Anda di halaman 1dari 12

“ISLAMIC PARENTING”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Parenting Anak Usia Dini

Dosen pengampu: Fahmi, M.Pd.I


NISN. 0209058105

Kelompok : 10/ PIAUD 2

1. Hesti Febriana (1720210046)


2. Marisa Napiria (1720210052)

Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan taufik serta hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Islamic
Parenting” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai buku
referensi.
Pada kesempatan yang baik ini tak lupa kami sampaikan pula semoga
makalah yang kami susun ini, ada guna dan manfaatnya bagi para pembaca.
Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun mengharapkan
adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang
akan datang. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini.

Palembang, Maret 2020

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya Allah telah menganugrahkan kepada hamba-hambanya
berbagai nikmat besar, dan diantara nikmat itu adalah anugerah anak yang shalih.
Anak yang shalih itu sejatinya adalah amal yang shalih kedua orang tua nya (yang
akan bermanfaat) baik di kala hidupnya maupun setelah wafatnya, karena itu lah
para nabi dan orang-orang yang shalih menaruh perhatian ekstra didalam
(mendidik) anak, karena mereka lah yang menjadi penyebab melimpahnya
kebaikan
Ironinya banyak orang terutama di zaman yang mengabaikan perkara
ini,apalagi dengan maraknya sarana hiburan, padatnya kesibukan dan merebaknya
berbagai fitnah. Belum lagi kebanyakan orang yang jahil ( tidak tahu) dengan
petunjuk kenabian didalam menssuport pendidikan anak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara Nabi mendidik anak ?
2. Bagaimana Langkah-langkah mendidik anak dalam Agama Islam ?
3. Seperti apa aturan pemukulan dalam metode Nabi mendidik ?

4. Bagaimana pukulan dalam pandangan syari’at Islam ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui bagaimana cara Nabi mendidik anak.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah mendidik anak dalam
agama Islam
3. Untuk mengetahui apa aturan pemukulan dalam metode Nabi
mendidik.
4. Untuk mengetahui bagaimana pukulan dalam pandangan syari’at
Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Nabi Mendidik
1. Menampilkan suri tauladan yang baik
Anak usia dini merupakan peniru yang sangat ulung. Ia akan
meniru dan mengikuti apa yang di lakukan oleh orang dewasa terkhusus
kedua orang tuanya. Untuk itu, Kedua orang tua di tuntut untuk menjadi
suri tauladan yang baik serta mengerjakan perintah-perintah Allah SWT
dan sunah-sunah Rasul-Nya SAW dalam sikap dan perilaku selama itu
memungkinkan bagi mereka untuk mengerjakannya. Sebab, anak-anak
selalu memperhatikan gerak-gerik mereka setiap saat. Di dalam kitab
Manhaj at-Tarbiyah al-Islamiyah karya Muhammad Quthb, kemampuan
seorang anak untuk mengingat dan mengerti akan segala hal sangat besar
sekali. Bahkan bisa jadi lebih besar dari yang kita kira. Sementara, sering
kali kita melihat anak sebagai makhluk kecil yang tidak bisa mengerti atau
mengingat.1
2. Mencari Waktu yang Tepat untuk Memberi Pengarahan
Rasulullah SAW mempersembahkan kepada kita tiga waktu
medasar dalam memberi pengarahan kepada anak, diantaranya:2
a. Dalam Perjalanan
b. Waktu Makan
c. Waktu anak sakit
3. Bersikap Adil dan Menyamakan Pemberian untuk Anak
Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak merupakan
dasar ketiga dimana orang tua di tuntut untuk selalu konsisten dalam
melaksanakannya. Karena kedua hal ini memiliki pengaruh yang sangat
besar sekali dalam sikap berbakti dan ketaatan anak.
Kita sering melihat, mendengar dan bahkan mungkin merasa
bahwa orang tua kita lebih menyayangi saudara kita yang lainnya, karena
1
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting; Cara nabi SAW Mendidik Anak,
2010, Yogyakarta: Pro-U Media. Hal 139-141
2
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid … 142-145

2
adanya perasaan ini akan membuat si anak menjadi liar. Akibatnya kedua
orang tua tidak mampu menhadapi keliaran dan meredam kedengkian
anak. Sebagaimana kisah nabi Yusuf AS di dalam Al-Qur’an yang
artinya:3
(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara
kandungnya (Bunyamin) lebih dicintain oleh ayah kita daripada kita
sendiri, padahal kita (ini) satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya
ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata” (Q.s. Yusuf : 8).
Kemudian, akibat dari perasaan yang mereka pendam, mereka
berani melakukan perbuatan keji. Sebagaimana yang tertulis di dalam Al-
Qur’an artinya:
Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke suatu daerah (yang tidak
dikenal)supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan
sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik-baik.”
Seseorang di antara mereka berkata: “Janganlah kamu bunuh Yusuf,
tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh
beberapa musafir, jika kamu hendak berbuat.” (Q.s. Yusuf :9-10).

4. Menunaikan Hak Anak


Menunaikan hak anak dan menerima kebenaran darinya dapat
menumbuhkan sikap positif dalam diri anak dan sebagai pembelajaran
bahwa kehidupan itu adalah memberi dan menerima. Selain itu juga
merupakan pelatihan bagi anak untuk tunduk dan patuh pada kebenaran,
sehingga dengan demikian dia melihat suri tauladan yang baik di
hadapannya. Membiasakan diri dalam menerima dan tunduk pada
kebenaran membuka kemampuannya untuk mengungkapkan isi hati dan
menuntut apa yang menjadi haknya. Sebaliknya, tanpa hal ini akan
menyebabkannya menjadi orang yang tertutup dan dingin.
Di antara hak anak adalah menjadi imam dan pemimpin apabila dia
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai untuk itu.
Sebagimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam ‘Imam Abdurrazzaq
dalam kitab Mushannafnya dari Muhajir bin Habib az-Zabidi yang
artinya:4

3
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid …. 146-147
4
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid …. 153

3
Abu Salamah bertemu dengan Said bin Jubair. Said berkata kepada Abu
Salamah, “Bacakan suatu hadist, kami akan mengikutimu.” Abu
Salamah berkata: Rasulullah SAW bersabda:”Apabila ada tiga orang
yang sedang berpergian bersama, hendaknya yang menjadi imam adalah
yang paling pandai membaca Al-Qur’an walaupun dia orang yang
paling muda di antara mereka. Apabila dia menjadi imam, berarti dialah
yang menjadi pemimpin.” Abu Salamah berkata:”Inilah pemimpin yang
dipilih langsung oleh Rasulullah SAW.”

5. Membelikan Anak Mainan


Pengakuan Rasulullah SAW terhadap mainan Aisyah RA menjadi
bukti tentang pentingnya arti mainan bagi anak-anak dan kecintaan
mereka pada benda-benda kecil yang berbentuk kecil yang berbentuk dan
memiliki rupa. Agar mainan yang di belikan dapat memberikan manfaat
yang maksimal bagi anak, kedua orangtua sepatunya memiliki kreteria di
bawah ini ketika membelinya:5
a. Apakah mainan yang dibeli dapat memicu si anak agar dapat selalu
bergerak yang dengannya jasmaninya sehat?
b. Apakah termasuk mainan yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu
dan inisiatif?
c. Apakah termasuk mainan bingkar pasang?
d. Apakah mainan tersebut mendorong si anak untuk meniru tingkah laku
dan cara berfikir (positif) orang dewasa?
6. Membantu Anak untuk Berbakti dan Mengerjakan Ketaatan
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Abu
Hurairah RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:6
”Bantulah anak-anak kalian untuk berbakti. Barang siapa yang
menghendaki, dia dapat mengeluiarkan sifat durhaka anak.”

Jadi, orangtua bertanggung jawab besar dalam membantu anak


mereka berbakti. Disamping itu, mereka juga memiliki kemampuan untuk
melenyapkan sifat durhaka dari anaknya.

7. Tidak Suka Marah dan Mencela

5
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid .... 162
6
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid …. 163

4
Rasulullah SAW tidak banyak mencela perilaku anak-anak. Seperti
mempertanyakan tentang apa yang kau lakukan? Kenapa kau melakukan
ini? Dan kenapa tidak engkau lakukan itu? Bahkan apabila ada salah satu
anggota keluarga beliau yang mencela, maka beliau bersabda: “Biarkanlah
dia. Kalau dia mampu, pasti dilakukannya.” Metode yang dipakai
Rasulullah SAW ini menumbuhkan perhatian mendalam dan rasa malu
pada diri anak.
Selain itu, ada juga atsar yang mengarahkan para bapak dan ibu
untuk tidak suka mencela dan memperlihatkan kesalahan anak. Karena
ketika seorang ayah mencela anaknya, pada dasarnya dia sedang mencela
dirinya sendiri. Sebab, bagaimanapun juga dialah yang mendidik anak
tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam hadist bahwa Anakmu adalah
anak panah dari tempat anak panahmu.7

B. Langkah-langkah Mendidik Anak Dalam Agama Islam


1. Memulai memperbaiki diri sendiri
Allah Berfirman “Wahai orang-orang yang beriman,jagalaj diri
kalian dan keluarga kalian dari siksa neraka”(QS at -Tahrim:6)
Maka baik bapak dan ibu adalah faktor utama yang dapat
mendukung keberhasilan pendidikan anak,karena orang tua adalah qudwah
(panutan),dan anak-anak memiliki kecenderungan yang besar mengikuti
bapak dan ibunya .Anak laki-laki biasanya meniru bapaknya , dan anak
perempuan biasanya meniru ibunya .

2. Memilih ibu (isteri)


Sesungguhnya ,siapa yang ingin (memanen) buah yang matang
(manis) maka hendaknya ia mencari tanah yang baik (subur) diantara
hikmnya terbesar adalah pernikahan adala,diperolehnya anak-anak yang
soleh yang beribadah kepada Allah dan mereka menjadi perbendaharaan
bagi kedua orang tua nya

7
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid … 164

5
Nabi bersabda “Menikahlah kalian dengan wanita yang pengasih
lagi subur,karena sesungguhnya aku akan bangga di hadapan umat yang
lain dengan banyak nya kalian “(HR Abu Dawud) rasullah memuji wanita
yang baik agamnya beliau bersabda “maukah aku beritahu simpanan
paling baik dismpin oleh sesorang? yaitu istri yang halilah” (HR Hakim)
Maka seleksi lah wanita yang akan kau jadikan isteri untuk
persemaian nuftfah,karena unsur keturunan sangat berpengaruh pada
keturunan mu yang buruk menghasilkan anak-anak yang buruk pula
secara sala ,tanaman yang tumbuh diatas kotoran ditempat uruk ,maka
akan tampak zhahirnya indah namun dalam nya jelek atau buruk .
3. Menyebut nama Allah sebelum Jima’dengan isteri
Dianytara faktor yang meendukung bberhasilnya mencetak anak-
anak yang shalih adallah dengan cara berdoa sebelum berhubungan badan
(jima’)dengan isteri
Pendapat para ulama didaam memaknai “setan” tidak mampu
mencelakanya selamnya:
a) Setan tidak mampu menguasai dirinya lantaran keberkahan pada
ucapan tasmiyah (ucapan bismillah)
b) Setan tidak mampu memasuki nya
c) Setan idak mampu mencederai badanya.
d) Ibnu Daqiqil Id mengatakan: ‘setan tidak juga mampu
mempengaruhi agamanya ‘
Artinya Allah menjaga anak ini dari serangan dan gangguan setan
sebab keberkahan dzikir (doa) yang diajarkan nabi ini diantaara hal nya
yang juga berhubungan ddengan sehanya anak dan pendidikan anaknya

4. Memperhatikan ibu yang sedang hamil


Diantaranya dengan cara tidak memakan makanan yang berbahaya
atau penyebab berpengaruh buruk bagi janinya seperti
a. Memberi makanan yang halal
b. Tidak merokok
c. Tidak mengkomsumsi narkoba

6
d. Tidak berkerja berat
4. Keutamanaan mendidik amnak perempuan didalam islam
Anak-anak perempuan bisa jadi lebih banyak meiliki kebaikan bagi
seorang hamba untuk dunia dan akhiratnya .Cukup kiranya bahwa
mmbenci anak perempuan itu sama dengan membenci apa yang diridho
Allah baginya.ada juga sebagian orang memperlakukan isterinya yang
malang dengan perlakukaan yang buruuk hanya karena istei melahirkan
anak perempuan .
Kemudian perlu kita ingat bahwa Allah mengkarunia kan anak-
anak perempuan kepada orang-orang yang lebih mulia dan mendidik anak
perempuan didalam islam sebagi jalan untuk masuk ke dalam surrga nya
Allah

C. Aturan Pemukulan Dalam Metode Meendidik Nabi


Nabi tidak pernah memukul anak ,tapi beliau menjelaskan aturan
memukul Abu umamah menjelaskan bahwa nabi pernah menerima dua
orang anak ,beliau memberikan salah seorang dari kedunya kepada ali
.Beliau berpesan jagan pkul dia karena aku melarang memukul orang yang
shalat dan aku melihat nya mengerjakan shalat sejak kami terima.

Tujuan menjatuhkan hukuman dalam pendidikan islam hanya lah


untuk memberikan bimbingan dan perbaikan ,bukan untuk pembebalasan
atau kepuasan hati karena itu eatak dan kondisi anak harus perhatikan
trlebih dahulu sebelum menjauhkan pukulan .

1. Pukulan tidak boleh dilakukan sebelum anak menginjak usia sepuluh


tahun yang berkenaan dengan masalah kehidupan seperti tingkah
laku,dan pendidikan

2. Berupaya dalam meminimalkan hukuman pukulan .jadikan lah pukulan


ssebagi garam dalam masakan sedikit tapi membuat makann lezat tetapi
jagan pula terlalu banyak akan merusak rasa makan

7
3. Ulama tafsir mengatakan bahwa pukulan memakai cambuk dianjurkan
hanya mengenai bagian kilit saja dan tidak boleh melampaui batas
mengenai daging

4. Sarana pekulan untuk memukul tidak boleh berupa cambuk keras atau
aada pinttalanya ,karena ada larangan nya mengenai ha tersebut

E. Pukulan Dalam Syariah Islam


Allah mengetahui bahwa jiwa manusia itu kadang memerlukan hukuman
bersifat fisik untuk memersihkan dan meluruskan perilaku serta membebaskan
dari perilaku buruk ,Krena itu Allah SWT mensyariatkan hukuman baik dalam
bentk hudud,qishash ,ta’zir .Demikian pula dalam pendidikan atas perilaku muia
dan menjatuhkan dari perilaku-perilaku yang keji.Allah SWT memperolehkan
pukulan sesuai hadis Rasullah saw:

“surullah anak-anakmu shaat dan mereka anak usia tujuh tahun ,dan
pukulah mereka sebagi saksi karena malikat nya sementara mereka anak usia
sepuluh tahun pisahlkan tempat tidur mereka”(HR Dawud)

Hadits tersebut menetapkan jagan waktu antar pemberian perinah dan


dorongan melaksanakan shalat dengan pukulan karena meningkalkan sholat
karena meningalkan nya sarana ang wajib digunakan sebelum samapi pada
pukulan karena itu merupakan solusi yang efektif.

1. Mengajrkan sholat kepada anak

2. Memberikan cntoh dengan cara anda sholat diepanya

3. Pergunakan reward yang bersifat materi pada usia tujuh tahun seperti
makann kesukaan dan mainan

4. Bertahap dan bertanformasi dari hal reward yang bersifat materi mulai
kepada reward maknawi

5. Gunakan hukuman yang bersifat maknawi dan gunakna secara bertahap


dari yang lunak kekeras

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi parenting adalah cara dalam membentuk kepribadian anak
sedikit demi sedikit samapai mencapai tingkatan lengkap dan sempurna.
Membentuk artinya melakukan usaha, secara bertingkat-tingkat yang
artinya jika tidak bisa dilakuakn hari ini, mungkin bisa dilakukan hari
esok.

B. Saran
Sebagai orangtua hendaknya bersegera dalam mendidik anak
sebelum kita disibukkan oleh berbagai kesibukan. Sebab, semakin pandai
akal orang dewasa, maka hatinya pun juga semakin sibuk.

9
DAFTAR PUSTAKA

As-Sulayman, ‘Abdussalam. Panduan Mendidik Anak. 2017. Digital Publishing:


Al-Wasathiyah wal I’tidal

Nur Abdul Hafizh Suwaid, Muhammad. Prophetic Parenting; Cara nabi SAW
Mendidik Anak. 2010. Yogyakarta: Pro-U Media.

10

Anda mungkin juga menyukai