Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang merupakan mukjizat melalui perantara malaikat jibril

untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup di dunia dan di

akhirat. Secara etimologi Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. 1 Selain

menempati posisi sebagai sumber pertama dan paling utama dari seluruh ajaran

Agama Islam, Al-Qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi

umat manusia dalam mencapai kebahagiaan dunia maupun di akhirat. Pada saat

Rasulullah masih hidup, Al-Qur’an benar-benar tergambar pada diri beliau. Para

sahabat dapat menyaksikan Al-Qur’an dalam sosok beliau dan juga amaliyah

kesehariannya, sehingga dengan mudah menjadikan Al-Qur’an sebagai standar

acuan dalam menjalankan kehidupan mereka. Namun setelah Rasulullah SAW

wafat dan Al-Qur’an menjadi terbukukan dalam sebuah mushaf seperti sekarang

ini, agar Al-Qur’an dapat menjadikannya sebagai standar prosedur untuk

menjalani kehidupan di dunia ini.2

Sebagai umat Islam pada dasarnya mempunyai kewajiban untuk berusaha

menjaga Al-Qur’an secara riil dan konsekuen. Karena tidak menutup

kemungkinan kemurnian dan keaslian ayat-ayat Al-Qur’an akan diusik dan

diputarbalikkan serta dipalsukan, apabila umat Islam sendiri tidak mempunyai

sikap kepedulian terhadap pemeliharaan kemurnian Al-Qur’an. Selain itu sejarah


1
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Erlangga, 2015),h.107
2
Nur Faizin Muhith, Dahsyatnya bacaan Al-Qur’an dan hafalan Al-Qur’an (Surakarta :
shahih,2012), h.74.

1
2

telah membuktikan bahwa ulama generasi awal bukan hanya sudah bisa membaca

Al-Qur’an pada usia kanak-kanak, melainkan sudah bisa menghafalkannya. Salah

satu contohnya adalah Imam Asy-Syafi’i. Imam Syafi’i yang masih berusia tujuh

tahun telah hafal Al-Quran, setelah hafal Al-Qur’an kecerdasan emosionalnya

semakin matang, walaupun masih kecil beliau memiliki sifat empati yang sangat

tinggi dan memiliki semangat menuntut ilmu yang gigih dan ulet. Dari beberapa

contoh diatas dapat menunjukkan bahwa menghafal Al-Qur’an memiliki pengaruh

terhadap kecerdasan emosional.

Untuk menjaga keautentikan Al-Qur’an diperlukan penjagaan dan

pemeliharaan agar umat Islam tidak kehilangan petunjuk, yaitu dengan

membumikan Al-Qur’an. Yang dimaksud membumikan Al-Qur’an ialah

melakukan upaya-upaya terarah dan sistematis di dalam masyarakat agar nilai-

nilai Al-Qur’an hidup dan dipertahankan. 3 Terdapat banyak cara dalam

mempelajari dan membumikan Al-Qur’an, salah satunya dengan metode hafalan.

Dalam hal ini penghafal Al-Qur’an berperan penting dalam menjaga ayat-ayat

maupun surah dalam Al-Qur’an agar tetap terjaga keasliannya walaupun sungguh

Al-Qur’an itu sudah dijaga oleh Allah SWT terhadap keasliannya, sebagaimana

dalam firman-Nya:

َ ُ‫الذ ْك َر َو ِإ نَّ ا لَ هُ حَلَ افِ ظ‬


٩ ﴿ ‫ون‬ ِّ ‫﴾ِإ نَّ ا حَنْ ن َن َّز لْ نَ ا‬
ُ

Terjemahnya: “sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan

sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”(QS. Al-Hijr: 9)4


3
Rif’at syauqi Nawawi, kepribadian Qur’ani,(Jakarta : Amzah, 2014) h. 274.
4
Pimpinan pusat Muhammadiyah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yogyakarta: Gramasurya),
h .262
3

Tafsir jalalayn (Q.S. Al-Hijr : 9) : Sesungguhnya Kamilah) lafal nahnu

mentaukidkan atau mengukuhkan makna yang terdapat di dalam isimnya inna,

atau sebagai fashl (yang menurunkan Adz-Dzikr) Al-Qur’an (dan sesungguhnya

Kami benar-benar memeliharanya) dari penggantian, perubahan, penambahan dan

pengurangan. Dan sesungguhnya, agar dakwah Nabi tetap berlaku hingga hari

kiamat, Kami tidak menurunkan malaikat. Tetapi Kami menurunkan Al-Qur'an

yang akan terus disebut dan diingat. Kami akan memelihara Al-Qur'an itu dari

berbagai perubahan dan penggantian sampai hari kiamat nanti. Dalam ayat

tersebut dapat dipahami bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk benar-benar menjaga

dan memeliharanya sehingga Al-Qur’an tersebut tidak akan berubah sampai hari

akhir kelak.

Abdul Aziz Abdul Rauf mengartikan tahfidz atau menghafal adalah suatu

proses mengulang sesuatu, baik dengan cara mendengarkan atau membaca. Pada

saat menghafal Al-Qur’an ada kegiatan menghafal, memahami dan mengingat.

Proses menghafal Al-Qur’an selain meningkatkan kecerdasan spiritual juga dapat

meningkatkan kecerdasan emosi.5 Menghafal Al-Qur’an bukan perkara mudah,

tidak dengan sekali membaca langsung hafal, akan tetapi ada metode dan juga

berbagai problematikanya. Beberapa pendapat menyatakan lahirnya generasi

unggulan bergantung dari kedekatannya dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an bukan

hanya kunci surga tetapi Al-Qur’an adalah kunci kecerdasan holistic (IQ, EQ Dan

SQ).6

5
Muhammad Ro’uf, Pengaruh Tahfiz al-Qur‟an Terhadap kecerdasan emosional anak. Jurnal
Bimbingan dan Konseling vol.3.no,1. (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2018). H. 59.
6
Mihnah bulletin, Tantangan Huffadz di Dunia Kampus, (Surabaya, 2 Maret 2014), h 1
4

Menurut Daniel Goleman dalam Eko Harianto, mengatakan bahwa kecerdasan

intelektual hanya menyumbangkan 20% bagi kesuksesan seseorang, sedangkan

80% lainnya adalah sumbangan dari faktor-faktor lain, diantaranya adalah

kecerdasan emosional atau emotional questiont (EQ) yakni kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol emosi, mengelola emosi

dan berempati serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain.7

Berdasarkan hasil pengamatan di Rumah Tahfidz Baitul Hasanah kabupaten

Bungo, kemampuan beberapa santriwan/santriwati dalam segi menghafal sudah

cukup bagus, dilihat dari banyaknya pencapaian hafalan yang dimiliki para santri.

Namun dalam proses menghafal, para santriwan/santriwati masih belum bisa

untuk mengontrol emosi nya, seperti : kesabaran dalam menghafal, menahan

amarah ketika tidak mampu menghafal Al-Qur’an, serta merasa takut ketika

hafalan tidak lancar. Selain itu, beberapa santriwan/santriwati memiliki kendala

dalam menghafal karena belum mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar atau

masih terbata-bata .

Oleh karena itu kecerdasan emosional ini sangat diperlukan bagi seorang

penghafal Al-Qur’an khususnya bagi santriwan/santriwati Rumah Tahfidz Baitul

Hasanah agar bisa cepat dan lancar dalam menghafal. Sebaliknya, proses

menghafal Al-Qur’an terganggu jika seseorang tidak dapat mengendalikan emosi,

seperti rasa marah, takut, atau sedih ketika mengalami kesulitan dalam menghafal

Al-Qur’an.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dipandang

cukup penting untuk mengadakan penelitian tentang “PENGARUH


7
Muhammad Ro’uf, Pengaruh Tahfidz Al-Qur’a…, h. 58
5

MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL

SANTRI DI RUMAH TAHFIDZ BAITUL HASANAH KABUPATEN

BUNGO”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat di

identifikasikan berbagai masalah yaitu sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan pada santri dalam kemampuan menghafal Al-Qur’an.

2. Ada beberapa santri yang kurang tekun dan sabar dalam menghafal Al-

Qur’an.

3. Kurangnya kesadaran santri terhadap tanggung jawab hafalan yang dimiliki.

4. Terdapat santri yang tidak mampu mengontrol emosinya ketika marah.

C. Batasan Masalah

Dari berbagai identifikasi masalah yang ditemukan, peneliti membatasi

permasalahan mengenai pengaruh menghafal Al-Qur’an kecerdasan emosional

santriwan/santriwati di Rumah Tahfidz Baitul Hasanah yang dapat dilihat dari

kesabaran dan ketekunan pada saat menghafal Al-Qur’an. Sementara peneliti juga

memperhatikan keseriusan santriwan/santriwati dalam menambah, mengulang dan

menjaga hafalan Al-Qur’an.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan emosional

santri di Rumah Tahfidz Baitul Hasanah?


6

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah diatas

adalah Mengukur besar pengaruh menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan

emosional santri di rumah Tahfidz Baitul Hasanah.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi dalam

menambah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan tentang menghafal Al-

Qur’an serta pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional santri .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, agar dapat lebih memahami persepsi santri kaitannya dengan

aktivitas bmenghafal Al-Qur’an dan kecerdasan emosional santri.

b. Bagi santri, diharapkan untuk menghafal Al-Qur’an guna memperbaiki

kualitas Hablumminallah dan Hablumminannas.

c. Bagi lembaga, sebagai pihak penyelenggara penelitian ini dapat

memberikan informasi mengenai data-data santri yang masih aktif

kaitannya dengan kegiatan menghafal.

d. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan

masukan dalam mengambil kebijakan serta upaya meningkatkan kualitas

pendidikan dalam menghafal Al-Qur’an.


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Landasan Teori

1) Menghafal Al-Qur’an

a. Pengertian Menghafal

Menurut etimologi kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam

bahasa Arab dikatakan Al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal

juga dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat menurut Wasty Soemanto

berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara

aktif.

Dalam terminologi, istilah menghafal mempunyai arti sebagai tindakan yang

berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu

aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat

diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal

merupakan proses mental untuk menyimpan kesan-kesan yang suatu waktu dapat

diingat kembali ke alam sadar.8

Adapun beberapa pengertian menghafal menurut para ahli, diantaranya :

1) Baharuddin : Menghafal adalah menanamkan asosiasi ke dalam jiwa.

2) Menurut Mahmud : Menghafal adalah kumpulan reaksi elektrokimia rumit

yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam

jaringan syaraf yang sangat rumit diseluruh bagian otak.

8
Yusron Masduki, implikasi psikologis bagi penghafal Al-Qur'an, vol. 18, No.1,Issn: 1858-3237.
h. 21

7
8

3) Syaiful Bahri Djamarah : Menghafal adalah kemampuan jiwa untuk

memasukkan, menyimpan, dan menimbulkan kembali h-h yang telah

lampau.9

b. Pengertian Al-Qur’an

Dalam memahami defenisi Al-Qur’an, ada dua pendekatan yang bisa di

gunakan, yaitu pendekatan secara lughawi (bahasa/etimologi) dan isthilahy

(terminologi). Secara bahasa Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra,u,

qira’atan, wa qur’anan yang berarti menghimpun atau mengumpulkan. Jadi Al-

Qur’an didefenisikan sebagai bacaan atau kumpulan huruf-huruf yang terstruktur

dengan rapi. Dalam Al-Qur’an sendiri, istilah Al-Qur’an di antaranya terdapat

pada QS. Al-Qiyamah ayat 17-18 :

﴿ ‫ك ِإىَل ٰ َأ ْن َتَز َّك ٰى‬ ِ


َ َ‫﴾ َف ُق ْل َه ْل ل‬١٧ ﴿ ‫ب ِإىَل ٰ ف ْر َع ْو َن ِإنَّهُ طَغَ ٰى‬
ْ ‫ا ْذ َه‬

١٨﴾

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan

(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya,

maka ikutilah bacaan kami.” (QS. Al-Qiyamah : 17-18)

Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat yang mendefinisikan Al-

Qur’an. Para ulama ushul fiqh mendefinisikan Al-Qur’an sebagai kalam Allah

SWT yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW secara bertahap melalui

9
Nur Annisa, “Pengaruh menghafal Al-Qur’an terhadap Kecerdasan Kognitif Siswa Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Nahdatul Ulum Soerang Maros Program Studi Pendidikan Agama
Islam Angkatan 2017 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar”,
(SKRIPSI,2020), h.7.
9

perantara mailakat jibril dan merupakan sebuah paha membacanya, yang diawali

surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas. Senada dengan pengertian ini

Muhammad Ali Ash-Shabuni mengungkapkan bahwa Al-Qur’an merupakan

firman Allah SWT yang tiada tandingannya, diturunkan kepada nabi Muhammad

SAW sebagai khatamul anbiya (penutup para nabi), melalui malaikat jibril

‘alaihissalam dan di tulis pada mushaf (lembaran-lembaran).10

Al-Qur’an adalah kitab mulia yang memisahkan antara yang haq dan yang

batil petunjuk bagi seluruh umat manusia. Kitab atau petunjuk yang menjelaskan

perintah dan larangan Allah Swt. Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam

paling penting dalam kehidupan manusia, terutama untuk umat Islam.

Didalamnya mengajarkan prinsip-prinsip dan tata aturan kehidupan yang harus

dijalankan oleh umatnya, tidak hanya terkait dengan tata hubungan manusia

dengan Allah tetapi juga hubungan dengan sesama manusia.

c. Definisi Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an adalah suatu aktifitas memasukkan atau meresapkan

ayat-ayat Al-Qur’an baik dalam cara membaca maupun mendengar, sehingga

ayat-ayat tersebut dapat melekat pada ingatan dan dapat diucapkan atau diulang

kembali tanpa melihat mushaf Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an juga merupakan

proses mengingat, dimana seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya

seperti,fonentik waqaf, dan lain-lain) harus diingat secara sempurna.11

Menghafal Al-Qur’an merupakan kegiatan menghayati dan meresapkan

bacaan-bacaan Al-Qur’an kedalam hati hingga melekat kuat dalam ingatan.


10
Amirullah Syarbani dan Sumantri jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an, (Bandung: ruang
Kita, 2012), Cet. I, h 2.
11
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta:DIVA Press, 2014), h.15
10

Dalam proses menghafal Al-Qur’an, seseorang terlebih dahulu membaca dan

mengulang-ulang bacaan dengan baik. Proses ini akan melatih kepekaan indra

penglihatan dan pendengaran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an serta menajamkan

kekuatan otak sehingga ayat-ayat tersebut melekat dengan baik.12

Selian itu, menghafal Al-Qur’an juga merupakan suatu perbuatan yang sangat

terpuji dan mulia. Orang yang belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an adalah

orang pilihan yang memang telah dipilih oleh Allah SWT untuk menerima

warisan Kitab suci Al-Qur’an.

Adapun hikmah dalam menghafal Al-Qur’an, diantaranya.13

1. Kemenangan yang didapat di dunia maupun kelak nanti di akhirat, jika disertai

dengan perbuatan amal sholeh.

2. Memiliki nama baik dan berperilaku yang jujur. Ketika seseorang yang

menghafal Al-Qur’an semestinya berperilaku jujur itu sudah menjadi

kewajiban dan mempunyai jiwa Qur’ani.

3. Mempunyai daya ingat yang tajam dan cemerlang. Oleh karena itu, para

penghafal Al-Qur’an lebih cepat mengerti dan teliti karena mereka banyak

belajar agar dapat mencocokkan ayat dan dapat membandingkannya.

4. Memiliki bahtera ilmu, ilmu-ilmu yang ada didalam Al-Qur’an serta

kandungannya akan melekat dan banyak sekali terekam kedalam orang yang

menghafalkannya.

d. Hukum Menghafal Al-Qur’an

12
Subhan Nur, Energi Ilahi Tilawah Al-Qur’an. (Jakarta: Republik Penerbit, 2012), h. 45.
13
Kutipan Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Semarang: CV, Ghyyas Putra, 2015), h.
18.
11

Semua ulama sepakat bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu

kifayah. Jika dalam suatu masyarakat sudah ada yang menghafal Al-Qur’an, maka

bebaslah beban dalam masyarakat tersebut. Akan tetapi, jika tidak ada seorang

pun yang menghafal Al-Qur’an, maka semua masyarakat tersebut berdosa. Hal ini

bertujuan untuk menjaga Al-Qur’an dari pemalsuan, perubahan, dan pergantian

sepeti yang pernah terjadi kepada kitab-kitab sebelumnya.14

e. Persiapan dalam menghafal Al-Qur’an

Setiap orang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus mempunyai persiapan

yang matang agar proses hafalan dapat berjalan dengan baik dan benar. Selain itu,

persiapan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi supaya hafalan yang

dilakukan bisa memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan. Beberapa

persiapan atau syarat-syarat yang harus dilakukan antara lain adalah sebagai

berikut :15

1) Niat yang ikhlas

bagi seorang penghafal atau yang sedang dalam proses menghafalkan Al-

Qur’an wajib melandasi hafalannya dengan niat yang ikhlas, matang, serta

memantapkan keinginannya tanpa adanya pasksaan dari orang tua ataupun hal

lain. Karena, jika penghafal Al-Qur’an tersebut dapat paksaan dari orang tua atau

karena hal lain maka tidak akan ada kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam

menghafal Al-Qur’an.

2) Meminta izin kepada orang tua atau suami

14
Ridhoul Wahidi & M. Syukron. Beli Surga Dengan Al-Qur’an, (Media Presindo, 2013),h. 41.
15
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat bias Menghafal….., h.28.
12

Semua anak yang hendak mencari ilmu atau menghafalkan Al-Qur’an,

sebaiknya terlebih dahulu meminta izin kepada orang tua dan kepada suami (bagi

wanita yang sudah menikah). Sebab, hal itu akan menentukan dan membantu

keberhasilan dalam meraih cita-cita untuk menghafalkan Al-Qur’an.

3) Mempunyai tekad yang kuat dan besar

Seseorang yang hendak menghafalkan Al-Qur’an wajib mempunyai tekad atau

kemauan yang besar dan kuat. Karena, dalam proses menghafal seseorang tidak

akan terlepas dari berbagai masalah dan akan diuji kesabarannya oleh Allah SWT.

4) Berdoa agar sukses menghafal Al-Qur’an

Berdoa adalah permintaan atau permohonan kepada sang Khaliq. Oleh karena

itu, bagi penghafal Al-Qur’an harus memohon kepada Allah SWT supaya

dianugrahkan nikmat dalam proses menghafal Al-Qur’an serta cepat khatam

sampai 30 juz.

Sebesar apapun usaha seseorang dalam menghafal Al-Qur’an, tanpa adanya

sebuah permintaan dan permohonan kepada sang penentu kesuksesan, maka Allah

akan menetukan jalan yang lain.16

f. Kiat - kiat menikmati muroja’ah

Sebagian orang muraja’ah Al-Qur’an merupakan suatu kegiatan yang

membosankan, berikut kiat-kiat dalam menikmati muraja’ah Al-Qur’an :

1) Menghilangkan pikiran bahwa Muraja’ah adalah konsekuensi menghafal.

2) Tidak terfokus pada hasil.

3) Menjadikan surat Al-Fatihah sebagai standar .

16
Wiwi alawiyah Wahid, Cara Cepat bias Menghafal….., h.41
13

4) Muraja’ah adalah ibadah dan upaya mendekatkan diri kepada Allah.

Sedangkan hafalan yang lancar dan kuat adalah hasil. Maka, saat sebelum bisa

menikmati hasil, nikmatilah ibadah dan dzikir Al-Qur’an. Sesungguhnya

diantara indikasi keikhlasan adalah ketika kita lebih menikmati kebersamaan

dengan Allah dari pada hasil muraja’ah itu sendiri. Sehingga hasil yang belum

ideal tidak akan melemahkan kita dalam ibadah dan berdzikir dengan Al-

Qur’an.

2) Kecerdasan Emosional

a. Pengertian kecerdasan

Kecerdasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “cerdas”

yang ditambah imbuhan di awal ke- dan imbuhan di akhir -an.17 Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan adalah perbuatan yang mencerdaskan;

kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti : kepandaian dan ketajaman

pikiran). Sedangkan menurut Binet kecerdasan adalah kemampuan untuk

menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian

dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.

Kecerdasan merupakan bakat tunggal yang dipergunakan dalam situasi

menyelesaikan masalah apapun. Seseorang yang tidak bisa memecahkan masalah

atau persoalan semudah-mudahnya juga memiliki inteligensi hanya tarafnya yang

rendah. Oleh karena itu, kecerdasan pada hakikatnya merupakan suatu

kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang

mengandung berbagai komponen.18


17
KBBI online
18
Firdaus Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kegiatan Belajar Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa SMA N 3 Kota Palopo. (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 19, No 2, Oktober
14

Kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan

keadaan-keadaan yang baru, secara cepat dan tepat. 19 Beberapa ahli mencoba

merumuskan definisi kecerdasan, Menurut Amstrong “Kecerdasan merupakan

kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan anak belajar dari

pengalaman masa lalu seseorang.“20

Sedangkan menurut super dan cites mengemukakan definisi kecerdasan

sebagai “kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari

pengalaman.”21 Hal ini didasarkan bahwa manusia hidup dan berinteraksi di dalam

lingkungan yang kompleks. Untuk itu memerlukan kemampuan untuk menguasai

diri dengan lingkungannya demi kelestarian hidupnya, manusia harus belajar dari

pengalamannya.

Menurut Gardner dalam buku karya Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan

dan membagi kecerdasan menjadi tujuh macam, yaitu:22

1) Kecerdasan Linguistik, yaitu kemampuan membaca, menulis dan

berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa.

2) Kecerdasan Logis Matematis, yaitu kemampuan berfikir (nalar) dan

menghitung, serta berfikir logis dan sistematis.

2012). h.247.
19
Noor HS, Himpunan Istilah Psikologi, (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 2014), h.102
20
M Dalyono, Psikologi Pendidikan. Dalam Nikmatul Mukaromah “Hubungan Kecerdasan
Emosionall Dengan prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMK Gajah Mada Bandar
Lampung”(Skripsi Program Sarjana S1 tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung : 2012),h.25
21
Ibid
22
Indah Aprilla Sari, “Hubungan Kemampuan Menghafal AL-Qur’an dengan Kecerdasan
Emosional Siswa Tahfidz di SMA IT Baitul Muslim Lampung Timur Program Studi Pendidikan
Agama Islam Angkatan 2017 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung”,(SKRIPSI,2020), h.29.
15

3) Kecerdasan Ruang-Visual, yaitu kemampuan berfikir menggunakan gambar,

menvisualisasikan hasil masa depan.

4) Kecerdasan Musical, yaitu kemampuan mengubah atau menciptakan lagu,

dapat bernyanyi dengan baik atau memahami dan mengapresiasi music serta

menjaga ritme.

5) Kecerdasan Kinestetik (gerakan fisik), yaitu kemampuan menggunakan tubuh

secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan barang serta dapat

mengemukakan pendapat dan emosi.

6) Kecerdasan Interpersonal (Hubungan Social), yaitu kemampuan menganalisis

diri sendiri, membuat rencana dan membuat tujuan yang akan dicapai.

7) Kecerdasan Intrapersonal (kerohanian), yaitu kemampuan dalam bidang

kerohanian (keagamaan).

Cerdas sendiri dapat diartikan sebagai “kemampuan individu untuk

memahami, berinovasi, memberikan bimbingan yang terarah untuk perilaku, dan

kemampuan mawas diri. Ia merupakan kemampuan individu untuk memahami

masalah, mencari solusinya, mengukur solusi atau mengkritiknya, atau

memodifikasinya.”23

Dari beberapa definisi kecerdasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

merupakan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan keadaan–

keadaan yang baru, secara cepat dan tepat.

b. Pengertian Emosi

23
M. Indra Saputra, Pemimpin Ideal Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Syair Gundul – Gundul
Pacul, (Lampung : Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,2016),h.147
16

Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa latin ‘movere’ yang

berarti ‘menggerakkan, bergerak’. Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-‘ untuk

memberi arti ‘bergerak menjauh’. Makna ini mengisyaratkan bahwa

kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi dijelaskan

secara berbeda oleh psikolog yang berbeda, namun semua sepakat bahwa emosi

adalah bentuk yang komplek dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik

dari karakter yang luas dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelanjar, dan

sebagainya.

Emosi biasanya muncul ketika kita mendapatkan perubahan situasi yang

drastis atau tiba-tiba, terjadi pada diri kita atau sekitar kita baik itu positif maupun

negatif. Emosi juga dapat muncul ketika terjadi sebuah perubahan pada setiap

peristiwa yang menjadi perhatian diri kita. 24

c. Bentuk-bentuk Emosi

Meskipun emosi itu sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman

mengidentifikasi sejumlah emosi, yaitu sebagai berikut:

1) Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel,

kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak

kekerasan, dan kebencian patalogis.

2) Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.

3) Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas,

perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak senang, ngeri, kecut, panik, dan

fobia.
24
Yahdinil Firda Nadhiroh, Pengendalian Emosi, vol. 2, No.1, Juni 2015,Issn: 2407-043. h. 54
17

4) Kenikamatan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang,

senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa

terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.

5) Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan

hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.

6) Terkejut, di dalamnya meliputi terkisap, takjub, dan terpana.

7) Jengkel, di dalamya meliputi hina, jijik, mual, benci, tidak suka, dan mau

muntah.

8) Malu, di dalamnya meliputi merasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal,

hina, aib, dan hati hancur lebur.25

d. Definisi Kecerdasan Emosional

Menurut Reuven Bar-On yang dikutip Steven J. Stein dan Howard E. Book

kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan

kecakapan non-kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.26

Menurut Ary Ginanjar Agustian, kecerdasan emosional adalah sebuah

kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan menjadikannya sebagai

sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi

mencapai sebuah tujuan. Cooper dan Sawaf mendefinisikan kecerdasan emosional

merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan

25
Mohammad Ali, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.63
26
Hamzah B Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pemebelajaran,( PT.Bumi Aksara, 2016),.h.69
18

daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh

yang manusiawi.27

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Goleman yang dikutip Fauziah

Inteligence Quotien memberikan kontribusi dengan kesuksesan hidup seseorang

sebanyak 20% dan 80% ditetukan oleh faktor-faktor lain. Salah satu diantaranya

adalah emotional Intellegence atau kecerdasan emosional. Kecerdasan ini meliputi

kesadaran diri, kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi, empati

dan ketahanan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenagan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas

stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.28

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah telah mengajarkan kepada manusia

untuk mengatur emosi dirinya dengan cara menahan diri dari hawa nafsu.

Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nazi’at ayat 40-41 sebagai berikut :

‫ ﴾ فَِإ َّن اجْلَنَّةَ ِه َي‬٤٠﴿ ‫س َع ِن اهْلََو ٰى‬


َ ‫ف‬
ْ ‫الن‬
َّ ‫ى‬ ‫ه‬
َ ‫ن‬
َ ‫و‬
َ
ِِّ‫اف م َقام رب‬
‫ه‬ َ َ َ َ ‫َو ََّأما َم ْن َخ‬
٤١﴿ ‫﴾الْ َمْأ َو ٰى‬
Terjemahannya : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran

Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhNya

syurgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41)29

27
Firdaus Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kegiatan Belajar Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa SMA N 3 Kota Palopo. (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 19, No 2, Oktober
2012). h.247
28
Fauziah, Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester Ii
Bimbingan Konseling Uin Ar-Raniry, (Jurnal Ilmiah Edukasi Vol. 1, No. 1, Juni 2015), h. 91
29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,…h.718.
19

Tafsir Al-Qur’an surah An-nazi’at ayat 40-41 : Dan barangsiapa yang takut

akan kebesaran dan keagungan Tuhannya, yang mengendalikan diri dari hawa

nafsu, tempat tinggalnya adalah surga yang menyenangkan. Dan barangsiapa yang

takut akan kebesaran dan keagungan Tuhannya, yang mengendalikan diri dari

hawa nafsu, tempat tinggalnya adalah surga yang menyenangkan.30

Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia membutuhkan

kecerdasan emosional yang dapat mengendalikan diri, memotivasi diri, kesadaran

diri untuk meninggalkan keinginan hawa nafsunya.

e. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional

Menurut Daniel Goleman memiliki lima ranah, yaitu:31

1) Mengenali emosi diri

Kesadaran diri atau mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi

merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan memantau perasaan dari

waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman

diri. Ketidakmampuan mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat

kita berada dalam kekuasaan perasaan.

2) Mengelola emosi

Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah

kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Kemampuan menghibur diri

sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan merupakan

akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini.

Orang-orang yang buruk dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung


30
Tafsir Quraish Shihab, online
31
Daniel Goleman, Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EI lebih Penting dari
pada IQ, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017), h 56-57
20

melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali

dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

3) Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat

penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan

menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional adalah

landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan mampu menyesuaikan diri

dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala

bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih

produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

4) Mengenali emosi orang lain

Empati, kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional,

merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu

menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa

yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

5) Membina hubungan

Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola

emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas,

kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam

keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan

yang mulus dengan orang lain.

f. Langkah-langkah Mengembangkan Kecerdasan Emosional


21

Daniel Goleman mengemukakan beberapa cara yang dapat mengembangkan

emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosional, cara ini diberi nama

Self-Science Curriculum. Adapun cara mengembangkan kecerdesasan tersebut

adalah sebagai berikut :32

1) Belajar mengembangkan kesadaran diri

2) Belajar mengambil keputusan pribadi

3) Belajar mengelolaa perasaan

4) Belajar menangani stress

5) Belajar berempati

6) Belajar berkomunikasi

7) Belajar membuka diri

8) Belajar mengembangkan pemahaman

9) Belajar menerima diri sendiri

10) Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi

11) Belajar mengembangkan ketegasan

12) Mempelajari dinamika kelompok

13) Belajar menyelesaikan konflik

B. Penelitian yang Relevan

“Penelitian Relevan adalah memuat uraian secara sistematis mengenai hasil

penelitian terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan di kaji”. Peneliti

mengemukakan dan merujukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan dibahas

32
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2012),h.74
22

belum pernah diteliti atau berbeda dengan peneliti sebelumnya. Untuk itu tinjauan

kritis terhadap hasil kajian terdahulu perlu dilakukan dalam bagian ini.

Terkait dengan judul penelitian penulis yang berjudul mengenai “Pengaruh

Menghafal Al-Qur’an terhadap Kecerdasan emosional Santri di Rumah Tahfidz

Baitul Hasanah Kabupaten Bungo”, maka dalam hal ini penulis mengutip

beberapa skripsi yang terkait dengan persoalan yang akan diteliti sehingga akan

terlihat dari penelitian tersebut perbedaan masalah serta tujuan yang ingin dicapai

oleh masing-masing peneliti. Di bawah ini beberapa kutipan hasil penelitian yang

telah lalu yang terkait diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Aprilia Sari pada tahun 2020 dalam

skripsinya yang berjudul “Hubungan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

dengan Kecerdasan Emosional Siswa Tahfidz di SMA IT Baitul Muslim

Lampung Timur” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara kemampuan menghafal Al-Qur’an dengan kecerdasan

emosional siswa SMA IT Baitul Muslim Lampung Timur. Metode penelitian

ini menggunakan pendekatan korelasional, suatu pendekatan penelitian yang

bersifat objektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta

menggunakan metode pengujian statistik. Metode pengambilan data

menggunakan angket, dan dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebesar

100% dari populasi yakni 41 siswa Tahfidz di SMA IT Baitul Muslin

Lampung Timur. Sedangkan cara pengambilan sampel dengan cara

mengambil seluruh populasi. Sebab populasi dari penelitian ini kurang dari

100, yaitu hanya 41 peserta. Adapun hasil dari data yang telah didapat dan
23

dianalisis dengan analisis korelasi product moment menggunakan bantuan

aplikasi SPSS 17.0 Penelitian ini disimpulkan hubungan kemampuan hafalan

Al-Qur’an dengan Kecerdasan emosional siswa memiliki tingkat hubungan

sedang, artinya siswa yang memiliki kemampuan menghafal Al-Qur’an baik

akan memiliki kecerdasan emosional yang baik. Namun siswa yang memiliki

kemampuan menghafal Al-Qur’an kurang baik pun dapat memiliki kecerdasan

emosional yang baik. Sebab kecerdasan emosional dipengaruhi beberapa

faktor, tidak menjamin 100% kecerdasan emosionalnya baik.33

a. Persamaannya : penelitian sebelumnya sama-sama meneliti tentang

menghafal Al-Qur’an dan kecerdasan emosional.

b. Perbedaanya : penelitian sebelumnya meneliti di SMA IT Baitul Muslim

Lampung ,sedangkan penelitian ini meneliti di Rumah Tahfidz Baitul

Hasanah kabupaten Bungo.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Selva Sari pada tahun 2021 dalam skripsinya

yang berjudul “Kecerdasan Emosional Santri Penghafal Al-Qur’an Studi

Kasus di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu”. Peneliti menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang bermanfaat memberikan

informasi, fakta, dan data mengenai kecerdasan emosional santri penghafal

Al-Qur’an di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu. Pemilihan informan

menggunakan teknik purposive sampling yakni sesuai kebutuhan yang

dibutukan peneliti, berdasarkan teknik pemilihan informan dan kreteria yang

ditentukan maka informan penelitian ini berjumlah Enam informan, terdiri

dari 1 mahasantri semester V dan 5 mahasantri semester VII. Dalam penelitian


33
Skripsi, Indah Aprilia Sari
24

tersebut dijelaska bahwa kecerdasan emosional santri penghafal Al-Qur’an di

Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu Masing-masing informan memiliki reaksi

atau sikap yang berbeda-beda dalam memerankan kecerdasan emosi seperti

rasa sedih yang dituangkan dalam tangisan, rasa kesal, rasa kecewa, rasa

ikhlas, rasa marah yang dituangkan dengan diam, istighfar dan melaksanakan

aktifitas lain, dan juga berupa rasa bahagia yang dituangkan dalam bentuk

pemberian apresiasi berupa hadiah. Beberapa reaksi kecerdasan emosi

mahasantri tersebut dipengaruhi oleh kegiatan menghafal Al-Qur’an dengan

metode muraja’ah.34

a. Persamaannya : penelitian sebelumnya sama-sama meneliti tentang

kecerdasan santri penghafal Al-Qur’an.

b. Perbedaanya : penelitian sebelumnya menggunakan pendekatan kualitatif

yaitu deskripsi data.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Dina Fitriyani tahu 2016 dalam skripsinya

yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Menghafal al-Qur’an terhadap Kecerdasan

Spiritual Santri di Pondok Pesantren Anak-Anak Tahfidzul Qur’an Raudhatul

Falah Bermi Gembong Pati”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

yang menggunakan metode survey berteknik analisis regresi sederhana. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kegiatan

menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual santriwan santriwati di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Raudhatul Falah Bermi Gembong

Pati pada tahun khidmah 2016. Dari penelitian tersebut, didapatkan data

34
Selva Sari, Kecerdasan Emosional Santri Penghafal Al-Qur’an Studi Kasus di MA’had Al-
Jami’ah IAIN Bengkulu program studi Bimbingan dan Konseling Islam, (SKRIPSI 2021)
25

besarnya pengaruh kegiatan menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan

spiritual santriwan santriwati adalah 10,5% dan pengaruh dari faktor lain

sebesar 89,5%.35

a. Persamaannya : pada penelitian ini juga membahas tentang penghafal Al-

Qur’an.

b. Perbedaanya : penelitian sebelumnya memiliki variable terikat mengenai

kecerdasan spiritual sedangkan penelitian ini memiliki variable terikat

mengenai kecerdasan emosional.

C. Kerangka Berpikir

Meningkatnya
Menghafal Al- kecerdasan emosional
Qur’an santri

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, mengenai pengaruh menghafal Al-

Qur’an terhadap kecerdasan emosional santri dapat berupa pengaruh positif.

Menghafal Al-Qur’an merupakan kegiatan menghayati dan meresapkan bacaan-

bacaan Al-Qur’an kedalam hati hingga melekat kuat dalam ingatan. Dalam proses

menghafal Al-Qur’an, seseorang terlebih dahulu membaca dan mengulang-ulang

bacaan dengan baik.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,

mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya.

Kecerdasan emosional disini sangat dipengaruhi dengan menghafal Al-Qur’an,

35
Dina Fitriyani, “Pengaruh Aktivitas Menghafal al-Qur’an terhadap Kecerdasan Spiritual Santri
di Pondok Pesantren Anak-Anak Tahfidzul Qur’an Roudlatul Falah Bermi Gembong Pati,”
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang,
(SKRIPSI 2016)
26

dikarenakan dalam hal tersebut ketika menghafal dan mengulang hafalan sangat

dibutuhkan kesabaran, ketekunan, semangat, jangan mudah putus asa, dan selalu

optimis ketika menghafal Al-Qur’an.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Dengan

demikian pada hakekatnya hipotesis adalah keputusan atau kesimpulan yang

bersifat relatif sementara, dan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis

diperlukan penelitian dan analisis. Dalam penelitian ini sendiri penulis

mengajukan hipotesis sebagai berikut : Menghafal Al-Qur’an (X), kecerdasan

Emosional (Y), maka peneliti mengajukan suatu hipotesis sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan emosional

santri di Rumah Tahfidz Baitul Hasanah Kabupaten Bungo.

Ho : Tidak terdapat pengaruh menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan

emosional santri di Rumah Tahfidz Baitul Hasanah Kabupaten Bungo.


27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan berbentuk penelitian lapangan ( Field Research)

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif karena permasalahannya bersifat

asosiatif. Metode kuantitatif digunakan pada penelitian dimana data yang dapat

diidentifikasi dengan mudah.36 permasalahan bersifat asosiatif merupakan

permasalahan yang menjelaskan pangaruh variable tertentu terhadap variable yang

lain dengan menggunakan data dalam bentuk angka.

Menurut Suharsimi Arikunto penelitian dengan pendekatan kuantitatif sesuai

dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian

juga pemahaman akan kesimpulan akan lebih baik jika peneliti menggunakan

table, grafik, gambar atau tampilan lain.37

Penelitian kuantitatif pada umumnya lebih menekankan pada keluasan

informasi, bukan kedalaman sehingga metode ini cocok digunakan untuk papulasi

yang luas dengan variabel terbatas, selanjutnya data yang diteliti merupakan

sampel dari populasi tersebut yang diambil dengan teknik-teknik tertentu. 38

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


36
Tim Penulis, 2015, “tips dan cara menyusun skripsi, tesis & disertasi”, Yogyakarta: Shira
Media, h. 98
37
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Asdi Mahastya,
2013. h. 12..
38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&DBandung: CV Alfabeta, 2013, h.
12.

28
29

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki karakteristik

tertentu yang akan diteliti yang dapat berupa benda hidup atau benda mati. 39

Sedang menurut Prof. Dr. Sugiono Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang merupakan keseluruhan dari objek atau subjek

penelitian dengan karakteristik tertentu, dapat terdiri dari manusia, hewan,

tumbuhan, gejala, nilai, tes atau peristiwa yang dijadikan oleh peneliti sebagai

sumber data. Pada penelitian ini populasi yang dipilih oleh peneliti adalah Seluruh

Santri Rumah Tahfidz Baitul Hasanah Kabupaten Bungo yang berjumlah 120

Santri.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil untuk diambil atau diamati

karakteristiknya, kemudian ditarik kesimpulan mengenai karakterstik tersebut

yang dianggap mewakili populasi.40 Pada penelitian ini penarikan sampel

berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yaitu apabila subjek kurang dari

100 maka lebih baik diambil semuanya, sehingga merupakan penelitian populasi.

Namun jika lebih besar dari 100 dapat diambil sampel sebanyak 10-15% atau 20-

25% atau lebih.41


39
Silaen Sofar, Heriyanto, Yayak, 2017, “Pengantar Statistika Sosial”, Jakarta: In Media, H. 93.
40
Ibid, Silean Sofar, “Pengantar Statistika Sosial”.
41
Arikunto, Prosedur. h. 134.
30

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik simple

random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. 42

Berdasarkan pendapat diatas, penentuan jumlah sampel dan populasi tertentu

digunakan rumus yang dikembangkan oleh Issac Michael untuk tingkat kesalahan

1%, 5%, dan 10%, yaitu :43

x 2 . N . P .Q
S= 2 2
d ( N−1 ) + x . P .Q

Dimana: S = Ukuran sampel

x2 = Harga tabel chi-kuadrat untuk dk tertentu taraf

kesalahan biasanya 1%, 5%, dan 10% (dk =1).

N = Ukuran populasi

P = Proporsi dalam populasi (0,5)

Q = 1-P (0,5)

d = Ketelitian error (0,05)

Berdasarkan rumus tersebut, penentuan jumlah sampelm dari populasi sebesar

120 santri dengan taraf kesalahan 10% adalah :

2,706.120 .0,5.0,5
S= 2
0,05 ( 120−1 ) +2,706.0,5 .0,5

42
Ibid, h.120
43
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif , kualitatif, dan R&D ( Bandung : CV alvabeta,2019 ) h.
86.
31

81,18
S= =83,34
0,974

Presentase sampel ditentukan oleh perbandingan jumlah sampel yang tersebar

dengan jumlah populasi yaitu : 83/120x100% = 69,1 %. Penentuan anggota

sampel dari populasi diambil 69,1 % seperti pengambilan undian setiap populasi

diberi nomer dan setiap nomor yang keluar tidak berpeluang lagi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang

suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka maupun berbentuk

kategori, seperti baik, buruk, tinggi, rendah, dan sebagainya. Data sangat penting

untuk dijadikan landasan suatu keputusan dalam penelitian. Sehingga peneliti

memerlukan data yang benar, karena apabila data tersebut tidak benar, maka

keputusan tersebut menjadi tidak tepat, dengan kata lain data yang salah akan

menyesatkan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik, angket, dan

dokumentasi.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan atau pengamatan lapangan diartikan sebagai

pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak

pada objek penelitian. Observasi ini dilakukan dalam penelitian kualitatif dan

kuntitatif dalam teknik-teknik khusus. Adapun jenis observasi yang digunakan

adalah observasi bersifat partisipan, yaitu peneliti terlibat langsung dengan

kegiatan yang sedang diamati sebagai sumber data penelitian.


32

2. Angket

Angket atau kuisioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk

diisi dan dikembalikan dibawah pengawasan peneliti. Angket digunakan untuk

mendapatkan keterangan dari sample atau sumber yang beraneka ragam yang

lokasinya tersebar tergantung kebutuhan si peneliti.44

Sedang Menurut Sugiyono, Angket merupakan tehnik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan tehnik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan

di ukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden45

Tujuan penyebarannya adalah mencari informasi yang lengkap mengenai

suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan

jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian pertanyaan.

Prinsip penulisan angket menyangkut beberapa faktor yaitu:

a. Isi dan tujuan pertanyaan : Yang dimaksud ialah apakah isi pertanyaan

tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Jika berbentuk

pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan haruslah teliti. setiap

pertanyaan disusun dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi

untuk variable yang diteliti.

b. Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus bahasa yang dikuasai

responden. Jika responden tidak bisa berbahsa Indonesia maka angket tidak

boleh disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam

44
Nasution,“Metode Research”. Jakarta: PT Bumi Aksara,2012, h. 129.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 142.
33

angket harus sesuai dengan jenjang pendidikan dan keadaan social budaya

respoden.

c. Tipe dan bentuk pertanyaan

Dalam angket ada dua macam pertanyaan yaitu:

1) Terbuka: meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden

sendiri. Petanyaan semacam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi tetapi

dapat mengahsilkan jawaban-jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah

angket yang dikembalikan mungkin sangat rendah

2) Tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk menjawab dengan

singkat, responden hanya perlu memilih salah satu alternative dari jawaban

yang telah tersedia.

d. Pertanyaan tidak mendua: Yakni dalam angket pertanyaan haruslah dibuat

cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak bermakna ganda.

Dengan menguji cobakan sampling kecil responden akan menambah kualitas

angket. Membatasi lingkup topik yang dicangkup merupakan cara yang

bermanfaat untuk meingkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas

informasi yang diperoleh.

e. Tidak menanyakan yang sudah lupa: Yakni setiap pertanyaan angket

sebaiknya juga tidak menanyakan suatu h yang sekiranya responden lupa atau

pertanyaan ynag membutuhkan jawaban yang berfikir berat

f. Pertanyaan tidak menggiring: Yakni pertanyaan tidak boleh menggiring

kearah yang baik saja tatu buruk saja.


34

g. Panjang pertanyaan seharusnya tidak terlalu panjang agar responden tidak

terlalu jenuh.

h. Urutan pertanyaan dimulai dari umum ke khusus atau dari mudah ke sulit atau

diacak. Karena secara psikologis hal tersebut berpengaruh pada semangat

responden untuk menjawab.

i. Prinsip pengukuran Yakni sesuai dengan data yang akan diambil

j. Penampilan fisik angket Yakni menggunakakn kertas yang menarik dan tidak

buram.46

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model angket langsung tertutup

yaitu angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang

keadaan yang dialami responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang

harus dijawab responden teleh disediakan dalam angket tersebut.

Metode angket memiliki beberapa kelebihan, yaitu

a. Membutuhkan biaya yang relative murah

b. Pengumpulan data lebih mudah, terutama untuk responden yang terpencar-

pencar.

c. Walaupun sampel relatif besar, pelaksanaannya dapat dilakukan serempak.

d. Hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat.

Sedangkan untuk menilai jawaban dari angket yang telah disebar dan

dijawab oleh responden, peneliti menggunakan skala Likert. Skala likert

digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini

46
Ibid, Nasution, Metode Research, h.131
35

telah ditentukan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai

variabel penelitian.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi pada intinya adalah metode yang digunakan untuk

menelusuri data historis. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,

catatan harian, dokumen, laporan dan lain sebagainya. Beberapa data yang akan

diambil oleh penenliti dengan menggunakan teknik dokumentasi adalah:

a. Profil Rumah Tahfidz

b. Keadaan Rumah Tahfidz dan

c. Keadaan Santri

D. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar angket, yaitu alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data agar penelitian dan hasilnya mudah diolah

oleh peneliti. Adapun tahap-tahap pembuatan instrumen adalah membuat

indikator instrumen penelitian, menjabarkan indikator-indikator tersebut dalam

bentuk butir-butir instrumen penelitian, instrumen yang telah disusun di

konsultasikan pada ahli untuk diperbaiki dan disempurnakan.

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan tertentu, yang terdapat empat kata kunci yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan

kegunaan. Metode penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional

(masuk akal), empiris (dapat diamati) dan sistematis (berurutan dengan langkah-

langkah tertentu yang bersifat logis.47

47
Ibid, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 2.
36

Dalam penelitian ini digunakan metode survei dengan teknik korelasi. Teknik

korelasi merupakan kegiatan menganalisis data tentang hubungan antar variable

dalam penelitian dengan menggunakan teknik statistik. Tujuannya adalah untuk

menguji ada tidaknya hubungan itu dan mengungkapkan seberapa besar kekuatan

hubungan antar variabel yang dimaksud.

Dalam penelitian yang sifatnya kuantitatif bisanya memiliki dua jenis variable

yakni variable bebas atau Independen (X) dan variable terikat atau dependen (Y).

Variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahanya atau timbulnya Variabel terikat sedangkan variable terikat

merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variable bebas.48 Sedang dalam penenlitian ini terdapat Satu variable independen

yaitu menghafal Al-Qur’an (X) dan variabel dependen yaitu kecerdasan emosional

(Y).

Angket yang digunakan berupa angket terbuka untuk mengungkapkan variabel

menghafal Al-Qur’an, angket tertutup untuk mengungkap variabel kecerdasan

emosional. Penilaian skor pada variabel kecerdasan emosional menggunakan

skala likert, yang terdiri atas 5(lima) pilihan alternatif jawaban. Lima skala

tersebut, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju

(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Berikut adalah tabel yang menggambarkan

skor pada skala likert dan tabel mengenai kisi-kisi dalam instrumen penelitian.

Tabel 3.2 : Tabel Mengenai Kisi–Kisi Dalam Instrumen Penelitian

Pernyataan Positif (+) Pernyataan negative (-)

Instrument jawaban Skor Instrument jawaban Skor


48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 39.
37

Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 4 Setuju (S) 2

Kurang Setuju (KS) 3 Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5

(STS) (STS)

1. Definisi Konseptual variabel

a. Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an adalah suatu aktifitas memasukkan atau meresapkan

ayat-ayat Al-Qur’an baik dalam cara membaca maupun mendengar, sehingga

ayat-ayat tersebut dapat melekat pada ingatan dan dapat diucapkan atau diulang

kembali tanpa melihat mushaf Al-Qur’an. Adapun indikator dari menghafal Al-

Qur’an meliputi 1) Tahsin, 2) Tajwid, 3) tahfidz, 4) Fashohah.

b. Kecerdasan Emosional

kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan untuk mendengarkan

bisikan emosi dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk

memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan. Indikator

kecerdasan emosional meliputi 1) mengenali emosi diri, 2) mengelola emosi, 3)

memotivasi diri sendiri, 4) mengenali emosi orang lain, 5) membina hubungan.

2. Definisi Operasional Variabel


38

Variabel-variabel dalam penelititan ini terdiri dari variabel dependen dan

independen yang akan dioperasionalkan dalam bentuk kisi-kisi intrumen

penelitian.

a. Variabel Independen

Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab munculnya variabel dependen

(terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Menghafal Al-Qur’an

(X)

b. Variabel Dependen

Variabel Dependen sering disebut dengan variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi oleh variabel independen atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel independen. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah

Kecerdasan Emosional (Y).

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Intrumen Penelitian

No Variable Indikator Sub Indikator Nomor Item Jumlah


item
1 Menghafal Tahsin Memperbaiki
Al-Qur’an bacaan sebelum 1-3 3
menghafal
Tajwid Memahami
tentang
makharijul huruf
4-5 2
tempat dimana
keluar masuknya
huruf
Memahami 6-7 2
tentang shifatul
39

Huruf
Memahami
tentang panjang
8 1
pendeknya suatu
bacaan (Mad)
Memhami
betapa
pentingnya
menguasai
hukum-hukum
bacaan idzhar, 9-10,34,35 4
ikhfa, idhgam
bighunnah,
idham
bilaghunnah,
iqlab
Tahfidz Mampu
melafalkan ayat 12 1
dengan lancar
Fashohah Mampu
melantunkan
ayat dengan tartil
serta 11 1
memperhatikan
huruf-huruf yang
dikeluarkan
2 Kecerdasan Mengenali Mampu
emosional emosi diri mengenali
13-15, 24-27 7
perasaan atau
kesadaran diri
Mengelola Mampu 16,18,19,22,28,2 6
40

emosi menghibur diri


9
sendiri
Memotivasi Mampu
diri sendiri memotivasi diri
sendiri dan
17,20,30 3
menguasai diri
sendiri untuk
berkreasi
Mengenali Mampu
emosi memahami apa
21,31 2
orang lain yang orang lain
rasakan
Mampu untuk
saling terbuka
Membina dan
23,32-33 3
hubungan berkomunikasi
baik dengan
semua orang

JUMLAH 35

3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Jenis uji validitas instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah factorial

validity yaitu uji validitas untuk mengukur korelasi antara alat ukur dengan faktor-

faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku

lainnya, di mana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis

faktor. Pada penelitian ini adalah uji validitas antara instrument Menghafal Al-

Qur’an dan Kecrdasan Emosional.


41

Uji validitas pada penelitian menggunakan komputerisasi SPSS 23 for

windows dengan teknik pengujian korelasi product moment dengan rumus :

r hitung =n ¿¿

Keterangan :
n = jumlah responden

X = skor variabel (jawaban responden)

Y = skor total dari variable untuk responden ke-n

Suatu butir pernyataan dikatakan valid apabila nilai signifikannya >0,05 atau

5% dan jika nilai signifikannya <0,05 atau 5% maka pernyataan dikatakan tidak

valid.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Teknik Ulang (Test Re-test)

Disebut juga teknik ”single test double trial”. Menggunakan sebuah instrumen,

namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan

untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas. Teknik perhitungan yang

digunakan sama dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi

Pearson.

E. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh peneliti menggunakan dua langkah.

Pertama adalah untuk mendeskripsikan data (melalui penentuan nilai

Range/jangkauan, banyaknya kelas, interfal kelas, dan frekuensi relatif,diukur


42

juga pemusatan data melaui Mean, Median dan Modus). Langkah kedua adalah uji

hipotesis.

1. Koefisien Korelasi.

Koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan

antar variable. Semakin tinggi korelasi antar variable makin berdekatan

kedudukan variable tersebut. Untuk mencari koefisien korelasi apat digunakan

rumus49 :

∑ xy
r xy= ❑ ❑
√ ¿¿ ¿

rxy = Koefisien korelasi

∑ xy = Jumlah hasil kali antara deviasi skor-skor X dan deviasi


skor-skor Y

∑ ❑ x 2 = Jumlah kuadrat dari deviasi tiap skor X


∑ y2 = Jumlah kuadrat dari deviasi tiap skor Y
atau

( )
❑ ❑ ❑
N ∑ xy− ∑ x (∑ y )
❑ ❑ ❑
r xy= ❑
√¿ ¿ ¿

∑ xy = Jumlah hasil kali antara skor asli X dan Y


∑ x 2 = Jumlah kuadrat dari skor asli variabel X
∑ y2 = Jumlah kuadrat dari skor asli variabel Y

49
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 146
43

Setelah nilai korelasi didapatkan maka dapat diketahui tingkat hubungan

antar variable tersebut melalui pedoman interpretasi korelasi sebagai berikut :50

Interfal Koefisien Korelasi.

Interfal Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

2. Signifikansi Korelasi atau Uji Hipotesis

Untuk menguji signifikansi pengaruh antar variable yang dikorelasikan, yaitu

apakah korelasi yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi maka perlu

diuji signifikansinya. Sehingga hasil dari uji tersebut dapat digunakan sebagai

patokan apakah hipotesis alternative (Ha) diterima atau ditolak. maka peneliti

menggunakan kriteria pengujian sebagian berikut :

Jika thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Begitu pula

sebaliknya Jikathitung lebih kecil dari ttabel maka Hoditerima dan Haditolak.

Rumus menghitungthitung dan ttabel.

thitung= Uji signifikansi korelasi poroduct moment secara

50
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 184
44

praktis dapat langsung menkonsultasikan pada t table product

moment.51

ttabel = Langsung melihat taraf signifikansi melalui table signifikasi

Product Moment dengan taraf kesalahan 1% atau 5 %

3. Regresi.

Regresi bertujuan mempelajari hubungan linier antara dua variable. Model

regresi linier sederhana adalah y = a + bx, dimana y variable tak bebas, x variable

bebas, a adalah penduga bagi intersap, dengan kata lain regresi dapat digunakan

untuk membuat prediksi, misalkan jika variable X ditingkatkan ke tingkat tertentu

maka sampai mana perubahan yang terjadi pada variable Y. b adalah penduga

bagi koefisien regresi.

a¿
∑ Y −b ∑ X =Y - b X
N

∑ xy
b=
∑ X2
N = Jumlah sampel

Y = rata-rata Y

X = rata-rata X

4. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi adalah untuk mengetahui seberapa besar suatu variable

mempengaruhi variable lain dalam ukuran Persen (%) , Rumusnya adalah :

Koefisien Determinasi = Koefisien Korelasi2 X 100

F. Jadwal Penelitian

51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 185.
45

1. Tempat penelitian : Penelitian ini berlokasi di Rumah Tahfidz Baitul Hasanah

Kabupaten Bungo.

2. Waktu penelitian: Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2022 sampai

dengan selesai.

3. Subjek penelitian: Santriwan/santriwati di Rumah Tahfidz Baitul Hasanah

Kabupaten Bungo.

Minggu Ke-
NO JENIS KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Melakukan survey awal (grand


tour)
2 Penyusunan proposal, diskusi
dan seminar proposal

3 Pengujian instrument

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4 Pengumpulan data menggunakan


angket dan dokumentasi
5 Melakukan analisis data

6 Menyusun laporan dan


bimbingan
7 Penyimpulan laporan

8 Ujian munakasyah Berdasarkan Kalender INSTITUT AGAMA


9 Wisuda
ISLAM YASNI BUNGO

Yasni

Bungo

Anda mungkin juga menyukai