Anda di halaman 1dari 25

CARA MENGAJARKAN ANAK

MENGHAFAL AL QURAN SEJAK


DALAM KANDUNGAN
24SEP 2014 LTIQ
0 0 3.1K 0

Sahabat-sahabatku…. mari berbagi pengalaman…. alhamdulillah umur kandunganku sekarang sudah 5


bulan, aku dan suami berniat ingin menjadikan anakku hafal quran di usia 5 tahun… seperti Muhammad
Husain Thabataba‟i, dan juga seperti Zaeena, Tabarak, dan Yazid yang hafal qur‟an lebih muda dari
Husain, yaitu ketika mereka berusia 4,5 tahun. pertanyaannya adalah “apakah bisa itu terjadi pada bayiku
ini?” “apakah mungkin yang kami orantuanya Indonesia mampu menjadikan anakku ini hafal quran di usia
5 tahun?”……

Ketika aku menelusuri internet,, ada sahabat suamiku namanya yazid yang sama namanya dengan yazid
yang hafal quran ketika 4,5 tahun. bedanya adalah yazid yang ini hafal quran ketika setelah lulus SMA,
berarti sekitar berusia 17 tahun,,,, subhanallah…., ia kemudian mengirimkan sebuah tulisan ke jejaring
sosial suamiku yaitu FB:

Ingin tahu bagaimana cara mengajarkan anak menghafal Al Quran sejak bayi? Untuk bisa mendapatkan
keturunan yang hafal Al Quran ternyata tidak hanya harus dilakukan setelah bayi lahir dan dewasa, justru
pendidikan usia kandungan akan sangat menentukan bagaimana kelak cita-cita tersebut bisa diwujudkan.
Orang tua mana yang tak bangga dengan putera puterinya yang bisa hafidz Al Quran? Sayangnya
terkadang suri tauladan orang tua sendiri dalam hal mengajarkan keteladanan Al Quran pada sang buah
hati masih kurang, sehingga si anak tak punya panutan yang kuat untuk menghafal dan memahami Al
Quran setiap waktu.
Ini dia langkah mudah cara mengajarkan anak menghafal Al Quran sejak bayi. Dengan cara ini Anda akan
lebih mudah lagi mengajak anak Anda kelak bisa hafal Al Quran, dibanding hanya dengan paksaan
keinginan Anda memiliki seorang anak yang hafidz tanpa menggunakan strategi yang jelas untuk bisa
mewujudkannya. Beberapa cara mengajarkan anak menghafal Al Quran sejak bayi tersebut adalah sebagai
berikut:

Semenjak dalam kandungan mulai diajarkan mengenalkan huruf Al Quran dan dilanjutkan
denganmenghafal surat-surat pendek. Caranya adalah dengan membacakan langsung secara dekat ke arah
perut sang ibu. Dibacakan dengan cara lambat dan diulang-ulang sebanyak tiga kali. Lakukan jadwal rutin
misalnya dua kali dalam sehari. Jadikan ini sebagai sekolah bayi Anda yang pertama. Orang tuaharus
bekerja sama, baik ayah maupun ibu harus saling mendukung langkah tersebut.
Rajin-rajinlah memperdengarkan lantunan murottal Al Quran kepada bayi dalam kandungan, baik oleh
Anda maupun suami, atau juga bisa menggunakan mp3 murottal dari para syaikh.Putar sesering mungkin,
terutama pada waktu-waktu shalat, magrib, hendak tidur dan sebagainya.
Berdoalah selalu kepada Allah agar dikaruniai keturunan yang hafidz, dan terus juga dukung dengan
contoh tauladan dari kedua orang tua. Cara mengajarkan anak menghafal Al Quran sejak bayi tersebut
telah terbukti membuat anak yang baru lahir menjadi lebih akrab dan mudah menghafal Al Quran.

Pertanyaan:

Saya punya adik perempuan berumur 5 tahun lebih. Harapan saya, dia bisa menghafal Al-Quran (30 juz).
Dari mana kami harus memulai dan bagaimana caranya?

Jawaban:

Sesungguhnya pendidikan Agama di berikan kepada anak sejak dini (kecil), menghafal Al-Quran dan
mengajarkan sunnah Nabi shallallahu „alaihi wa sallam adalah perkaran yang agung. Khususnya zaman
sekarang, ketika banyak orang menyia-nyiakan (pendidikan) anak mereka atau anak-anak yang berada di
bawah perwaliannya. Mereka juga disibukkan dengan perkara yang tidak bermanfaat untuk urusan akhirat,
bahkan membahayakan mereka. Mereka ditautkan dengan tokoh-tokoh yang tidak pantas jadi teladan,
seperti: aktor, atlet, dan penyanyi.

Kami berterima kasih kepada Saudari atas pertanyaannya dan kita meminta kepada Allah agar Dia
menenguhkannya dan membantunya dalam urusan ini dan urusan yang lain. Semoga Allah juga
memberinya pahala pada hari kiamat kelak. Betapa agungnya ketika manusia berjumpa dengan Rabb-nya,
dan di catatan amalnya terdapat amal-amal shalih yang membantunya.

Terkait bahasan tentang sang adik perempuan dan cara menghafal Al-Quran, kami sarankan kepada
Saudari sebagai berikut:

1. Mulai membaca dan menghafal yang paling mudah, yaitu surat Al-Fatihah. Kemudian lanjutkan
dengan juz 30 (juz „amma). Mengawali dengan yang mudah akan membantu untuk langkah selanjutnya.
Kebutuhannya terhadap surat Al-Fatihah sangat penting ketika hendak mulai belajar shalat.

2. Tentukan kadar hafalan dalam sehari, dengan kadar yang mudah dipenuhi, hingga akhirnya
hafalannya kuat. Itu juga akan memudahkan proses menghafal selanjutnya. Kadar ini berbeda tiap orang,
tergantung kecerdasan dan kecepatan hafal yang dimiliki.

3. Persering muraja’ah (mengulang-ulang) sampai benar-benar hafal. Jangan sampai ada hari yang
terlewati tanpa hafalan baru maupun mengulang hafalan yang lalu.

4. Motivasi sang adik dengan hadiah bila telah selesai menghafal satu juz dengan sempurna, misalnya.
5. Awali dengan talqin (membacakan) dan tardid (memperdengarkan berulang kali). Biasanya ini
adalah awal modal dalam menghafal, kemudian ajari ia cara membaca (Al-Quran), sampai nanti dia mahir
membaca Al-Quran sendiri tanpa perlu didampingi saudarinya atau gurunya.

6. Jika sang adik sudah mencapai usia wajib-shalat dan berakal, ajarkan dia agar mengulangi
hafalannya dengan cara membaca (surat yang telah dihafalnya) dalam shalat, baik shalat fardhu
maupun nafilah (sunnah).

7. Ulangi hafalannya dengan mendengar kaset atau komputer, agar terpadu antara baiknya pelafalan
dan baiknya cara baca. Kesempatan ini juga bermanfaat untuk mengulang hafalan dan memperkuatnya.

8. Pilih waktu yang sesuai untuk menghafal – selagi tidak sibuk dan banyak urusan – misalnya pilih
waktu setelah fajar (subuh) atau waktu antara maghrib dan isya. Jauhi masa ketika lapar, capek, atau
mengantuk.

9. Puji sang adik di hadapan tetangga atau kerabat, untuk menyemangati dan memotivasi para
tentangga dan kerabat supaya ikut menghafal Al-Quran. Baca dua surat al-mu‟aqqidzat (yaitu Al-Falaq dan
An-Nas), agar terhindar dari „ain orang yang dengki.

10. Sangat penting bagi sang adik untuk memakai satu mushaf, jangan gonta-ganti, karena dengan itu
dia akan lebih kuat mengingat letak ayat.

11. Motivasi sang adik untuk menuliskan ayat yang telah dihafalnya, hingga tergabung antara
pelajaran menulis dan kuatnya hafalan.

Hanya Allah yang mampu memberi taufik.

Fatawa Islam Sual wa Jawab (diasuh oleh Syaikh Shalih Al-Munajjid).

Sumber: http://islamqa.info/ar/32436

Penerjemah: Tim Penerjemah Muslimah.Or.Id


Muraja‟ah: Ustadz Abu Umair

MELATIH ANAK CEPAT MENGHAFAL


AL-QUR'AN
bunda | 24th November 2010 | Education | 7 Comments
“Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

Mengapa kita perlu mengajarkan Al-Qur‟an dan mendorong anak-anak untuk menghafal Al-
Qur‟an?

 untuk mendapatkan ridho Allah


 untuk mendapatkan ketenangan hidup
 karena Al Qur‟an akan menjadi penolong (syafa‟at) bagi para penghafalnya
 penghafal Al-Qur‟an dapat memberikan syafaat bagi keluarganya
 mendapatkan banyak kemuliaan dan pahala yang berlimpah

Prinsip-prinsip mengajarkan Al-Qur’an:


1. Tidak boleh memaksa anak ( kecuali dengan alasan, misalkan watak anak „pemalas‟ )
2. Lakukan kegiatan dengan cara menyenangkan
3. Dimulai dari ayat-ayat yang mudah difahami
4. Keteladanan dan motivasi

Kunci keberhasilan mengajarkan anak untuk menghafal Al-Qur’an:

 Suasana senang dan membahagiakan akan membantu anak untuk mengingat hafalannya
dalam waktu yang lama, dengan demikian anak akan berinteraksi dengan Al-Qur‟an dengan
perasaan cinta dan keterikatan terhadap Al-Qur‟an.
 Berulang dan kontinyu

Cara memelihara dan mengembangkan memori anak:

1. Ajari anak untuk fokus dan perhatian pada pendidiknya


2. Faktor makanan adalah penentu untuk terpelihara kemampuan memori itu bekerja (zat-zat
adiktif yang terdapat dalam makanan, perlahan tapi pasti akan merusak daya ingat anak-
anak)
3. Memberi penjelasan pada anak-anak atas nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan yang
dihafalnya, maka memori akan bekerja lebih eksis
4. Menghormati waktu bermain dan waktu istirahat anak
5. Jauhkan unsur-unsur yang dapat mengancam psikologi anak-anak ; celaan dan tekanan
6. Ciptakan motivasi-motivasi agar anak cenderung menyukai aktifitas menghafal

Waktu-waktu yang tepat untuk mengajarkan anak menghafal Al-Qur’an:

 Tidak mengantuk
 Tidak letih / kelelahan
 Tidak kekenyangan atau sebaliknya, tidak sedang kelaparan
 Tidak dalam keadaan capek belajar
 Tidak sedang bermain
 Tidak dalam keadaan sakit / bad mood

Yang perlu diperhatikan tentang bakat anak dalam menghafal:

 Kenali bakat anak-anak dan hargai minat mereka.


 Fahami keterbatasan daya ingat anak karena tiap anak itu beda kemampuannya
 Kenali anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar dan berinteraksi

TEKNIS PENGAJARAN
1. Bayi ( 0-2 tahun )

 Bacakan Al-Qur‟an dari surat Al-Fatihah


 Tiap hari 4 kali waktu ( pagi, siang, sore, malam )
 Tiap 1 waktu satu surat diulang 3x
 Setelah hari ke-5 ganti surat An-Nas dengan metode yang sama
 Tiap 1 waktu surat yang lain-lain diulang 1x

2. Di atas 2 tahun

 Metode sama dengan teknik pengajaran bayi. Jika kemampuan mengucapkan kurang,
maka tambah waktu menghafalnya, misal dari 5 hari menjadi 7 hari.
 Sering dengarkan murottal.
3. Di atas 4 tahun

 Mulai atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius


 Ajari muroja‟ah sendiri
 Ajari mengahfal sendiri
 Selalu dimotivasi supaya semangat selalu terjaga
 Waktu menghafal 3-4x per hari

CARA MENJAGA HAFALAN

 Mengulang-ulang secara teratur


 Mendengarkan murottal
 Mentadabburi dan menghayati makna
 Menjauhi maksiat
 Catatan kecil ini adalah sebagian hal yang saya endapkan setelah mengikuti
Seminar Parenting Qur‟ani: “Mendidik Generasi Cinta dan Hafal Qur‟an” yang
diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Salimah DIY pada Ahad 19 April 2015
kemarin. Mengapa saya sebut sebagian? Karena saya datang terlambat..hehe.
Berhubung paginya kami harus menghadiri acara gathering dan sarapan pagi
DPC PKS Bantul yang mana suami tidak bisa absen karena diberi amanah untuk
mengisi acara, nah, kira-kira jam 10.00 lebih kami sampai di auditorium
MMTC—lokasi acara. Alhamdulillah, suami bisa ikut seminar di sela-sela
jadwalnya yang belakangan padat. Sangat bersyukur, soalnya kalau saya
sendirian, biasanya saya yang gumunan ini pada akhirnya sangat kesulitan
memilah mana yang akan ditransfer ke suami, baru kemudian kami tentukan apa
yang akan ditindaklanjuti. Jalurnya pajang banget kan yak? Beda kalau
seminarnya bareng, sambil nyimak biasanya sambil memilah milah ini lho, yang
kita belum lakukan, dan seterusnya.
 Baiklah.… mari kembali ke topik seminar. Pembicaranya adalah Ustadzah Dr.
Sarmini, Lc. Ummahat Jakarta yang juga aktif di pimpinan pusat Salimah, dosen
di kampus LIPIA, sambil mengasuh Rumah Qur‟an Utrujah, juga menulis buku
Alhamdulillah Balitaku Hafal Qur‟an. Meski bekerja, beliau tetap mendidik
sendiri putra-putrinya yang juga penghafal Qur‟an (homeschooling). Rata-rata
mereka lancar membaca Alquran di saat balita, beliau ajari sendiri dengan
metode utrujah yang beliau kembangkan. Putri sulung beliau, Saudah,
menyelesaikan setoran hafalan 30 juz di usia 7,8 tahun. Masya Allah. Kebayang
kan, wow-nya? (tuh kan..gumunannya kumat..saya mah gitu orangnya :p)
 Secara umum, ada beberapa poin yang saya simpulkan (sendiri) dari materi yang
beliau sampaikan. Soal pentingnya Alquran dan keutamaan menghafal, tidak
saya bahas disini ya… anggap saja sudah lewat dan kita telah sama-sama
memahami bahwa ini penting. Selebihnya, saya mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang saya rumuskan sendiri sebagai berikut:
Mengapa sejak dini? Balita? Beneran nih, sekecil itukah?
 Jawabannya jelas: iya, dan beliau telah membuktikannya. Barangkali ada
sebagian orang (termasuk saya dan suami) beranggapan seperti ini: didik sajalah
anak senatural mungkin. Biar puas bermain di masa kecilnya, bersosialisasi
bersama teman-temannya, hingga saat dia telah bisa memutuskan mana yang
baik dan buruk untuk dirinya, dia akan mengambil pilihan menghafalkan
alqur‟an dengan kesadaran: ayah, ibu, aku mau menghafal qur‟an! Pandangan ini
tidak sepenuhnya salah, hanya saja berisiko tinggi. Apakah kita tidak
memperhitungkan jeda waktu yang sekian lama dengan berbagai kemungkinan
„lain‟ terjadi pada masa itu? Di era gadget dengan berbagai risikonya, dengan
tingkat pergaulan yang tidak memberikan jaminan sterilitas dari teman-
temannya—bahkan di sekolah Islam sekalipun, serta berbagai hal yang
memungkinkan dia pada akhirnya memilih jalannya sendiri: aku tidak mau jadi
penghafal alqur‟an ah, nggak asik. Naudzubillah.
 Maka masa kanak-kanaklah waktu terbaik untuk menginstall kecintaannya
kepada alqur‟an, juga menanamkan cita-cita untuk menjadi „penjaga‟nya. Saat
fitroh anak-anak masih terlindungi, saat ketergantungannya kepada orang tua
belum terlepas, maka itulah saat yang paling tepat. Ya, saat ia masih „jernih‟. Hal
ini sejalan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa daya ingat pada
masa-masa golden age ini akan terekam kuat untuk seterusnya. Kalau pepatah
Arab mengatakan, ibarat mengukir di atas batu. Masya Allah. Mari kita ikuti
tradisi para ulama, yakni dengan mandahulukan pendidikan alqur‟an sebelum
yang lainnya. Sejak dini. Yakinlah, bahwa kalamullah yang mulia ini adalah
sebaik-baik ilmu, dan bekal berharga untuk ilmu-ilmu selanjutnya.
 Antara menghafal dan membaca: apa pentingnya mengajari anak
membaca alqur’an terlebih dahulu?
 Nah, inilah termasuk pertanyaan saya sejak lama. Selain terpengaruh dengan
teori pendidikan yang mengatakan bahwa anak dibawah usia sekian belum patut
diajari symbol-simbol (wich is closely related to membaca—termasuk Alquran),
saya juga agak aras-arasen merespon syiar mengajar membaca alqur‟an sejak dini
karena pada kenyataannya tetap mudah mengajarkan tahfidz kepada anak kami
(Taqiyya) secara oral. Ya, ia tetap bisa menghafal dengan baik selama ini meski
belum bisa membaca alqur‟an.
 Apa kata ustadzah Sarmini? Pertama, hati-hati propaganda yang secara
sistematis ingin memundurkan generasi Islam dengan cara menjauhkan anak-
anak dengan Alquran. Kitabullah berbeda, tidak dengan standar manusia,
tetaplah ajari anak membaca Alqur‟an sedini mungkin—tentu dengan metode
yang tepat. Kedua, menghafal secara talaqqi pada akhirnya akan terpentok pada
fase ketika pendamping (atau orang tua) mengalami kerepotan tertentu yang
tidak bisa dihindarkan, sementara saa titu anak masih bergantung penambahan
hafalannya dengan ditalqin, sehingga justru menghambat proses tahfidznya.
Sedangkan anak-anak yang sudah bisa membaca, dia dapat berusaha menambah
hafalannya secara mandiri sehingga meringankan pendampingnya (misalnya
untuk orang tua dengan banyak anak, dsb). Tidak masalah mengawali dengan
ditalqin, tetapi jika ingin hafalannya banyak, ajarkan ia membaca alquran dan
menghafal secara mandiri—sehingga pendamping tinggal mengawal setoran dan
murojaahnya saja. Ketiga, persoalan kita yang lebih utama adalah menumbuhkan
kecintaan dengan alqur‟an. Menghafal juga penting, tetapi, kecintaan akan
tumbuh lebih subur saat anak terbiasa memiliki jadwal atau target khusus
membaca Alquran setiap harinya, berinteraksi dengan mushaf alqur‟an.
 (lebih lanjut tentang metode utrujjah akan disampaikan dalam follow up seminar
ini, yakni berupa pelatihan bagi orang tua untuk mengajari anak balita membaca
alqur‟an dengan efektif dan menyenangkan)
 Bagaimana kiat khusus mengajarkan membaca sejak kecil?
 Mulailah dengan yang mudah. Seorang anak mungkin merasa bahwa dari
belakang lebih mudah, atau mulai awal juz 30 lebih mudah, atau loncat surat
yang menurutnya lebih mudah untuk dihafal, tidak masalah. Yang terpenting
anak konsisten menghafal—hingga mutqin—dan insya Allah kelak semua dapat
terkumpul 30 juz. Berikan kemudahan, dan jangan mempersulit mereka. Selalu
berikan motivasi bahwa ia dapat melakukannya.
 Sebagai bentuk feedback, orang tua dapat memberikan reward sesuatu yang
disukai anak. Bagaimana prinsip reward? Apa saja dan sebervariasi mungkin,
mulai dari sesuatu yang bersifat fisik hingga sesuatu yang bersifat maknawi. Dan
bila perlu, visualisasikan rewardnya. Ustadzah bercerita, pernah menjanjikan
sesuatu untuk putrinya juka berhasil mencapai target khataman. Reward tersebut
dibungkus dengan sesuatu yang transparan, lalu gantung/tempatkan di lokasi
yang susah dijangkau anak. Anak tidak diperbolehkan menyentuhnya samasekali
kecuali target telah tercapai. Mulanya anak mungkin anak akan memohon
diizinkan meski hanya untuk menyentuhnya, tetapi asal orang tua konsisten, rasa
penasaran dan keinginan kuat untuk mendapatkan reward tersebut akan
memompa anak untuk menyelesaikan targetnya.
 Buatlah tantangan, siapkan hadiah atau bila perlu kejutan. Khawatir anak akan
ketergantungan dengan reward? Beliau mengilustrasikan begini, (dan
selanjutnya membuat mayoritas peserta yang merupakan ibu-ibu jadi ger-geran)
“ibu kalau ada toko, jualan sesuatu, dan disitu pasti ada diskon, mau beli disitu
atau pilih di took lain yang nggak ada diskonnya?” (jawab: disituuuu… *sambil
malu-malu*). “Kalau bulan depan ada diskon lagi, mau nggak beli disitu lagi?”
(jawab: mauuuuu *meringis*). “Itu ketergantungan nggak namanya bu?” (klakep
dehh..hehe) Kesimpulannya: menyoal reward tadi, bisa jadi selama ini kita
sekedar “khawatir” anak bakal ketergantungan, dan sebenarnya anak tidak
sampai benar-benar ketergantungan. Prinsipnya, jika itu baik, kenapa tidak?
Kalau untuk hal lain, misalnya penampilan, kita bisa memberikan prioritas
khusus, mengapa tidak jika itu untuk pendidikan anak, dalam hal ini alqur‟an?
Nah!
 Bagaimana menumbuhkan motivasi anak?
 Pertama, jadikan Alqur‟an sebagai isu utama sehari-hari di rumah. Keteladanan
orang tua dalam hal ini mutlak diperlukan. Selain itu, tumbuhkan juga persepsi
positif bahwa prestasi yang berhubungan dengan Alquran adalah lebih penting
dibandingkan dengan prestasi lainnya—termasuk prestasi akademik. Ustadzah
Sarmini sendiri memilih homeschooling bagi anak-anaknya agar mereka bisa
memberikan focus lebih kepada Alqur‟an, tanpa harus membebani mereka
dengan beban akademis sebanyak sekolah pada umumnya (dengan asumsi, insya
Allah untuk standarisasi akademis semacam UN akan mengikuti kecemerlangan
mereka dalam menghafal qur‟an). Selain itu, ajarkan anak-anak untuk lebih
hormat kepada kakak/adiknya yang memiliki hafalan Alquran lebih banyak.
Tanamkan kepada mereka, bahwa jika Allah saja memuliakannya, apalagi kita
manusia?
Kedua, rayu anak dengan hal-hal yang paling disenangi. Saat anak mulai
mencari-cari alasan untuk berangkat mengaji, misalnya, lalu ia mulai
mengajukan syarat A, B, dan C, sesungguhnya yang ia tuju bukanlah syaratnya,
tetapi bagaimana ia bisa melobby orangtuanya agar ia tidak perlu mengaji seperti
biasa. Oleh karena itu, orang tua jangan sampai „kalah‟, penuhi saja syarat-syarat
yang diajukan selama masih „masuk akal‟. Munculkan titik-titik kompromi yang
berorientasi kepada kebaikan bersama. Saat ia menolak sesuatu, jangan pula
lupakan untuk mencari tahu akar penyebabnya, dan hendaknya mulai dari
situlah solusi dicari.
 Kendala orang tua, bagaimana cara mengatasinya?
 Orang tua yang multitasking—bekerja, bermasyarakat, berdakwah, mengurus
rumah tangga, dan sebagainya, tentu memiliki masalah mereka sendiri diluar
kewajiban mendidik anak. Hal ini sangat manusiawi, hanya saja perlu kita
perhatikan bahwa jangan sampai justru masalah-masalah itulah yang
menghambat interaksi anak-anak kita dengan Alqur‟an. Misalnya, sebisa
mungkin atasi dan antisipasi kelelahan berlebih yang membuat kita urung
mendampingi anak belajar Alqur‟an. Orang tua juga tidak perlu terlalu kaku
dengan target, misalnya jika menjadwal mengaji setiap ba‟da maghrib sampai
dengan isya, sementara suatu saat waktu tersebut terpaksa terisi dengan agenda
lain (ada tamu, dan sebagainya), orang tua dan anak bisa bersama-sama
merancang waktu pengganti. Selain itu, saat lelah, kadang orang tua mudah
marah dan tidak sabaran. Bagaimana mengatasinya? Istighfarlah, bila perlu
ucapkan di hadapan anak, “bismillah, insya Allah ummi bisa menahan marah”.
Dengan demikian bisa menjadi control juga untuk diri kita pribadi. Di lain waktu,
ajak anak untuk bersama-sama berdoa, menguatkan motivasinya. Lakukan sholat
hajat dan khususkan doa untuk kemudahan mengajarkan dan mendampingi anak
mempelajari alquran.
 Bagaimana dengan pembagian peran antara ibu dan ayah? Asal soal visi dan misi
sama-sama tuntas, secara teknis banyak pilihan bisa ditempuh. Sebagian
mungkin menyerahkan secara khusus pendampingan anak terkait menghafal ini
kepada ibunya. Sebagian lain bisa jadi ayahnyalah yang lebih berperan.
Bergantian juga bisa, atau berbagi tugas. Ustadzah Sarmini menceritakan tentang
interaksi beliau dengan orang tua Musa Al Hafidz (pemenang Hafidz Indonesia
RCTI tahun lalu), Masya Allah, ternyata ayahnya lah yang intensif mendampingi
Musa. Bagaimana dengan ibunya? Apakah bersantai-santai saja? Tidak, ibunya
kebagian jatah mendampingi adiknya Musa (dulu juga kontestan Hafidz
Indonesia, 3,5 tahun). Karena si adik lebih „bisa‟ menghafal dengan ibunya, maka
disepakatilah pembagian tersebut. Allahu akbar…. Keren banget yaa :‟)
 Terakhir… temukan komunitas. Sebagaimana keimanan seseorang akan
berkonsekuensi dengan didatangkannya ujian, maka keistiqomahan dalam
mendekatkan diri kepada Allah melalui Alquran juga banyak tantangannya. Di
antara karakteristik hafalan alqur‟an adalah, mudah dihafalkan dan mudah pula
hilang hafalannya. Kenyataannya, justru disinilah mukjizatnya. Saat seseorang
berkomitmen menghafalkan alquran, harus diiringi pula dengan kemauan kuat
untuk terus mengulang-ulang hafalannya—dengan demikian interaksinya dengan
Alqur‟an terus terjaga. Saat semangat atau keistiqomahan kita menurun,
komunitas inilah yang akan menjaga kita. Maka sangat dianjurkan kepada
penghafal Alquran untuk bergabung dengan komunitas penghafal juga, entah di
pesantren, rumah tahfidz, lembaga pendidikan dan sebagainya.
 What‟s next? Saatnya beramal. Praktik. Action. Alhamdulillah, kami beruntung
bisa memulainya dari anak pertama (Kata Ustadzah Sarmini, keberhasilan pada
anak pertama inilah yang nantinya insya Allah memudahkan kita untuk mendidik
anak selanjutnya, sebab sudah ada role model). Dan benar, peran komunitas
sangat penting—dan kami bersyukur telah menjadi bagian dari keluarga Rumah
Tahfidz Arraihan Bantul. Meski masih seumur jagung, semangat kami insya Allah
bisa saling menjaga sesame saudara untuk terus istiqomah mendidik generasi-
generasi baru yang cinta dan hafal Alquran.
Jazakumullah kepada seluruh pimpinan wilayah Salimah DIY, ditunggu lanjutan
seminarnya ya…
 Sumber :

 https://iingsaja.wordpress.com/2015/04/22/ 
 MENGOPTIMALKAN OTAK ANAK UNTUK MENGHAFAL AL-QUR’AN.

 Rasul SAW bersabda : ‫“ خٌركم من تعلم القرآن وعلمه‬sebaik-baik kalian adalah yang
belajar alquran dan mengajarkannya”. Alquran adalah satu satunya kitab
yang dihafal jutaan manusia, dari berbagai usia, anak-anak, balita, dewasa,
hingga usia senja. Karena Allah berjanji bahwa Alquran sangat mudah untuk
dihafal. Dalam pepatah arab dikatakan :
 ‫التعلم فً الصغر كالنقش على الحجر‬
 belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu

 Belajar diwaktu dewasa bagai mengukir diatas air. Bertolak dari pepatah
tersebut maka sebagai orang tua hendaknya kita mulai mengajarkan al quran
sedini mungkin, lebih kecil lebih bagus, karena informasi tersebut akan
melekat pada otak anak. Mungkin ada yang bertanya : gimana cara
menghafalkan Alquran sedang anak saya belum bisa membaca? Untuk
menjawab pertanyaan ini sama halya dengan pertanyaan, berapa banyak
orang buta yang hafal Alquran dengan proses mendengar? Balita diusia 5
tahun juga lengkap hafal 30 juz dengan proses mendengar atau dalam
bahasa arab disebut "simaah".

Mengoptimalkan otak anak untuk menghafal Alquran harus kita lakukan,
karena kita mulia dengan Alquran dan hina dengan Alquran. Dengan hafal
Alquran outputnya adalah bangkitnya kebudayaan Islam dan munculnya para
tokoh tokoh mulia. Para gubernur pada masa Dinasti Umayyah rata-rata
mereka bekas budak yang dipilih karena mereka adalah para penghafal
Alquran.

 Menghafal alquran saja sudah cukup :


 1. Mendapat janji-janji Allah
 2. Akan muncul metamorfase dalam dirinya :
 -diliputi sifat penyayang.
 -dijaga malaikat.
 -diliputi ketenangan.
 -Allah dan malaikat akan selalu menyebut mereka.
 3.Menghilangkan sifat unsur syaithoniyah berfungsi sebagai ruqiyah.
 4.Pembebasan diri dari syaitan.
 5. Memiliki sifat sabar.
 6. Memiliki sifat teliti.
 7. Memiliki manejemen waktu bagus.
 8. Murah senyum.
 9. Mudah berperan dimasyarakat.
 10.Disenangi masyarakat.
 11. Muncul sifat kepemimpinan.
 12. Ditolong wali wali Allah.

 Tahfidzul Quran pada usia anak layaknya Daud dengan besi, anak-anak yang
sudah siap Al-quran umur 3 tahun, seperti kisah Nabi Yahya. Jika anak- anak
cenderung suka bermain, maka umur 7 tahun (sebagaimana Imam Syafii,
Jarir At-thobari). Dan terakhir, sblm usia 14 tahun sebagaimana para ulama
sudah hafal Al-quran sebelum akil balig.

Beberapa makanan pendamping untuk menghafal alquran :
 1. Kurma
 2. Susu.
 3. Zabib ( anggur yang dikeringkan)
 4. Zaitun dan buah tin.
 5. Madu sebagai zat gula untuk otak, dan zat gula terbaik yang berasal dari
bahan alami.
 6. Air zam zam.

 Mulailah dari yang termudah, konsisten dan
komitment. Dari awal mulai melangkah dengan kitab Allah,
bergabunglah dengan tempat-tempat tahfidz, karena syaitan ada ketika kita
sendiri, maka ketika kita berjamaah maka dia akan menjadi lemah.

Sesi Tanya Jawab
 Pertanyaan pertama dari bunda Aan:
 Apa kiat khusus / tips untuk murajaah?. Karena
berdasarkan pengalaman, lebih susah menjaga hafalan daripada saat
menghafal. Ini buat ortu juga anak (Aan, ibu dua anak, 15thn dan 8 thn).
 Jawaban dari Ustadzah Ida:
 Ok. Untuk murojaah prinsip dasarnya ketika anak telah hafal beberapa juz
dari Al-quran maka hendaknya ia melakukan murojaah seperempat dari yg
dia hafal.
 Dan untuk tips murojaah banyak caranya:
 1. Murojaah bi an nadr. Dengan melihat mushaf.
 2. Murojaah bil ghoib. Tanpa melihat mushaf.
 Bisa juga dengan cara, bunda satu ayat dilanjutkan ayat selanjutnya untuk
putra putrinya. Hal ini sangat menyenangkan karena ibu atau ayah bisa ikut
langsung dalam murojaah tersebut. Bisa juga murojaah untuk anak usia 15
tahun dengan menjadikannya iman dan membaca hafalan yang ia baca,
biasanya setiap satu malam satu 1/4 juz sudah sangat bagus klu bisa
dilakukan terus menerus. Atau bisa juga dengan menjadikan hafalan kita
sebagai wirid harian, seperti setiap habis subuh murojaah bareng satu
keluarga setengah dari juz 30 misalnya, dan ini yg biasa dilakukan oleh
keluarga duktur kamil sekeluarga yg ketiga putranya hafal alquran diusia 4,5
tahun.
 ****

Pertanyaan kedua dari bunda Mey:
 Masyaallah, ternyata ada makanan yang juga bisa mengoptimalkan anak
untuk dapat menghafal ya Ustadzah, saya merasa terlambat membiasakan
hafalan kepada putri saya, tetapi sekarang kami sedang mengejar
ketinggalan tersebut. USIA putri saya sekarang 13 th (sudah baligh),
bagaimana cara yang efektif untuk mengoptimalkan hafalan di USIA ini?
Mohon penjelasan Ustadzah Ida. Jazzakillah.
 Jawaban dari ustadzah Ida:
 Bismillah, tidak ada kata terlambat, yang terpenting kalau ibu bisa
cari biaah (lingkungan yang mendukung), yang utama dari keluarga, sekolah,
masyarakat dll. Mulailah dari diri sendiri, karena kebaikan itu akan menular
sebagaimana ahlak yang buruk juga menular. Untuk
usia remaja
sebetulnya adalah usia-usia mudah dan susah. Jika
sudah bisa mengendalikan akan mudah, karena biasanya usia setelah 13
tahun dalam hal hafalan sangatlah cepat. Seperti yang kita tahu pembagian
usia menurut islam; 0-7, 7-25, 25-40, 40-60 / sampai meninggal. Di usia 13
tahun bisa kita lejitkan jika lingkungan sangat bagus. Jika tidak
dipesantrenkan atau di sekolah islam, kita bisa membentuk lingkungan yang
islami itu sendiri. Setan jika kita lawan sendiri maka ia akan kuat, namun jika
kita lawan bersama-sama, setan akan melemah. Maka salah satu cara untuk
membentuk lingkungan yang baik untuk hafalan; mencari guru yang kaya dan
fasih hafalan, orang tua harus luangkan waktu minimal satu jam. Hafalan Al
quran seiring waktu akan seperti matematika, menjadi sebuah pembiasaan.
(intisari dari voicenote)
 *****

Pertanyaan ketiga dari bunda Faizza:
 Peran makanan pendamping yang disampaikan ustazah tadi bagaimana?
Sepertinya itu makanan yg sedikit asing di Indonesia. Kemudian, sebenarnya
ada apa tidak ya "anak yang susah menghafal Al Qur'an" itu?
 Jawaban dari Ustadzah Ida:
 Kalau pun kita tidak bisa mengkonsusmsi semua paling tidak tiga dari
makanan itu bisa kita berikan kepada anak, seperti susu, madu, dan kurma.
Tidak ada dalam makanan dan minuman rasul berdoa seperti pada susu,
beliau menambahkan doa Allahumma bariklana wa zidna fiih, dan susu juga
salah satu minuman yang juga berfungsi sebagai makanan.

Betul masing masing anak berbeda, tapi insya Allah bila kita buat target juga
untuk mereka akan bisa tercapai pula, bukan kemudian kita
tinggalkan. Afwan kalau sempat beli buku ini (Rahasia Sukses 3 Hafizh Quran
Cilik Mengguncang Dunia, penerbit Zikrul, penulis: Fathin Masyhud, Lc. MHI
dan Ida Husnur Rahmawati, Lc. MHI) dan baca bisa antum tanyakan hal-hal
yang kurang jelas dalam buku ini. Apakah masing-masing anak bisa
menghafal? Bisa dilihat di foto buku tersebut, yang tengah bernama Tabarok
bisa menghafal Quran saat usia 4.5 tahun, orang tuanya ingin adiknya yang
bernama Yazid (gambar sebelah pinggir) juga mengikuti jejak kakaknya.
Namun ternyata Yazid tidak bisa secepat Tabarok. Tapi orang tuanya terus
berusaha untuk memperdengarkan metode yang sama mereka lakukan pada
Tabarok. Alhamdulillah setelah biasanya sehari cuma setengah lembar, lama-
lama sehari bisa dua setengah lembar. Dari situ kita bisa mengambil
kesimpulan, ketikasesuatu hal dilakukan terus-
menerus, bagaikan otot -otot ketika kita minta kerja
terus-terusan, otok akan semakin kuat, begitu pula
dengan otak kita. (intisari dari voicenote)
 ****

Pertanyaan keempat dari Bunda Titin:
 Assalamu'alaikum ustadzah ida. Saya Titin, anak saya 14thn, 6thn dan 3bln.
Ustadzah,
 1. klo hanya menghafal ayat saja tanpa menghafal terjemahnya, apakah Al
qur'an bisa memberikan manfaat bagi penghapalnya?
 2. Hapalan anak saya saat ini hanya memenuhi tuntutan akademis.
Bagaimana supaya hapalannya itu menjadi salah satu amalan ibadah.
 Jawaban dari Ustadzah Ida:
 Pertanyaan bagus, mukjizat Alquran telah terbukti ribuan tahun, dari
masyarakat yang paham bahasa arab dan yang tidak paham bhs arab.
 1. Hadist rasul yang berbunyi: Barang siapa yang membaca satu huruf dari al
quran maka baginya 10 kebaikan, dan aku tidak mengatakan ‫ الم‬satu huruf, tp
aliif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf. Untuk memahami arti
alquran hendaklah ibu belajar bahasa arab karena bahasa arab bahasa
peradaban yang harus lebih dahulu dikuasi dari bahasa lain. Ketika ibu
paham bahasa arab maka ibu akan merasakan ruh (jiwa Alquran).

 Trik yang saya lakukan sendiri terhadap anak-anak biasanya saya


membacakan terjemah surat yang telah
ia murojaah sebagai reward dari murojaahnya. Dan tidak saya sangka
ternyata anak mampu menyerap banyak dari yang saya bacakan. Contoh
kisah Nabi Musa dan Fir'aun, kisah Ashabul Kahfi,
 cerita hari kiamat dll. Berapa banyak orang yang sembuh dari penyakitnya
karena bacaan Alquran walaupun dia tidak mengerti artinya karena irama
yang ada akan membuat hati pembacanya tenang dan saraf-saraf tubuhpun
menjadi rilex, karena sesungguhnya Alquran adalah petunjuk terbaik dan obat
terbaik bagi manusia insya Allah. Ada cerita nyata seorang ibu yg harus
diamputasi kakinya karena mengalami luka yang sangat parah dan dia sudah
tidak kuat dengan derita itu, hingga akhirnya ditengah putus asanya ada
seorang yang menawarkan untuk terapi dengan membaca Alquran secara
baik dan benar 2 juz perhari. Subhanallah, hanya dalam 2 bulan luka tersebut
mengering dan sembuh total.

 2. Untuk tahapan awal tidak menjadi masalah jika hafalan masih berupa
sekedar tuntutan akademis, antum masih ingat mungkin kalau saya tanya
dulu ketika sholat lima waktu rutin usia berapa? Karena kesadaran sendiri
atau karena perintah orang tua? Banyak yang menjawab, karena disuruh
orangtua, sekarang coba kita bandingkan sekarang seiring dengan waktu dan
bertambahnya umur ibu sudah jauh lebih bisa memahami bahwa sholat
bukan sekedar perintah, tapi merupakan kebutuhan rohani manusia dan Allah
yang harus dipenuhi. Salah satu contoh : kita tidak nyaman kalau pas datang
bulan
 karena tidak melakukan sholat, karena kita sudah terbiasa sholat.

Biarkan untuk awal Al-quran dijadikan tuntutan akademis seiring
pemahamannya bertambah, insya Allah dia akan jadi satu kebutuhan dalam
hidupnya. Rasul bersabda: barang siapa yang belajar dan menghafal Alquran
diwaktu kecil maka Allah akan mencampurkan Alquran dalam darah dan
dagingnya.

Beberapa tips supaya anak cinta alquran:
 1. Perbanyak berdoa untum dan anak diwaktu mustajabah.
 2. Jadikan alquran isu utama dalam alquran.
 3.Temukan anak-anak dengan para hafidz alquran
 4. Jadikan kenangan ana- anak Alquran sesuatu yg indah. Contoh setelah
selesai menghafal juz ammaberikan hadiah yang istimewa bisa berupa
rekreasi, buku edukatif mainan, makan bersama teman sebayanya dll. Ini
contohnya ketika
mereka berhasil menyetor satu juz
maka masing-masing dapat hadiah dari ibunya
masing-masing ditulis disitu hadiyyatul quran (hadiah
Alquran).

 Nomer 2. Jadikan alquran isu utama dalam keluarga.


 *****

Pertanyaan Kelima dari bunda Kamilia:
 1. Bagaimana memotivasi anak umur 3,5 tahun untuk menghafal Al-qur an
 2. Bagaimana mengarahkan anak anak yang lebih suka nonton kartun /
tablet agar mau lebih dekat dengan Al quran
 3.bagaimana manajemen waktu yang paling baik untuk menghafal.
 Jawaban dari Ustadzah Ida:
 Saya jawab dengan pertanyaanya nomer 3 dulu : waktu yang terbaik untuk
menghafal adalah diwaktu pagi hari selepas subuh, karena rasul bersabda :
Ya Allah berkatilah ummatku diwaktu pagi hari, adapun murojaah bisa
dilakukan setelah sholat ashar atau sebelum tidur atau ketika qiyam lail.
Untuk pertanyaaan nomer satu dan dua : satu statemen yang selalu saya
ingat ketika membawa anak-anak menghafal kitab Allah adalah :
mengarahkan anak ketika usia dini atau sebelum akil balig jauh lebih mudah
dibanding ketika mereka sudah dewasa. Untuk usia anak 3,5 tahun bisa
dengan beberapa metode, salah satunya yang termudah dan yang biasa
Rasulullah lakukan adalah dengan methode talqin. Contoh : dalam seminggu
ini anak ingin kita ajarkan surat al faatihah. CARANYA
: antum bisa talqin surat tersebut ayat demi ayat.

 Untuk hari pertama 3 ayat misalnya, antum ucapkan satu ayat berulangkali
kemudian suruh anak untuk mengikuti. Minimal talqinkan sampe 20 kali,
umpama setiap hari bisa setengah jam saja dan rutin maka insya Allah al
fatihah tuntas dalam waktu seminggu. Untuk tablet dan kartun bisa ibu alihkan
dengan buku cerita sahabat dan harus ada peraturan dalam keluarga untuk
penggunaan tablet tersebut. Ada beberapa film kartun yang saya recommen,
cuma masalahnya bahasa arab bisa ibu ibu download, seperti al qosos fil
quran (kisah kisah dalam alquran). Kalau ibu-ibu ke Mesir mampir ke kota
kecil bernama Tanta atau biasa disebut dengan madinatul qurro (kota para
penghafal al quran).
 *****

Pertanyaan keenam dari Bunda Aulin:
 Assalamualaikum ust, anak kami yang pertama (7th) hafalan sudah sampai
Al-fajr, sedang adiknya (4th) sudah hafal al-ikhlas, An-nas, Al-falaq, Al-ashr
dan Al-fatehah, namun mereka semua sebatas hafal saja luar kepala belum
paham artinya, apakah itu tahapnya begitu dulu atau dibarengi dengan
artinya. Jazakillah khair.
 Jawaban dari Ustadzah Ida:
 Pembagiaan umur manusia ;
 1. Dari kandungan hingga 7 tahun, umur ini kelebihan hafalan mereka sangat
tinggi dan bisa memahami hal-hal yang sederhana. Seiring dengan usia
bertambah pemahaman juga akan bertambah. Ibu sudah melakukan capaian
yang masya Allah, dan yang lebih penting dari itu teruskan jangan sampai
berhenti, karena berapa banyak orang yang sudah mulai menghafal bersama
anak anaknya, akan tetapi mereka berhenti ditengah tengah, dan saya
katakan memulai adalah hal yang sangat bagus akan tetapi meneruskan dan
menyelesaikan hafalan juga sangat utama dan mulai, dan butuh konsistensi
yang tinggi serta tekad yang membaja. Allahu yuftah alaikunna.
 *****

Ketika ada niat baik, mulailah untuk mewujudkankannya karena ketika kita
sudah memulai maka Allah akan memudahkan pekerjaan kita dan akan
mempertemukan dengan yang setipe dengan kita karena sesungguhnya, jiwa
orang mukmin ibarat malaikat yang berbaris yang sama jiwanya maka dia
akan mendekat, dan yang berbeda akan terpisah dengan sendirinya.

Berprasangka baik kepada Allah harus kita lakukan, karena godaaan syaitan
dalam bentuk jin dan manusia selalu ada disekitar kita. Rasul bersabda
: Rumah yang tidak pernah dibacakan alquran
seperti rumah yang rusak. Menukil nasehat para ulama :
hendaklah kalian pegang Alquran, membacanya, menghafalnya dan
mengamalkannya. Allah tidak melihat hasil usahanya, tapi yang Allah nilai
adalah ketulusan niat kita dan usaha kita untuk mewujudkan cita cita tersebut.
Eits...Anda gak salah ketika melihat judul ini, dan kisah ini pun bukan sekedar cerita dongeng belaka
dari negeri antah berantah, karena ternyata memang ada seorang ibu yang mampu mendidik
kesepuluh anaknya (bukan anak ke-sepuluh yah :D) menjadi hafidz quran..! Subhanallah ya, sesuatu..!
Yuk, kita simak kisahnya berikut ini :

Ibu para hafidz. Itulah julukan yang layak disematkan kepada Hj Wirianingsih. Betapa tidak, ia
berhasil mencetak ke-10 buah hatinya menjadi penghapal Al Quran.

Al Quran, bagi Wirianingsih dan keluarganya, adalah kunci meraih kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Itulah prinsip dasar yang dipegang teguh pasangan Mutammimul „Ula – Wirianingsih
dalam mendidik buah hatinya. Muslimah kelahiran Jakarta, 11 September 1962 itu,
mengaku sedari kecil sudah sangat akrab dengan ayat-ayat Al Quran. Ia lalu mengajarkan
hal serupa kepada buah hatinya.

Wirianingsih mengenalkan Al Quran, sebagai pegangan hidup, kepada buah hatinya sejak dini.
Menurutnya, pengenalan nilai Al Quran memang harus diberikan kepada anak-anak, sejak masih
kecil. Sebab dengan membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Kitab Suci, akan menumbuhkan
kecintaan terhadap Al Quran hingga mereka menginjak dewasa.
Beberapa metode pengajaran Al Quran mereka terapkan. Antara lain, pengajian rutin Al Quran seusai
Maghrib, membiasakan shalat Subuh di masjid yang dilanjutkan dengan aktivitas hafalan Al Quran,
membiasakan membaca buku, serta berbagai kegiatan lainnya. Selain mendapatkan pendidikan
langsung dari kedua orangtua, anak-anak juga menimba pendidikan di pesantren tahfidz. Sehingga
tidaklah mengherankan, jika dalam waktu tidak terlalu lama, mereka sudah mampu menghafal Al
Quran.

Inilah Prestasi Buah Hati Mereka:

▪ Afzalurrahman, 21 thn, smst 6 Teknik Geofisika ITB, hafal Al Qur‘an sejak usia 13 thn. Sekarang masuk
dalam program PPSDMS, ketua Pembina Majelis Taklim Salman ITB, terpilih peserta Pertamina Youth
Programme 2007 dari ITB.
▪ Faris Jihady Hanifa, 20 thn, smst 4 Fak Syariah LIPIA, hafal Al Qur‘an sejak usia 10 thn. Juara 1 lomba
tahfidz Al Qur‘an 30 Juz yang diselenggarakan Kerajaan Saudi di Jakarta 2003, juara 1 lomba olimpiade IPS
tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ 2004.
▪ Maryam Qonitat, 18 thn, smst 2 Fak Ushuludin Universitas AL Azhar Cairo, hafal Al Qur‘an usia 16 thn.
Pelajar teladan/lulusan terbaik Husnul Khotimah 2006.
▪ Scientia Afifah, 17thn, kelas 3 SMU 28, hafal 10 Juz Al Qur‘an, juara mengarang tkt SD se-Kab Bogor 2000,
Pelajar Teladan, lulusan terbaik MTS Al Hikmah 2004.
▪ Ahmad Rosikh Ilmi, 15 thn, kelas 1 MA Khusnul Khotimah, baru hafal 6 juz, Pelajar Teladan SDIT Al Hikmah
thn 2002, lulusan terbaik MTs Al Kahfi 2006.
▪ Ismail Ghulam Halim, 13 thn, kelas 2 MTs Al Kahfi, baru hafal 8 juz, Juara Olimpiade IPA tkt SD Jaksel
2003, meraih 4 penghargaan Al Kahfi 2006 (tahfiz terbaik, santri favorit, santri teladan, juara umum) ketua
OSIS Pesantren Al Kahfi .
▪ Yusuf Zain Hakim ,12 thn, kls 1 Mts Al Kahfi, hafal 5 juz. rangking 1 dikelasnya.
▪ Muh Saihul Basyir, 11 thn, kelas 5 SDIT Al Hikmah, hafal 25 juz.
▪ Hadi Sabila Rosyad, 9 thn, kelas 4 SDIT Al HIkmah, hafal 2 Juz.
▪ Himmaty Musyassarah, 7 thn, hafal 1 juz.
▪ Hasna, wafat usia 3thn 7 bln.

Inilah Rahasia Mereka Dalam Mendidik Keluarga:


▪ Mengajarkan Al Quran sejak usia 4 tahun. Doktrin yang ditanamkan dalam keluarga bahwa Al
Quran adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
▪ Jangan terlalu mengandalkan sekolah. 2/3 keberhasilan pendidikan itu ada di rumah.
▪ Keberhasilan pendidikan anak adalah hasil integrasi kedua orang tuanya, bukan dari ibu saja.
Malah sebenarnya lebih besar tanggung jawab seorang ayah dibanding ibu. Contoh ayah idaman
dalam Al Quran = Luqman.
▪ Suami yang membangun visi keluarga dan istri yang mengisi kerangka visi itu. Sejarah mencatat,
orang-orang shalih dibentuk oleh ayah yang mengerti akan perannya dalam mendidik anak.
▪ Keluarga ini memiliki perhatian yang tinggi terhadap anak dan pendidikan, diantaranya: perhatian
dari A-Z, potong kuku, bersihkan telinga, dll. File-file khusus yang menyimpan catatan tentang anak,
hasil ulangan dll. Kekayaan keluarga adalah anak dan buku. Setiap liburan, selalu mengajak anak ke
toko buku, dan ada perpustakaan dengan 4000 buku di rumah.
▪ Visi yang ada di kepala adalah anak-anak kami semuanya harus menjadi hafidz quran. Sehingga
hal-hal yang dilakukan antara lain:
1) Kelliling jawa dan madura untuk melihat pesantren tahfidz terbaik. Pilihan jatuh di kudus. Walau
orang mencibir untuk apa menjadi hafidz quran dan menitipkan anak di pesantren.
2) Tujuh tahun pernikahan tanpa televisi.
3) Setiap hari diperdengarkan murottal.
4) Sang ibu mengajar sendiri dengan metode Qiroati.
▪ Nasihat sang suami yang mencerminkan kekuatan visinya sebagai kepala keluarga, ―Bu kita harus
berbeda dengan orang lain dalam kebaikan. Orang lain duduk kita sudah harus berjalan, orang lain
berjalan kita sudah harus berlari, orang berlari kita harus sudah tidur, orang lain tidur kita sudah
harus bangun. Jangan sedikitpun berhenti berbuat baik sampai soal niat. Kita tidak boleh lalai
karena kita tidak tahu kapan Allah mencabut nyawa kita..." ▪ 3 fase interaksi dengan anak menurut
Imam Ali.
1) 7 tahun pertama = perlakukan dia seperti raja – masa pembentukan tumbuh kembang otak dan
menyerap informasi.
2) 7 tahun kedua = perlakukan ia seperti tawanan perang dalam kedisiplinan — masa penanaman
sikap, disiplin, disiplin, dan disiplin.
3) 7 tahun ketiga dan seterusnya = perlakukan ia sebagai teman atau sahabat.
▪ Para pakar mengatakan 7 sd 12 adalah golden age. Usia emas. Saat itulah fase pembentukan sikap,
perilaku, dan penanaman nilai yang paling penting.
▪ Rasul menyuruh shalat di usia 7 tahun, dan bila sampai 10 tahun belum shalat maka pukullah ia.
▪ Setiap menjelang tidur, ibu selalu menceritakan kisah-kisah para nabi dan rasul.
▪ Jadwal dalam papan besar untuk belajar Al Quran bagi 11 anak.
▪ Ba‘da maghrib dan ba‘da subuh adalah waktu interaksi dengan Al-Quran. Ba‘da subuh muraja‘ah,
ba‘da maghrib hafalan.
▪ Penghargaan yang tulus atas usaha anak ―Nak ibu bangga sekali dengan kamu, meskipun sulit tapi
kamu disiplin menyetorkan hafalan 2 ayat setiap hari…‖
▪ Anak pertama dan kedua sejak usia 5 dan 4 tahun terbiasa bangun sebelum subuh.
▪ Tidak lupa membangun dakwah di keluarga besar. Saat kedua orang tua all out di luar rumah,
keluarga besar-lah yang terlibat mengawasi anak-anak. Caranya, rutin berkunjung ke keluarga besar
untuk menjalin hubungan baik dengan mereka.
▪ Kesulitan di masa pembentukan adalah faktor keistiqomahan. Harus konsisten mengontrol.
▪ Memagari anak-anak dari pengaruh negatif. Ada agreement dengan anak-anak kapan saat
menonton TV (jam berapa, film apa, berapa jam, dll) dan ada hukuman bila dilanggar (pelanggaran
pertama, dilarang stel tv selama 3 hari, pelanggaan kedua, dilarang stel tv selama seminggu,
pelanggaran ketiga, tv diletakkan di atas lemari saja) aturan berlaku termasuk untuk orang tua.
Terkadang diingatkan, ‖ Nak, hafalanmu banyak, TV itu bisa memakan bagian pikiranmu…‖

RAHASIA SUKSES 3 HAFIZH


QUR‟AN CILIK (WORKSHOP)
October 21, 2014

‫ال َّسل َ ُم َعلَ ٌْ ُك ْم َو َرحْ َم ُ ِ َو َ َر َكا ُت ُه‬


‫ِلْ ِم ّ ِ الرَّس حْ َم ِن الرَّس ِحٌ ِْم‬
ّ ِ‫ اَ ْل َحمْ ُ ل‬..
Pada tanggal 18 Oktober 2014 saya berkesempatan hadir pada acara Workshop Metode Hafal
Qur‟an dari Hafizh Termuda Dunia (Tabarok 4,5 tahun dari Mesir) di Aula Perpusda
Surabaya dengan pembicara Ustadzah Ida Husnur Rahmawati,Lc.MHI dan dibantu suami
beliau Ustadz Fathin Masyhud, Lc.MHI.
Ustadzah Ida dan Ustadz Fathin adalah sepasang suami istri dengan anak-anaknya yang
tinggal di Mesir untuk urusan pendidikan. Kebetulan mereka bertemu dengan keluarga Dr.El-
Laboodyyang memiliki 3 anak penghafal Al-Qur‟an dalam usia balita dan mendirikan
Markaz Tabarak (lembaga yang mencetak penghafal Al-Qur‟an). Pertemuan dengan keluarga
penghafal Al-Qur‟an tersebut membuka rahasia metode menghafal Al-Qur‟an yang terbukti
ampuh sehingga membuat pasangan suami istri (Ustadzah Ida dan Ustadz Fathin)
menuliskannya di sebuah buku “Rahasia Sukses 3 Hafizh Qur‟an Cilik” dan menjadi
pembicara di workshop kali ini.
Konten yang dihadirkan di workshop ini cukup singkat tetapi mampu menggugah semangat
bagi orang tua yang sudah memiliki anak, ataupun yang belum berumah tangga untuk
menjadikan anaknya sebagai penghafal Al-Qur‟an. Konten tersebut di antaranya adalah : (1)
Keutamaan menghafal Al-Qur‟an di waktu kecil, (2) kelebihan keluarga Dr.El-Laboody, (3)
makanan pendamping ketika proses menghafal, (4) godaan terbesar dalam menjadikan anak
hafal Al-Qur‟an, (5) 7 langkah menghafal Al‟Qur‟an, (6) kendala yang menghambat proses
menghafal Al‟Qur‟an,(7) 7 level pembelajaran di Markaz Tabarak, (8) kunci sukses orang tua
Tabarak, Yazid, dan Zaenah, (9) lembar mutabaah. Berikut ulasan singkatnya :
(1) Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Terdapat 4 keutamaan dalam menghafal Al-Qur‟an ketika masih kecil, yaitu tercampurnya
Al-Qur‟an di dalam daging dan darah anak tersebut, disegerakan mendapat pahala untuk anak
dan kedua orang tuanya, tertolaknya bala bagi keluarga anak tersebut, dan tertanamnya
hafalan Al-Qur‟an di otak anak tersebut seperti ukiran di atas batu.

Tercampur dalam daging dan darahnya

“Barangsiapa yang belajar al-Qur‟an pada waktu kecil maka Allah akan mencampurkan Al-
Qur‟an itu dalam daging dan darahnya.”

Disegerakan mendapat pahala


“Diriwayatkan dari Anas secara marfu‟ bahwa seorang anak yang belum mencapai usia
baligh, apabila mengerjakan kebaikan, maka akan dicatat juga pahala untuk kedua orang
tuanya. Apabila melakukan dosa, tidak dicatat untuknya maupun untuk kedua orang tuanya.”

Menolak bala‘ bagi keluarganya


Dari Hudzaifah bin Yaman, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya
Allah akan menimpakan azab kepada suatu kaum kemudian Allah mendengar seorang bayi
atau anak dari mereka membaca “Alhamdulillahi rabbil alamin” maka Allah akan
mengangkat bala tersebut selama 40 tahun karena bacaan anak tersebut.”

Hafalan lebih awet


Dari Ma‟bad dari Al-Hasan Al-Bashri, dia berkata, “Menuntut ilmu di waktu kecil seperti
memahat di batu.”

Membimbing anak kecil menjadi penghafal Al-Qur‟an tidaklah mudah layaknya memahat di
atas batu, perlu usaha keras. Yang perlu diingat adalah pahatan memang susah untuk dibuat
akan tetapi tidaklah mudah untuk dihilangkan sehingga sama saja dengan anak kecil yang
susah sekali dibimbing untuk menjadi penghafal Al-Qur‟an, maka apabila berhasil dalam
menghafal maka hafalannya pun tidak mudah untuk hilang.

(2) Kelebihan keluarga Dr.El-Laboody


Hafalan anak-anak Dr.El-Laboody yaitu Tabarak, Yazzid, dan Zaenah telah diuji oleh
lembaga al-Jami‟yyah al-Syar‟iyyah li Tahfidz al-Qur‟an di Jeddah.
Anak kecil yang mampu menghafal 30 juz dalam umur 4,5 tahun (Tabarak), 5 tahun
(Yazzid), dan Zaenah (5 tahun) adalah anak kecil yang luar biasa. Akan tetapi tidak hanya
mampu menghafal, ketiga bersaudara tersebut juga telah diuji oleh lembaga yang berwenang,
dengan ujian yang tentunya tidak mudah di mana masing-masing dari mereka diuji oleh yang
berkompeten tanpa didampingi orang tua dan mendapatkan nilai Mumtaz !

(3) Makanan pendamping ketika proses menghafal


Susu murni
Rasulullah SAW ketika minum susu, beliau tidak lupa berdoa :

‫ا َب ِر ْك َب ا ِر ْك ُها‬,‫الَّل ُه ّم ا َب ِرا ْك ااَب َب ا ِر ْك ِرا‬


Artinya :

“Ya Allah berkahilah kami dan tambahkan kami di dalam kandungannya.”

(HR.At-Turumudzy no.3377, Abu Dawud no.3242 dan Ahmad no.1876 dan 2438)
Kurma
Ingat kisah Maryam dalam Al-Qur‟an?

‫اا َبط ً َب‬


‫اج ِر ًّم‬ ‫س ق ْكِرطا َبعلَب ْك ِر ُه‬
‫ َب ُهه ِّ ياإِراَب ْك ِر ا ِر ِرج ْكذ ِرعا ا َّل ْكخلَبةِرا ُهت َب‬٢٥
Artinya :

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan
buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.”

(QS Maryam : 25)

‫ت َفإِنْ َل ْم َت ُكنْ َح َلا‬


ٍ ‫ات َف َعلَى َت َم َرا‬ َ ٌُ ْ‫ت َق ْ َ َأن‬
ٌ َ ‫صلِّ َى َفإِنْ لَ ْم َت ُكنْ ُر َط‬ ٍ ‫ ٌُ ْفطِ ُر َعلَى ُر َط َ ا‬-‫صلى علٌه وللم‬- ِ ‫ان َرلُو ُ َّس‬
َ ‫َك‬
‫ت مِنْ َما ٍا‬ ٍ ‫َح َل َوا‬
“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah)
sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthob (kurma basah), maka beliau berbuka
dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan
seteguk air.”
(HR. Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3: 164. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan shahih)
Ruthob sangat disarankan untuk dikonsumsi apalagi bagi anak kecil yang sedang dalam
bimbingan menghafal Al-Qur‟an. Jika tidak ada ruthob maka pilihan lain adalah kurma.

NB :

Saat acara berlangsung, Ustadzah Ida membagikan ruthob ke peserta, alhamdulillah saya
dapat bagian dan merasakan nikmatnya buah ini. Rasa ruthob tidaklah semanis kurma bahkan
ternyata tekstur dan rasa ruthob sedikit mirip anggur. Soal harga, ruthob memang lebih mahal
dari kurma yaitu sekitar Rp.150.000 per 500 gram. Di surabaya, ruthob bisa didapatkan di
Lawang Agung.
Madu
َ ُ ‫ت َفالْ لُكًِ ُل‬ِ ‫الث َم َرا‬‫) ُث َّسم ُكلًِ مِنْ ُك ِّ َّس‬68( ‫ون‬ َ ‫ش‬ ُ ‫ك إِلَى ال َّسنحْ ِ أَ ِن ا َّست ِخذِي م َِن ا ْل ِج َ ا ِ ٌُُو ًتا َوم َِن ال َّسش َج ِر َو ِممَّسا ٌَعْ ِر‬
َ ُّ ‫َوأَ ْو َحى َر‬
69( ‫ون‬ ‫َّس‬ ً َ َ
َ ُ‫ك َل ٌَ لِ َق ْو ٍم ٌَ َت َفكر‬ َ
َ ِ‫اس إِنَّس فًِ ذل‬ ‫َّس‬ ُ ْ َ ْ ُ ْ
ِ ‫) َر ِّكِ ذل ٌَخ ُر ُج مِنْ ُطونِ َها َش َرابٌ مُخ َتلِفٌ أل َوان ُه فٌِ ِه شِ َفا ٌا لِلن‬ ً ُ ُ
Artinya :

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-


pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”

(QS Al Nahl : 68-69)

Istirahat yang cukup


Tidak hanya makanan pendamping yang thayyib, akan tetapi juga ditambah dengan pola
istirahat yang baik yaitu tidur selama 12 jam setelah sholat Isya‟ dan bangun di pagi hari.

(4) Godaan terbesar dalam membimbing anak menjadi penghafal Al-Qur’an


Bisikan syetan dalam bentuk jin dan manusia yang selalu membisikkan suara jahat adalah
godaan terbesar, mereka membisikkan kepada orang tua dengan menyentuh rasa kasihan
orang tua kepada anak dengan menghasut agar tidak membebani anak kecil dengan hafalan
Al-Qur‟an

(5) Langkah metode menghafal Al-Qur’an ala Tabarak


Sebelum menghafal
1. Niat ikhlas mencari ridha Allah

2. Berdoa pada waktu mustajab

3. Menentukan jadwal harian

4. Menyiapkan kotak hadiah yang dibungkus

Ketika menghafal
1. Menyediakan tempat yang cocok
2. Mendengarkan murrotal para syeikh

3. Memulai hafalan dari surat An-Naba‟

Setelah menghafal
1. Memberikan hadiah kepada anak atas

prestasi mereka

(6) Kendala yang menghambat anak dalam menghafal Al-Qur’an


Ghaib (absen)
Terlambat datang
Terlambat tidur
(7) 7 level pembelajaran di Markaz Tabarak
Level 1 = 180 jam pembelajaran, materi Juzz Amma dan Huruf atau Tanwin
Level 2 = 300 jam pembelajaran, materi Juzz 29 dan belajar membaca
Level 3 = 300 jam pembelajaran, materi Surat Al-Baqarah s/d Ali Imran
Level 4 = 300 jam pembelajaran, materi Surat An-Nisa‟ s/d Al-Anfal
Level 5 = 300 jam pembelajaran, materi Surat At-Taubah s/d Thah
Level 6 = 300 jam pembelajaran, materi Surat An-Nabiya‟ s/d Fathir
Level 7 = 320 jam pembelajaran, materi Surat Yasin s/d Al-Tahrim
(8) Kegiatan belajar mengajar di Markaz Tabarak
Doa di awal dan akhir belajar
Kurrosah Mutaba‘ah (Buku Penghubung)
Pembagian susu dan roti kurma
Riyadhah Badaniyah (Olahraga)
Rihlah Quraniyah
(9) Kunci sukses orang tua Tabarak-Yazzid-Zaenah
Doa dan keikhlasan
Doa adalah ibadah. Doa dan Qadha saling berkaitan. Contohnya Imam Bukhari sembuh dari
kebutaan berkat doa Ibu.

Perencanaan yang matang dari awal pernikahan


Siapapun yang merencanakan maka hendaknya memperbaiki bacaan Al-Qur‟an dan sering
membacakan Al-Qur‟an. Dalam proses hamil sang Ibu dapat membacakan sendiri atau
melalui audio di mana tiap 1 Juzz diulang sebanyak 5-6 kali dalam sehari sehingga dalam 9
bulan dapat mengkhatamkan Al-Qur‟an sebanyak 45 kali, kemudian saat sudah lahir sampai
umur 2 tahun sang bayi diperlakukan dengan hal yang sama sehingga dapat mengkhatamkan
Al-Qur‟an sebanyak 165 kali.

Aksi dan komitmen


Dalam proses menghafal Al-Qur‟an dibutuhkan konsisten dan komitmen dari orang tua.
Kontinuitas juga sangat terkait dengan doa yang dibacakan orang tua.

Talqin dan tasmi‘ sebanyak 20 kali


Allah SWT menganugerahkan telinga bagi manusia sebagai alat dengar. Telinga merupakan
aset penting bagi penghafal Al-Qur‟an, hal ini dibuktikan dengan seorang anak tunanetra
yang mampu menghafal 30 juz dengan mengandalkan nikmat pendengarannya.
Memilih waktu yang cocok
Mematikan telepon genggam atau laptop
Dalam proses menghafal, yang sering dilupakan orang tua adalah mereka bersama anak-
anaknya secara fisik tapi tidak bersama mereka secara jiwa. Betapa banyak orang tua yang
menemani putranya menghafal Al-Qur‟an atau yang lainnya tetapi mereka sibuk menerima
SMS, menonton televisi, bermain internet atau berfacebook ria. Hendaknya menemani anak
menghafal, orang tua harus menghentikan segala aktifitas dan fokus menemani anak
menghafal Al-Qur‟an.

Taqwa dan tawakkal


Takwa dan tawakkal ditambah sholat akan sangat memudahkan proses menghafal, seperti
halnya firman Allah :

“Bertakwalah kamu kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarimu.”

Salah satu teladan dari dr.Kamil adalah beliau selalu berusaha menjalankan sholat di awal
waktu dalam kondisi apapun. Ketika memimpin doa pun beliau selalu menghadap kiblat
terlebih dahulu.
(10) Lembar mutaba’ah
Berikut adalah contoh lembar mutaba‟ah menghafal Surat Al-Kahfi dalam waktu 7 minggu.
Selain konten di atas, pemateri juga memberikan Lembar Ikrar kepada peserta yang
tujuannya untuk menguatkan tekad peserta dalam membimbing anaknya untuk menjadi

penghafal Al-Qur‟an. Ikrar saya ada 3, tapi rahasia

Sekian ulasan singkat Workshop Rahasia Sukses 3 Hafizh Qur‟an Cilik – Tabarak 4,5 tahun
dari Mesir, semoga bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan, khususnya bagi
orang tua yang memiliki anak ataupun sebagai persiapan bagi yang ingin membangun rumah
tangga. Aamiin.

Mendidik Anak Menjadi Hafidz Quran, Ini 9 Tips


Penting yang Perlu Orangtua Lakukan!
Ditulis Oleh Administrator Dibaca 268077 Kali

 41.6k

Shares
 41.6k

Share

 Tweet
 3

Share

 Mail

Mendidik Anak Menjadi Hafidz Quran, Ini 9 Tips Penting yang Perlu Orangtua Lakukan!

Sahabat Ummi, sebagai orang tua ingin menjadikan anak kita sebagai hafidz/hafidzah
Qur‟an. Saat seorang anak-anak menghafalkan sesuatu maka itu bagaikan menulis di sebuah
batu yang ketika sudah tertulis / terukir maka akan melekat kuat dan sulit hilang.
Karena itu marilah kita didik anak-anak kita membaca dan menghapal Al-Qur‟an sejak dini.
Berikut ini kiat-kiat dalam usaha menjadikan anak kita sebagai hafidz/hafidzah Qur‟an:
1.Orang tua sepakat menjadikan Keluarga Qurani sebagai misi dan visi keluarga
Al Quran adalah kunci meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Itulah prinsip dasar yang
harus dipegang teguh oleh pasangan suami istri dalam mendidik buah hatinya. Dan harus
diingat bahwa keberhasilan pendidikan anak adalah hasil integrasi kedua orang tuanya, bukan
dari ibu saja. Dan jangan terlalu mengandalkan sekolah. Karena 2/3 keberhasilan pendidikan
itu ada di rumah.
2.Memperkenalkan Al-Qur‟an kepada buah hati sejak dini bahkan semenjak masih di dalam
kandungan
Perdengarkan murottal sejak anak masih dalam kandungan.
3.Membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Al-Quran setiap hari
Perdengarkan murottal di setiap waktu terutama menjelang mereka tidur. Dengan
membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Al-Quran dan memberikan pemahaman bahwa
Al-Qur‟an adalah Kalamullah yang seharusnya menjadi pedoman hidup, maka akan
menumbuhkan kecintaan terhadap Al-Qur‟an hingga mereka menginjak dewasa.
4.Orangtua senantiasa menjadi suri tauladan bagi sang anak
Saat suami istri sudah sepakat untuk membentuk keluarga Qurani, maka sang ayah dan ibu
harus memberikan teladan. Dengan rajin mengaji dan menghapal Al-Quran.
Sang anak dapat mendengar dan jangan kaget jika dia dapat mengikuti bacaan orangtuanya
yang sedang murojaah. Hal itu karena mereka sering mendengar ayat-ayat yang tersebut.
5.Membuat jadwal untuk menghafal dan murojaah bagi anak
Misal: Jadwal murojaah adalah setiap pulang dari sholat shubuh berjamaah bersama ayah di
masjid. Dan jadwal setoran hafalan adalah setiap selepas sholat maghrib.
Terapkan dengan konsisten untuk membentuk pola menghafal dan murojaah yang kuat pada
sang anak.
6.Berikan reward untuk prestasi sang anak
Misalnya: setiap selesai menghapal satu surat ibu membuatkan kue kesukaan sang anak.
7.Orang tua terus menerus meningkatkan ilmunya sehingga mampu menjadi madrasah yang
sebaik-baiknya bagi sang anak.
8.Bangun dakwah di dalam rumah
Ajak anak-anak untuk berkumpul dan mendengarkan cerita islami yang akan dapat
mempertebal keimanan mereka.
9.Mensekolahkan anak ke pesantren tahfidz/ menimba pendidikan di pesantren tahfidz

Dari Buraidah, Rasulullah saw bersabda, ―Siapa yang membaca Al-Qur‘an, mempelajarinya,
dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya
seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang
tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‗Mengapa kami dipakaikan jubah
ini?‘ Dijawab, ‗Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-
Qur‘an.‖ (HR Abu Daud)
Semoga kita diberikan kemudahan dalam mendidik anak-anak kita menjadi hafidz/hafidzah
dan semoga mereka dapat menjadi hafiz/hafidzah sebelum mereka baligh. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai