Anda di halaman 1dari 2

Diskusi dibuka oleh Nurdesyanti Sukisman selaku moderator dengan mengucapkan salam dan

mempersilahkan para pemateri untuk memaparkan materinya, adapun yang terlibat sebagai
pemateri yaitu Nur Aisy Zahrani sebagai pembaca syair dan memaparkan tema kecil, Nurul Muhlisha
yang memaparkan athifah, Suci Awaliyah yang memparkan imajinasi, Dwi Amalia Kartika Labelo yang
memaparkan pemikiran dan Salsabilla Rachadianti Insani yang memaparkan titik keakuratan pada
syair.

Diskusi berjalan dengan baik dengan adanya beberapa pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman
dan beberapa pertanyaan tersebut berusaha kami jawab dengan sebaik mungkin.

Pertanyaan pertama yaitu dari Chatarina Elita Amadea yang menanyakan Tema kecil pada bait
terakhir adalah perbandingan. “Dari mana pemateri menyimpulkan bahwa tema kecilnya
perbandingan. Pada bait tersebut terdapat kata sedangkan yang menurut saya lebih dominan
memperlihatkan perbedaan dibanding perbandingan” dan dijawab oleh pemateri “Karena pada bait
tersebut penyair membandingkan antara hewan dan manusia. Penyair menyindir manusia yang
manusia lebih rendah dari pada hewan. Pemateri menyimpulkan membandingkan bukan
membedakan”.Ditanggapi kembali oleh penanya “Mengapa dibandingkan antara hewan dan
manusia? dan dijawab kemabali “Kata memakan disini maksudnya merugikan sesama. Manusia tidak
memikirkan apapun demi mendapatkan yang dia inginkan”. Pertanyaan ini juga ditanggapi oleh
Mildayanti “bahwasanya yang dimaksud memakan di sini adalah ghibah karena dikatakan bahwa
menggibahi orang sama saja memakan daging teman sendiri”.

Pertanyaan kedua dari Mildayanti dan Putri Gita Cahyani yang memiliki pertanyaan yang serupa
yaitu “Pada bait pertama tema kecilnya adalah mengeluh. Dari sisi mana saudara mengambil tema
mengeluh?” dan dijawan oleh pemateri “Karena manusia memang selalu menyalahkan zaman ketika
kesusahan. Contohnya ketika mencari rejeki dan kesusahan maka akan menyalahkan zaman”
jawaban tersebut ditanggapi oleh Putri Gita Cahyani dengan bertanya kembali “bahwasanya kata
mengeluh ini diambil dari keaiban-keaiban itu?” dan ditanggapi kembali oleh pemateri “Manusia
selalu menyalahkan zaman. Padahal keaiban ada pada diri sendiri karena kita tidak mau berusaha
mencari reseki. Kita selalu mengleuh atas apa yang diberikan”. Setelah mengajukan pertanyaan dan
dijawab oleh pemateri, Putri Gita Cahyani memberikan opininya bahwasanya “mungkin lebih cocok
diambil tema kesabaran” tetapi Putri Gita Cahyani tetap menghargai keputusan pemateri dalam
memilih tema.

Pertanyaan ketiga dari Nur Fauzi Arisal yang mempertanyakan tingkat kesulitan lebih tinggi dalam
menentukan kelima poin dari syair yang dipresentasikan dan dijawab oleh pemateri bahwasanya
Tidak ada kesulitan dalam menentukan kelima poin tersebut. Hanya saja sedikit terkendala pada bait
ketiga saat menelaah karena terjemahannya salah. Jadi solusi untuk mengatasinya yaitu
memperhatikan arti dari syair tersebut agar bisa ditelaah dengan baik.

Pertanyaan terakhir dari Nur Hisrah Sri Wahyuni Syukur yang mempertanyakan titik keakuratan pada
bait pertama yaitu “menyalahkan” yang terkait dengan keakuratan gerak, apakah bisa dijelaskan
mengapa bisa dikategorikan gerak dan mungkin bisa dijelaskan dengan contoh dan pemateri
menjawab bahwasanya dari kata “Menyalahkan” imajinasi pemateri ada orang yang berkomentar
atau mengeluh. Orang tersebut berbicara dan mulutnya bergerak maka dari itu mengapa pemateri
mengambil keakuratan gerak.

Sebelum diskusi ini ditutup, Nurul Fadilah Idrus selaku notulen memaparkan hasil pembahasan dan
menyampaikan kesimpulan dari diskusi kelompok yang bersangkutan, demikian diskusi ini berakhir
yang ditutup oleh Nurdesyanti Sukisman selaku moderator

Kesimpulannya Manusia harus mengingat bahwa dirinya adalah makhluk yang paling sempurna
diciptakan oleh Allah. Hal ini bisa diwujudkan dengan selalu berbuat baik dan banyak bersyukur
atas keadaan yang diterimanya serta jangan menyalahkan orang lain ataupun keadaan atas
kesusahan yang dialami.

Anda mungkin juga menyukai