Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada
nabi Muhammad SAW, sekaligus sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat-
mukjizat yang lain. Al-Qur‟an sebagai kitab terakhir untuk menjadi petunjuk seluruh
umat manusia sampai akhir zaman, bukan cuman diperuntukkan bagi anggota
masyarakat Arab yang merupakan tempat kitab ini diturunkan. Dalam Al-Qur‟an
terkandung nilai-nilai yang luhur yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
Al-Qur‟an juga merupakan sumber utama ajaran Islam dan menjadi petunjuk
jalan umat Islam untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
Seperti yang telah dijelaskan dalam firman Allah surah An-Naml ayat 77 :
yang paling sempurna dibandingkan dengan kitab-kitab lain yang ditutrunkan kepada
Nabi dan Rasul sebelumnya. Dengan turunnya Al-Qur‟an, maka sempurnalah nikmat
dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya, sehingga akan
bagi seluruh umat Islam di dunia ini karena Al-Qur‟an merupakan wahyu Allah yang
banyak memberikan hikmah dan manfaat bagi yang mempelajarinya. Oleh karena itu,
Qur‟an akan selalu terjaga sampai hari kiamat, karena Allah SWT yang akan
1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Maghfiroh Pustaka 2014 , hlm 384
1
melestarikannya secara langsung, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hijr ayat
9:
sesuatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa adanya. Metode tersebut banyak
digunakan dalam usaha untuk menghafal Al-Qur‟an dan Hadits. Banyak orang yang
menghafal Al-Qur‟an adalah salah satu cara untuk menjaga kemurnian Al-Qur‟an dari
perantara malaikat jibril yang membutuhkan waktu sekitar 23 tahun, sehingga jelas
bahwa nabi juga menggunakan metode hafalan dalam menjaga Al-Qur‟an dan cara
seperti itu juga dilakukan oleh para sahabat, tabi‟in, dan generasi selanjutnya sampai
sekarang.3
hafalan Al-Qur‟an-Nya agar tidak hilang, selain itu penghafal Al-Qur‟an tidak hanya
fokus menjaga hafalannya, namun penghafal Al-Qur‟an harus memiliki akhlak yang
qur‟ani yaitu dengan mengamalkan apa yang sudah dijelaskan didalam Al-Qur‟an.
hingga Aliyah. Hasil yang bisa dilihat dari pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an di Pondok
Pesantren Modern Al-Amanah yakni santriwan yang hampir setiap ada perlombaan
2
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Maghfiroh Pustaka 2014 , hlm 262
3
Zuhairini dan Ghofir (2004:76)
2
selalu mewakili pondoknya dalam mengikuti ajang Musabaqoh Hifdzil Qur‟an. Santri
kejuaraan : Juara satu lomba tafsir Al-Qur‟an 25 Juz Tingkat Kabupaten, Juara 1
lomba “Telling Story” Tingkat Provinsi, Juara 1 Lomba Tilawah Al-Qur‟an, Juara 3
lomba Syarhil Qur‟an Tingkat Kabupaten, Juara 2 Lomba Tilawah Al-Qur‟an Tingkat
mendidik para santrinya untuk mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an. Santri yang
berbeda-beda diantaranya ada yang hafal juz 1-5, juz 6-10 . sehingga untuk
menyelesaikan hafalan dari 1-30 juz setiap santri membutuhkan waktu yang berbeda-
beda, ada yang cepat ada pula yang lambat. Agar hafalannya tetap berjalan maka
penelitian lebih lanjut mengenai strategi menghafal Al-Qur‟an yang dilakukan oleh
santri dengan mengangkat judul “Strategi Menghafal Al-Qur’an (Studi Living Al-
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Al-Amanah?
3
C. Tujuan Penelitian
Modern Al-Amanah.
D. Manfaat Penelitian
Al-Amanah.
2. Sebagai bahan informasi bagi santri-santri lainnya tentang strategi yang tepat
Amanah yang telah diterapkan sehingga menjadi lebih baik dimasa mendatang.
5. Menambah pengetahuan bagi yang membaca penelitian ini dan dapat diajarkan
E. Telaah Pustaka
4
Dijelaskan dalam penelitian ini terdapat beberapa karya tulis yang terkait
dengan penelitian, diantarnya adalah Skripsi yang ditulis oleh Anisa Ida Khusniyah
Tulungagung, yaitu dengan menggunakan sistem One Day One Ayah (satu hari satu
ayat), dan lagu tartil. Penerapan Metode Muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an Studi
beberapa kegiatan muraja‟ah hafalan antara lain adalah setoran hafalan baru kepada
guru, muraja‟ah hafalan lama yang disemakkan teman dengan berhadapan dua orang
dua orang, muraja‟ah hafalan lama kepada guru dan ujian mengulang hafalan.4
Skripsi yang ditulis oleh Mutiyowati yang berjudul implementasi Metode ILHAM
Assalafiah Babakan Ciwaringin Cirebon. Skripsi ini berisi tentang penerapan metode
ILHAM metode menghafal yang saling bersaman menghafal dan dipandu oleh
Skripsi yang ditulis oleh Rony Prasetyawan yang berjudul Metode Menghafal
metode yang digunakan oleh para santri adalah dengan metode Tahsin (memperindah
serta memperbagus bacaan), metode Tahfidz (menghafalkan ayat demi ayat), metode
Takrir (mengulang-ulang hafalan). Faktor pendukung agar para santri bisa menghafal
4
Anisa Ida Khusniyah, “Menghafal Al-Qur‟an dengan Metode Muroja‟ah Studi Kasus di Rumah Tahfidz Al-
Ikhlas Karangrejo Tulungangung”. (Skripsi, IAIN Tulungangung, 2014)
5
Mutiyowati, “Implementasi Metode ILHAM dalam Mempermudah Menghafal Al-Qur‟an di Pondok Pesantren
Assalafiah Babkan Ciwaringin Cirebon” ( Skripsi, STAIMA Cirebon,2016)
5
adalah selalu memberikan semangat dorongan kepada santri serta membimbing dalam
Skripsi yang ditulis oleh Ni‟mah Khoiriyah yang berjudul Metode Menghafal
Al-Qur‟an Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok
Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga. Skripsi ini berisi tentang metode yang digunakan
di PP. Sabilul Huda adalah dengan tidak menerapkan metode khusus, metode
takrir, metode semaan sesama tahfidz, deresan wajib 1 hari 3 juz, dan metode yang
metode takrir, metode semaan sesama tahfidz, metode muroja‟ah secara kelompok,
Bakti Sukoharjo. Skripsi ini berisi tentang proses pembelajaran tahfidz dilaksanakan
melalui 3 fase yaitu: 1. Persiapan Pengajaran yang berupa menyiapkan sarana dan
dengan muroja‟ah yaitu ustadz bersama siswa mengulang hafalan yang lalu. Kedua,
talaqi materi hafalan baru yaitu guru memberikan hafalan baru dengan cara
siswa menirukan secara bersama-sama. Ketiga kegiatan akhir dengan setoran hafalan
6
Rony Prasetyawan, “Metode menghafal Al-Qur‟an Di Pondok Pesantren Al-Wafa Palangkaraya” (Skripsi,
IAIN Palangkaraya,2016)
7
Ni‟mah Khoiriyah, “Metode menghafal Al-Qur‟an : Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda
banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salati” ( Skripsi:IAIN Salatiga,2016)
6
baru yatu setelah siswa menghafal dengan bimbingan ustadz. 3. Kegiatan Evaluasi
Skripsi yang ditulis oleh Subandi yang berjudul Efektifitas Metode Ar raihan
SMP IT Ar Raihan Bandar Lampung. Skripsi ini berisi tentang keefektifan metode
beberapa metode yang digunakan karena dari 100% tingkat keberhasilannya adalah
97%.9
Skripsi yang tulis oleh Ahmad Iqbal yang berjudul Penggunaan Metode
Master Dalam Menghafal Al-Qur‟an Di Yayasan Askar Kauny. Skripsi ini berisi
tentang cara mengahal Al-Qur‟an dengan metode master yaitu metode yang
Skripsi yang ditulis oleh Panca Budiman yang berjudul Upaya Meningkatkan
Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadits Kelas V di MIS Al-Hidayah Desa Muka Paya
Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Skripsi ini berisi tentang
8
Sholikhah, “Proses Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an Dengan Metode Dzikron Di Pondok Pesnatren Adh-
Dhuhaa Gentan baki Sukoharjo” (Skripsi : IAIN Surakarta, 2017)
9
Subandi, “Efektifitas Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an Dengan Ar-Raihan Dalam Pembelajaran tahfidz di
Kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandar Lampung: Penelitian Eksperimen Untuk memperbaiki Kualitas Hafalan
Al-Qur‟an Kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandar Lampung” (SkripsiUIN Raden Intan, 2019)
10
Ahmad Iqbal “Penggunaan Metode Master Dalam menghafal A-Qur‟an di yayasan Askar kauny”
(Skripsi:UIN Syarif Hidayatullah, 2018)
7
menghafal surah Al-Bayyinah dengan metode Kitabah dalam pelajaran Al-Qur‟an
Skripsi yang tulis oleh Rizqi Widyasari yang berjudul Pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an Dengan Metode Talaqqi Pada Santri Kelas I‟Dadi Di Kuttab Tahfidzul Qur‟an
pelaksanan pembelajaran tahfidz dengan metode talaqqi dilakukan dengan tiga tahap.
belajar. Kedua, setoran hafalan harian. Ketita evaluasi harian dan akhir semester. 12
Skripsi yang tulis oleh Iis Sa‟idatul Ulfah yang berjudul Resepsi Terhadap
Assalafie Dan Assalafiat Babakan Ciwaringin Cirebon. Skripsi ini berisi tentang
menghafal Al-Qur‟an dengan dengan berbagai ragam metode yaitu metoe ILHAM
Skripsi yang ditulis oleh Risa Fitriyani yang berjudul Living Qur‟an Di
Ta‟awun Buntet Pesantren Cirebon. Skirpsi ini berisi tentang pengijazahan Al-Qur‟an
adalah proses pemberian sanad yang beruntut hingga sampai kepada Rasulullah
Saw.14
11
Panca Budiman, “Upaya meningkatkan Kemampuan menghafal Siswa Melalui Metode Kitabah Pada Matari
Surah Al-Banyyinah Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadist Kelas V di Mts Al-Hidayah Desa Muka Paya Kecamatan
Hinai Kabupaten Langkat Sumatrea Utara” (Skripsi:UIN Sumatrea Utara)
12
Rizqy Widyasari, “Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an Dengan Metode Talaqqi pada santri kelas I‟dadi Di Kutub
Tahfidzul Qur‟an Al-husnayain tahun Pelajaran 2018/2019” (Skripsi:IAIN Surakarta, 2018)
13
Iis Sa‟idatul ulfah, “Resepsi Terhadap ragam Metode Tahfidz Al-qur‟an: Studi Living Al-qur‟an Di Pondok
Pesantren Asslafie Dan Asslafiat Babakan Ciwaringin Cirebon”
14
Risa Firtiyani,” Living Qur‟an Di Pesantren (Studi Tentang Tradisi Pengijazahan Al-Qur‟an Di Pondok
Pesantren Al-Ta‟awun Buntet Pesantren Cirebon)” (Skripsi: IAIN Cirebon, 2018)
8
Skripsi yang ditulis oleh Nur‟Aeni yang berjudul Tradisi Riyadhoh Arbain
Ender Pangenan Cirebon. Skripsi ini berisi tentang Riyadhoh bagi santri yang telah
berhasil menghatamkan Al-Qur‟an secara bil ghoib 30 juz yang diharuskan berpuasa
harinya15
Tesis yang di tulis oleh Wahyu Eko Hariyanti yang berjudul Metode
Menghafal Al-Qur‟an Pada Anak Usia Dini Studi Kasus di TKIT Yaa Bunayya dan
lembaga pendidikan tersebut yaitu dengan menargetkan anak yang lulus TK B sudah
mampu untuk menghafal juz 30. Metode menghafal AlQur‟an yang digunakan di
TKIT Yaa Bunayya adalah: klasikal, privat murotal. Untuk meningkatkan hasil yang
Darussalam adalah Muroja‟ah, Sima‟i dan menggunakan media audio visual untuk
meningkatkan hasil hafalan peserta didik. Dengan program di TKTI Yaa Bunayya
dalam waktu 9 bulan hafalan anak sudah mencapai 36 surat (juz 30 kecuali QS Al
Tesis yang di tulis oleh Dr. H. Suwito, M.Ag. yang berjudul Sistem Menghafal
menghafal Al-Qur‟an secara cepat di Ma‟had Tahfidz AlQur‟an 40 hari untuk khatam
15
Nur‟aeni,” Tradisi Riyadoh Arba‟in Bagi Penghafal Al-Qur‟an Di Pondok Pesantren Madrasatul Huffadz I
Gedongan Ender Pangenan Cirebon: Perspektif Fenomenologi” (Skripsi: IAIN Cirebon, 2018)
16
Wahyu Eko Hariyanti,” Metode Menghafal Al-Qur‟an Pada Anak Usia Dini: Studi Kasus di TKIT Yaa
Bunayya dan RA Darussalam Yogyakarta” (Tesis: UIN Sunan Kalijaga)
9
yang dianut dan dikembangkan karena keprihatian di zaman sekarang ini makin
sedikit orang yang hafal Al-Qur‟an. Sistem perekrutan santri dilakukan dengan ketat
melalui tes baca Al-Qur‟an dan hafalan singkat. Dalam pencapaian target program
Tesis yang ditulis oleh M. Syafiuddin Shobirin yang berjudul Menghafal Al-
Qur‟an Dengan Metode Hanfida Studi Kasus Metode Hafalan Al-Qur‟an Di Pondok
Pesantren La Raiba Jombang. Hasil tesis tersebut berisi tentang metode menghafal Al-
Qur‟an dengan cepat yang berbasis otak dengan mengaplikasikan lima langkah yaitu,
sistem cerita, sisitem lokasi, sistem pengganti, sistem angka, dan sistem kalimat 18
Tesis yang ditulis oleh M. Nur Cahyono yang berjudul Implementasi Metode
Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik. Hasil tesis ini berisi tentang metode
dengan memadukan dua metode yang saling melengkapi secara bersamaan, santri
tidak merasa tertekan karena tidak ada tarjet waktu kapan santri harus menyelesaikan
aspek pesiapan sebelum menghafal Al-Qur‟an dan santripun di tarjet waktu dalam 40
peneliti dari segi judul yaitu menghafal Al-Qur‟an bagi santri, akan tetapi terdapat
perbedaan yang signifikan dengan penelitian sebelumnya. Yang mana dapat dilihat
17
M. Syafiuddin Shobirin, “ Menghafal Al-Qur‟an Dengan Metode Hanifida: Studi Kasus Metode Hafalan Al-
Qur‟an di Pondok Pesantren La Raiba Jombang” (Tesis: UIN Sunan AmpelSurabaya,2015)
18
Ibid Hlm 3
19
M. Nur Cahyono, “ Implementasi Metode Menghafal Al-Qur‟an Dalam Mewujudkan Kualitas Hafalan Al-
Qur‟an: Study Komparasi di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Shohihuddin Surabaya dan Pondok
Pesantren Modern Al-Azhar Gresik” (Tesis: UIN Sunan AmpelSurabaya,2017)
10
dari penjelasannya lebih memfokuskan dalam hal segi Metode. Sedangkan penelitian
F. Kerangka Teori
1. Living Qur’an
Istilah Living Qur‟an dalam kajian Islam di Indonesia seringkali diartikan dengan
“Al-Qur‟an yang hidup”. Kata “Living” sendiri diambil dari bahasa Inggris yang
dapat memiliki arti ganda. Arti pertama yaitu “yang hidup” dan arti yang kedua
adalah “menghidupkan”, atau yang dalam bahasa Arab biasanya disebut dengan
istilah al-hayy Qur‟an berarti dapat diterjemahkan dengan Al-Qur‟an al-hayy dan juga
dapat pula dialihbahasakan menjadi ihya Al-Qur‟an. Secara etismologis kata living
merupakan terma yang berasal dari bahasa inggris “Live” yang dapat berarti hidup,
aktif, dan yang hidup. Living Qur‟an adalah studi tentang Al-Qur‟an, tetapi tidak
bertumpu pada eksistensi tekstualnya, melainkan studi tentang fenomena social yang
lahir terkait dengan kehadiran Al-Qur‟an dalam wilayah geografi tertentu dan
Sebagai kajian yang berangkat dari fenomena sosial, maka pendekatan sosiologi
dan fenomenologi dapat ditawarkan dalam metode Living Qur‟an meskipun demikian,
bukan berarti hanya pendekatan sosiologi dan fenomenologi yang bisa menjadi pisau
lainnya juga bisa diterapkan dalam penelitian ini, seperti antropologi, psikologi, dan
20
Dr. Ahmad Ubaydah Hasbillah, Ilmu Living Qur‟an hadis, (Tangerang:Maktabah darus-Sunah,2019)hlm 20
11
2. Teori Strategi
sempit dan pengertian secara luas. Dalam pengertian sempit bahwa istilah strategi itu
sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka
Logan (Abin Syamsudin Maknun, 2003) mengemukakan em pat unsur strategi dari
2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha. Jika diterapkan dalam konteks
paling efektif.
12
7) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Mengutip
3. Metode Tahfidz
. Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu metodhos, yang berarti jalan
kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar. Sedangkan dalam bahasa Arab,
Dalam lingkungan pesantren tahfidz terdapat istilah metode atau cara untuk
anak hafal.
21
Junaidah, “Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan Islam 6 (Mei 2015): hlm 121
22
Wina Senjaya. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008)
23
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1990), hlm . 20
13
2. Tikra (Mengulang-ulang) Adalah santri harus mengulang-ulang hafalan
prosesnya.
mencocokkan).24
4. Nyetor. Istilah ini digunakan dalam rangka mengajukan setoran baru ayat-
ayat yang akan dihafal. Caranya, para santri menulis jumlah ayat atau
lembaran yang akan dihafalkan pada alat khusus, bisa berupa blangko atau
Nadzar) antara sesama santri dalam kelompok juz pada satu majelis. Cara
ini dapat dilakukan secara bergantian per ayat atau beberapa ayat sesuai
24
Lukman Hakim dan Ali Khosim, Metode Ilham: Menghafal AL-Qur’an serasa bermain Game, (Bandung:
Humaniora,2016),p.62
14
dihadapan ustadz/ustadzah dalam rangka men-tahqiq atau memantapkan
hafalan dan sebagai syarat dapat mengajukan setoran hafalan yang baru.
tercantum dalam satu setoran, akan tetapi juga dilakukan pada beberapa
setroan sebelumnya.
langsung didepan guru. Proses ini lebih dititik beratkan pada hal-hal yang
terkait dengan ilmu tajwid, seperti makhorijul huruf. Antara talaqqi dan
G. Definisi Operasional
1. Pengertian Strategi
Strategi adalah sebagai garis besar haluan dalam rangka mencapai sasaran
2. Menghafal Al-Qur‟an
Allah SWT yang berisi serangkaian ajaran yang diturunkan dari sumber
15
keagungan dan maqam kebesaran kepada Rasulullah SAW untuk menunjukkan
3. Santri
Santri adalah sebutan bagi peserta didik yang belajar di Pondok Pesantren. Dia
adalah calon pemimpin yang akan menggantikan tugas ulma untuk berdakwah dan
membina umat.
Pesantren ini terkenal akan penggunaan bahasanya atau bilingual yaitu Bahasa
arab dan Bahasa inggris dan juga terdapat program Sanggar Tahfidz enterpreuner
yaitu program bagi santri yang ingin menghafal al-qur'an sambil belajar
entrepreuner atau berbagai bisnis di era modern dan terdapat juga Sanggar Kutub
At-turos, dimana sanggar tersebut di khususkan bagi santri yang ingin mendalami
makna berbagai kitab kuning (salaf) dan cara membacanya dengan baik dan benar.
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran
16
hadits dan yang berkaitan dengan objek penelitian. Kehadiran peneliti dengan
mengunjungi lokasi dan melihat aktivitas para santri penghafal Al-Qur‟an secara
langsung untuk mememperoleh data dan berbagai informasi. Lokasi penelitian ini
Junwangi Sidoarjo.
2. Sumber data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
metode pengumpulan data yang paling alamiyah dan paling banyak digunakan
tidak hanya dalam dunia keilmiahan tetapi juga dalam berbagai aktivitas
kehidupan.25
25
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadist , hlm 57
17
b. Wawancara
informan dan ide melalui Tanya jawab. Ciri utama dari wawancara adalah
sumber data atau informasi yang di butuhkan oleh peneliti. Wawancara: sebagai
cara pengumpulan data yang cukup efektif dan efisien bagi peneliti dan kualitas
c. Dokumentasi
pengumpulan data yang didapatkan bisa berbentuk tulisan atau gambar. Metode
I. Sistematika Penulisan
Bab I merupakan bab Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah,
Bab II berisi tentang : Kajian Teori : Definisi Living Qur‟an, Sejarah Living
Bab III Metode penelitian yang berisi : Pendekatan dan jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,
26
Ibid hlm 59
18
prosedur pengumpulan data, teknis analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan
tahap-tahap penelitian.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Living Qur’an
Ditinjau dari segi bahasa Living Quran adalah gabungan dari dua kata yang
berbeda, yaitu Living yang berarti hidup dan Quran yang berarti kitab suci umat
islam, secara sederhana istilah Living Quran bisa diartikan dengan teks Alquran yang
hidup di masyarakat.
tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran Alquran atau keberadaan
Alquran disebuah komunitas Islam tertentu 27 . Adapun yang dimaksud dengan teks
Alquran yang hidup adalah pergumulan teks dalam ranah realitas yang mendapat
respon dari masyarakat dari hasil pemahaman dan penafsiran. Termasuk dalam
pengertian “respon masyarakat” adalah resepsi mereka terhadap teks tertentu dan hasil
penafsiran tertentu, resepsi sosial terhadap Alquran dapat ditemui dalam kehidupan
Living Quran juga dapat diartikan sebagai fenomena yang hidup dimasyarakat
muslim terkait dengan Alquran ini sebagai objek studinya. Oleh karena itu kajian
tentang Living Quran dapat diartikan sebagai kajian tentang berbagai peristiwa sosial
dikehidupan sehari-hari.
27
Sahiron Samsudin, Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis, (Yogyakarta:Th Press, 2007), hlm 8
20
2. Sejarah Living Qur‟an
umat pada dasarnya sudah terjadi ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, menurut
laporan riwayat Nabi pernah menyembuhkan penyakit dengan ruqyah lewat surat
alfatihah atau menolak sihir dengan surat al- Mu‟awwizatain. Kalaulah praktek
semacam ini sudah ada pada zaman Nabi maka hal ini berarti Alquran diperlakukan
Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw antara lain dinamai
Al-Kitab dan Alquran (bacaan yang sempurna) walaupun penerima dan masyarakat
pertama yang ditemuinya tidak mengenal baca tulis ini semua dimaksudkan agar
memberikan petunjuk hal ini tidak dapat terlaksana tanpa membaca dan
memahaminya.30
lintasan sejarah Islam selalu mengalami perkembangan yang dinamis. Bagi umat
islam bukan saja sebagai kitab suci yang menjadi pedoman hidup, akan tetapi juga
sebagai penyembuh bagi penyakit, penerang dan sekaligus kabar gembira. Oleh
karena itu mereka berusaha untuk berinteraksi dangan Alquran dengan cara
28
Samsudin, Metodologi Living Quran, hlm 4
29
Ahmad Atabik, “ The Living Quran: Potret Budaya Tahfiz Alqura di Nusantara,” Stain Kudus: Jurnal
Penelitian, Vol. 8, No. 1 (Februari, 2014), hlm 168
30
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Quran: Kisah dan HikmahKehidupan (Bandung: Mizan, 2008), hlm 23
31
Atabik,The Living Quran: Potret Budaya Tahfiz Alquran di Nusantara, Vol. 8, hlm 162
21
fenomena Quran in Eferyday life yakni makna dan fungsi Alquran yang riil dipahami
Living Qur‟an sejak masa awal Islam, yakni pada masa Rasulullah SAW pada
ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur‟an untuk kehidupan praksis umat. Seperti hadits
yang diriwayatkan dari „Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi Muhammd SAW pernah
فلما ثقل تى, ان النبً صلى هلال علىه وسلم نٌنفث على نفسه فً المرض الذي مت فٌه با لمعوذات:عن عاءشة رضً هلال عنها
سحىب هى س ى ب ت ثىع ىب ى
“Dari „Aisyah Radhiallahu „anha: “ Bahwasanya Nabi SAW. Dahulu ketika beliau
sakit yang membawa kepada wafatnya, membaca Al-Mu‟awwiżāt (surat Al-Falaq dan
Al-Nās) kemudian beliau meludahi disertai dengan tiupan pada kedua telapak
“ Rasulullah bersabda, “tahukah kamu bahwa itu (surat Al-Fatihah) adalah ruqyah?
berikanlah bagianku.
32
Samsudin, Metodologi Living Quran, hlm 5
33
6Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhil Al-Qur’an (Beirut: Darusy-Syuruq, 2003), hlm 125
22
Keterangan riwayat Hadits di atas, menunjukan bahwa Nabi Muhammad SAW dan
para sahabat pernah melakukan praktek ruqyah, yakni mengobati dirinya sendiri dan
juga orang lain yang menderita sakit dengan membacakan ayat-ayat tertentu di dalam
Al-Qur‟an. Sejak awal masa Islam, dimana Nabi Muhammad SAW masih hadir
ditengah-tengah umat Islam dengan Al-Qur‟an tidak terbatas pemahaman teks semata,
secara semantik antara makna teks dengan penyakit yang diderita oleh Nabi
Muhammad SAW sama sekali tidak berkaitan. Seperti halnya juga dengan praktek
secara makna sama sekali tidak ada kaitannya dengan sengatan Kalajengking.
Berdasarkan beberapa interaksi umat Islam masa awal, dapat dipahami jika
obat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu untuk menyembuhkan penyakit fisik .
bermanfaat dari bentuk fisiknya, yaitu ayat Al-Qur‟an yang dituliskan dalam kertas
atau benda-benda tertentu atau biasa yang disebut rajah, jimat, isimatau sebagainya,
yang dipercaya sebagai penyembuh, keselamatan atau pengasihan, atau ada juga yang
memahami Al-Qur‟an sebagai fungsi yang sama seperti menjadi solusi atas persoalan
psikologi yakni sebagai motivasi, atau soal persoalan ekonomi, yaitu sebagai alat
23
Setiap muslim berkeyakinan bahwa manakala dirinya berinteraksi dengan
Alquran maka hidupnya akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat untuk
dan pemahaman tersebut melahirkan prilaku yang beragam pula, sebagai tafsir
Alquran dalam prilaku kehidupan baik dari dataran teologis, filosofis, psikologis,
maupun kultural.
pengembangan wilayah objek kajian Al-Qur‟an. Jika selama ini ada kesan bahwa
tafsir dipahami harus berupa teks kitab atau buku yang ditulis oleh seseorang, maka
makna tafsir sebenarnya bisa diperluas. Tafsir bisa berupa respons atau praktik
perilaku suatu masyarakat. Yang diinspirasi oleh kehadiran Al-Qur‟an dalam bahasa
Al-Qur‟an hal ini disebut dengan tilawah, yakni pembacaan yang berorientasi kepada
Bagi mahasiwa jurusan tafsir sendiri, kajian living qur‟an merupakan ranah
baru yang belum banyak disentuh . Maka kajian ini dapat memperluas objek
penelitian mahasiswa jurusan tafsir. Sehingga tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk
Di sisi lain adalah bahwa kajian living qur‟an juga dapat dimanfaatkan untuuk
34
Sahiron Samsudin, Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis, (Yogyakarta:Th Press, 2007), hlm 69
24
fenomena menjadikan ayat-ayat Al-Qur‟an “Hanya” sebagai “Jimat” atau “Jampi-
memahami apa pesan-pesan dari kandungan Al-Qur‟an, maka kita dapat mengajak
hidayah. Dengan begitu, maka cara berpikitr klenik, dapat sedikit demi sedikit dapat
ditarik kepada cara berpikir akademik, berupa kajian tafsir misalnya. Lebih dari itu,
Arti penting kajian Living Qur‟an berikutnya adalah memberi paradigma baru
bagi pengembangan kajian Qur‟an kontemporer, sehingga studi Qur‟an tidak hanya
berkutat pada wilayah kajian teks. pada wilayah Living Qur‟an ini kajian tafsir akan
lebih bnayak mengapresiasi respons dan tindakan masyarakat terhadap kehadiran Al-
Qur‟an, sehingga tafsir tidak lagi hanya bersifat elitis, melainkan emansipatoris yang
Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana proses dan prosedur yang
Living Qur‟an, jika kita sepakat bahwa fenomena Living Qur‟an merupakan
35
Lihat Yusuf Al-Qadrawi, fatwa-fatwa kontemporer (terj) As‟ad yasin (Jakarta : Gema Insani Press 2001) hlm
262
25
fenomena sosial, maka model metode penelitian yang dipakai adalah model penelitian
soisal.
mengungkapkan sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan
terarah tentang pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan dara, sehingga
Dalam hal ini, metode penelitian kualitatif lebih tepat digunakan dalam kajian
living Qur‟an ini. Untuk itu, maka langkah-langkah serta prosedur yang ditempuh
dalam penelitian ini merujuk pada langkah langkah serta prosedur penelitian
“ Ayat Al-Qur‟an sebagai Jimat” dsb. Yang terakhir, adanya keunikan atau
kekhasan lokasi itu yang tidak dimiliki oleh lokasi yang lain sehubungan
36
Sahiron Samsudin, Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis, (Yogyakarta:Th Press, 2007), hlm 71
26
berdasarkan ungkapan bahasa, cara berpikir. Pandangan subjek penelitian,
1. Paradigma Akulturasi
bertemu dengan kebudayaan yang lain, dan kemudian mengambil sejumlah unsur-
unsur budaya baru tersebut serta mengubahnya sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
budaya baru tersebut terlihat seperti unsur budayanya sendiri. Dengan sudut pandang
akulturasi ini seorang peneliti fenomena Living Qur‟an akan mencoba mengetahui
mislanya prpses dan hasil interaksi anatara ajaran-ajaran yang ada dalam Al-Qur‟an
dengan sistem kepercayaan atau budaya lokal suatu masyarakat. Peneliti akan
berupaya mengetahui unsur-unsur mana dari budaya lokal yang mempengaruhi pola
dalam bahasa arab, yang artinya tidak dimengerti sepenuhnya oleh masyarakat
Proses akulturasi ini bisa berjalan dengan lancar dan mulus, bisa juga tidak
dalam hal ini peneliti juga dapat memperhatikan individu-individu mana yang
menyebarkan unsur yang lain. Tafsir mereka mengenai budaya lokal, pemanfaatan
mereka atas unsur-unsur budaya lokal untuk penyebaran Al-Qur‟an, bahkan juga
27
konflik-konflik yang harus mereka hadapi dalam proses penyebaran tersebut. Juga
ada dalam Al-Qur‟an sehingga unsur-unsur tersebut lantas terlihat sebagai bagian dari
2. Paradigma Fungsional
mengetahui fungsi-fungsi dari suatu gejala sosial budaya. Fungsi ini bisa merupakan
fungsi sosial atau fungsi kultural gejala tersebut, seperti misalnya pola-pola perilaku
Misalnya saja pemaknaan terhadap surat-surat dan ayat-ayat tertentu, yang kemudian
Ketika peneliti tertarik pada fungsi budaya dari Qur‟anisasi kehidupan masyarakat,
dia akan mengarahakan perhatiannya pada fungsi Qur‟anisasi tersebut pada tataran
pandangan hidup, nilai-nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Jika
dia tertarik pada fungsi sosial fenomena tersebut, dia akan mengarahkan perhatiannya
pada fungsi-fungsi Qu‟anisasi terhadap interaksi, relasi dan jaringan sosial, serta
Al-Qur‟an itu sendiri, yang mungkin sangat berbeda dengan fungsi Al-Qur‟an dalam
misalnya. Dalam hal ini ayat-ayat yang diyakini memiliki khasiat tertentu biasanya
akan mendapat perlakuan berbeda dengan ayat-ayat yang lain. Ayat-ayat ini mungkin
tidak akan dihafal, tetapi ditulis pada secarik kain putih dengan minyak misik atau
za‟faran, atau ditulis disebuah piring, kemudian disiram dengan air dan diminum.
28
Fungsi ayat-ayat tertentu dari Al-Qur‟an disini sudah berbeda dengan fungsi ayat
3. Paradigma Struktural
dipelajari atau membangun sebuah model yang juga merupakan struktur yang akan
struktur tertentu. Disini Al-Qur‟an sebagai kitab akan dipandang sebagai salah satu
perwujudan lain (seperti misalnya ritual, mitos) dari struktur tertentu yang lebih
abstrak, yang lebih dalam, yang seolah-olah ada “dibalik” Al-Qur‟an sebagai sebuah
kitab disini lantas terlihat sebagai transformasi dari Al-Qur‟an yang dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini pada akhirnya peneliti harus dapat
yang terjadi. Penelitian dapat dimulai dari aspek budaya yang mana saja. Bisa dari
aspek ritual, bisa dari aspek pemaknaan, bisa dari aspek Al-Qur‟annya, bisa pula dari
hermeneutik dalam kajian teks, karena teks disini bukan lagi sesuatu yang tertulis
29
tetapi gejala sosial-budaya itu sendiri. Dalam artian tertentu gejala sosial-budaya
memang dapat dikatakan sebagai teks, sebab gejala ini terbangun dari sejumlah
simbol-simbol, seperti juga halnya sebuah teks. sebagai sebuah teks maka gejala
sosial-budaya tersebut kemudian harus „dibaca‟ ditafsir. Oleh karena gejala sosial-
budaya tidak sama persis dengan „teks‟ maka mau tidak mau diperlukan metode yang
mereka yang tertarik untuk meneliti Living Qur‟an. Dari baru yang berasal dari
kebudayaan, serta berbagai ritual yang menyertainya. Dalam hal ini, tafsir yang
diberikan oleh peneliti tidak harus sama dengan tafsir masyarakat yang diteliti.
Bahkan, memang harus berbeda, karena peneliti memiliki data kebudayaan yang lebih
banyak daripada warga masyarakat itu sendiri secara individyual. Hal ini
5. Paradigma Fenomenologi
Penelitian Living Qur‟an yang berangkat dari fenomena sosial yang ada dalam
bukan berarti hanya pendekatan itu saja yang bisa digunakan dalam penelitian, ada
30
Pendekatan fenomenologi pada umumnya ditandai dengan tiga ciri, yaitu
apache, einfuhlung, dan eidetic vision. Epoche yaitu peneliti berusaha untuk
penghargaan besar terhadap realitas sosial yang diteliti. Eidetic Vision yaitu mengacu
kesadaran tersebut menunjuk obyek diluar dirinya. Studi ini diperlukan reduksi
atau pelaku budaya. Selain itu disebutkan bahwa pendukung kebenaran ilmiah adalah
yang telah dilakukan. Dalam sudut pandang fenomenologi ini penulis tidak menilai
benar atau salahnya pemahaman, namun yang menjadi hal penting adalah apa yang
37
Wardi Bakhtiar, Sosiologi Klasik (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), hlm 51
38
Ibid, Sosiologi Klasik, hlm 143
39
Suardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2006)
hlm 15
40
Heddy Shri Ahisma-Putra, “Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologiuntuk Memahami Agama”
Jurnal Walisongo, Vol 20, No.1 (2012), hlm 256
31
Berdasarkan apa yang diutarakan diatas, penulis menggunakan pendekatan
memahami arti dari sebuah peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang
sosiologi dalam strategi menghafal Al-Qur‟an. Untuk Subjek penelitian ini adalah
Santri Ponpes Modern Al-Amanah Junwangi kelas 10 Aliyah (angkatan 2022) yang
mana mereka mengambil program tahfidz . dipilih kelas ini karena mereka diawal
dilaksanakan di luar kota selama 3 hari 2 malam . isi dari kegiatan tersebut adalah
berbaur dengan alam. Surat yang dihafalkan pun tertentu .seperti halnya surat
Waqi‟ah , Yasin, As-Sajdah, dan lain sebaginya. Dalam hal ini santri menggunakan
metode Takraran (Takrir) yang mana santri harus mengulang-ulang hafalan Al-Qur‟an
sampai benar-benar hafal. Lalu menyetorkan hafalan kepada pembimbing. Selain itu,
santri juga diberikan materi Tahsin Al-Qur‟an yakni Metode pembenaran atau
41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian (Bandung: Remaja Rosdakarya,210) hlm 17
32
`
33