Anda di halaman 1dari 8

Menghafal mufrodat adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh semua orang yang ingin atau akan

belajar bahasa arab. Oleh karena itu beruntunglah bagi orang-orang yang memang sudah ditakdirkan
lahir di negara arab dan langsung bisa berbahasa arab. Karena memang pada dasarnya untuk bisa
berbahasa arab atau hal yang akan dilakukan sebelum mempelajari jauh tentang bahasa arab, kita harus
menguasai banyak kosakata bahasa arab atau mufrodat. Kendala yang dihadapi mahasiswa sastra arab
adalah menghafal kosakata bahasa arab terutama bagi mahasiswa yang sebelumnya belum pernah sama
sekali belajar bahasa arab. Mereka akan mencari cara atau metode bagaimana menghafal kosakata yang
mudah diingat dan cepat.

Berhubung saya adalah mahasiswa baru sastra asia barat universitas hasanuddin dan saya juga
baru belajar mengenai bahasa arab, disitu saya dipaksakan untuk bisa menghafal mufrodat sebanyak
mungkin. Salah satu dosen menganjurkan untuk menghafal 15 kosakata dalam sehari. Namun dilihat
dari beberapa mahasiswa lainnya banyak juga yang tidak menerapkan metode ini dan ada juga yang
menerapkan metode ini. Dengan banyaknya metode yang digunakan oleh mahasiswa lain, disitulah
muncul pemikiran mengenai keefektifan metode menghafal 15 kosakata dalam sehari. Apakah itu bisa
diterapkan oleh semua mahasiswa atau hanya beberapa saja. Makadari itu untuk menjawab pertanyaan
atau permasalahan tersebut, saya tertarik untuk menulis penelitian yang berjudul “Keefektifan Metode
Menghafal 15 Mufrodat dalam Satu Hari bagi Mahasiswa Baru Program Studi Sastra Asia Barat
Universitas Hasanuddin”

Kemudian untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Daya Juang Penghafal Al-Qur’an”

Namun demikian, menghafal Al-Qur’an bukanlah suatu perkara yang mudah namun bukan pula sesuatu
yang tidak mungkin saat ini, karena pada zaman Nabi banyak orang menghafal Qur’an. Dalam buku-buku
sejarah telah menerangkan bahwa para sahabat berlomba-lomba dalam menghafalkan AlQur’an,
bahkan mereka memerintahkan anak-anak juga istri mereka untuk menghafalkan Al-Qur’an (Supardi &
Ilfiana, 2013). Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa menghafalkan Al-Qur’an juga membutuhkan
waktu yang panjang. Bahkan, individu dapat menghafal 30 juz membutuhkan waktu 7 tahun lamanya.
Beberapa pesantren dan ma’had mengharuskan santrinya menghafal 15 juz hingga 30 juz. Pada kondisi
normal santri yang menghafalkan di pesantren tahfidz (hafalan) Al-Qur’an bisa menghatamkan 30 juz
dalam waktu 3 sampai 5 tahun (Rizanti, 2013). Karena menghafal Al-Qur’an itu bukan suatu perkara
yang mudah, maka dari itu para penghafal Al-Qur’an membutuhkan dorongan dan keinginan yang kuat
dalam diri, semangat, niat yang ikhlas dan perjuangan yang berat untuk menghafalkan keseluruhan ayat
A-Qur’an. Menjadi penghafal Qur’an juga menemui banyak kesulitan yang dihadapi, yang terkadang
membuat individu terganggu dan menghafal menjadi tidak maksimal. Maka dari itu perlu merubah pola
berpikir menjadi lebih positif agar kesulitan, tantangan dan hambatan yang dihadapi menjadi peluang
besar menuju kesuksesan, hal inilah yang disebut dengan daya juang. 3 Kemampuan daya juang disebut
dengan Adversity Quotient. Dalam penelitian ini teori daya juang akan menggunakan adversity quotient.
Menurut Stoltz (dalam Wardiana dkk, 2014) daya juang adalah kemampuan seseorang dalam
mengamati kesulitan dan mengelola kesulitan yang dialami dengan kecerdasan yang dimiliki, sehingga
menjadi sebuah tantangan yang akan diselesaikannya. Daya juang juga merupakan kemampuan individu
untuk menggerakkan tujuan hidup kearah masa depan dan juga sebagai alat ukur tentang bagaimana
seseorang berhadapan dengan masalah yang dihadapinya (Novianty, 2014). Seorang penghafal Al-
Qur’an juga mendapat banyak rintangan dalam menghafal dan menjaga hafalan. Sedangkan, untuk
memperoleh tingkatan hafalan yang baik dan benar tentu tidak cukup hanya dengan menghafal sekali
saja, namun berkali-kali. Sebagian besar para penghafal mengalami kesulitan yang bisa saja disebabkan
oleh beragam masalah yang dihadapi seperti : menghafal itu susah, banyak ayat-ayat yang serupa,
gangguan kejiwaan, gangguan lingkungan, atau banyaknya kesibukan yang lain (Akbar & Ismail, 2016).
Sebagaimana yang digambarkan informan yang telah diwawancarai, yang berinisial S berusia 68 tahun
seorang nenek yang saat ini sedang dalam proses menghafal Qur’an. Informan menghafalkan Al-Qur’an
dengan membaca berkali-kali dan juga menyatakan bahwa motivasi informan ingin menghafal
menambah bekal saat diakhirat serta memperbaiki bacaan Qur’an. Disini informan mengatakan
hambatan yang dialami ketika banyak kegiatan yang menyita waktu informan menghafal dan sering
lupa. Sedangkan dari informan kedua beranama SL seorang 4 single mother berusia 53 tahun yang
bekerja sebagai penjahit dan ibu rumah tangga. Saat ini informan mengikuti program tahfidz dengan
motivasi ingin ditinggikan derajatnya saat disurga dan sebagai kebutuhan untuk mendidik anakanaknya
setelah suami meninggal dunia. Informan pun menghafal Al-Qur’an secara berulang-ulang dan
hambatan yang dialami sering lupa dengan ayat yang sudah disetorkan kepada ustadzah dan saat
informan berpergian jauh karena menyita waktu untuk menghafal. Proses menghafal Al-Qur’an yang
terbilang sulit dan membutuhkan waktu yang lama, maka dari itu dibutuhkan kegigihan dan kesabaran
yang ekstra. Menurut Anggen (2012), menyatakan bahwa sabar memiliki pengertian tahan menghadapi
cobaan dan kesulitan. Yang mana, dalam hidup seharusnya individu memiliki ketahanan yang lebih
untuk menghadapi berbagai cobaan yang terjadi dalam hidup, tidak boleh marah, tidak mudah putus asa
ketika menghadapi kesulitan. Sedangkan menurut Sirjani & Kholiq (2007), dalam teori daya juang
penghafal Al-Qur’an dapat diibaratkan menjadi seorang pendaki gunung. Yang mana, proses mendaki
gunung puncaknya saat individu hafal sampai 30 juz. Proses yang terus menanjak dan sangat melelahkan
membuat individu harus merasakan kelelahan dan kesulitan. Kepuasan dan kesuksesan untuk dapat
menghafalkan hingga keseluruhan harus dicapai dengan usaha yang berat, tak kenal lelah dan terus
mendaki meskipun terkadang merasa bahwa langkah demi langkah yang ditempuh terasa lambat.
Namun, menjadi pendaki harus bergerak maju kedepan dan keatas, terus maju sampai puncak gunung.
Oleh karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an kemampuan dalam mengingat juga harus 5 mempunyai
tekad yang kuat, kesiapan lahir batin, usaha yang keras, serta pengaturan diri yang ketat. Menurut Stoltz
(2003), menyatakan tipe seorang pendaki gunung dalam mendaki ada tiga yaitu, quitters (mereka yang
berhenti) orang yang tidak ingin mencoba dalam menghafal Qur’an tanpa adanya usaha. Campers
(mereka yang berkemah) orang yang sudah merasa puas dan nyaman dengan apa yang sudah diperoleh
saat ini, dan tidak ingin melanjutkan dalam berusaha. Climbers (seorang pendaki) orang yang tidak
mudah putus asa sehingga individu sampai pada puncaknya yaitu 30 juz, tahap ini individu memiliki
semangat yang tinggi walaupun banyak mengalami kesulitan selama proses itu berlangsung. Sedangkan
menurut Herry (2013), dalam menghafalkan Al-Qur’an seorang penghafal dituntut untuk memiliki niat
yang ikhlas, tekad yang kuat karena tugas tersebut sangat agung dan berat, mampu mengelola waktu
dengan baik, mampu menciptakan tempat yang nyaman, mampu memotivasi diri, serta mampu melatih
konsentrasi dengan baik agar dapat memecahkan masalah. Karena setiap kali penghafal Al-Qur’an
menfokuskan konsentrasi lebih banyak pada suatu halaman Al-Qur’an yang ingin dihafal, maka ketika itu
pula waktu dan kesungguhan yang dibutuhkan hanya sedikit. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
tertarik untuk meneliti “Bagaimana daya juang penghafal Al-Qur’an?”. Kemudian untuk menjawab
permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Daya Juang
Penghafal Al-Qur’an”

B. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui daya juang seseorang dalam menghafalkan Al-Qur’an dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya juang dalam menghafal Al-Qur’an. C. Manfaat
Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan : 1. Manfaat Teoritis Penelitian tentang daya
juang penghafal Al-Qur’an dapat menambah wawasan dalam segi psikologi positif. 2. Manfaat Praktis a.
Bagi penghafal Al-Qur’an, penelitian ini diharapkan memberikan informasi sehingga menjadi dorongan
yang positif bagi individu yang sedang menghafalkan Al-Qur’an. b. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan
memberikan informasi sehingga peneliti semangat dalam menghafalkan Al-Qur’an. c. Bagi peneliti
selanjutnya, penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan menghafalkan Al-Qur’an

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebersihan lingkungan ialah suatu keadaan yang bebas dari kotoran
seperti , debu, sampah, dan juga bau. Indonesia khususnya, masalah
kebersihan lingkungan tersebut selalu menjadi perdebatan dan juga
masalah yang terus berkembang. Kasus yang menyangkut suatu
masalah kebersihan lingkungan pada tiap tahunnya terus meningkat.
masalah mengenai kebersihan lingkungan yang tidak kondusif
disebabkan karena masyarakat selalu tidak sadar akan
baiknya kebersihan lingkungan. Tempat pembuangan juga  tidak
dipergunakan dan juga tidak dirawat dengan baik. akibatnya ialah
terdapat masalah penyakit , seperi  diare, penyakit kulit, penyakit
pernafasan dan penyakit lain yang juga disebabkan karenaa kurang
bersihnya suatu lingkungan khususnya pada air dan juga Polusi
yang sering menyerang golongan keluarga ekonomi lemah. Dengan
berbagai upaya pengembangan kesehatan pada anak secara umum
pun menjadi terhambat olehnya.
B. Perumusan Masalah
Dengan berdasarkan latar belakang yang telah dinyatakan tersebut,
penulis merumuskan juga beberapa masalah yang akan dibahas
didalam suatu karya tulis ilmiah, yakni:

1.
1. Mengenai Bagaimana kepedulian di masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan sekitar?

1. Mengenai Bagaimana cara untuk menjaga kebersihan


lingkungan di sekitar?

C. Tujuan Penelitian

1.
1. Ialah Supaya lingkungan di sekitar dapat tetap terjaga
kebersihannya.

1. Ialah untuk meningkatkan kesadaran para masyarakat


disekitar akan pentingnya suatu lingkungan yang bersih.
2.

D. Metode dan Teknik Penelitian


Untuk mendapatkan informasi dan juga data yang diperlukan, penulis
akan menggunakan metode observasi dan juga kepustakaan.
adapun teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah sebagai
berikut :

o Teknik Pengamatan Langsung, ialah penulis terjun
langsung dan juga meneliti ke lapangan untuk dapat
mengetahui bagaimana kebersihan lingkungan dan juga
bagaimana peranan pelajar terhadap suatu masalah
kebersihan lingkungan.


o Teknik Wawancara, Tujuan dari teknik ini ialah agar
memperoleh suatu gambaran yang lebih tentang kasus
yang dibahas. Responden yang meliputi  masyarakat
sekitar, khususnya ahli kebersihan lingkungan hidup ialah
sebagai sumber informasi tentang studi kasus masalah
kebersihan lingkungan.
o Studi Pustaka, Dalam metode ini, ialah membaca buku-
buku dan juga tulisan yang berhubungan erta dengan
penulisan karya
o ilmiah dan juga yang berkaitan erat dalam masalah
lingkungan hidup serta perilaku remaja sekitar.

E. Sistematika Penulisan
Didalam karya ilmiah ini, penulis akan juga menjelaskan hasil
penelitian di lapangan yang dimulai dengan bab pendahuluan. Bab
tersebut meliputi tentang latar belakang masalah, perumusan dalam
masalah, tujuan dalam penelitian dan juga sistematika penulisan.
untuk Bab selanjutnya, penulis akan  melakukan penelitian lapangan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan
Kebersihan ialah sebagai cerminan bagi tiap individu didalam
menjaga kesehatan yang begitu penting didalam kehidupan . Dan juga
seperti yang diketahui bahwa kebersihan ialah sebagai dari iman ,
kebersihan juga suatu keadaan dimana bebas dari kotoran, penyakit,
dan juga lain sebagainya, yang jelas dapat merugikan ke segala aspek
yang menyangkut tiap kegiatan dan juga pada perilaku lingkungan
masyarakat. sebagaimana diketahui bahwa kehidupan manusia
tersebut tidak bisa dipisahkan baik itu lingkungan alam ataupun
juga lingkungan sosial. Oleh sebab itu sebagai  masyarakat harus
dapat menjaga kebersihan lingkungan tersebut.
dikarenakan tanpa adanya lingkungan yang bersih pada tiap individu
atau pun masyarakat itu sendiri akan dapat menderita sebab salah
satu faktor yang merugikan seperti halnya  kesehatan. Kesehatan
tersebut begitu mahal harganya. Sehingga baiknya kebersihan
tersebut semuanya harus di olah dengan baik . Lingkungan yang kotor
tersebut berarti ialah penganggu kesehatan yang juga ialah berarti
menanamkan bibit penyakit.
tetapi segala sesuatu terdapat suatu perubahan hanya saja didalam
segala persoalan dalam menjaga kebersihan lingkungan, semua
itu tidak dapat dijalankan dengan tanpa sebuah kesadaran dari setiap
individu ataupun masyarakat untuk menjaga kebersihan, Oleh karena
itu Kebersihan tersebut akan berguna dan juga akan menimbulkan
keuntungan jika tiap individu ataupun juga masyarakat dapat menjaga
lingkungan di sekitarnya.
B. Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan
Berikut ini  Tips dan juga cara menjaga kebersihan lingkungan:

1.
1. Dimulai keingininan dari diri sendiri dengan cara memberi
contoh kepada masyarakat banyak bagaimana menjaga
suatu kebersihan lingkungan.

1.
1. Libatkan tokoh masyarakat yang daoat berpengaruh untuk
dapat memberikan arahan kepada masyarakat
bahwa pentingnya menjaga suatu kebersihan lingkungan.

1.
1. Sertakan juga para pemuda untuk dapat ikut aktif menjaga
kebersihan lingkungan disekitar.

1.
1. buat pekerjaan sebagai petugas kebersihan lingkungan
dengan cara memberi imbalan  setiap bulannya.

1.
1. Sosialisasikan pada masyarakat untuk harus
terbiasa memilih sampah rumah tangga kesampah organik
dan non organik.

1.
1. Pelajari juga teknologi pembuatan pupuk kompos dari
sampah organik agar yang dihasilkan dapat dimanfaatkan ;

1.
1. Harus Kreatif, Dengan membuat souvenir atau juga
membuat kerajinan tangan dengan menggunakan sampah.

1.
1. Buat jadwal untuk kegiatan  kerja bakti untuk
membersihkan lingkungan sekitar.

1. Perbanyak juga tempat sampah di sekitar lingkungan;

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hal ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada masyarakat
masih terdapat yang belum peduli terhadap kebersihan lingkungan
sekitar sendiri. Kebanyakan dari mereka ini berfikir secara parsial dan
juga hanya ingin menguntungkan diri sendiri, seperti pada masalah
pembuangan sampah yang tidak benar, pembuangan limbah pabrik,
polusi udara dari kendara, pencemaran air, dan lain sebagainya .
Kasus-kasus yang menyangkut suatu masalah kebersihan pada
tiap tahunnya selalu meningkat. Dan juga mengakibtakan keadaan
yang dapat merugikan kota.  Jadi, dari hal ini kita harus dapat
menyadari pentingnya  kebersihan itu. Marilah kita semua dapat
menjaga kebersihan dengan secara bersama-sama.
B. Saran
Saya menyadari bahwa dalam membuat penulisan karya tulis tentnag
kebersihan lingkungan disekitar kita ini masih banyak sekali terdapat
kekurangan baik dari segi materi, isi materi, dan juga bahkan cara
penulisan karya tulis ini, untuk hal itu penulis meminta saran dari
anda pembaca semua untuk dapat makalah tersebut bisa untuk lebih
sempurna lagi untuk penulisan selanjutnya. Atas perhatiannnya
Saya ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai