Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Periode dan Fase - Fase Proses Pendidikan Islam

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Wahyudi, M.Pd.I

Disusun oleh:

1. Khusnul khotimah (2201012535)


2. Nabila Kumala Sari (2201012543)
3. Mufarrihatul Hasan (2201012546)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH JOMBANG


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Ilmu Pendidikan Islam ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya, mungkin
penyusunan makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dan tak lupa
kepada dosen pembimbing Bapak Wahyudi, M.Pd.I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada kami. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui tentang Periode dan Fase - Fase Proses Pendidikan Islam.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jombang, 06 Maret 2023

Penulis,

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I.............................................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Rumusan....................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. fase pemilihan jodoh..........................................................................................5
B. fase perkawinan................................................................................................7
C. fase kehamilan ..................................................................................................7
D. fase bayi proses.................................................................................................7
E. fase kanak – kanak…………………………………………………………………………….......….7
F. fase remaja proses…………………………………………………………………………......…….7
G. fase dewasa dan berkeluarga.....………………………………………………….....……16

BAB III..............................................................................................................17
PENUTUP ..................................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemikiran Pendidikan Islam tentang pranatal, sepertinya kurang mendapat
perhatian besar. Hal ini bisa dilihat dari kalangan umat Islam yang masih tabu
kalau seorang ayah mencarikan calon mantu untuk anak wanitanya. Padahal
pada Zaman awal awal dakwah Islam,baik pada periode Makkah dan Madinah
praktik ini banyak dilakukan seperti Abubakar menjodohkan anaknya
Sayyidati Aisyah dengan Rasulullah, Sayyidatina Fatimah anak Rasulullah
dijodohkan dengan Ali bin Abi Thalib.Pendidikan pranatal dalam perspektif
Islam baik ketika fase memilih jodoh baik memilih istri ataupun suami, fase
pernikahan hingga fase hamil patut dibahas jauh, pendidikan pranatal
merupakan sebuah pemikiran yang perlu dibedah dalam melawan tradisi dan
adat istiadat anak - anak dikalangan melanial saat ini, dimana dalam
menentukan jodoh terletak pada tangan anak- anak bukan pada orang tuanya.
Jika ada anak yang kawin dengan jodoh yang dipilihkan orangtua dikatakan
Siti Noorbaya Melanial, padahal tidak sepenuhnya hal tersebut salah, karena
orang tua menjodohkan dengan dasar pertimbangan agama atau akhlak
sebagai pertimbangan pilihan pertama.Pendidikan Pranatal adalah pendidikan
sebelum masa melahirkan. Masa ini ditandai dengan fase pemilihan jodoh,
pernikahan, dan kehamilan. Berikut penjelasan beberapa fase tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja fase pemilihan jodoh ?
2. Apa saja fase perkawinan ?
3. Apa saja fase kehamilan ?

II
4. Apa saja fase bayi proses?
5. Apa saja fase kanak – kanak?
6. Apa saja fase remaja proses?
7. Apa saja fase dewasa dan berkeluarga?

C.Tujuan Rumusan.
1. Mengetahui. fase pemilihan jodoh
2. Mengetahui fase perkawinan
3. Mengetahui fase kehamilan
4. Mengetahui fase bayi proses
5. Mengetahui fase kanak-kanak
6. Mengetahui fase remaja proses
7. Mengetahui fase dewasa dan berkeluarga

II
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fase Pemilihan Jodoh


Awal mula pendidikan anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan pernikahan,
yaitu melaksanakan sunnah Rasulullah SAW, lahirnya keturunan yang dapat
meneruskan risalahnya. Pernikahan yang tidak dilandasi keinginan untuk
memelihara keturunan, tempat menyemai bibit iman, melahirkan keluarga
sehat serta memenuhi dorongan rasa aman, sejahtera, dan sakinah, penuh
mawaddah wa rahmah. Oleh karena itu pemilihan pasangan sebelum nikahpun
menjadi kepedulian utama dalam merancang pendidikan anak. Apabila salah
dalam memilih pasangan akan mendatangkan murka dan kemarahan Allah
yang membuat manusia sengsara dunia dan akhirat .Fase ini adalah Persiapan
bagi orang dewasa untuk menghadapi kehidupan baru yaitu berkeluarga.Fase
pemilihan jodoh yang tepat mempengaruhi terhadap kebahagian rumah
tangganya dikemudian hari1I.Adapun masa pemilihan jodoh yang tepat
menurut RI Suhartin terdapat 2 syarat atau kriteria :
1.Syarat Kriteria Umum : Memilih jodoh yang dewasa agar tidak kesulitan
dalam berkeluarga
2. Syarat Kriteria Khusus : Saling mencintai
Dalam syari'at islam terdapat kaidah-kaidah dan hukum bagi pelamar dan
yang dilamar ,Menjadikan perkawinan akan berada pada puncak
keharmonisan,kecintaan dan keserasian.
1. Pemilihan Calon Istri
‫َالُّد ْنَيا َم َتاٌع َو َخْيُر َم َتاِع الُّد ْنَيا اْلَم ْر َأُة الَّصاِلَح ُة‬

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Muliya, tt), h. 302).


II
Dunia ini adalah perhiasan, sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang
shalehah.” (HR. Muslim). Dari penjelasan hadits tersebut terdapat syarat
penting dalam pemilihan calon istri antara lain:
a. Saling mencintai
b. Memilih karena agamanya
c. Sholehah
d. Derajatnya sama
e. Lingkungan yang baik
f. Jauh keturunanannya
g. Bisa hamil /memiliki keturunan2
2. Pemilihan Calon Suami
Tidak banyak hadits yang menyebutkan tentang pemilihan calon suami
sebagaimana halnya memilih calon istri. Terdapat hadit Rasulullah SAW
dalam memeberikan keterangan diatas:
‫ ِإَّال َتْفَع ُلوا َتُك ْن ِفْتَنٌة ِفي اَأْلْر ِض َو َفَس اٌد َع ِر ْيٌض‬،‫ِإَذ ا َخ َطَب ِإَلْيُك ْم َم ْن َتْر َض ْو َن ِد ْيَنُه َو ُخ ُلَقُه َفَز ِّو ُجْو ُه‬

“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada
kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan
orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya
akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no.
1084, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Al-Irwa’ no. 1868, Ash-
Shahihah no. 1022)
Berdasarkan hadits tersebut, maka Dapat dilihat dari sudut pandang agama
yang dianut beserta akhlaknya
B. Fase Perkawinan
Menurut Abdullah Nashih Ulwan yang dikutip oleh Ramayulis bahwa
masalah
perkawinan terdiri dari 2 aspek yakni perkawinan sebagai fitrah insani,
perkawinan sebagai kemaslahatan sosial.
a) perkawinan sebagai fitrah insani

2 Ramayulis, Op. Cit.,h. 302.

II
1. Perkawinan merupakan sunnah Rasul
Siapa saja yang mampu untuk menikah, namun ia tidak menikah maka
tidaklah ia
termasuk golongan ku” (HR. Thabrani dan Baihaki).
2.Perkawinan untuk ketentraman dan kasih sayang
3.Perkawinan untuk mendapatkan keturunan
4.Perkawinan untuk memelihara atau menjaga dari kemaksiatan
b) perkawinan sebagai kemaslahatan sosial
dilaksanakan dengan walimatul ursy
Setelah calon dipilih, diadakan peminangan, dan selanjutnya dilaksanakan
pernikahan dengan walimat al-urusy-Nya. Sesuatu yang menarik dalam
pernikahan kemudian dalam Islam dibacakan khutbah nikah sebelum ijab
qabul.
Dalam khutbah nikah terkandung nilai-nilai pendidikan yaitu: peningkatan
iman dan amal, pergaulan yang baik antara suami dan istri, kerukunan rumah
tangga, memelihara silaturrahmi serta mawas diri dalam setiap tindak dan
perilaku.Setelah pernikahan selesai, maka suami istri sudah boleh bergaul
dengan melakukan persetubuhan. Sebelum bersetubuh disunatkan membaca
do’a sebagai berikut:Dengan nama Allah, ya Allah jauhkanlah syetan dari
kami dan jauhkanlah syetan itu dari anak yang (mungkin) Engkau karuniakan
kepada kami.” (H.R. Muttafaq ‘Alaih).Dalam do’a diatas terkandung unsur
paedagogis bahwa lewat do’a ini para calon orang tua telah mendidik dirinya
dan cikal bakal anaknya untuk senantiasa dekat kepada Allah dengan harapan
yang besar anaknya kelak menjadi hamba Allah yang shaleh.
C. Fase Kehamilan
Salah satu tujuan berumah tangga adalah untuk mendapatkan keturunan,
karena itu seorang istri mengharapkan ia dapat melahirkan seorang anak.
Sebagai tanda seorang istri akan memiliki anak adalah melalui proses
kehamilan selama lebih kurang 9 bulan. Masa kehamilan memiliki beberapa
tahapan, yaitu:
1) Tahapan Nuthfah.

II
Pada tahap ini, calon anak masih dalam bentuk cairan sperma dan sel telur.
Tahap ini berlangsung selama 40 hari.
2) Tahap ‘Alaqah.
Tahapan ini tentunya terjadi setelah janin berumur dalam 80 hari, cairan
tersebut berkembang bagaikan segumpal darah kental dan bergantung pada
dinding rahim ibu.
3) Tahap Mudghah.
Tahapan ini terjadi pada saat janin berumur 120 hari, segumpal darah tadi
berkembang menjadi segumpal daging. Pada masa inilah, calon bayi telah siap
menerima hembusan ruh dari Malaikat utusan Allah.Ada tiga faktor yang
perlu dibicarakan berkaitan dengan proses pendidikan. Pertama diyakini
bahwa periode ini berawal dari adanya kehidupan. Hal ini dinyatakan dengan
adanya perkembangan yang berawal dari nuthfah sampai menjadi mudhgah,
dan kemudian menjadi seorang bayi; Kedua, setelah berbentuk daging
(mudghah), Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya.
Tampaknya, ruh inilah yang menjadi tahap awal bergeraknya kehidupan psikis
manusia. Disisi lain, perkembangan psikis manusia juga dipengaruhi oleh
kegembiraan ataupun penderitaan yang dialami oleh sang ibu. Kebahagian,
kelincahan ataupun kesedihan, kemurungan yang ditujukkan oleh sang ibu
ketika mengandung akan tercermin kepada tingkah laku bayi yang dilahirkan.
Ketiga, aspek yang paling penting adalah aspek agama. Naluri agama
sebenarnya sudah ada pada setiap individu jauh sebelum kelahirannya didunia
nyata.Menurut Zakiah Daradjad, proses pendidikan lebih berpengaruh kepada
anak apabila diamalkan langsung orang tuanya selama janin beradadalam
kandungan. Kontak psikis secara langsung antara orang tua, terutama ibu
dengan janin sebenarnya disebut pendidikan pada masa kehamilan.3
D. Fase Bayi Proses

3 Zakiah Daradjat, Bahan Kuliah Ilmu Pendidikan Islam, (PPs. IAIN Imam
Bonjol Padang, 1996), h. 7.

II
Pendidikan pascanatal yaitu pendidikan yang dimulai sejak lahirnya anak
sampai mereka dewasa, bahkan sampai meninggal dunia yang kita kenal
dengan sebutan pendidikan seumur hidup. Dalam upaya pengembangan
pendidikan agama dalam keluarga, Rasulullah SAW telah memberikan
tuntunan kepada kita agar mendidik anak sesuai dengan perkembangan
jiwanya. Ada beberapa tahapan dengan perkembangan jiwa anak yaitu:
Usia anak 0-3 tahun
Pada masa anak usia 0-3 tahun yang dapat dilakukan kedua orang tua adalah
memberikan suasana kehidupan yang agamis seperti yang dianjurkan oleh
Rasulullah SAW, seperti:1) Membaca adzan pada telinga kanan dan iqamat
pada telinga kiri sang bayi pada saat baru dilahirkan.2) Menaqiqahkannya,
disamping sebagai rasa syukur atas kelahiran anak, juga mengajarkan kepada
anak agar suka bersedekah dan pandai bersyukur dikemudian hari dalam
menjalani kehidupannya.3) Memberikan nama kepada anak dengan nama
yang baik.4) Anak dicukur rambutnya / dibersihkan dari kotorannya.5) Setelah
sampai usia 3 tahun, hendaknya selalu diberikan suasana agamis dan
dibiasakan dengan kebaikan semisal memperdengarkan bacaan AlQur’an
kepadanya.4
E.Fase Kanak - Kanak
Fase Pra Sekolah (3-6 tahun)
Karakteristik anak pada fase ini adalah:
1) Dapat mengontrol tindakannya.
2) Selalu ingin bergerak adalah sesuatu yang alami.
3) Berusaha mengenal lingkungan sekeliling, perkembangan yang cepat dalam
berbicara.
4) Senantiasa ingin memiliki sesuatu, egois, keras kepala, suka protes,
menanyai sesuatu berulang kali.
5) Mulai membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan
yang buruk.

4 Ramayulis, Op.Cit., h. 313.

II
6) Mulai mempelajari dasar perilaku sosial5
Usia 7-13 tahun
Pada usia ini anak sudah mulai memasuki SD karena sudah mulai dapat
menggunakan pikiran / rasionya. Dalam upaya pendidikan Islam, Rasulullah
telah mengajarkan pada hadits yang artinya: “Suruhlah anak-anak melakukan
ibadah shalat pada usia 7 tahun dan bilamana sampai usia 10 tahun belum
shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkan tempat tidurnya.
Tugas perkembangan pada usia kanak-kanak dimulai dari usia 2 (dua) sampai
dengan 13 ( tiga belas tahun).
Usia kanak-kanak dibagi menjadi dua (dua) periode yaitu usia pra sekolah
dan usia sekolah. Usia pra sekolah disebut dengan kanak-kanak awal, dan usia
sekolah disebut dengan kanak-kanak akhir.
F.Fase Remaja Proses
Masa ini berlangsung dari umur 12-21 tahun. Pada masa remaja ini ditandai
dengan adanya perubahan yang menyangkut gender sehingga sering juga
disebut dengan peralihan dari aseksual menjadi seksual. Selain itu, terjadi pula
perubahan fisik dan perubahan psikis.
Perubahan fisik pada pubertas
perubahan fisik pada masa remaja dapat dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik
seksual. Beberapa dimensi perkembangan fisik pada masa remaja akan
diuraikan dalam ulasan berikut. Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik
sehingga pada akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan
bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas
yaitu, penambahan tinggi badan yang cepat, perkembangan seks sekunder,
perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta
perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan
kekuatan dan stamina tubuh. Perubahan fisik yang terjadi pada periode

5 Abu Amr Ahad Sulaiman, Metode Pendidikan Anak Muslim Usia Prasekolah,
Trj. Ahad Amin Sjihab, Judul Asli : Minhajuth Thiflil fii Dhau Al-Kitab wa As-Sunnah,
Cet. I, (Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2000), h. 10.

II
pubertas berlangsung dengan sangat cepat dalam sekuens yang teratur dan
berkelanjutan. Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per
tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun.
Perubahan tinggi dan berat badan
Faktor yang menyebabkan laki-laki rata-rata lebih tinggi dari perempuan
adalah karena laki-laki memulai pertumbuhan mereka dua tahun lebih lambat
dibandingkan dengan anak-anak perempuan. Dengan demikian anak laki-laki
mengalami penambahan pertumbuhan selama dua tahun pada masa anak-anak.
Tinggi rata-rata anak perempuan terjadi pada saat ia memulai masa percepatan
pertumbuhan, yakni sekitar 54 atau 55 inci, secangkan bagi laki-laki sekitar 59
atau 60 inci.
Perubahan Proporsi Tubuh
Pertambahan tinggi dan berat badan berhubungan juga dengan proporsi tubuh.
Misalnya bagian-bagian tubuh tertentu yang dulunya kecil saat masa anak-
anak, pada masa remaja berubah menjadi besar.
Kematangan Seksual
Kematangan seksual terjadi dengan pesat pada awal masa remaja. Periode ini
disebut masa
pubertas. Kematangan seksual sebagai suatu rangkaian perubahan fisik pada
masa remaja ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks
sekunder
Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer
Yang dimaksud dengan ciri-ciri seks primer adalah ciri-ciri fisik yang secara
langsung menunjuk pada proses reproduksi yang khas membedakan laki-laki
dan perempuan. Dengan demikian antara laki-laki dan perempuan terdapat
perbedaan ciri-ciri seks primer. Pada remaja pria, perubahan ciri-ciri seks
primer dapat dilihat pada pertumbuhan yang cepat pada penis dan skrotum dan
mengalami mimpi basah untuk pertama kalinya Perubahan Ciri-Ciri Seks
Sekunder Ciri-ciri seks sekunder merupakan tanda-tanda fisik yang tidak
berhubungan secara langsung dengan proses reproduksi namun manjadi
penanda khas yang membedakan seorang laki-laki dan perempuan; merupakan

II
konsekuensi dari bekerjanya hormon-gormon pria dan wanita. Pada anak
lelaki, ciri-ciri seks sekunder yang terjadi antara lain tumbuhnya kumis dan
janggut, jakun, suara menjadi berat, bahu dan dada melebar, tumbuh bulu di
ketiak, dada, kaki, tangan dan daerah kelamin serta otot-otot menjadi kuat.
Pada anak perempuan tanda-tanda fisik ini berupa payudara dan pinggul
membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan sekitar organ
reproduksi.
Adapun karakteristik fase Remaja dibagi menjadi 6, yaitu:
1) Masa Remaja sebagai Masa Peralihan
2) Masa Remaja sebagai Masa Perubahan
3) Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
4) Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
5) Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis
6) Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa.

II
G. Fase Dewasa dan Berkeluarga
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan yang matang bukan
sekedar ikut-ikutan.

II
1. Cenderung bersifat realistis sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.

2. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha


untuk mempelajari dan memperdalam keagamaan.

3. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung


jawab diri, hingga keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.

4. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang luas.

5. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan


beragama selain didasarkan atas pertimbangan pemikiran juga didasarkan
atas pertimbangan hati nurani.

6. Sikap keberagamaan cendrung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian


masing-masing sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang
diyakininya.6

Pada perkembangan usia remaja Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa


menjadi tiga yaitu: masa dewasa awal, masa dewasa madya, masa usia lanjut.

1. Masa Dewasa Awal, masa ini remaja ada kecendrungan memilih arah hidup
dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.

2. Masa Dewasa Tengah, pada masa ini sudah mulai menghadapi tantangan hidup.
Pada masa ini adalah masa dimana sudah mencapai pandangan hidup yang matang
dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan yang konsisten.

6 Jalaluddin, Psikologi Agama ,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 52

II
3. Masa Dewasa Akhir yang ciri utamanya adalah pasrah.Manusia disebut
makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk perkembangan dan
pertumbuhan secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya.
Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari
lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu
perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan
manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan sebagai potensi bawaan. Agar efektif
maka manusia harus menjalani tahapan-tahapan hidupnya dengan baik.Dalam
suatu periode hidup manusia, terdapat fase-fase tertentu yang dilewati antara lain:
fase pranatal, bayi baru lahir, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak-anak,
masa puber, masa remaja, masa dewasa, masa usia madya dan masa usia lanjut.
Salah satu fase yang paling sering dibicarakan dan menarik perhatian para
psikolog adalah fase madya dan fase lanjut usia (manula). Hal ini dikarenakan
timbulnya karakter dan kebiasaan unik yang dimiliki oleh seseorang ketika
memasuki usia lanjut yaitu berkisar antara umur 70-100 tahun atau sampai
meninggal.Perkembangan jiwa agama pada usia lanjut terdapat pada masa awal,
tengah dan akhir. Dalam perkembangannya manusia membutukan bantuan baik
itu dari dalam dan dari luar seperti bimbingan dan pengarahan dari lingkunganya

II
BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan Islam masa pranatal disebut juga dalam bahasa arab tarbiyah qabl al-
wiladah, pendidikan pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan yang
ditandai dengan fase pemilihan jodoh, pernikahan, dan kehamilan. kemudian
berlanjut kepada fase pendidikan Islam masa pascanatal atau tarbiyah ba’da al-
wiladah, pendidikan pascanatal yaitu pendidikan yang dimulai sejak lahirnya anak
sampai mereka dewasa, bahkan sampai meninggal dunia yang kita kenal dengan
sebutan pendidikan seumur hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Muliya. tt

http://almanhaj.or.id/3565-anjuran-untuk-menikah.html, diakses pada 02


Oktober 2018, Pkl. 17.51 WIB.

Daradjat, Zakiah. 1996. Bahan Kuliah Ilmu Pendidikan Islam. PPs. IAIN
Imam Bonjol Padang.

II
Sulaiman, Abu Amr Ahad. 2000. MetodePendidikan Anak Muslim Usia
Prasekolah. Trj. Ahad Amin Sjihab. Judul Asli: Minhajuth Thiflil fii Dhau Al-
Kitab wa As-Sunnah. Cet. I. Jakarta: Yayasan AlSofwa.

Jalaluddin. 1998. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Baharuddin, 2008. Psikologi Agama dalam Perspektif Islam. Malang:


UINMalang Press.

Bahreisj, Hussein. Al Jamius Shahih Bukhari Muslim. Surabaya: Karya


Utama. Tt.

Bambang Syamsul Arifin. 2015. Psikologi Agama. Bandung: CV. Pustaka


Setia.

II

Anda mungkin juga menyukai