Anda di halaman 1dari 3

Investasi untuk Menggapai Surga (Bagian 2) : Menjadi Uswatun Hasanah

Fathimah Nurul Afifah

Pada tulisan sebelumnya kita telah mengetahui bahwa menjadi orang tua dapat
mengalirkan pahala jariyah dan juga dosa jariyah, tergantung dengan bagaimana kita mendidik
dan memberikan contoh kepada anak kita. Hal tersebut adalah sebuah indikasi mengenai
urgensi melaksanakan pendidikan anak dengan benar.
Kita sebagai seorang muslim tidaklah perlu bingung untuk melakukannya, karena Allah
subhanahu wa ta’ala telah memberikan kepada kita seorang uswatun hasanah yaitu Rasulullah
shalallahu ‘alahi wa salam. Rasulullah shalallahu ‘alahi wa salam adalah seorang mu’allim atau
pendidik bagi umatnya. Metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah dapat kita jadikan
panduan dalam mendidik generasi setelah kita.
Sebelum kita membahas mengenai metode, ada 5 karakter Rasulullah sebagai seorang
pendidik yang harus ada pula di dalam diri kita yaitu:
1. Hadiyyun, yaitu hendaklah seorang pendidik memberikan petunjuk akan hidup
beragama. Orang tua mengenalkan agama kepada anak dengan Al-Quran. Sebagai
contoh kita ingin mengajarkan tentang ketidakbolehan untuk menghujat, maka kita
ajarkan surat Al-Humazah. Oleh karena itu kita wajib untuk memahami isis al-Quran
terlebih dahulu, minimal di juz 30. Mengapa? Karena di juz tersebut banyak dibahas
mengenai akidah, dan ini adalah bahasan yang paling awal harus diajarkan kepada
anak.
2. Bashirun, yaitu hendaklah orangtua membukakan mata anak akan kebutaan terhadap
perkara akhirat dan pertanggungjawaban. Orang tua pun harus mengenalkan anak
mengenai kekuasaan Allah dan juga kelemahan dirinya.
3. Basyirun dan nadzirun, yaitu hendaklah pendidik mengajarkan mengenai pahala dan
dosa.
4. Murabiyyun, yaitu hendaknya seorang pendidik mengajarkan dengan detail, bersabar,
dan memastikan bahwa anak mengerti hingga mengamalkan apa yang diajarkan. Hal
ini membutuhkan kesabaran dan kasih sayang yang besar, karena mendidik anak
terlebih yang masih kecil itu tidaklah mudah.
5. Uswatun hasanah, hendaknya seorang pendidik menjadi pelaksana pertama atas apa
yang ia ajarkan kepada anaknya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan” (TQS. Ash-Shaf : 2-3)
Ada banyak metode pendidikan Rasulullah shalalahu ‘alahi wa salam, diantaranya
adalah dengan menjadi teladan dan berakhlaq agung (uswatun hasanah). Metode ini artinya
seorang pendidik melaksanakan pertama kali apa yang ia ajarkan. Mendidik dengan perbuatan
lebih berbekas ke dalam jiwa, mudah dipahami dan dihafal, serta lebih mudah untuk diikuti.
metode ini merupakan metode fitrah dan merupakan metode yang paling menonjol serta paling
agung dari metode pendidikan Rasululah shalallahu ‘alahi wa salam. Metode ini bisa
dipraktekan semenjak anak lahir hingga seumur hidup.
Mulailah dari orangtuanya
Jika kita ingin anak kita menjadi hafizh/hafizhah, maka orangtuanya yang harus menjadi
itu terlebih dahulu. Jangan harap bahwa anak menjadi hafizh sementara orangtuanya untuk
menyentuh dan membaca al-Quran saja malasnya luar biasa.
Jika anak diinginkan untuk menjadi seorang ‘alim/’alimah ajaklah anak ketika
orangtuanya berthalabul ‘ilmi. Biarkan ia menyaksikan orangtuanya belajar. Jauhkan diri dari
HP, obrolan saat kajian dan juga menulislah saat belajar. Biarkan anak melihat teladannya.
Ajarkan kedisiplinan
Memberikan teladan bukan hanya akan berpengaruh pada anak, tetapi bahkan kepada
generasi selanjutnya setelah generasi anak kita. Ini merupakan amal jariyah yang luar biasa
besar pahalanya.
Ajarkanlah anak untuk disiplin waktu. mislakan jika ada jadwal ta’lim pukul 8.30
upayakan untuk bersiap dan hadir sebelum waktu tersebut. Katakana pada anak “Nak,
menunggu majelis itu amal shalih. Begitu pula dengan menunggu waktu shalat. Adabnya murid
yang menunggu guru bukan sebaliknya.” Dengan begitu anak akan terbiasa bersabar dan
terbiasa hadir shalat berjamaah lebih awal.
Libatkan dalam ibadah sehari-hari
Beri anak alat shalat semenjak kecil agar anak tertarik untuk ikut shalat. Saat anak telah
bisa berdiri, ikutkan saat ibunya shalat. Orangtua biasakan unutk berdzikir dan berdo’a ba’da
shalat. Biarkan ia merekam ibadah orangtuanya.
Di usia kira-kira satu tahun, selalu bawa anak saat orangtuanya berwudhu. Tidak perlu
langsung mempraktekan, biarkan ia memperhatikan dari jauh. Jika ia anak laki-laki, di usia
anak-anak bisa dibawa untuk shalat berjamaah di masjid.
Biasakan anak untuk melafalkan doa-doa dalam aktivitas sehari-hari seperti doa sebelum
dan sesudah tidur. Tunjukkanlah padanya akhlaq seorang muslim yang baik seperti berkata
yang baik-baik, mengucap ma sya Allah saat melihat keindahan, subhanallah saat melihat
kejelekan, astaghfirullah saat berbuat kesalahan, Alhamdulillah saat mendapat kebahagiaan
dan yang lainnya.
Jika anak bertanya mesalkan mengapa harus membaca hamdalah, katakana bahwa itu
adalah bukti kita bersyukur kepada Allah. Jika kita bersyukur maka Allah akan tambahkan
nikmat.
Selain itu doakanlah selalu anak karena Allah-lah sang pemilik anak. Hanya Allah
subhanahu wa ta ‘ala yang dapat memberikan taufik kepada anak. Berhusnuzhan kepada anak
dengan meyakinkannya bahwa ia bisa menjadi anak shalih. Jika ada orang lain yang
mengatakan bahwa anak itu nakal, katakanlah bahwa meski orang lain begitu tetapi ibu dan
bapaknya percaya bahwa ia adalah anak yang baik, shalih, dan pintar. Hal ini dapat membangun
kepercayaandiri pada anak.

Allahu a’lam bish shawwab

Sumber
Ar-Rasul Al-Mu’alim karya Abdul Fattah Abu Ghuddah yang disyarah oleh Ustadz Fadhil el-
Makki.

Anda mungkin juga menyukai