Anda di halaman 1dari 12

HADITS TENTANG KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah akhlaq tasawuf

Yang diampu oleh Bapak Sofwan, S.Pd.I

Oleh:

MUHAMMAD AHLUS SUNNAH


MOHAMMAD BADI’UZ ZAMAN
BADRUT TAMAM
AFWANDI
HOIRUN NISAK
JUMIATI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NAZHATUT TULLAB

(IAI NATA) SAMPANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat allah SWT, atas nikmat dan
karunia yang di berikan selama ini. sholawat dan salam semoga tercurah kepada
junjungan kita Rasulullah SAW atas perjuangannya, pengorbanannya untuk
membimbing umat manusia menuju jalan yang lurus.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi dan melengkapi salah satu
tugas mata kuliah kewarganrgaraan. Dalam makalah ini penulis akan membahas
tentang “Hadits Tentang Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak”. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengatahuan dan dapat di jadikan bahan
pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh


karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

Akhirul kalam penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang


telah memberikan motivasi dan membantu menyusun makalah ini.

Penulis

Muhammad Ahlus Sunnah

ii
DADTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar belakang................................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2

A. Hadits Tentang Kewajiban Orang Tua terhadap Anak.................. 2


B. Kewajiban Orang Tua Ketika Seorang Anak Lahir........................ 2
C. Mendidik Anak Dengan Baik......................................................... 4
D. Mengawinkan Ketika Menginjak Dewasa...................................... 4

BAB III PENUTUP.................................................................................... 8

A. Kesimpulan...................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak kita ketahui tentang adanya perilaku yang
menyimpang di berbagai kalangan. Hal itu disebabkan karena berbagai faktor,
salah satunya adalah kurangnya kepedulian orang tua dalam mendidik
anaknya. Orang tua cenderung sibuk dengan karirnya sendiri, sehingga
mereka kurang bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai orang tua.
Melihat adanya fenomena tersebut, maka sudah selayaknya sebagai
orang tua haruslah dapat mendidik anaknya dengan baik, terutama dalam
mendidik akhlak anak. Orang tua sebaiknya mendidik anaknya dengan
akhlaqul karimah sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Maka dari itu sedikit uraian tentang kewajiban orang tua terhadap
anak akan kami jelaskan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
a. Apa saja kewajiban orang tua terhadap anak?
b. Bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar?
c. Bagaimana seorang pemimpin yang baik dan bijaksana?
d. Bagaimana peran kepala keluarga yang baik terhadap keluarganya?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui beberapa kewajiban orang tua terhadap anak.
b. Untuk mengetahui cara-cara mendidik anak yang baik dan benar.
c. Untuk mengetahui seorang pemimpin yang baik dan bijaksana.
d. Untuk mengetahui peran yang seharusnya dilakukan seorang ayah
terhadap keluarganya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang Kewajiban Orang Tua terhadap Anak


)‫حق الوالد على ولده أن يحسن اسمه ويحسن موضعه ويحسن أدبه (رواه البيهقى‬
Artinya : “Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang
baik, memberi tempat tinggal yang baik, dan mengajari sopan santun ". (HR.
baihaqi)
B. Kewajiban Orang Tua Ketika Seorang Anak Lahir
Ada beberapa akhlak dalam menyambut kelahiran anak. Diantaranya:
1. Membacakan azan dan iqomah ditelinga bayi. Tindakan ini pendidikan
awal bagi anak begitu lahir di dunia. Menurut ilmu kedokteran bayi yang
baru dilahirkan sebenarnya sudah bisa mendengar. Jadi sangat patut jika
kalimat yang didengarnya adalah seruan Yang Maha Agung. Caranya
adzan dikumandangkan ditelinga kanan dan disusul iqamah di telinga
kiri. Rosulullah bersabda ,” barangsiapayang anaknya baru dilahirkan
kemudian dikumandangkan adzan ditelinga kanannya dan iqamah
ditelinga kirinya, anak yang baru lahir itu kelak akan diselamatkan dari
gangguan jin.”
2. Melakukan tahnik yaitu menggosok langit-langit bayi dengan kurma.
Caranya, kurma yang dikunyah diletakan di atas jari, kemudian jari
dimasukan ke mulut bayi, digerak- gerakan ke kanan dan ke kiri dengan
lembut hingga merata. Jika sukar mendapat kurma, bisa dengan makanan
manis lainnya. Hal yang lebih utama, tahnik dilakukan oleh seseorang
yang shaleh dan bertakwa. Ini merupakan upaya agar anak dikemudian
hari menjadi saleh.
3. Memberinya nama yang baik. Rosulullah bersabda,
‫مائكم‬bb‫ة بأس‬bb‫وم القيام‬bb‫دعون ي‬bb‫ أنكم ت‬:‫لم‬bb‫ه وس‬bb‫لى هللا علي‬b‫ول هللا ص‬bb‫ال رس‬b‫ ق‬:‫ال‬b‫عن أبي الدرداء ق‬
) 287 : 4 ‫ فأحسنوا أسماءكم ( أبو داود‬,‫وبأسماء آبائكم‬
” sesungguhnya pada hari kiamat kelak, kalian akan dipanggil dengan
nama- nama kalian dan nama-nama bapak kalian. Oleh karena itu
berikanlah nama yang baik pada anak- anak kalian.” (H.R. Abu Dawud).

2
Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pemberian nama.
Ada yang mengatakan sejak hari pertama, dan ada pula yang berpendapat
pada hari ketujuh. Akan tetapi semua ulama sepakat bahwa islam
memberikan kelonggaran terhadap waktu pemberian nama anak. Boleh
pada hari pertama, boleh pada hari ketiga, dan boleh pada hari ketujuh.
Memberi nama yang baik kepada anak merupakan tuntutan islam. Nama
bukan tidak penting, ia mengandung unsur doa, harapan dan sekaligus
pendidikan. Nama juga dapat mempengaruhi psikologi anak dalam
kehidupannya. Bila ia diberi nama Saleh, maka ia akan terbebani jika
tidak melakukan perbuatan yang saleh. Dengan kata lain nama setidak-
tidaknya menjadi benteng bagi sang anak dalam mengarungi samudra
kehidupan.
4. Melakukan akikah bagi orang tua yang mampu. Hukum menunaikannya
adalah sunah. Akikah adalah ritual menyembelih kambing yang
dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin. Untuk anak perempuan
kambing yang disembelih satu ekor, sedangkan bagi anak laki- laki yang
disembelih dua ekor.
5. Mencukur rambut dan bersedekah. Diantara perkara sunah dalam
menyambut kelahiran anak adalah mencukur rambut sang anak pada hari
ketujuh kelahirannya. Praktik pencukuran rambut ini berlaku secara
menyeluruh. Artinya seluruh rambut pada kulit kepala digunduli. Tidak
boleh hanya memotong sebagian rambut dan meninggalkan sebagian
yang lain. Larangan ini mengandung hikmah tersendiri, yakni
menggambarkan sifat keadilan. Artinya manusia diperintahkan berlaku
adil walaupun terhadap diri sendiri. Tindakan mencukur sebagian kepala
dan meninggalkan sebagian lainya merupakan suatu tindakan zalim,
karena hal itu menyebabkan sebagian kepala ditutupi dan sebagian lain
terbuka tanpa rambut. Keenam, memberikan ucapan selamat dan
mendoakan kesejahteraan anak, serta turut bergembira dengan
kelahirannya. Sunah ini berlaku bagi orang lain yang menyaksikan
kelahiran sang anak.

3
C. Mendidik Anak Dengan Baik
Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di
hadapan- Nya, anak memerlukan pendidikan yang baik dan memadai dari
orang tua. Pendidikan ini bermakna luas, baik berupa akidah, etika maupun
hukum islam. selain itu pendidikan tidak hanya dapat dijalankan di sekolah,
tetapi juga di rumah. Seperti hadis yang diriwayatkan dari Abu Dawud :
‫روا أوالدكم وهم‬bb‫ م‬: ‫لم‬bb‫ه وس‬bb‫لى هللا علي‬bb‫ول هللا ص‬bb‫ قال رس‬:‫عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال‬
‫اب‬bb‫و داود في كت‬bb‫ه أب‬bb‫اجع (أخرج‬bb‫وا بينهم في المض‬bb‫اء وفرق‬bb‫ا وهم أبن‬bb‫ربوهم عليه‬bb‫أبناءسبع سنين واض‬
)‫الصالة‬
Artinya: Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata;
Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat
ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena
meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat
tidur mereka". (HR. Abu Dawud).
Di sekolah hanya dilakukan jika anak sudah cukup umur. Sedang
pendidikan di rumah dimulai sejak masih kecil sampai beranjak dewasa.
Rosulullah mengajarkan bahwa jika anak sudah mendekati masa baligh,
hendaknya dipisahkan antara tempat tidur anak laki- laki dengan anak
perempuan. Begitu pula dengan tempat tidur dengan orang tuanya. Setelah
anak berusia tujuh tahun, hendaknya orang tua memerintahkan untuk shalat
dan puasa sebagai wahana pemberdayaan. Orang tua diperkenankan
menghukum pada umur sepuluh tahun, kalau ia lalai menunaikan kewajiban.
Hukuman bagi anak tidak boleh bersifat menyakiti atau menimbulkan cacat.
Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka mereka juga
melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai
teladan, sulit untuk dipatuhi anak. Sebab kecenderungan anak akan meniru
orang tua.

D. Mengawinkan Ketika Menginjak Dewasa


Orang tua berkewajiban menikahkan anaknya jika sudah tiba
waktunya untuk menikah. Kewajiban orang tua dalam hal ini menyangkut
pencarian calon untuk anak apabila ia belum memperoleh pasangan. Dalam

4
pernikahan, peran orang tua, terutama bapak sangat vital bagi anak
perempuan. Dalam tuntunan islam setiap perempuan yang hendak menikah
harus disertai dengan kehadiran walinya. Ia tidak bisa menikahkan dirinya
sendiri. Berbeda dengan anak laki- laki yang pernikahanya bisa sah meski
tanpa kehadiran wali.
,‫باب‬bb‫ر الش‬bb‫ا هعش‬bb‫ي‬: ‫لم‬bb‫ه وس‬bb‫عن عبد هللا بن مسعود رضى هللا عنه قال لنا قال رسول هللا صلى هللا علي‬
‫ فإنه‬,‫ ومن لم يستطع فعليه بالصوم‬,‫ وأحصن للفرج‬,‫من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر‬
)‫له وجاء (متفق عليه‬
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di
antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat
menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum
mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq
Alaihi
Orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga dan
keturunanya,jangan sampai dia dan keturunannya mendapatkan kemurkaan
dari Allah.Maka hendaknya pemimpin keluarga memberikan pelajaran agama
yang baik kepada anak keturunannya agar mereka dapat menjadi anak yang
shahih/shalihah.

5
Selain uraian diatas kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain adalah :
1. Dari Abu Hurairah ra, nabi SAW Berkata: nikahilah perempuan karena 4
hal: hartanya, keturunannya, rupanya dan agamanya. Dan yang di
sebutkan terakhir adalah yang utama dari keempat syarat yang telah
disebutkan (H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
2. Berlindung kepada Allah sebelum melangsungkan acara jimak, karena
tanpa membaca “Bismillahi Allahumma Jannibnasy syaithaana
Wajannibisy syaithaana mimmaa razaqtana” setan akan ikut menjimaki
sang istri.
3. Al Baihaqi meriwayatkan juga dalam As Sya’b dengan sanad yang lemah
dari Al Hasan ibn Ali bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang dikaruniai anak, lalu ia mengadzani telinga kanannya,
dan iqamah di telinga kirinya, maka Ummu Shibyan (jin perempuan)
tidak akan mengganggunya” [HR Al Baihaqi dalam Sya’bul Iman
(8619), dan Imam Al Baihaqi berkata setelah dua hadits tersebut : dalam
sanad keduanya terdapat kelemahan]
4. Dari Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya; ia
disembelih hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur, dan diberi nama."
Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi.
5. Melakukan penyunatan, Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-
laki dan kemuliaan bagi anak perempuan. (H.R Ahmad dan Baihaqi).
6. Menyediakan pengasuh, pendidik/guru yang baik, kuat beragama dan
berakhlak mulia, kalau orang tuannya kurang mampu.akan tetapi yang
terutama bagi yang mampu adalah orang tuannya, di samping guru di
sekolah dan ustadz di pengajian.
7. Mengajarnya membaca dan memahami Al-Qur’an, memberikan
pendidikan jasmani. (H.R Baihaqi dari Ibnu Umar).
8. Memberikan makanan yang halal untuk anaknya.Rasulullah Saw. Pernah
mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan kepada orang tuanya dikala
keluar mencari nafkah “selamat jalan ayah, Jangan sekali-kali engkau
membawa pulang kecuali yang halal dan tayyib saja,” kami mampu

6
bersabar dari kelaparan, tetapi tidak mampu menahan azab Allah Swt.
Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap, berbicara, dan
bertingkah laku, sehingga semua kelakuanya menjadi terpuji menurut
islam.
“Empat perkara bila keempatnya ada padamu maka tidak mengapa apa
yang terlewatkanmu dari perkara duniawi: menjaga amanah, ucapan yang
jujur, akhlak yang baik, dan menjaga (kehalalan) makanan.” (Shahih,
HR. Ahmad dan Ath-Thabarani dan sanad keduanya hasan, Shahih At-
Targhib no. 1718)
9. Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin
keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi
saat-saat zairah dan selepas shalat isya’. (Al-qur’an surat An-nur : 56).
10. Diriwayatkan oleh Ath-Tahbrani bahwa rasulullah bersabda: “ setiap
sesuatu yang tidak termasuk mengingat allah adalah permainan yang sia-
sia kecuali empat hal: berjalannya seseorang untuk memanah, berlatih
menunggang kuda, bercanda dengan keluarga, dan mengajarnya
berenang.”
Berlaku kontuitas dalam mendidik, membimbing dan membina mereka.
Demikian juga dalam penyandangan dana dalam batas
kemampuan,sehingga sanh anak mampu berdikari.(H.R Abu Daud bari
abu Qalaabah).
11. “ Hendaknya engkau memperlakukan sama kedua anakmu itu”. (H.R
Muslim dari Anas bin Malik). Maksudnya, Berlaku adil dalam memberi
perhatian,wasyiat,biaya dan cinta kasih kepada mereka.
“Perlakukanlah pemberian terhadap anak-anakmu itu dengan sama”
(H.R. Thabrani)

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak adalah nikmat Allah Swt. yang tak ternilai dan pemberian
yang tak terhingga.Tidak ada yang lebih tau besarnya karunia ini selain
orang yang tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini
merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai
pertangung jawabannya,apakah keduanya telah menjaganya atau justru
menyia-nyiakannya. Rosulullah SAW bersabda,” Setiap kalian adalah
pemimpin ,dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Seorang iman adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya ,dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam
keluarganya dan dia akan ditanya akan kepemimpinannya. Inilah
sekelumit makalah yang kami sampaikan tentang kewajiban orang tua
terhadap anaknya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Najib khalid Al-amir, Tarbiyah Rasulullah, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996)

Dr. Abdullah nasish Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, ( Bandung: PT


Remaja Rosda Karya, 1992)

http://chamimampel.blogspot.com/2013/09/kewajiban-orang-tua-terhadap-
anak.html

Anda mungkin juga menyukai