِّنُ ٰا ٰيتِه ِللن‬
ࣖ َ‫اس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَذَ َّك ُر ْون‬
Artinya : “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik
daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah
kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman)
sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman
lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar
mereka mengambil pelajaran.” (Q.S Al-Baqarah : 2/221)9

Aswaja Dewata, Menurut Hadit tentan Pernikahan, di posting 19 Januari 2020 https://
8

www.aswajadewata.com/menurut-hadits-ini-menikah-itu-harus-ada-cinta/ di akses pada Senin, 2


Oktober 2023 Pukul 13.15 WIB
9
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit., h.

8
Penempatan agama pada urutan keempat dalam redaksi hadits bukan berarti

bahwa agama menjadi kreteria pilihan yang terakhir, atau pilihan alternatif setelah

tiga kreteria sebelumnya gagal diperoleh. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa tiga

kreteria pertama berupa kekayaan, status sosial dan kecantikan/ketampanan tidak

memuat suatu perintah yang wajib dilakukan tetapi hanya sebagai respon atas

kecenderungan manusia dalam memilih jodoh. Sedangkan aspek agama menjadi

kreteria yang paling mendasar untuk diperhatian oleh seseorang yang sedang

melakukan seleksi jodoh. Oleh sebab itu, dalam hadits lain Nabi Saw. menyatakan

sabdanya mengenai pemilihan pasangan yang akan menajadi isteri :

‫الصال َحة ْال َم ْرأَة الدُّ ْنيَا َمتَاع َو َخيْر َمتَاعٌ اَلدُّ ْنيَا‬
Artinya: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri

yang shalihah.” (H.R. Muslim dari Abdullah bin Amr).10

c. Pertimbangan Aspek Kesepadanan

Kesepadanan (kafa’ah) antara suami dan istri merupakan faktor penting

yang mempengaruhi pembentukan keluarga harmonis. Dalam terminologi fiqh

perkawinan kada’ah diterjemahkan sebagai: kesepadanan, kesamaan atau

kesederajatan antara suami dan istri baik menyangkut aspek kegamaan, status

sosial, strata ekonomi, kasta, maupun kondisi fisik. 11

10
Beritamalut.co, Lima Hadits Rasulullah tentang Wanita, di posting pada 6 Agustus 2021
https://beritamalut.co/2021/08/06/lima-hadits-rasulullah-saw-tentang-keistimewaan-wanita salihah
di akses pada Rabu, 4 Oktober 2023 Pukul 13.40 WIB
11
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, jilid 2, (Kairo: al-Fath{ al-I‘am al-‘Arabi, t.th.), hlm. 93-
94

9
Mengenai konsep kafa’ah dalam perkawinan setidaknya dapat kita temukan

ada dua teori. Menurut Coulson dan Farhat J. Ziadeh. Mereka menyatakan, konsep

kafa’ah muncul dari Iraq, khususnya Kuffah, wilayah di mana Abu Hanifah hidup.

Menurut teori ini, konsep kafa’ah tidak ditemukan dalam kitab yang ditulis imam

Malik. Konsep ini ditemukan pertama kali di kitab mazhab Maliki, yaitu al-

Mudawwanah. Menurut teori ini konsep kafa’ah muncul karena kosmopolitan dan

kompleksitas masalah yang di hadapi masyarakat Iraq ketika itu. 12

Dalam hukum Islam terdapat perselisihan pendapat di kalangan ulama

menyangkut keberlakuan kafa’ah sebagai sebuah pertimbangan dalam perkawinan.

Menurut Ibn Hazm, kafa’ah sama sekali tidak perlu dipertimbangkan dalam

perkawinan. Menurutnya, setiap muslim laki-laki, walaupun seorang pezina, berhak

untuk menikahi siapapun dari wanita muslimah sekalipun bukan seorang wanita

pezina. Karena semua orang Islam adalah bersaudara (QS. al-Hujurat: 10) dan

perintah menikah dinyatakan secara umum dan menyeluruh bagi semua orang Islam

tanpa ada pembedaan antara satu dengan lainnya (QS. al-Nisa’: 3). Menurut

madzhab Maliki dan Hanafi mengakui keberlakuan kafa’ah pada bentuk ketakwaan

dan moralitas seseorang sebagai syarat perkawinan. Bagi kedua madzhab ini,

seorang lelaki saleh walaupun miskin, buruk rupa dan tidak mempunyai nasab

mulia berhak untuk menikahi wanita salehah yang kaya, cantik rupa dan berasal

dari keturunan terhormat.

12
Asrizal, Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Normatif
dan Yuridis, dalam Jurnal Al-Ahwal, Vol. 8, No. 1, tahun 3015, hlm. 67

10
B. Pentingnya Pasangan Soleh atau Sholihah untuk Pendidikan Anak

1. Kedudukan Orang Tua terhadap Pendidikan Anak

Keluarga (orang tua) menurut para ahli merupakan pendidikan pertama dan

pendidikannya adalah orang tua. Orang tua (Bapak dan Ibu) adalah pendidik

kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati, ibu dan bapak

diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini

timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara

moral, keduanya merasa punya beban tanggung jawab untuk memelihara,

mengawasi, melindungi, dan membimbing keturunan mereka. Rasulullah Saw

bersabda,

ْ ‫َص َرانهُك ُّل َم ْول ْو ٍد ي ْولَد َعلَى ْالف‬


‫ فَأَبَ َواه ي‬،‫ط َرة‬ ِّ ‫سانه أَ ْو ين‬
َ ‫ه َِّودَانه أَ ْو ي َم ِّج‬
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan

Muslim). 13

Hadits di atas menjelaskan bahwa anak yang lahirkan fitrah (suci) tinggal

bagaiaman orang tua yang akan mengarahkan mau jadi apa anaknya. Anak menjadi

tanggung jawab orang tua dalam pembentukan karakter dan agamanya. Menurut

Ibnu Qoyyim dalam buku karangan Marzuki bahwa tanggung jawab terhadap anak,

13
MA Al-Hikmah Bandar Lampung, Kedudukan Anak dalam Islam, di posting 11 Agustus
2021 https://www.maalhikmah-bdl.com/read/6/6-kedudukan-anak-dalam-islam di akses pada
Selasa, 3 Oktober 2023 Pukul 13.50 WIB

11
terutama dalam hal pendidikan, berada dipundak orangtua dan pendidikan

(murabbi), apalagi anak tersebut masih berada pada awal pertumbuhannya. 14 Anak

sangat membutuhkan pembinaan dan teladan (Qudwah) yang bisa dijadikan

panutan baginya. Pendidikan anak dalam Islam menjadi suatu kewajiban yang tidak

bisa diabaikan oleh kedua orangtua. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam pendidikan agar menjadi generasi Islami. Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an

dan Hadits Nabi, Pembina an anak sejak dini bisa dilakukan dengan cara-cara

berikut :

a. Mendorong anak untuk membaca Al-Qur’an.


b. Mendorong anak untuk menghafal hadits-hadits Nabi.
c. Mendorong anak untuk mengahayati ciptaan-ciptaan Allah Swt.
d. Mendorong anak sejak kecil untuk belajar shalat.
e. Melatih anak untuk bersikap sabar dan ridha.
f. Mengajarkan kepada anak tentang arti penting mencintai Allah SWT dan
Rasulullah Saw.
g. Mengajarkan kepada anak tentang perilaku tercela dan tidak tercela.
h. Melatih anak untuk senang bersedekah atau berbagi dengan yang
membutuhkan. 15

2. Tanggung Jawab Orang terhadap Anak

Ada beberapa tanggung jawab pokok orang tua terhadap anaknya. Hal ini

dilakukan secara terperinci dalam buku Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Secara garis

besar, tanggung jawab orangtua terhadap anaknya adalah:

a. Menerima kehadiran anak sebagai amanah dari Allah.

14
Loc. Cit
15
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 72-730

12
b. Mendidik anak dengan cara yang baik.
c. Memberikan cinta dan kasih sayang kepada anak.
d. Bersikap dermawan kepada anak.
e. Tidak membeda-bedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan dan hal
kasih sayang dan pemberian harta.
f. Mewaspadai segala sesuatu yang mungkin memengaruhi pembentukan dan
pembinaan anak.
g. Tidak menyumpahi anak.
h. Menanamkan akhlak yang baik. 16

3. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Anak

a. Faktor keluarga

b. Faktor sekolah

c. Faktor lingkungan

d. Faktor fisiologis

e. Fakor psikologi

16
Ibid, h,.75

13
BAB III
KESIMPULAN

A. Simpulan

Sangat penting dalam memilih pasangan soleh atau soleha, karena memilih

pasangan ideal dalam sebelum melangsungkan pernikahan adalah sebuah keniscayaan bagi

seorang. Pasangan dipilih satu kali untuk menemani seoang menjalani hidup hingga akhir

hayat. Untuk menentukan pasangan yang ideal, maka agama Islam memberi rambu-rambu

yang telah termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an dan hadits atau as-sunnah.

Dengan memilih pasangan yang soleh atau soleha juga sangat berpengaruh dalam

proses mendidik anak menjadi anak yang taat terhadap pencipta. Karena madrasah pertama

ialah keluarga, untuk itu perlu mendidik anak yang terlahir fitrah dengan ttuntutan al-

Qur’an dan as-sunnah.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penyusun memberikan saran sebagai, berikut:

1. Pernikahan adalah suatu ibadah yang di anugerahkan Allah terhadap

makhluknya supaya terhindar dari maksiat untuk itu perlunya memilih pasangan

hidup yang soleh atau soleha.

2. Anak adalah anugerah rezeki yang Allah titipkan untuk itu dengan adanya orang

tua yang soleh atau soleha diharapkan dapat menuntut anak yang terlahir secara

fitrah sesuai dengan ajaran al-Qur’an atau as-sunnah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aswaja Dewata. Menurut Hadit tentan Pernikahan di posting 19 Januari 2020


https:// www.aswajadewata.com/menurut-hadits-ini-menikah-itu-harus-ada-
cinta/ di akses pada Senin, 2 Oktober 2023 Pukul 13.15 WIB
Beritamalut.co. Lima Hadits Rasulullah tentang Wanita di posting pada 6 Agustus
2021 https://beritamalut.co/2021/08/06/lima-hadits-rasulullah-saw-tentang-
keistimewaan-wanita salihah di akses pada Rabu, 4 Oktober 2023 Pukul 13.40
WIB
Dari sudut pandang hukum Islam al-Qutubi menjelaskan bahwa makna yang
terkandung dalam hadits di atas adalah bukan semata memuat perintah syariat
untuk melakukan pertimbangan pada aspek yang terkandung. Muhammad ibn
‘Ali al-Shawkani, Nayl al-Awtar, jilid 6.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Jakarta Timur : PT. Suara Agung.
MA Al-Hikmah Bandar Lampung. Kedudukan Anak dalam Islam. di posting 11
Agustus 2021 https://www.maalhikmah-bdl.com/read/6/6-kedudukan-anak-
dalam-islam di akses pada Selasa, 3 Oktober 2023 Pukul 13.50 WIB.
Malik bin Anas. 2010. Muwattha’ Al-Imam Malik Bi Riwayat Yahya bin Yahya Al-
Lays. Beirut: Dar Al- Kutub Al-‘Ilmiyah.
Marzuki. 2015. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah.
Muḥammad ibn Al-Bukhāri. 2009. Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī. Beirut: Dār Al-Fikr.
Musthafa Kamal Pasha, dkk. 2003. Fikih Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Republika. Pesan Rasulullah Untuk Pemuda yang Menikah. http://gg.gg/16x7k8 di
akses pada hari Selasa, 3 Oktober 2023 Pukul 12.50 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai