Anda di halaman 1dari 6

Strategi Masjid Agung Karimun Dalam Mengembangkan Pembelajaran

Al-Quran Melalui Rumah Tahfidz Abdurrahman Bin Auf Masjid Agung


Karimun

Proposal Penelitian untuk Skripsi Manajemen Dakwah

Disusun oleh :

Izzuddin Al-Ghozi

NIM. 01180010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

ISLAM

(STIDKI) AR-RAHMAH

SURABAYA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masjid bagi umat Islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan, baik
makna fisik maupun makna spiritual. Masjid adalah salah satu lambang Islam yang
merupakan barometer atau ukuran dari keadaan suatu masyarakat muslim yang ada
disekitarnya. Pembangunan masjid adalah pembangunan Islam dalam suatu
masyarakat sehingga keruntuhan masjid merupakan keruntuhan Islam dalam
masyarakat.
Masjid menjadi satu elemen terpenting dalam kehidupan islam, Masjid yang
menjadi sentral bagi seluruh aktivitas umat islam sejak zaman Rasulullah Saw.
Dengan masjid lah umat islam di zaman Rasulullah menjadi salah satu umat yang
ditakuti oleh dunia karena kemajuan peradabannya. Sejarah telah membuktikan, di
zaman Rasulullah Saw bahwa masjid memiliki multi fungsi dalam lini kehidupan.
Masjid bukan hanya tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian
keagamaan, pendidikan militer dan fungsi-fungsi sosial-ekonomi lainya. Masjid selain
tempat ibadah dapat pula difungsikan sebagai tempat kegiatan masyarakat Islam, baik
yang berkenaan dengan sosial keagamaan, sosial kemasyarakatan maupun yang
berkenaan dengan sosial ekonomi dan sosial-budaya.
Masjid adalah pusat kegiatan bagi umat muslim yang ada di seluruh dunia,
termasuk masjid menjadi tempat belajar Al-Qur’an bagi anak-anak dan remaja yang
memang seharusnya harus diajarkan Al-Qur’an sedari dini. Maka dari itu, penting
sekali bagaimana cara mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak dan remaja dengan
baik, sehingga akan banyak tercipta generasi Qur’an.

Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
SAW. Al-Qur’an terkumpul dalam mushaf,terpelihara dalam dada, dibaca dengan
lisan dan dikenal diantara seluruh manusia. Al-Qur’an turun secara terpisah-pisah
sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, selama kurang lebih 22 tahun 2 bulan
22 hari, menurut pendapat yang paling kuat. Turunnya Al-Qur’an secara bertahap ini
menjadi sasaran empuk dari serangan orang-orang musyrik yang tidak percaya dengan
Al-Qur;an. Al-Qur’an sendiri pun telah menyebutkan hal itu dan menjawabnya. Allah
berfirman dalam Surah Al-Furqon :

َ ِ‫َّاح َدةً ۛ َك ٰذل‬


‫ك ۛ لِنُثَبِّتَ بِ ٖه فَُؤ ادَكَ َو َرتَّ ْل ٰنهُ تَرْ تِ ْياًل‬ ِ ‫َوقَا َل الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا لَوْ اَل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ ُج ْملَةً و‬

Artinya : Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan
kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad)
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan
benar). (QS.Al Furqon : 32 )

Al-Qur’an adalah kitab Allah yang berisi tentang orang-orang yang ada
sebelum kita, dan hukum yang ada diantara kita. Al-Qur’an adalah kata
keputusan ,bukan senda gurau. Siapa saja yang meninggalkannya dengan sombong,
maka akan dibinasakan oleh Allah.
Al-Qur’an sangat dijaga oleh Allah Swt dari pemalsuan dan perubahan, tidak
ada seorangpun yang bisa memalsukan atau merubah isi Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak
hanya dijaga dari makna-makna, kalimat-kalimat serta lafadz-lafadznya saja, tetapi
dari cara membacanya pun sudah dijaga oleh Allah Swt melalui apa yang sudah
Rasulullah ajarkan kepada ummatnya. Dan semakin berkembangnya zaman,
digaraplah suatu ilmu khusus yang membahas cara membaca Al-Qur’an,yang biasa
dikenal dengan nama “ Ilmu Tajwid”. Hingga metode penulisan Al-Qur’an masih
tetap tertuilis dan tercetak hingga saat ini, seperti tertulis pada era kekhalifahan
Utsman bin affan r.a., meskipun metode dan kaidah penulisan Al-Qur’an telah
berkembang pesat. Hingga saat ini, masih belum ada yang berani merubah metode
penulisan Al-Qur’an, dan tetap menerapkan kaidah- kaidah penulisan yang berlaku.

Rasulullah sangat menganjurkan menghafal Al-Quran, Menghafal al-Qur’an


merupakan suatu kebutuhan bagi setiap muslim dalam melafalkan surat-surat
dalam waktu sholat wajib dan shalat sunat, dan harus menjadi kebiasaan bagi
setiap muslim guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, untuk memperoleh
ketentraman jiwa, sehingga akan menjadi obat dalam keadaan keluh dan kesah,
dan merupakan hiasan yang sangat berharga bagi siapapun yang membaca dan
menghafalkan ayat ayat Allah, sehingga apa yang dibaca dan dihafal dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya untuk menjaga kelestarian Al-Quran adalah dengan menghafalkannya,
karna menghafal adalah bagaimana bisa menjaga hafalannya sehingga Al-Quran tetap
ada dalam ingatan.untuk menjaga hafalan diperlukan adanya kemauan yang kuat dan
istiqomah dalam menghafal. Banyak cara untuk meningkatkan kelancaran hafalan
dengan mengulang-ulangi hafalan. Mampu meluangkan waktu setiap hari untuk
mengulangi hafalannya.
Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu
organisasi untuk mencapai suatu sasarannya melalui hubungannya yang efektif
dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Strategi dapat
dikatakan sebagai pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan,
gagasan, perencanaan dan eksekusi tujuan dalam kurun waktu yang bisa di
estimasikan. Strategi dirumuskan dengan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang
akan dilaksanakan demi mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.
Penggunaan strategi sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena untuk
mempermudah proses pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
Tanpa strategi yang jelas , maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik
dan terarah. Untuk meningkatkan proses pembelajaran , maka harus menetapkan cara
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi, tujuan ini akan berhasil apabila
semuanya terlibat langsung dalam proses, sehingga akan menciptakan pembelajaran
yang kondusif dan menyenangkan. Pembelajarannya juga harus dilakukan secara
variatif agar membangkitkan semangat untuk terus belajar.

Dimasa sekarang banyak lembaga-lembaga Islam yang mendidik para santri


untuk mampu menguasai ilmu Al-Quran dan menjadikan santri menjadi penghafal Al-
Quran Dengan lembaga-lembaga tersebut banyak sekali anak-anak maupun remaja
yang tertarik dengan Al-Qur’an, yang dimana sekarang banyak sekali anak-anak dan
remaja kurang tertarik dengan agama. Tetapi dengan adanya lembaga-lembaga
tersebut dengan strategi pembelajaran yang menarik dan variatif, menarik perhatian
anak-anak dan remaja zaman sekarang.
Salah satunya adalah Rumah Tahfidz Abdurrahman bin Auf yang dimilikin
oleh Masjid Agung Karimun. Rumah tahfidz ini menjadi rumah tempat tinggal bagi
santri-santri penghafal Al-Qur’an, rumah tahfidz dilengkapi dengan sarana dan
prasarana untuk melengkapi kebutuhan dan dan kelangsungan hidup para santri.
Dengan begitu diharapkan santri bisa menghafal Al Qur’an dengan dengan
konsentrasi. Tidak hanya menghafal mereka juga belajar tentang tajwid, makhorijul
huruf dan naghom Al-Qur’an.
Rumah Tahfidz Abdurrahman Bin Auf juga mewajibkan santrinya untuk
bersekolah seperti biasa, tetapi tidak boleh pulang kerumah, harus kembali ke Rumah
Tahfidz setelah selesai sekolah, agar mereka bisa belajar mandiri sejak kecil. Santri
telah disiapkan bis untuk mengantar jemput mereka sekolah, jadi tidak ada alasan
mereka untuk tidak sekolah. Walaupun mereka sekolah, tetapi mereka tetap semangat
untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an. Sehingga Rumah Tahfidz Abdurrahman bin
Auf telah banyak melahirkan santri-santri yang berprestasi baik dalam hafalan Al-
Qur’an maupun Tilawah Al-Qur’an. Salah satunya santri yang bernama M. Daratul
Baidha, dia sudah beberapa kali menjuarai Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat
kecamatan maupun kabupaten dan pernah juga menjuarai Musabaqah Hifdzil Quran
kategori 5 Juz tingkat kabupaten. Dan sekarang dia juga sudah menjadi Imam
pengganti di Masjid Agung Karimun apabila Imam Utamanya berhalangan. Peneliti
merasa Rumah Tahfidz ini memiliki strategi pembelajaran yang menarik sehingga
bisa menghasilkan santri-santri yang berprestasi.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat
penelitian yang berjudul “Strategi Masjid Agung Karimun Dalam
Mengembangkan Pembelajaran Al-Quran Melalui Rumah Tahfidz
Abdurrahman Bin Auf Masjid Agung Karimun”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah berkenaan
dengan apa saja yang akan penulis teliti yaitu :
1.2.1 Bagaimana strategi Masjid Agung Karimun mengembangkan
pembelajaran Al-Qur’an melalui Rumah Tahfidz Abdurrahman Bin Auf
Masjid Agung Karimun ?

1.2.2 Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Rumah Tahfiz Abdurrahman Bin
Auf Masjid Agung Karimun dalam mengembangkan pembelajaran Al-Qur’an?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana strategi Masjid Agung Karimun
mengembangkan Al-Qur’an melalui Rumah Tahfidz Abdurrahman Bin Auf
Masjid Agung Karimun
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi Rumah
Tahfidz Abdurrahman Bin Auf Masjid Agung Karimun dalam
mengembangkan pembelajaran Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai