Anda di halaman 1dari 4

Perpisahan jilid ke- 2 antara (perasaan dan realita)

Dalam perkuliayahan aktif ada seorang Mahasiswi psikologi bertanya pada dosennya. Pak, saya ingin bertanya tapi sebelumnya saya minta maaf jika pertanyaan saya lebih condong pada pandangan subjektifitas yang digandrungi para remaja umumnya. oke tidak jadi masalah, apa itu? Begini pak, saya punya teman, dia menyatakan, aku bingung dengan perasaan yang tibatiba bisa cepat mencintai seseorang, padahal aku tahu bahwa dia itu adalah temanku bukan pacar atau lebih! Lantas dengan perasaan yang labil dia mengambil keputusan untuk menyudahi komunikasi sampai disitu, oleh karena kedekatan yang tiba-tiba berubah rasa. Bagaimana menurut kacamata analisis bapak?

( dalam proses tanya jawab itu aku hadir didalamnya. Dari tempat dudukku aku berusaha untuk memvisualisasikan ilustrasi dosen tersebut lebih dalam lagi, kata-kata beliau terasa mengalir begitu saja dengan alur sederhana, ditambah sedikit lelucon, menjadikan ruangan tersebut hidup. Dan sekarang akan aku coba deskripsikan kembali kata-kata beliau sedikit dengan gerakgeriknya). Begini kata beliau:

Saya mengutip catatan manarik dari buku Raudhatu al-Muhibbin wa Nuzhah alMusytaqin yang diterjemahkan oleh Idrus Abdullah Al-Kaf. di dalam kata pengantar buku tersebut Muhammad Arifin Ilham-selaku penulis kata pengantar- berkata seperti ini:

Cinta adalah anugerah Allah, ia ada dalam diri setiap manusia, karena itu ia bersifat universal. Ia berkaitan erat dengan aspek terdalam pada diri manusia, karena itu akal kita tidak akan pernah mampu memahami hakikatnya. Dengan kata lain, cinta hanya untuk dirasakan bukan untuk di pikirkan kemudian, Cinta juga dapat membahagiakan sekaligus membuat orang tertawa , sedih, menangis atau bahkan lebih dari pada itu. Tapi jangan salah, menangis dalam bercinta adalah hal biasa. Sebab selalu berorientasi pada perasaan bukan logika. Padahal seharusnya Didalam cinta tidak ada keluh kesah karena tujuan pecinta tak lain adalah tujuan sang kekasih.

(tiba-tiba tangan mahasiswi tadi mengacung tinggi ke udara, dengan lugas dia bertanya lagi, lantas apa kaitannya antara jawaban bapak dengan pertanyaan saya?)

dengan tersenyum hangat, sang dosen berucap: Darah muda......, darah yang bergejolak......, selalu kritis, dan idealis, sampai pada tataran perasaanpun masih minta di logikakan. tapi jujur, itulah alasan utama saya kenapa ingin menjadi dosen kalian. Saya cinta dengan daya kritis kalian. Tapi laen kali kritis dalam hal ilmiyah ya, jangan tentang percintaan tok, tiba diajarkan materi pemikiran ngantuk semua!

(sejenak gelak tawa kecil terbit disela-sela ujung senyuman mahasiswa/i yang hadir diruangan tersebut.)

ada, ada kaitannya. Masih dalam buku yang sama. Disana kamu bisa membuka halaman 9 maka kamu akan mendapatkan kata-kata kecocokan dan keserasian. Kata kunci inilah yang akan membawa kamu lebih dalam akan penghayatan perasaan itu sendiri.

Maksud bapak?

Bila motif-motif cinta telah terpenuhi yakni sesuatu yang ada didalam diri seseorang yang dapat membuat orang lain mencintainya telah sempurna, maka akan timbul kecocokan dan keserasian antara keduanya, karena 2 hal tersebutlah yang paling menentukan diantara motif-motif lainnya,

seperti yang dikatakan dalam sebuah syair: setiap orang pasti cenderung pada orang yang sesuai dan cocok dengannya.

Kalau boleh, bisa kami tahu apa-apa saja keserasian itu pak?

Keserasian itu ada 2 macam, yaitu: 1. Keserasian yang timbul secara alami dan bersifat mendasar 2. Keserasian yang ditimbulkan oleh faktor pendekatan dan kerjasama dalam hal tertentu. Jika ada dua orang mempunyai tujuan dan kecendrungan yang sama, maka akan terjadilah kecocokan dan keserasian diantara jiwa mereka, begitu juga sebaliknya.

Adapun keserasian yang timbul secara alami adalah keserasian dalam sikap, watak, prilaku dan kecendrungannya kepada yang sejenis dengannya, karena ruh itu secara alami akan merindukan ruh yang sejenis dengannya. Ketertarikan dan kecenderungan itu bisa juga terjadi pada benda-benda mati, seperti ketertarikan antara besi dan debu yang mengandung magnet. Tapi yang pasti, terjadinya daya tarik antara jiwa itu lebih kuat dibandingkan dengan daya tarik antara benda-benda mati. ..........................

Itulah sekilas deskripsiku tentang dialog aktif yang tengah terjalin antara mahasiswi dengan dosennya, tapi disini aku lebih menyoroti pada akhir dari pertanyaan mahasiswi tersebut,

dengan perasaan yang labil dia mengambil keputusan untuk menyudahi komunikasi sampai disitu, oleh karena kedekatan yang tiba-tiba merubah rasa.

Pada kalimat ini aku teringat tentang diplomasi antara 2 orang teman, yang dengan resmi mendeklarasikan perpisahan jilid ke 2nya, sebabnya hampir sama dengan permasalahan diatas. Ikupun nek coyo,[1] heheheh...

Dalam rentang waktu kosong diantara kediaman mereka berdua dari komunikasi, aku sempatkan untuk menulis apa yang telah di jelaskan oleh guruku dalam pelajaran Mahfuzhot di pondok dulu, Awwalul ghodhobi junuunun wa aakhiruhu nadamun. Yang kira-kira maksudnya : keputusan yang diambil dengan penuh emosi hanya mendatangkan penyesalan tiada henti. Emosi disini dapat juga diartikan: suasana hati yang tidak stabil (labil), belum bisa berfikir jernih.

Dalam durasi singkat pasca kata perpisahan terucap, ternyata terlihat gelagat tak siap dari masing-masing pihak, ya... ku kira tak apalah jika aku menyelipkan satu kata yang pernah aku simpan untuk mereka. Saat Engkau telah mengerti sebuah persoalan dengan baik, hadapilah persoalan itu dengan berfikir dan berjiwa besar, walaupun harus dengan menempuh jalanan yang terjal dan sulit, karena itulah jalan yang akan membawamu keluar dari ujung jalan kebuntuan..

Akhir kata sebagai penutup sebelum kusudahi latihan tulisan ini, dan mudah-mudahan bermanfaat:

ketika kita berbicara pada tataran hati dan perasaan, satu hal utama yang sangat militan untuk menjadikan kita sebagai orang konsisten adalah ketegaran. Selanjutnya ketegaran kembali kepada keyakinan. Dan pusat dari pada keyakinan adalah kedekatan secara totalitas kepada Zat yang paling tertinggi diatas seluruh kebesaran atas kekuasaan-Nya..... Allau Akbar....

Wa Allahu aalam Bishoab...

[1] Ikupun nek coyo: itupun kalau percaya (java langguage)

Anda mungkin juga menyukai