PROPOSAL SKRIPSI
Dosen Pembimbing :
Oleh:
21205080
FAKULTAS TARBIYAH
2023/2024
MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDH AL-QURAN DI PONDOK
PESANTREN HAMALATUL QURAN JOMBANG JAWA TIMUR
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada
Oleh:
21205080
FAKULTAS TARBIYAH
2023/2024
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal skripsi ini oleh Ilham Maulana Aulia Hakim (21205080) ini telah diperiksa
dan disetujui untuk di uji
ii
A. Konteks Penelitian
1
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020),Hlm 1
2
Asifudin, Ahmad Janan. "Manajemen pendidikan untuk pondok pesantren." Manageria: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1.2 (2016):Hlm. 355-366.
1
kebanyakan pondok pesantren di negeri ini belum menerapkan manajemen modern
sesuai dengan ilmunya yang lazim. 3
Sebagai dasar agar anak mampu menghafal dan mengamalkan isi kandungan Al-
Qur`an sebagai manusia quranni, maka pendidikan tahfidzul quran sangat perlu
3
Asifudin, Ahmad Janan. "Manajemen pendidikan untuk pondok pesantren." Manageria: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1.2 (2016):Hlm. 355-366.
4
Asifudin, Ahmad Janan. "Manajemen pendidikan untuk pondok pesantren." Manageria: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1.2 (2016):Hlm. 355-366.
5
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020), Hlm 2
2
diterapkan pada anak-anak sejak awal. Sejak masa pewahyuan sampai sekarang, Al-
Qur`an selalu dibaca umat Islam setiap hari, kenyataan ini membuktikan tercapainya
tujuan penamaan Al-Qur`an. Penamaan Al-Qur`an menunjukkan kitab suci ini selalu
terpelihara dalam bentuk hafalan yang merupakan salah satu bentuk jaminan
pemeliharaan Allah Swt.6
Islam menjadi agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Tradisi
menghafal Al-Quran telah lama dilakukan di berbagai daerah di Nusantara. Usaha
menghafal Al-Quran pada awalnya dilakukan oleh para ulama yang belajar di Timur
Tengah melalui guru-guru mereka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
kecenderungan untuk menghafal Al-Quran mulai banyak diminati masyarakat
Indonesia. Untuk menampung keinginan tersebut, para alumni Timur Tengah
khususnya dari Hijaz (Mekah-Madinah) membentuk lembaga-lembaga tahfidhul Quran
dengan mendirikan pondok pesantren khusus tahfidh, atau melakukan pembelajaran
tahfidhul Quran pada pondok pesantren yang telah ada. Lembaga yang
menyelenggarakan tahfidhul Quran pada awalnya masih terbatas di beberapa daerah.
Akan tetapi, setelah cabang tahfidhul Quran dimasukkan dalam Musabaqah Tilawatil
Quran (MTQ) tahun 1981, maka lembaga model ini kemudian berkembang di berbagai
daerah di Indonesia. 7
Perkembangan ini tentunya tidak lepas dari peran serta para ulama penghafal Al
Qur`an yang berusaha menyebarkan dan menggalakkan pembelajaran tahfidhul Quran.
Dalam Al-Quran disebutkan empat kali dalam hal kemudahan menghafal dan
pengajarannya, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Qamar/54, ayat 17, yaitu:8
“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang
yang mau mengambil pelajaran?”
6
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020), Hlm 2
7
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020), Hlm 2
8
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020), Hlm 3
3
Dalam suatu kesempatan Nabi memberi motivasi kepada para penghafal Al-Qur‟an
untuk senantiasa memperbanyak membaca Al-Qur‟an dan memperdalam isi
kandungannya. Disamping itu, Nabi juga memberikan peringatan kepada mereka agar
tidak melalaikan hafalannya. Sebab hafalan adalah amanah yang harus dijaga dan
dipelihara. Jika hafalan itu dijaga dengan baik, maka ia akan mendapatkan predikat
sebagai orang pilihan dan istimewa. Namun jika hafalan itu tidak terjaga dengan baik
bahkan dilalaikan, maka hafalan itu akan hilang dari memori ingatannya dan mendapat
ancaman yang sangat pedih9
Melihat kondisi ini maka, menghafalkan Al-Qur‟an adalah suatu perbuatan yang
mulia dalam agama. Ahmad Baduwailan mengemukakan bahwa keutamaan menjadi
hafizh Al-Qur‟an banyak sekali, antara lain: meneladani tokoh panutan utama
Rasulullah saw, meneladani generasi terbaik (salafus saleh), mendapatkan kedudukan
yang mulia di dunia maupun akhirat, pada hari kiamatAl-Qur‟an akan memberikan
syafaat kepada pembaca dan penghafalnya, orang yang hafal Al-Qur‟an akan lebih
mudah berdakwah dan masih banyak keutamaan yang lainnya. Namun, Bagi
kebanyakan orang menghafalkan Al-Qur‟an bukanlah hal yang mudah sehingga
seorang muslim kadang memerlukan waktu sampai 3 atau 4 tahun untuk menyelesaikan
hafalan Al-Qur‟an 30 juz seperti yang dikemukakan oleh KH. Alaika Nashrulloh, M.
TH. I ustadz tahfizh di PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi. Namun fenomena ini
berbeda dengan yang ada di PP. Hamalatul Qur‟an Jogoroto Jombang sebuah pesantren
yang ada di Kabupaten Jombang propinsi Jawa Timur yang berkonsentrasi pada
pengkaderan para hafidh Al-Qur‟an dimana hafalan Al-Qur‟an ini cukup ditempuh
dalam jangka waktu 6 bulan.10
Tidak semua pondok pesantren memiliki program tahfidzul quran atau program
khusus yang memfasilitasi santri untuk menghafal alquran. Salah satu pondok
pesantren yang memiliki program tahfidz adalah pondok pesantren Hamalatul Quran
jombang Jawa Timur. Pondok pesantren tersebut memiliki keunikan yaitu keberhasilan
nya mencetak penghafal quran yang berkualitas, dan hampir seluruh santri
menyelesaikan hafalan nya kurang dari satu tahun, selain itu diluar cepat nya proses
hafalan santri di pondok tersebut kualitas Pendidikan alquran di pondok pesantren
9
Khaudli, Muhammad. Manajemen Kurikulum Tahfiz di PP. Hamalatul Qur‟ an dan PP. Tahfiz Hidayatullah
Banyuwangi. Diss. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2020. Hlm 5
10
Khaudli, Muhammad. Manajemen Kurikulum Tahfiz di PP. Hamalatul Qur‟ an dan PP. Tahfiz Hidayatullah
Banyuwangi. Diss. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2020. Hlm. 5-6
4
tersebut juga sangat bagus setiap tahunya pondok tersebut berhasil mewisuda lebih dari
100 orang santri tentunya ini menjadi daya Tarik tersendiri bagi pondok pesantren
Hamalatul Quran tersebut.
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka hal yang
menarik untuk diteliti secara mendalam dan menyeluruh adalah tentang manajemen
program Tahfidh AlQuran di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawa timur.
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna, baik secara teoritis maupun secara
praktis.
1. Secara Teoritis
5
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam penerapan program Tahfidh
al-Qur’an pada santri di pondok pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawa
Timur.
b. Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi peneliti khususnya dan
lembaga pendidikan Islam umumnya
2. Secara Praktis
a. Memperoleh tambahan wawasan bagi peneliti maupun pihak lain atau para
ustadz dan para santri dalam penerapan program Tahfidh al-Qur’anpada santri
di pondok Hamalatul Quran dan sebagai wujud sumbangan pemikiran atau
gagasan proses pembelajaran yang berbasis pada membaca dan menghafal Al-
Quran.
b. Sebagai masukan bagi semua pendidik atau ustadz mengenai penerapan
program Tahfidh al-Qur’an pada santri Hamalatul Quran sehingga dapat
diimplementasikan dan dikembangkan dalam pembelajaran Al-Quran.
E. Penelitian Terdahulu
6
3 Aulia, Faza. "Manajemen Landasan Teori Fokus Penelitian Fokus Penelitian
Program Tahfidh Al-Quran Yang Membahas Yang Berfokus Yang Berfokus
Di Pondok Pesantren Tentang Terhadap Terhadap Bentuk
Yanbu’ul Qur’an Kudus Manajemen Metode Program Manajemen
Jawa Tengah." Skripsi. UIN Program Tahfidz Tahfidz Program Tahfidz
Walisongo
Semarang (2020).
4 Rustiana, Dewi, and Landasan Teori Merupakan Jenis Landasan Teori
Muhammad Anas Maarif. Yang Berfokus Penelitian Yang Membahas
"Manajemen Program Pada Kualitatif Kepada
Unggulan Tahfidz Qur’an Manajemen Dengan Manajemen
dalam Meningkatkan Program Tahfidz Pendekatan Program Tahfdiz
Kualitas Hafalan Al-Qur’an Studi Kasus Serta Faktor
Siswa." Kharisma: Jurnal Yang Memiliki Penghambat Dan
Administrasi Dan Indikator Pendukung
Manajemen Pendidikan 1.1 Kualitas Hafalan Manajemen
(2022): 12-24. Program Tahfidz
5 Sapitri, Tikke. Manajemen Memiliki Lokasi Fokus Penelitian
Program Tahfidz Al-Qur’an Landasan Teori Penelitian Terhadap Faktor
Dengan Metode Al- Yang Berfokus Responden Penghambat Dan
Baghdadi Di Pondok Pada Penelitian Pendukung
Pesantren Makrifatul Ilmi Manajemen Terhadap Santri Manajemen
Bengkulu Selatan. Diss. Program Tafidz Sebagai Subjek Program Tahfidz
IAIN BENGKULU, 2021. Serta Pengertian Dari Fenomena Dan Pengelolaan
Manajemen Dan Penelitian Dan Program Tahfidz
Tahfidz Tujuan
Penelitian Yang
Lebih
Mengkhususkan
Metode
Baghdadi
6 Rohmatillah, Siti, and Munif Landasan teori Objek penelitian Objek penelitian
Shaleh. "Manajemen tentang dan tujuan manajemen
7
Kurikulum Program Tahfidz manajemen penelitian yang program tahfidz
Al-Qur’an di Pondok pesantren berfokus dan tujuan
Pesantren Salafiyah pengertian terhadap penelitian untuk
Syafi’iyah Al-Azhar tahfidz alquran manajemen mengetahui
Mojosari kurikulum bentuk
Situbondo." Jurnal tahfidz manajemen
Pendidikan Islam program tahfidz
Indonesia 3.1 (2018): 107-
121.
7 Rahmawati, Nisya Fauzi, Landasan teori Lokasi Dalam penelitian
Muhammad Ridwan Fauzi, tentang program penelitian SMA ini menggunakan
and Kusoy Anwarudin. tahfidz dan Islam pendekatan
"Manajemen program faktor Assyafi’iyah penelitian
tahfidz al- prndukung dan Kabupaten kualitatif
qur’an." Tarbiyatu wa penghalang Sukabumi dan etnografis.
Ta'lim: Jurnal Pendidikan manajemen metode Penelitian
Agama Islam 4.1 (2022): 1- program tahfidz penelitian kualitatif adalah
16. pendekatan metode
dalam penelitian penelitian yang
ini berlandaskan
menggunakan pada filsafat
metode postpositivisme
deskriptif yang
analistik menekankanpada
cara berpikir
induktif yang
menghasilkan
data deskriptif
F. Definisi istilah
1. Pondok pesantren
Definisi pondok pesantren adalah sebuah asrama pendidikan Islam
tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal bersama di bawahbimbingan
8
sesorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai. Sedangkan
Abdurrahman Wahid menyatakan pesantren sebagai tempat santri hidup. Mastuhu
sendiri memberi batasan pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari. Zamakhsyari Dhofier menggambarkan definisi pesantren
sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama dengan menekankan pentingnya
moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. NurcholishMadjid
memberikan tambahan pandangan bahwa pesantren adalah wujud proses
wajar perkembangan sistem pendidikan nasional.11
2. Manajemen pesantren
Manajemen pendidikan di pesantren merupakan suatu proses, yakni suatu
aktivitas yang bukan hanya bertumpu pada sesuatu yang bersifat mekanistik,
melainkan penerapan-penerapan fungsi manajemen, manajerial secara efektif,
walaupun sebagian pesantren yang ada jarang sekali mempergunakan sistem
manajemen modern seperti layaknya apa yang diterapkan dalam lembaga
pendidikan formal lainnya. Manajemen Pendidikan Pesantren hakikatnya adalah
suatu proses penataan dan pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang
melibatkan sumber daya manusia dan non manusia dalam menggerakkan mencapai
tujuan Pen-didikan Pesantren secara efektif dan efisien.12
3. Program Tahfidz
Program tahfidz A-Qur’an adalah penerapan rencana kegiatan dalam
menghafalkan Al-Qur’an. Menurut Al-Lahim menjelaskan bahwa program tahfidz
A-Qur’an adalah menghafal AlQur’an dengan hafalan yang kuat dan memudahkan
untuk menghadapi setiap masalah kehidupan yang mana Al-Qur’an senantiasa ada
dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan
dan mengamalkannya13
11
Shiddiq, Ahmad. "Tradisi Akademik Pesantren." TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 10.2 (2015). Hlm. 221
12
Al-Azhari, M. Luthfi Afif. "MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN (Telaah Sistem Perencanaan,
Pengelolaan dan Pelaksanaan Pendidikan Pesantren)." Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial 12.1 (2018):
147-161.
13
Khalid bin Abdul Karim Al-Lahim, Metode Mutakhir Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Surakarta: Dasar
An-Naba, 2008), hal 19.
9
G. LANDASAN TEORI
1. Pondok pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddin) dengan
menekankan moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-
hari. Secara etimologi, istilah pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan
pe dan akhiran an berarti tempat tinggal santri. Kata “santri” juga merupakan
penggabungan antara suku kata sant (manusia baik) dan tra (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat diartikan sebagai tempat mendidik manusia yang
baik. 14
14
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 23
15
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 23
10
bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri
biasanya tinggal dalam pondok/asrama dalam lingkungan pesantren tersebut.
Kedua, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang
pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut di atas tetapi para santrinya
tidak disediakan pondokan dikompleks pesantren, namun tinggal tersebar diseluruh
penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (Santri kalong), di mana cara dan metode
pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem wetonan, para
santri berduyun-duyun pada waktuwaktu tertentu (umpama tiap hari jum’at, ahad,
selasa atau tiaptiap waktu shalat dan sebagainya).
Ketiga, pondok pesantren dewasa ini adalah gabungan antara sistem pondok dan
pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem
bandongan, sorogan atau wetonan dengan disediakan pondokan untuk para santri
yang Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 25 berasal dari jauh dan juga
menerima santri kalong, yang dalam istilah pendidiÿÿn modernrtemenuhi kriteria
pendidikan non formal serta menyelenggarakan juga pendidikan formal berbentuk
madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan aneka
kejuruan sesuai dengan kebutuhan masyarakat masing-masing.16
16
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 24-25
11
kebebasan. Dalam pendidikan yang seperti itulah terjalin jiwa yang kuat, yang
sangat menentukan falsafah hidup para santri. 17
b. Sorogan,
adalah metode pengajaran individual, santri menghadap Kiai seorang demi
seorang dengan membawa kitab yang dipelajarinya. Kiai membacakan
pelajaran dari kitab tersebut kalimat demi kalimat, kemudian menerjemahkan
dan menerangkan maksudnya. Santri menyimak dan mengesahkan (istilah jawa:
ngesah), yaitu dengan memberi catatan pada kitabnya untuk menandai bahwa
ilmu itu telah diberikan kiai. Adapun istilah sorogan tersebut berasal dari kata
sorog (jawa) yang berarti menyodorkan, maksudnya santri menyodorkan
kitabnya dihadapan kiai, sehingga terkadang santri itu sendiri yang membaca
kitabnya dihadapan kiai, sedangkan kiai hanya menyimak dan memberikan
koreksi bila ada kesalahan dari bacaan santri tersebut. Beberapa pesantren
dalam perkembangannya, di samping mempertahankan sistem tradisionalnya
17
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 25
18
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 26
12
juga menggunakan sistem madrasi, baik sebagai basis pendidikannya ataupun
yang bersifat tambahan. 19
Dari beberapa batasan dan definisi para ahli di atas dapat diketahui bahwa dalam
pondok pesantren ada beberapa unsurunsur yang perlu diperhatikan yaitu
meliputi:Pondok, Masjid, Santri, Pengajian kitab-kitab Islam klasik dan Kiai.
Dengan demikian pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
19
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 25-26
20
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 26-28
13
terdiri dari unsur kiai, asrama yang bertujuan untuk mecetak kader-kader
ulama‘dengan mendalami ilmu-ilmu agama sebagai bekal pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari. 21
2. Manajemen program
a. Pengertian Manajemen
Manajemen program adalah terapan dari pengertian dan prinsip-prinsip
manejemen umum. Secara bahasa (etimologi) manajemen berasal dari kata
kerja “to manage” yang berarti mengatur. Adapun menurut istilah (terminologi)
terdapat banyak pendapat mengenai pengertian manajemen salah satunya
menurut Harold koontz dan Cryril O’Donel, Manajemen adalah usaha mencapai
suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer
mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.
Sedangkan menurut Prayudi, manajemen adalah pengendalian dan
pemamfaatan dari pada semua faktor dan sumber daya yang menurut suatu
perencanaan (Planning) diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu
tujuan kerja tertentu.
Manajemen pada hakekatnya dapat dipahami sebagai proses kerjasama
sama dua orang atau lebih dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki
22
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Program adalah kegiatan yang telah direncanakan dengan seksama. Dalam
KBBI, Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang dilakukan.
Program yang dimaksud oleh penulis yaitu usaha yang dilakukan oleh seseorang
baik berbentuk materi, prosedur, jadwal, dan kegiatan untuk meningkatkan
sikap dengan harapan usaha tersebut mendatangkan hasil.
Dari pendapat diatas Purnomo mengambil kesimpulan bahwa manajemen
Program adalah suatu proses dalam bidang pendidikan yang meliputi prosedur
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi dengan
21
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm. 28
22
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 5
14
menggunakan fasilitas yang tersedia guna tercapainya tujuan pendidikan yang
efektif dan efisien.23
23
Ramadhani, Kanzul Fikri. Manajemen Program Double Track dalam Meningkatkan Keterampilan
Kewirausahaan Siswa di SMA Negeri 1 Mojo. Diss. IAIN Kediri, 2023. Hlm 12-13
24
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 5-6
25
Mubarok, Ramdanil. "Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan
Islam." Al-Rabwah 13.01 (2019): 33
26
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 6
15
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat
yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didilegasikan
kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas tersebut.27
3) Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan program pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar
mengajar di kelas maupun di luar kelas yang secara langsung antara guru
dan peserta didik. Jadi pelaksanaan adalah interaksi guru dengan peserta
didik dalam rangka untuk menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik
dan untuk mencapai tujuan pengajaran. 28
4) Penilaian (evaluation)
Penilaian (evaluation) adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan data untuk masukan dalam pengambilan keputusan mengenai
program yang sedang atau telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan terhadap
seluruh atau sebagian unsurunsur program serta terhadap pelaksanaan
program pendidikan. Evaluasi program harus dan dapat diselenggarakan
secara terus menerus, berkala, dan sewaktu. Kegiatan evaluasi ini dapat
dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah program pendidikan
dilaksanakan. Evaluasi merupakan kegiatan yang bermaksud untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah
pelaksanaan program sesuai dengan rencana, dan dampak apa yang terjadi
setelah program dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi para
pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program akan dihentikan,
29
diperbaiki, dimodifikasi, diperluas, atau ditingkatkan).
27
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 6
28
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 6
29
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016).
16
sering diingat, pasti menjadi hafal. AlQur’an menurut Rosihan Anwar adalah kitab
yang diturunkan kepada Rosulullah SAW, ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan
secara mutawatir tanpa keraguan. 30
Dari kesimpulan diatas menejemen program tahfidz al-qur’an berarti
keterlibatan berbagai pihak yang berperan aktif di bidangnya dalam
merumuskan,mengelola dan mengontrol rencana atau kegiatan yang akan dilakukan
dalam bentuk unit yang merupakan realisasi dalam bentuk kebijakan yang
berkesinambungan yakni program tahfidz al-qur’an.31
a. Perencanaan program tahfidz al-qur’an
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya
secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-
upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.
Perencanaan program pembelajaran bukan hanya terfokus pada pembelajaran
saja tetatpi keseluruhan stekholder yang berpengaruh dalam pembelajaran
diantaranya Kyai sebagai penentu kebijakan dan dibantu oleh bawahannya yang
di tunjuk oleh kyai agar terlibat dalam merumuskan,mengelola dan mengontrol
program pembelajaran yang telah direncanakan. French menyatakan “Planning
foundatioans, context, cultural and social aspects of planning, and skill into
methods and planning practive skills, respectively”. Sebuah perencanaan
didasarkan pada sebuah landasan yang dibuat dengan memuat beberapa
konteks, yang disesuaikan dengan keadaan budaya sosial setempat. Perencaanaa
tersebut merujuk pada sebuah kemampuan diri, di mana individu mampu
meningkatkan pengetahuan. Konteks dalam hal ini meliputi segala sesuatu
dalam hal administrasi pembelajaran yang mendukung adanya sebuah
pendidikan. 32
Perencanaan merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu dengan melihat
bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan
30
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 53
31
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 53
32
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 53-54
17
yang matang dan disertai dengan tujuan yang jelas. 33 Hal ini selaras dengan
firman Allah SWT berikut
َ ًل ٰذ ِل َك
ظ ُّن الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا فَ َو ْي ٌل ۗ اط ا َ س َم ۤا َء َو ْاْلَ ْر
ِ َض َو َما بَ ْينَ ُه َما ب َّ َو َما َخلَ ْقنَا ال
ِ ۗ َِّللَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِمنَ الن
ار
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orangorang kafir, maka celakalah orang-
orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”34
Selain itu dalam fungsi perencanaan tugas kepala pesantren sebagai
manager yakni mengawasi dan mengecek perangkat yang guru buat, apakah
sesuai dengan pedoman kurikulum ataukah belum. Melalui perencanaan
pembelajaran yang baik, guru dapat mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan siswa dalam belajar.35 Perencanaan pembelajaran yang dimaksud
dalam penelitian ini tidak terbatas pada perencanaan secara formal tertulis,
karena pembelajaran Tahfidz di pesantren memiliki keunikan dibanding dengan
pembelajaran pada lembaga formal. Perencanaan pembelajaran tahfidz tersirat
dalam seluruh kegiatan sebelum pelaksanaan pembelajaran tahfidz di pesantren
Hamalatul quran jogoroto jombang mulai dari input, pelaksanaan dan out put
santri. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang khas, memiliki
perbedaan kultur budaya organisasi yang dibangun dengan budaya organisasi
dilembaga pendidikan formal seperti sekolah umum lainnya, tentunya upaya
untuk mempersiapkan hal-hal yang berkenaan manajemen pengelolaan
pembelajaran tahfidz, perlu penyesuaian dengan sentralisasi kebijakan
pengasuh/ yayasan, kondisi dan komitmen sumberdaya pesantren terlebih yang
ditugaskan pengasuh untuk mengelola program tahfidz serta partisipasi tenaga
pendidik didalamnya.
Berlandaskan uraian di atas, konsep perencanaan lebih spesifik
mengarah pada perencanaan berbasis skill yang dimulai dari penyesuaian
keadaan sosial pesantren diantaranya, Menyiapkan rekrutmen calon santri baru,
menetapkan kebijakan pemondokan, Menyiapkan sumber daya pendidik,
33
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 54
34
QS. Saad: 27
35
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 54
18
Pembinaan dan pembeljaran santri santri, Penyiapan kurikulum, dan penyediaan
sarana dan prasarana. 36
b. Pelaksanaan program tahfidz alquran
Pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan proses pembelajaran yang
meliputi ada 3 pengajaran berpikir,yakni teaching of thinking, teaching for
thinking, dan teaching about thinking.37 Konsep berpikir dalam sebuah
pelaksanaan ini didasarkan pada seorang pendidik. Berlandaskan hal tersebut,
Flavell mendefinisikan pelaksanaan pembelajaran sebagai sebuah proses
berpikir tentang sebuah ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pengetahuan
atau pola pikir pengajar.
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa
menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang
38
diharapkan. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain, pelaksanaan
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai
edukatif dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan
pembelajaran dimulai. 39
Fungsi pelaksanaan ini memuat kegiatan pengelolaan dan
kepemimpinan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dan pengelolaan
peserta didik. Selain itu juga memuat kegiatan pengorganisasian yang dilakukan
oleh kepala sekolah seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas
khusus yang harus dilakukan guru, juga menyangkut fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Oleh karena itu dalam hal pelaksanaan pembelajaran mencakup dua hal
yaitu, pengelolaan kelas dan peserta didik serta pengelolaan guru. Dua jenis
pengelolaan tersebut secara rinci akan diuraikan sebagai berikut:
1) Pemetakan pemondokan dan peserta didik
36
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 55
37
Flavell, J. H. Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive Developmental Inquiry,
Boston; Allyn and Bacon 1992). Hlm 1
38
Nana Sujana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung,2010. Hlm 136
39
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( 2010 ) hlm 1
19
Pengelolaan kelas adalah satu upaya memperdayakan potensi kelas
yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif
mencapai tujuan pembelajaran. 40 Guru dapat mengatur dan merekayasa
segala sesuatunya, situasi yang ada ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
40
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm.
173
41
An, Special Education. "Abdul Majid.(2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: RosdakaryaOffsett. Agustina, P.(2015). Pengembangan PCK (Pedagogical Content
Knowledge) Mahasiswa Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi
Pembelajaran. Jurnal Penelitian dan." Educational Technology And Society 16: 2. hlm. 123.
20
dengan jelas kepada setiap personil sekolah sesuai bidang, wewenang, mata
pelajaran, dan tanggung jawabnya. Dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab
masingmasing unsur dan komponen pembelajaran sehingga kegiatan
pembelajaran baik proses maupun kualitas yang dipersyaratkan dapat
berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Pengorganisasian pembelajaran
menurut Syaiful Sagala meliputi beberapa aspek:
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang diperlukan untuk
penyusunan kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana
melalui suatu proses penetapan pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan
untuk menyelesaikannya;
2) Mengelompokkan komponen pembelajaran dalam struktur sekolah secara
teratur;
3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran;
4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur pembelajaran;
5) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan dalam upaya pertumbuhan
jabatan guru dilengkapi dengan sumber-sumber lain yang diperlukan.42
42
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm. 143
43
Saprin, Saprin. "OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN DALAM PEMBELAJARAN." Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 15.2 (2012): 240-250..hlm 246.
21
membimbing mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang
efektif dan efisien.44 Dalam konteks pembelajaran di sekolah tugas
pemotivasian dilakukan kepala sekolah bersama pendidik dalam pembelajaran
agar siswa melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala sekolah
memegang peranan penting untuk menggerakkan para guru dalam
mengoptimalkan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas. Dalam
pembelajaran pemberian fasilitas meliputi perlengkapan, sarana prasarana dan
alat peraga yang menunjang dan membantu dalam proses pembelajaran.
Fasilitas yang memadai akan membantu proses hafalan para siswa, terutama
media yang cocok bagi anak-anak.
e. Fungsi Facilitating Pembelajaran
Fungsi Facilitating meliputi pemberian fasilitas dalam arti luas yakni
memberikan kesempatan kepada diakomodir dan kalau memungkinkan
45
dikembangkan dan diberi ruang untuk dapat dilaksanakan. Dalam
pembelajaran pemberian fasilitas meliputi perlengkapan, sarana prasarana dan
alat peraga yang menunjang dan membantu dalam proses pembelajaran.
Fasilitas yang memadai akan membantu proses hafalan para siswa, terutama
media yang cocok bagi anak-anak.
f. Fungsi Pengawasan (controling)
44
Hasibuan, Malayu SP. "Manajemen: dasar, pengertian, dan masalah." (2007)..hlm. 216
45
Saprin, Saprin. "OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN DALAM PEMBELAJARAN." Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 15.2 (2012): 240-250..hlm 247.
22
serta memanfaatkannya untuk mengendalikan pembelajaran sehingga tercapai
tujuan belajar yang telah direncanakan. 46
46
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 68
47
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 68-69
48
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 69
23
tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang
ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis
untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam
membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. 49
4. Tahfidzul Quran
Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan al-
Qur’an, keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama, tahfidz yang berarti
menghafal . Kata tahfidz merupakan bentuk masdar dari haffadza, asal dari kata
hafidza-yahfadzu yang artinya “menghafal”. Hafidz menurut Quraisy Syihab
terambil dari tiga huruf yang mengandung makna memelihara dan
mengawasi. Derivasi makna dasar ini memunculkan kata menghafal, karena
tindakan menghafal merupakan upaya pemeliharaan dengan baik ingatannya.
Juga makna “tidak lengah”, karena sikap ini mengantar kepada keterpeliharaan,
dan “menjaga”, karena penjagaan adalah bagian dari pemeliharaan dan
pengawasan. 50
49
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 70
50
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 109
24
Abdurrab Nawabudin berkata bahwa menghafal adalah orang yang selalu
menekuni pekerjaannya. 51
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata hafal adalah masuk dalam
ingatan (tentang pelajaran) dan dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa
melihat buku atau catatan lain). Kata menghafal adalah bentuk kata kerja
yang berarti Berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu diingat. Sementara
untuk al-Qur’an, para ulama’ berpendapat mengenai pengertian atau definisi
tentang al-Qur’an. Menurut asy-Syafi’i, lafadz al-Qur’an itu bukan musytaq,
yaitu bukan pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah, yaitu tanpa
tambahan huruf hamzah ditengahnya, sehingga membaca lafadz al-Qur’an dengan
tidak membunyikan ”a”. Oleh karena itu menurut asy-Syafi’i, lafadz tersebut
sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamulloh yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Berarti menurut pendapat asy-Syafi’i bahwa lafadz al-
Qur’an bukan berasal dari akar kata qa-ra-a yang artinya membaca. Sebab kalau
akar katanya berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca, maka setiap
sesuatu yang dibaca dapat dinamakan al-Qur’an. 52
51
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 109
52
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 109
25
Saw. dengan perantara malaikat Jibril as., yang ditilawahkan secara lisan,
53
diriwayatkan kepada kita secara mutawâtir
H. METODE PENELITIAN
53
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 110
54
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 110
55
Wijaya, Hengki. "Analisis data kualitatif model Spradley (etnografi)." (2018). Hlm. 1
26
metodologi antropologi. Penelitian ini menyelidiki masyarakat dan budaya dengan
pengujian manusia, interpersonal, sosial dan budaya dalam segala kerumitannya.
Etnografi adalah pendekatan penelitian yang mengacu pada proses dan metode
menurut penelitian yang dilakukan dan hasilnya. Selain itu metodologi yang
bersangkutan dengan mendeskripsikan orang dan bagaimana perilaku mereka, baik
sebagai individu atau sebagai bagian dari kelompok, dipengaruhi oleh budaya atau
subkultur dimana mereka tinggal dan bergerak. 56
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai instrumen utama oleh karena itu kehadiran
peneliti di lapangan dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Instrumen lain
selain peneliti dapat dilakukan tetapi fungsinya hanya sebagai pendukung data yang
telah dikumpulkan peneliti. 57 Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai
seorang pengamat partisipan yaitu peneliti yang terlibat dalam kegiatan kelompok
atau komunitas yang diteliti, namun tidak seaktif partisipan penuh. Pengamat
partisipan lebih fokus pada observasi dan pengumpulan data daripada partisipasi
aktif.
56
Wijaya, Hengki. "Analisis data kualitatif model Spradley (etnografi)." (2018). Hlm. 2
57
Firman, Firman. "Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif." (2018).
27
pondok pesantren Hamalatul Quran, demi diperolehnya data yang banyak, dalam
penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan cara studi lapangan.
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Pondok Pesantren
Hamalatul Quran yang letak geografisnya di Jantung Kota Kecamatan Jogoroto
(Persimpangan Jombang-Mojowarno & Mojoagung-Tebuireng) dengan alamat Jl.
Jogoroto, Sumberbendo, Jogoroto, Kec. Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur
. Pondok Pesantren memiliki keunikan yaitu terkenal pesat dalam
perkembangannya dan memiliki banyak santri putra dan putri yang terus bertambah
serta lulusan yang berkualitas.
Beberapa alasan yang menjadikan alasan bagi peneliti memilih lokasi
penelitian:
a. Pondok pesantren Hamalatul Quran terkenal begitu pesat perkembangan nya,
mulai dari didirikannya oleh K.H. Ainul Yaqin, SQ. pada tahun 2011 hingga
saat ini sudah memiliki kurang lebih 2000 santri yang masih aktif dan mencetak
lebih 7000 alumni santri
b. Pondok pesantren tahfidz cepat gratis, meski dalam catatan pondok pesantren
Hamalatul Quran tidak dipungut biaya, pesantren tahfidz tersebut menghasilkan
santri yang mampu mengkhatamkan hafalan 30 juz dalam kisaran waktu rata
rata 6 bulan-1 tahun dan memwisuda kurang lebih 100 santri pertahun nya.
58
Rochiati Widiatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007). Hlm. 96
28
c. Meiliki banyak program unggulan, selain memiliki potensi besar di bidang
tahfidz pesantren tersebut memiliki program unggulan di antaranya: English
village, dauroh lughoh arabiyyah, pesantren salaf, dauroh takhtim, dauroh
tasmi’, kampung quran, dan Tahfidz for kids.
d. Prestasi pondok pesantren, meski pondok tersebut dinilai masih muda,
pesantren tersebut berhasil meraih banyak prestasi di antaranya:
1) Lebih dari 50% santri khatam setoran Al-Quran bil Ghoib 30 juz dengan
waktu tempuh 6bulan atau kurang dari 1 tahun
2) Apresiasi Pendidikan Islam Menteri Agama Islam RI, Kategori Lembaga
Pendidikan islam berprestasi di bidang pengembangan metode tahfidz cepat
6 bulan (2015)
3) Apresiasi pesantren teladan KEMENAG RI dari presiden Republik
Indonesia (2016)
4) Terbaik I program [asca Tahfidz bayt alquran pusat studi al-quran Jakarta
(2013, 2016, dan 2018), Terbaik III program pasca tahfidz bayt al-quran
pusat studi al-quran Jakarta (2019)
e. Sebagian prestasi di bidang musabaqoh:
1) Juara 2 MHQ 30 Juz Tingkat Kabupaten Jombang 2020
2) Juara 3 Murottal Qiroat Tingkat Kabupaten Jombang 2020
3) Juara 2 Tafsir Bahasa Inggris Tingkat Kabupaten Jombang 2020
4) Harapan 3 MHQ 10 Juz Tingkat Provinsi Jawa Timur PPTQCR 2019
5) Juara 2 Mhq 10 Juz Tingkat Provinsi Jawa Timur IAIN Kediri 2019
6) Harapan 1 Murottal Mahasiswa Tingkat Nasional 2021
f. Visi dan misi pondok pesantren : Membantu Santri Dhu’afa’ menjadi Insan
Kamil Hamilil Qur’an Lafdhon wa ma’nan wa ‘amalan
4. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata – kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain – lain. Kata – kata dan tindakan orang – orang yang di amati atau di
wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama di catat melalui
catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau
film. Sumber tertulis dapat berupa sumber dari arsip, dokumen pribadi maupun
29
dokumen resmi. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering
digunakan untuk menelaah segi –segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara
induktif59
Untuk mendapatkan data yang lengkap, peneliti perlu menentukan sumber
data penelitiannya karena data tidak akan dapat di peroleh tanpa adanya sumber
data yang baik. Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan cara Snowball
sampling yaitu informan kunci akan menunjuk beberapa orang yang mengetahui
masalah-masalah yang diteliti guna melengkapi keterangannya dan orang-orang
yang ditunjuk tersebut dapat menunjuk orang lain bila keterangan kurang memadai
begitu seterusnya. 60
Pemilihan dan penentuan sumber data tidak didasarkan pada banyak
sedikitnya jumlah informan, tetapi berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan data.
Dengan demikian sumber data di lapangan bisa berubahubah sesuai dengan
kebutuhan. 61Adapun sumber data ini diperolah dari:
a. Narasumber (informan)
Sumber data penilitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara) disebut sebagai sumber primer. Data primer
adalah data yang diperolah secara langsung dari sumber informasi, kemudian
diamati serta dicatat dalam sebuah catatan untuk yang pertama kalinya juga.
Dalam penelitian ini sumber informasinya adalah pengasuh dan pengurus
pondok pesantren Hamalatul Quran Jombang .
59
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, Hlm. 157
60
W. Mantja. Etnografi Design Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. (Malang: Winaka Media,
2003), hal. 7
61
Suharsimi Arikunto. Prosuder Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 107
30
c. Lokasi penelitian
Tempat atau lokasi yanhg berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian adalah salah satu jenis sumber data yang bisa di manfaatkan oleh
peneliti dalam pengumpulan data. Lokasi yang di gunakan peneliti adalah
pondok pesantren Hamalatul Quran Jombang.
d. Dokumen dan arsip
Dokumen adalah bahan tertulis atau benda yang berhubungan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu. Sumber data yang berupa catatan, arsip, buku-
buku, foto-foto, rekap, rekaman dan dokumen lain disebut sebagai dokumen
sekunder. Dokumen dalam penelitian ini adalah segala hal yang berhubungan
dengan manajemen program tahfidz di pondok pesantren Hamalatul Quran
Jombang.
62
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, (Surabaya: Elkaf, 2006),
63
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2006), 58
31
Dalam melakukan observasi partisipan ini peneliti akan langsung datang
ke lokasi penelitian untuk melihat peristiwa atau aktifitas, megikuti kegiatan,
serta mengambil dokumentasi dari lokasi penelitian yang berkaitan dengan
manajemen program tahfdiz di pondok pesantren Hamalatul Quran. Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas serta untuk memperoleh data yang faktual
tentang manajemen program tahfidz. maka peneliti harus melihat sendiri proses
yang terjadi di lapangan. Dengan pengamatan secara langsung terdapat
kemungkinan untuk mencatat hal-hal, yang berkaitan dengan manajemen
program tahfidz maupun kegiatan yang mendorong terwujudnya manajemen
program tahfiz yang baik di pondok pesantren Hamalatul Quran.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya. Menurut tanzeh dokumentasi adalah
“mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah
tersedia”. Sementara itu Arikunto menyatakan “dalam melakukan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki beda-benda tertulis seperti buku buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya. 64
c. Wawancara
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau koesioner lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Metode wawancara adalah suatu bentuk
komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi. Hal ini dilakukan antara dua orang atau lebih. 65’
Jadi disini peneliti akan dating langsung ke lokasi penelitian dan melakukan
wawancara dengan narasumber yang memiliki wewenang dan data yang
diperlukan dalam konteks manajemen program tahfidz di Pondok Pesantren
Hamalatul Quran Jombang. Wawancara secara mendalam akan dilakukan demi
akurat nya sumber data dalam hasil penelitian ini dan banyaknya data yang
64
Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Bina Aksara, 2010), Hlm. 13
65
Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Bina Aksara, 2010), Hlm.
15
32
diperoleh dari narasumber akan menentukan hasil dari pembahasan dalam
penelitian ini
Wawancara akan dilakukan di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang
dengan pertanyaan yang telah di persiapkan sebelumnya yang sebisa mungkin
memancing narasumber untuk memberikan data yang lengkap untuk hasil
penelitian ini. Narasumber tersebut adalah pengasuh pondok pesantren selaku
pimpinan dalam pondok pesantren dan ketua pondok pesantren serta jajaran
pengurusnya yang memiliki keikutsertaan dalam manajemen program tahfidz
di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang.
66
Abdussamad, H. Zuchri, and M. Si Sik. Metode penelitian kualitatif. CV. Syakir Media Press, 2021.Hlm 141
67
Subadi, Tjipto. "Metode penelitian kualitatif." (2006).
33
diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang dapat digunakan, yaitu;
68
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006) Hlm. 200
69
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006) Hlm. 200-201
70
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006) Hlm. 201
34
Uji komfirmability mirip dengan uji dependability sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji komfirmability berarti
menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmabilitynya. 71
71
Octaviani, Rika, and Elma Sutriani. "Analisis data dan pengecekan keabsahan data." (2019)
72
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006) Hlm. 201
73
Octaviani, Rika, and Elma Sutriani. "Analisis data dan pengecekan keabsahan data." (2019)
35
9. Tahap-tahap Penelitian
Sudarwan dalam berpendapat bahwa umumnya penelitian terbagi dalam
enam tahap tertentu. Akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak yang tidak
mengikuti keenam tahapan ini. Tahapan-tahapan tersebut adalah:74
74
Aswan, Novita. "3.3 Tahap–Tahap Penelitian Kuantitatif." Metodologi Penelitian Pendidikan (2022), Hlm. 27
36
c. Tahap analisis data Pada tahap ini peneliti mulai menganalisis data dengan
teknik yang sudah di tentukan, yaitu analisis kualitatif deskriptif kemudian
melakukan penyusunan laporan penelitian dalam bentuk karya ilmiah yang
ditentukan oleh Institut Agama Islam Negeri IAIN Kediri.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk menggambarkan arah yang jelas mengenai penulisan skripsi ini, maka
peneliti akan menguraikan sistematika pembahasanya. Sistematika pembahasan ini
juga memudahkan dalam memahami arah pemikiran penulis dalam menyelesaikan dan
memecahkan permasalahan yang ada. Dalam penulisan skripsi ini dalam
sistematikanya terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1) bagian awal; 2) bagian inti; 3) bagian
akhir. Di dalam penulisannya, terdapat beberapa sub-bab. Sistematika pembahasan
dalam penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut:
Pada BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari konteks penelitian, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, dan definisi
istilah.
Dalam BAB III berisi tentang metode penelitian yang meliputi pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan.
BAB IV dalam bab ini berisi tentang pemaparan data dan temuan penelitian
yang memuat uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan
metode dan prosedur yang diuraikan dalam Bab III. Uraian ini terdiri atas paparan data
yang disajikan bersama topik sesuai dengan pertanyaan pertanyaan penelitian dan hasil
analisis data.
37
BAB V Bab ini memuat gagasan peneliti, penafsiran dan penjelasan dari temuan
penelitian yang diungkap dari lapangan (grounded theory),serta teori yang ditemukan
dari hasil penelitian.
BAB VI pada bab ini memuat temuan pokok atau kesimpulan yang
menunjukkan makna dari hasil penelitian tersebut, implikasi dan tindak lanjut
penelitian, dan saran-saran atau rekomendasi yang diajukan kepada pihak yang terkait.
i. Halaman Sampul
v. Halaman Moto
x. Daftar Tabel
BAB I: PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Penelitian Terdahulu
38
F. Definisi Istilah/ Operasional (opsional)
A. Pondok pesantren
1. Rundongan atau Wetonan
2. Sorogan,
B. Manajemen program
1. Pengertian Manajemem
2. Fungsi-fungsi Manajemen Program
C. Program tahfidz alquran
1. Perencanaan program tahfidz al-qur’an
2. Pelaksanaan program tahfidz alquran
3. Fungsi pengorganisasian (organizing) pembelajaran
4. Fungsi Pemotivasian (motivating)
5. Fungsi Facilitating Pembelajaran
6. Fungsi Pengawasan (controling)
7. Evaluasi Pogram tahfidz Al-qur’an
D. Tahfidzul Quran
A. Paparan Data
B. Temuan Penelitian
BAB V: PEMBAHASAN
39
A. Bentuk Program Tahfidz Al-Quran dan faktor pendukung dan penghambat Di
Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawatimur.
B. Proses manajemen Program Tahfidh Al-Qur’an dan faktor pendukung dan
penghambat Di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawa Timur.
C. Hasil Dari Penerapan Manajemen Program Tahfidz Al-Quran Terhadap
Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Quran Di Pondok Pesantren Hamalatul Quran
Jombang Jawa Timur.
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Rujukan
Lampiran-lampiran
Riwayat Hidup
40
Daftar Pustaka
Abdussamad, H. Zuchri, and M. Si Sik. Metode penelitian kualitatif. CV. Syakir Media Press,
2021.
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2006),
Al-Azhari, M. Luthfi Afif. "MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN (Telaah Sistem
Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan Pendidikan Pesantren)." Al-Mabsut:
Jurnal Studi Islam dan Sosial 12.1 (2018):
An, Special Education. "Abdul Majid.(2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung: RosdakaryaOffsett. Agustina, P.(2015).
Pengembangan PCK (Pedagogical Content Knowledge) Mahasiswa Calon Guru
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi Pembelajaran.
Jurnal Penelitian dan." Educational Technology And Society 16: 2.
Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Bina
Aksara, 2010),
Asifudin, Ahmad Janan. "Manajemen pendidikan untuk pondok pesantren." Manageria:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1.2 (2016):
Aswan, Novita. "3.3 Tahap–Tahap Penelitian Kuantitatif." Metodologi Penelitian Pendidikan
(2022),
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an
Kudus Jawa Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020),
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006)
Firman, Firman. "Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif." (2018).
Flavell, J. H. Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive
Developmental Inquiry, Boston; Allyn and Bacon 1992).
Hasibuan, Malayu SP. "Manajemen: dasar, pengertian, dan masalah." (2007)..hlm. 216
Khaudli, Muhammad. Manajemen Kurikulum Tahfiz di PP. Hamalatul Qur‟ an dan PP.
Tahfiz Hidayatullah Banyuwangi. Diss. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad
Siddiq Jember, 2020.
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK
PESANTREN BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN
41
NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember,
2022.
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002,
Mubarok, Ramdanil. "Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Peningkatan Mutu
Lembaga Pendidikan Islam." Al-Rabwah 13.01 (2019): 33
Nana Sujana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung,2010.
Octaviani, Rika, and Elma Sutriani. "Analisis data dan pengecekan keabsahan data." (2019)
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017).
QS. Saad: 27
Ramadhani, Kanzul Fikri. Manajemen Program Double Track dalam Meningkatkan
Keterampilan Kewirausahaan Siswa di SMA Negeri 1 Mojo. Diss. IAIN Kediri, 2023.
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren
Modern." TADBIR MUWAHHID 5.1 (2016).
Rochiati Widiatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007).
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal
Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Saprin, Saprin. "OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN DALAM
PEMBELAJARAN." Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 15.2
(2012): 240-250
Shiddiq, Ahmad. "Tradisi Akademik Pesantren." TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 10.2
(2015).
Subadi, Tjipto. "Metode penelitian kualitatif." (2006).
Suharsimi Arikunto. Prosuder Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta,
2002),
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( 2010 )
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2000),
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010)
W. Mantja. Etnografi Design Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. (Malang:
Winaka Media, 2003),
Wijaya, Hengki. "Analisis data kualitatif model Spradley (etnografi)." (2018).
42