Anda di halaman 1dari 45

MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDH AL-QURAN DI PONDOK

PESANTREN HAMALATUL QURAN JOMBANG JAWA TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Dosen Pembimbing :

Nila Lukmatus Syahidah, M.Pd.I.

Oleh:

ILHAM MAULANA AULIA HAKIM

21205080

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023/2024
MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDH AL-QURAN DI PONDOK
PESANTREN HAMALATUL QURAN JOMBANG JAWA TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Dalam menyelesaikan program Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh:

Ilham Maulana Aulia Hakim

21205080

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023/2024

i
HALAMAN PERSETUJUAN

MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDH AL-QURAN DI PONDOK PESANTREN


HAMALATUL QURAN JOMBANG JAWA TIMUR

Proposal skripsi ini oleh Ilham Maulana Aulia Hakim (21205080) ini telah diperiksa
dan disetujui untuk di uji

Kediri, 24 november 2023

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Nila Lukmatus Syahidah, M.Pd.I Intan Nuyulis Naeni Puspitasari, M.Pd.I.

NIP. 199002012019032011 NIP. 199006012019032009

ii
A. Konteks Penelitian

Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke kawasan


ini. Pendidikan Islam tersebut pada mulanya berlangsung secara tradisional,
dilaksanakan di surau, masjid, meunasah, rangkang, dayah ataupun pesantren.
Pendidikan di tempat tersebut dipimpin langsung oleh ulama. Di Jawa disebut dengan
panggilan Kiai, di Minangkabau disebut dengan Abuya atau Inyik, di Aceh disebut
dengan Tengku.1

Manajemen dapat diartikan pengelolaan, ketatalaksanaan, kepengurusan,dan


sejumlah pengertian serupa lainnya. Tentu dalam konteks organisasi. Maka tidak
menyimpang kiranya, kalau manajemen diartikan dengan tata kelola. Ilmu manajemen
pun dapat diartikan dengan ilmu tata kelola. Istilah ini di samping berkembang dalam
dunia bisnis, kemudian digunakan pula untuk berbagai bidang. Sudah sejak lama
dikenal istilah manajemen pembangunan, pemerintahn, perkantoran, rumah sakit,
perkantoran, konflik dan lain sebagainya, termasuk manajemen pendidikan dan pondok
pesantren.2

Terkait dengan manajemen, Pondok Pesantren dengan keanekaragamannya


termasuk lembaga atau organisasi pendidikan yang unik. Antara lain karena di pondok
pesantren terdapat figur Kiai yang memiliki peranan dan kewenangan yang luar biasa,
hingga dalam perspektif ilmu manajemen seringkali terjadi kontradiktif atau tidak
sesuai dengan kode etiknya. Misal, terkait dengan pelimpahan tugas dan wewenang,
jenjang kekuasaan, masalah intervensi, dan lain-lain. Meski demikian, terdapat pula
pondok-pondok pesantren yang menerapkan manajemen modern dengan bagus.
Pondok Modern Gontor Ponorogo dan Az-Zaitun, kiranya dapat dimasukkan dalam
kategori ini. Dengan penerapan tata kelola modern sesuai dengan ilmunya, ternyata dua
pondok pesantren itu telah mengalami kemajuan yang sangat pesat (lepas dari sikap
setuju atau tidak terhadap isi pendidikan masing-masing). Tetapi tidak dapat diingkari,

1
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020),Hlm 1
2
Asifudin, Ahmad Janan. "Manajemen pendidikan untuk pondok pesantren." Manageria: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1.2 (2016):Hlm. 355-366.

1
kebanyakan pondok pesantren di negeri ini belum menerapkan manajemen modern
sesuai dengan ilmunya yang lazim. 3

Dengan terbitnya Undang-Undang RI No. 16 Th. 2001 tentang Yayasan dan


Undang-Undang RI No. 28 Th. 2004 tentang Perubahan Atas UndangUndang RI No.
16 2001, yang mengatur kepengurusan yayasan harus terdiri dari Pembina, Pengurus
dan Pengawas (Bab I Pasal 2) dengan fungsi masingmasing yang berbeda dan tidak
boleh rangkap jabatan (Pasal 29), sebetulnya memberi peluang bagi pondok pesantren
untuk merekonstruksi manajemennya. Kiai diposisikan sebagai Pembina, setara dengan
pendiri, diserahi tugas dan wewenang tetap sangat terhormat, yaitu menjaga ideologi
pondok pesantren, membuat kebijakan umum, serta membina Pengurus dan Pengawas.
Pembina berhak mengangkat dan memberhentikan Pengurus dan Pengawas. Tetapi
masalah kepengurusan operasional, sepenuhnya diserahkan kepada Pengurus, dan tugas
kepengawasan menjadi tanggung jawab pengawas. Dengan aturan berdasarkan
Undang-Undang tersebut, Kiai tidak berhak lagi memberi instruksi atau melakukan
intervensi langsung terhadap pelaksanaan kegiatan atau unit-unit di bawah Pengurus.
Demikianlah, kini terbuka kesempatan bagi pengurus pondok pesantren untuk
menerapkan tatakelola modern sesuai dengan ilmunya. 4

Bagi umat Islam, Al-Qur`an merupakan kalamullah yang berfungsi untuk


mencerahkan eksistensi kebenaran dan moral manusia. Al-Qur`an tergolong ke dalam
kitab suci yang memiliki pengaruh amat luas dan mendalam terhadap para pengikutnya,
yang kemudian menghafalkannya. Kemampuan menghafal AlQur`an dapat menambah
keistimewaan orang yang menguasainya. Dengan demikian begitu pentingnya
kemampuan dalam menghafal Al-Qur`an yang harus dimiliki oleh setiap Muslim.
Sehingga jika proses menghafal seseorang terhadap Al-Qur`an telah dimulai sejak dini,
maka hafalan orang tersebut mennjadi lebih baik hasilnya. 5

Sebagai dasar agar anak mampu menghafal dan mengamalkan isi kandungan Al-
Qur`an sebagai manusia quranni, maka pendidikan tahfidzul quran sangat perlu

3
Asifudin, Ahmad Janan. "Manajemen pendidikan untuk pondok pesantren." Manageria: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1.2 (2016):Hlm. 355-366.
4
Asifudin, Ahmad Janan. "Manajemen pendidikan untuk pondok pesantren." Manageria: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1.2 (2016):Hlm. 355-366.
5
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020), Hlm 2

2
diterapkan pada anak-anak sejak awal. Sejak masa pewahyuan sampai sekarang, Al-
Qur`an selalu dibaca umat Islam setiap hari, kenyataan ini membuktikan tercapainya
tujuan penamaan Al-Qur`an. Penamaan Al-Qur`an menunjukkan kitab suci ini selalu
terpelihara dalam bentuk hafalan yang merupakan salah satu bentuk jaminan
pemeliharaan Allah Swt.6

Islam menjadi agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Tradisi
menghafal Al-Quran telah lama dilakukan di berbagai daerah di Nusantara. Usaha
menghafal Al-Quran pada awalnya dilakukan oleh para ulama yang belajar di Timur
Tengah melalui guru-guru mereka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
kecenderungan untuk menghafal Al-Quran mulai banyak diminati masyarakat
Indonesia. Untuk menampung keinginan tersebut, para alumni Timur Tengah
khususnya dari Hijaz (Mekah-Madinah) membentuk lembaga-lembaga tahfidhul Quran
dengan mendirikan pondok pesantren khusus tahfidh, atau melakukan pembelajaran
tahfidhul Quran pada pondok pesantren yang telah ada. Lembaga yang
menyelenggarakan tahfidhul Quran pada awalnya masih terbatas di beberapa daerah.
Akan tetapi, setelah cabang tahfidhul Quran dimasukkan dalam Musabaqah Tilawatil
Quran (MTQ) tahun 1981, maka lembaga model ini kemudian berkembang di berbagai
daerah di Indonesia. 7

Perkembangan ini tentunya tidak lepas dari peran serta para ulama penghafal Al
Qur`an yang berusaha menyebarkan dan menggalakkan pembelajaran tahfidhul Quran.
Dalam Al-Quran disebutkan empat kali dalam hal kemudahan menghafal dan
pengajarannya, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Qamar/54, ayat 17, yaitu:8

‫س ْرنَا ْالقُ ْر ٰانَ ِل ِلذ ْك ِر فَ َه ْل ِم ْن ُّمدَّ ِكر‬


َّ َ‫َولَقَ ْد ي‬
Artinya:

“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang
yang mau mengambil pelajaran?”

6
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020), Hlm 2
7
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020), Hlm 2
8
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa
Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020), Hlm 3

3
Dalam suatu kesempatan Nabi memberi motivasi kepada para penghafal Al-Qur‟an
untuk senantiasa memperbanyak membaca Al-Qur‟an dan memperdalam isi
kandungannya. Disamping itu, Nabi juga memberikan peringatan kepada mereka agar
tidak melalaikan hafalannya. Sebab hafalan adalah amanah yang harus dijaga dan
dipelihara. Jika hafalan itu dijaga dengan baik, maka ia akan mendapatkan predikat
sebagai orang pilihan dan istimewa. Namun jika hafalan itu tidak terjaga dengan baik
bahkan dilalaikan, maka hafalan itu akan hilang dari memori ingatannya dan mendapat
ancaman yang sangat pedih9

Melihat kondisi ini maka, menghafalkan Al-Qur‟an adalah suatu perbuatan yang
mulia dalam agama. Ahmad Baduwailan mengemukakan bahwa keutamaan menjadi
hafizh Al-Qur‟an banyak sekali, antara lain: meneladani tokoh panutan utama
Rasulullah saw, meneladani generasi terbaik (salafus saleh), mendapatkan kedudukan
yang mulia di dunia maupun akhirat, pada hari kiamatAl-Qur‟an akan memberikan
syafaat kepada pembaca dan penghafalnya, orang yang hafal Al-Qur‟an akan lebih
mudah berdakwah dan masih banyak keutamaan yang lainnya. Namun, Bagi
kebanyakan orang menghafalkan Al-Qur‟an bukanlah hal yang mudah sehingga
seorang muslim kadang memerlukan waktu sampai 3 atau 4 tahun untuk menyelesaikan
hafalan Al-Qur‟an 30 juz seperti yang dikemukakan oleh KH. Alaika Nashrulloh, M.
TH. I ustadz tahfizh di PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi. Namun fenomena ini
berbeda dengan yang ada di PP. Hamalatul Qur‟an Jogoroto Jombang sebuah pesantren
yang ada di Kabupaten Jombang propinsi Jawa Timur yang berkonsentrasi pada
pengkaderan para hafidh Al-Qur‟an dimana hafalan Al-Qur‟an ini cukup ditempuh
dalam jangka waktu 6 bulan.10

Tidak semua pondok pesantren memiliki program tahfidzul quran atau program
khusus yang memfasilitasi santri untuk menghafal alquran. Salah satu pondok
pesantren yang memiliki program tahfidz adalah pondok pesantren Hamalatul Quran
jombang Jawa Timur. Pondok pesantren tersebut memiliki keunikan yaitu keberhasilan
nya mencetak penghafal quran yang berkualitas, dan hampir seluruh santri
menyelesaikan hafalan nya kurang dari satu tahun, selain itu diluar cepat nya proses
hafalan santri di pondok tersebut kualitas Pendidikan alquran di pondok pesantren

9
Khaudli, Muhammad. Manajemen Kurikulum Tahfiz di PP. Hamalatul Qur‟ an dan PP. Tahfiz Hidayatullah
Banyuwangi. Diss. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2020. Hlm 5
10
Khaudli, Muhammad. Manajemen Kurikulum Tahfiz di PP. Hamalatul Qur‟ an dan PP. Tahfiz Hidayatullah
Banyuwangi. Diss. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2020. Hlm. 5-6

4
tersebut juga sangat bagus setiap tahunya pondok tersebut berhasil mewisuda lebih dari
100 orang santri tentunya ini menjadi daya Tarik tersendiri bagi pondok pesantren
Hamalatul Quran tersebut.

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka hal yang
menarik untuk diteliti secara mendalam dan menyeluruh adalah tentang manajemen
program Tahfidh AlQuran di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawa timur.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana bentuk Program Tahfidz Al-Quran dan faktor-faktor yang dapat


mendukung dan menghambat program Tahfidh al-Qur’an pada santri di Pondok
Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawatimur?
2. Bagaimana proses manajemen Program Tahfidh Al-Qur’an dan faktor-faktor yang
dapat mendukung dan menghambat di Pondok Pesantren Hamalatul Quran
Jombang Jawa Timur?
3. Bagaimana Hasil Dari Penerapan Manajemen Program Tahfidz Al-Quran Terhadap
Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Quran Di Pondok Pesantren Hamalatul Quran
Jombang Jawa Timur?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk Program Tahfidz Al-Quran Di Pondok


Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawatimur.
2. Untuk mengetahui bentuk manajemen Program Tahfidh Al-Qur’an Di Pondok
Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawa Timur.
3. Untuk mengetahui Hasil Dari Penerapan Manajemen Program Tahfidz Al-Quran
Terhadap Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Quran Di Pondok Pesantren Hamalatul
Quran Jombang Jawa Timur.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna, baik secara teoritis maupun secara
praktis.

1. Secara Teoritis

5
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam penerapan program Tahfidh
al-Qur’an pada santri di pondok pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawa
Timur.
b. Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi peneliti khususnya dan
lembaga pendidikan Islam umumnya
2. Secara Praktis
a. Memperoleh tambahan wawasan bagi peneliti maupun pihak lain atau para
ustadz dan para santri dalam penerapan program Tahfidh al-Qur’anpada santri
di pondok Hamalatul Quran dan sebagai wujud sumbangan pemikiran atau
gagasan proses pembelajaran yang berbasis pada membaca dan menghafal Al-
Quran.
b. Sebagai masukan bagi semua pendidik atau ustadz mengenai penerapan
program Tahfidh al-Qur’an pada santri Hamalatul Quran sehingga dapat
diimplementasikan dan dikembangkan dalam pembelajaran Al-Quran.

E. Penelitian Terdahulu

No. Penelitian terdahulu Persamaan Perbedaan Originalitas


1 Khaudli, Muhammad Imam. Metode dan Studi kasus Bentuk
"Management Kurikulum Objek penelitian antara 2 manajemen
Tahfiz di Pondok Pesantren yaitu manajemen Program Tahfidh
Hamalatul Qur’an Jombang manajemen program tahfidz Al-Qur’an Di
dan Pondok Pesantren program tahfidz di lokasi Pondok
Tahfiz Hidayatullah di pondok penelitian dan Pesantren
Banyuwangi." Jember: pesantren fokus penelitian Hamalatul Quran
Disertasi IAIN hamalatul quran Jombang Jawa
Jember (2020). jombang Timur
2 Suryana, Yaya, Dian Dian, Lokasi Landasan Teori Lokasi Penelitian
and Siti Nuraeni. Penelitian Yang Hamalatul Quran
"Manajemen Program Pondok Menjelaskan Jombang Serta
Tahfidz Al-Quran." Jurnal Pesantren Tentang Landasan Teori
Isema: Islamic Educational Assalam Program Tahfidz Manajemen
Management 3.2 (2018) Dan Manajemen Program Tahfidz
Program

6
3 Aulia, Faza. "Manajemen Landasan Teori Fokus Penelitian Fokus Penelitian
Program Tahfidh Al-Quran Yang Membahas Yang Berfokus Yang Berfokus
Di Pondok Pesantren Tentang Terhadap Terhadap Bentuk
Yanbu’ul Qur’an Kudus Manajemen Metode Program Manajemen
Jawa Tengah." Skripsi. UIN Program Tahfidz Tahfidz Program Tahfidz
Walisongo
Semarang (2020).
4 Rustiana, Dewi, and Landasan Teori Merupakan Jenis Landasan Teori
Muhammad Anas Maarif. Yang Berfokus Penelitian Yang Membahas
"Manajemen Program Pada Kualitatif Kepada
Unggulan Tahfidz Qur’an Manajemen Dengan Manajemen
dalam Meningkatkan Program Tahfidz Pendekatan Program Tahfdiz
Kualitas Hafalan Al-Qur’an Studi Kasus Serta Faktor
Siswa." Kharisma: Jurnal Yang Memiliki Penghambat Dan
Administrasi Dan Indikator Pendukung
Manajemen Pendidikan 1.1 Kualitas Hafalan Manajemen
(2022): 12-24. Program Tahfidz
5 Sapitri, Tikke. Manajemen Memiliki Lokasi Fokus Penelitian
Program Tahfidz Al-Qur’an Landasan Teori Penelitian Terhadap Faktor
Dengan Metode Al- Yang Berfokus Responden Penghambat Dan
Baghdadi Di Pondok Pada Penelitian Pendukung
Pesantren Makrifatul Ilmi Manajemen Terhadap Santri Manajemen
Bengkulu Selatan. Diss. Program Tafidz Sebagai Subjek Program Tahfidz
IAIN BENGKULU, 2021. Serta Pengertian Dari Fenomena Dan Pengelolaan
Manajemen Dan Penelitian Dan Program Tahfidz
Tahfidz Tujuan
Penelitian Yang
Lebih
Mengkhususkan
Metode
Baghdadi
6 Rohmatillah, Siti, and Munif Landasan teori Objek penelitian Objek penelitian
Shaleh. "Manajemen tentang dan tujuan manajemen

7
Kurikulum Program Tahfidz manajemen penelitian yang program tahfidz
Al-Qur’an di Pondok pesantren berfokus dan tujuan
Pesantren Salafiyah pengertian terhadap penelitian untuk
Syafi’iyah Al-Azhar tahfidz alquran manajemen mengetahui
Mojosari kurikulum bentuk
Situbondo." Jurnal tahfidz manajemen
Pendidikan Islam program tahfidz
Indonesia 3.1 (2018): 107-
121.
7 Rahmawati, Nisya Fauzi, Landasan teori Lokasi Dalam penelitian
Muhammad Ridwan Fauzi, tentang program penelitian SMA ini menggunakan
and Kusoy Anwarudin. tahfidz dan Islam pendekatan
"Manajemen program faktor Assyafi’iyah penelitian
tahfidz al- prndukung dan Kabupaten kualitatif
qur’an." Tarbiyatu wa penghalang Sukabumi dan etnografis.
Ta'lim: Jurnal Pendidikan manajemen metode Penelitian
Agama Islam 4.1 (2022): 1- program tahfidz penelitian kualitatif adalah
16. pendekatan metode
dalam penelitian penelitian yang
ini berlandaskan
menggunakan pada filsafat
metode postpositivisme
deskriptif yang
analistik menekankanpada
cara berpikir
induktif yang
menghasilkan
data deskriptif

F. Definisi istilah

1. Pondok pesantren
Definisi pondok pesantren adalah sebuah asrama pendidikan Islam
tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal bersama di bawahbimbingan

8
sesorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai. Sedangkan
Abdurrahman Wahid menyatakan pesantren sebagai tempat santri hidup. Mastuhu
sendiri memberi batasan pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari. Zamakhsyari Dhofier menggambarkan definisi pesantren
sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama dengan menekankan pentingnya
moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. NurcholishMadjid
memberikan tambahan pandangan bahwa pesantren adalah wujud proses
wajar perkembangan sistem pendidikan nasional.11
2. Manajemen pesantren
Manajemen pendidikan di pesantren merupakan suatu proses, yakni suatu
aktivitas yang bukan hanya bertumpu pada sesuatu yang bersifat mekanistik,
melainkan penerapan-penerapan fungsi manajemen, manajerial secara efektif,
walaupun sebagian pesantren yang ada jarang sekali mempergunakan sistem
manajemen modern seperti layaknya apa yang diterapkan dalam lembaga
pendidikan formal lainnya. Manajemen Pendidikan Pesantren hakikatnya adalah
suatu proses penataan dan pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang
melibatkan sumber daya manusia dan non manusia dalam menggerakkan mencapai
tujuan Pen-didikan Pesantren secara efektif dan efisien.12

3. Program Tahfidz
Program tahfidz A-Qur’an adalah penerapan rencana kegiatan dalam
menghafalkan Al-Qur’an. Menurut Al-Lahim menjelaskan bahwa program tahfidz
A-Qur’an adalah menghafal AlQur’an dengan hafalan yang kuat dan memudahkan
untuk menghadapi setiap masalah kehidupan yang mana Al-Qur’an senantiasa ada
dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan
dan mengamalkannya13

11
Shiddiq, Ahmad. "Tradisi Akademik Pesantren." TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 10.2 (2015). Hlm. 221
12
Al-Azhari, M. Luthfi Afif. "MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN (Telaah Sistem Perencanaan,
Pengelolaan dan Pelaksanaan Pendidikan Pesantren)." Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial 12.1 (2018):
147-161.
13
Khalid bin Abdul Karim Al-Lahim, Metode Mutakhir Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Surakarta: Dasar
An-Naba, 2008), hal 19.

9
G. LANDASAN TEORI

1. Pondok pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddin) dengan
menekankan moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-
hari. Secara etimologi, istilah pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan
pe dan akhiran an berarti tempat tinggal santri. Kata “santri” juga merupakan
penggabungan antara suku kata sant (manusia baik) dan tra (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat diartikan sebagai tempat mendidik manusia yang
baik. 14

Sementara, Dhofier menyebutkan bahwa menurut Profesor Johns, istilah santri


berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, sedang C C Berg berpendapat
bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti
orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci
Agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci,
buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Dengan kata lain,
istilah santri mempunyai pengertian seorang murid yang belajar buku-buku
suci/ilmu-ilmu pengetahuan Agama Islam. Dengan demikian, pesantren dipahami
sebagai tempat berlangsungnya interaksi guru- murid, kiai¯santri dalam intensitas
yang relatif permanen dalam rangka transferisasi ilmu-ilmu keislaman. Dalam
hubungan dengan usaha pengembangan dan pembinaan yang dilakukan oleh
pemerintah (Departemen Agama), pengertian yang lazim dipergunakan untuk
pesantren adalah sebagai berikut: 15

Pertama, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama


Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan
cara non-klasikal (sistem Bandongan dan Sorogan) di mana seorang kiai mengajar
santrisantri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-
ulama besar sejak abad pertengahan, (Sistem Bandongan dan Sorongan) di mana
seorang kiai mengajar santrisantri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam

14
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 23
15
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 23

10
bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri
biasanya tinggal dalam pondok/asrama dalam lingkungan pesantren tersebut.

Kedua, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang
pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut di atas tetapi para santrinya
tidak disediakan pondokan dikompleks pesantren, namun tinggal tersebar diseluruh
penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (Santri kalong), di mana cara dan metode
pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem wetonan, para
santri berduyun-duyun pada waktuwaktu tertentu (umpama tiap hari jum’at, ahad,
selasa atau tiaptiap waktu shalat dan sebagainya).

Ketiga, pondok pesantren dewasa ini adalah gabungan antara sistem pondok dan
pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem
bandongan, sorogan atau wetonan dengan disediakan pondokan untuk para santri
yang Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 25 berasal dari jauh dan juga
menerima santri kalong, yang dalam istilah pendidiÿÿn modernrtemenuhi kriteria
pendidikan non formal serta menyelenggarakan juga pendidikan formal berbentuk
madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan aneka
kejuruan sesuai dengan kebutuhan masyarakat masing-masing.16

Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang


cukup unik karen memiliki elemen dan karakteristik yang berbeda dengan lembaga
pendidikan Islam lainnya. Elemen-elemen Islam yang paling pokok, yaitu: Pondok
atau tempat tinggal para santri, masjid, kitab-kitab klasik, kiai dan santri. Kelima
elemen inilah yang menjadi persyaratan terbentuknya sebuah pcsantren, dan
masing-masing elemen tersebut saling terkait satu sama dengan lain untuk
tercapainya tujuan pesantren, khususnya, dan tujuan pendidikan Islam, pada
umumnya, yaitu membentuk pribadi muslim seutuhnya (insan kamil). Adapun yang
dimaksud dengan pribadi muslim seutuhnya adalah pribadi ideal meliputi aspek
individual dan sosial, aspek intelektual dan moral, serta aspek material dan spiritual.
Sementara, karakteristik pesantren muncul sebagai implikasi dari penyelenggaraan
pendidikan yang berlandaskan pada keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian
(menolong diri sendiri dan sesama), ukhuwwah diniyyah dan islamiyyah dan

16
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 24-25

11
kebebasan. Dalam pendidikan yang seperti itulah terjalin jiwa yang kuat, yang
sangat menentukan falsafah hidup para santri. 17

Penyelenggaraan pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan


komunitas tersendiri di bawah pimpinan kiai atau ulama, dibantu seorang atau
beberapa ustadz (pengajar) yang hidup ditengah-tengah para santri dengan masjid
atau surau sebagai pusat peribadatan, gedung-gedung sekolah atau ruangruang
belajar sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar serta pondok-pondok sebagai
tempat tinggal para santri. Kegiatan pendidikannya pun diselenggarakan menurut
aturan pesantren itu sendiri dan didasarkan atas prinsip keagamaaan. 18 Selain itu,
pendidikan dan pengajaran agaman Islam tersebut diberikan dengan metode khas
yang hanya dimiliki oleh pesantren, yaitu;

a. Rundongan atau Wetonan

adalah metode pengajaran di mana santri mengikuti pelajaran dengan duduk


di sekeliling kiai yang membacakan kitab tertentu, sementara santri menyimak
kitab masing-masing dan membuat catatan-catatan. Disebut dengan istilah
Wetonan, berasal dari kata wektu (istilah jawa untuk kata: waktu), karena
pelajaran itu disampaikan pada waktu-waktu tertentu seperti sebelum atau
sesudah shalat fardhu yang lima atau pada hari-hari tertentu.

b. Sorogan,
adalah metode pengajaran individual, santri menghadap Kiai seorang demi
seorang dengan membawa kitab yang dipelajarinya. Kiai membacakan
pelajaran dari kitab tersebut kalimat demi kalimat, kemudian menerjemahkan
dan menerangkan maksudnya. Santri menyimak dan mengesahkan (istilah jawa:
ngesah), yaitu dengan memberi catatan pada kitabnya untuk menandai bahwa
ilmu itu telah diberikan kiai. Adapun istilah sorogan tersebut berasal dari kata
sorog (jawa) yang berarti menyodorkan, maksudnya santri menyodorkan
kitabnya dihadapan kiai, sehingga terkadang santri itu sendiri yang membaca
kitabnya dihadapan kiai, sedangkan kiai hanya menyimak dan memberikan
koreksi bila ada kesalahan dari bacaan santri tersebut. Beberapa pesantren
dalam perkembangannya, di samping mempertahankan sistem tradisionalnya

17
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 25
18
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 26

12
juga menggunakan sistem madrasi, baik sebagai basis pendidikannya ataupun
yang bersifat tambahan. 19

Pengertian pondok pesantren secara terminologi telah diungkapkan oleh para


ahli sebagai berikut:

a. Dhofier memberikan pengertian: Sebuah pesantren pada dasarnya adalah


sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih
dikenal dengan sebutan kiai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam
lingkungan komplek pesantren di mana kiai bertempat tinggal juga
menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-
kegiatan keagamaan yang lain.
b. Daulay mendefinisikan: Saat sekarang pengertian yang populer dari pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang bertujuan untuk
mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup
keseharian atau disebut tafaqquh fiaddin dengan menekankan pentingnya moral
dalam hidup bermasyarakat.
c. Djamaluddin memberikan pandangan: Pondok pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar,
dengan sistem asrama (kampus) yang santri-santrinya menerima pendidikan
agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di
bawah kedaulatan dan kepemimpinan
d. Menurut A. Mukti Ali sebagaimana dikutip Hasbullah: Pondok pesantren yaitu
suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat seorang kiai
(pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana
masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta di
dukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. 20

Dari beberapa batasan dan definisi para ahli di atas dapat diketahui bahwa dalam
pondok pesantren ada beberapa unsurunsur yang perlu diperhatikan yaitu
meliputi:Pondok, Masjid, Santri, Pengajian kitab-kitab Islam klasik dan Kiai.
Dengan demikian pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang

19
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 25-26
20
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm 26-28

13
terdiri dari unsur kiai, asrama yang bertujuan untuk mecetak kader-kader
ulama‘dengan mendalami ilmu-ilmu agama sebagai bekal pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari. 21

2. Manajemen program
a. Pengertian Manajemen
Manajemen program adalah terapan dari pengertian dan prinsip-prinsip
manejemen umum. Secara bahasa (etimologi) manajemen berasal dari kata
kerja “to manage” yang berarti mengatur. Adapun menurut istilah (terminologi)
terdapat banyak pendapat mengenai pengertian manajemen salah satunya
menurut Harold koontz dan Cryril O’Donel, Manajemen adalah usaha mencapai
suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer
mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.
Sedangkan menurut Prayudi, manajemen adalah pengendalian dan
pemamfaatan dari pada semua faktor dan sumber daya yang menurut suatu
perencanaan (Planning) diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu
tujuan kerja tertentu.
Manajemen pada hakekatnya dapat dipahami sebagai proses kerjasama
sama dua orang atau lebih dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki
22
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Program adalah kegiatan yang telah direncanakan dengan seksama. Dalam
KBBI, Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang dilakukan.
Program yang dimaksud oleh penulis yaitu usaha yang dilakukan oleh seseorang
baik berbentuk materi, prosedur, jadwal, dan kegiatan untuk meningkatkan
sikap dengan harapan usaha tersebut mendatangkan hasil.
Dari pendapat diatas Purnomo mengambil kesimpulan bahwa manajemen
Program adalah suatu proses dalam bidang pendidikan yang meliputi prosedur
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi dengan

21
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017). Hlm. 28
22
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 5

14
menggunakan fasilitas yang tersedia guna tercapainya tujuan pendidikan yang
efektif dan efisien.23

b. Fungsi-fungsi Manajemen Program


Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para penulis tidak sama,
tergantung pada sudut pendekatan dan pandangan mereka. Dari beberapa
fungsi-fungsi manajemen para ahli dapat dikatakan bahwa manajemen program
merupakan usaha untuk pengelolaan terkoordinasi yang meliputi perencanaan
(Planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating), control
(controlling), penilaian (evaluation) dari sekelompok pendidik dan tenaga
pendidik untuk mencapai tujuan dan manfaat program secara efektif dan
24
efesien. Menurut Sondang P. Siagian fungsi-fungsi manajemen mencakup
planning, organizing, actuating, dan controlling yang biasa disingkat POAC25
1) Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah kegiatan menentukan tujuan serta merumuskan
sertan mengatur pendayagunaan sumber-sumber daya:, informasi, finansial,
metode, dan waktu yang di ikuti dengan pengambilan keputusan serta
penjelasan tentang pencapaian tujuan, penentuan kebijakan, penetuan
program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan
jadwal pelaksanaan kegiatan. PP RI no. 19 th. 2005 tentang standar nasional
pendidikan pasal 20 menjelaskan bahwa; “Perencanaan proses
pembelajaran memiliki silabus, perencanaan pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar” (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia no. 19 tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan: 15). 26
2) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan mencapai tujuan,

23
Ramadhani, Kanzul Fikri. Manajemen Program Double Track dalam Meningkatkan Keterampilan
Kewirausahaan Siswa di SMA Negeri 1 Mojo. Diss. IAIN Kediri, 2023. Hlm 12-13
24
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 5-6
25
Mubarok, Ramdanil. "Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan
Islam." Al-Rabwah 13.01 (2019): 33
26
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 6

15
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat
yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didilegasikan
kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas tersebut.27
3) Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan program pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar
mengajar di kelas maupun di luar kelas yang secara langsung antara guru
dan peserta didik. Jadi pelaksanaan adalah interaksi guru dengan peserta
didik dalam rangka untuk menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik
dan untuk mencapai tujuan pengajaran. 28
4) Penilaian (evaluation)
Penilaian (evaluation) adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan data untuk masukan dalam pengambilan keputusan mengenai
program yang sedang atau telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan terhadap
seluruh atau sebagian unsurunsur program serta terhadap pelaksanaan
program pendidikan. Evaluasi program harus dan dapat diselenggarakan
secara terus menerus, berkala, dan sewaktu. Kegiatan evaluasi ini dapat
dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah program pendidikan
dilaksanakan. Evaluasi merupakan kegiatan yang bermaksud untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah
pelaksanaan program sesuai dengan rencana, dan dampak apa yang terjadi
setelah program dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi para
pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program akan dihentikan,
29
diperbaiki, dimodifikasi, diperluas, atau ditingkatkan).

3. Program tahfidz alquran


Tahfidz Al-qur’an berasal dari dua kata yang berbeda “tahfidz” dan “Al-
qur’an”. Tahfidz yang berarti menghafal. Menghafal dari kata dasar hafal yang dari
bahasa arab hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan
sedikit lupa. Menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi menghafal adalah “proses
mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar.” Pekerjaan apapun jika

27
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 6
28
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016). Hlm 6
29
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren Modern." TADBIR
MUWAHHID 5.1 (2016).

16
sering diingat, pasti menjadi hafal. AlQur’an menurut Rosihan Anwar adalah kitab
yang diturunkan kepada Rosulullah SAW, ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan
secara mutawatir tanpa keraguan. 30
Dari kesimpulan diatas menejemen program tahfidz al-qur’an berarti
keterlibatan berbagai pihak yang berperan aktif di bidangnya dalam
merumuskan,mengelola dan mengontrol rencana atau kegiatan yang akan dilakukan
dalam bentuk unit yang merupakan realisasi dalam bentuk kebijakan yang
berkesinambungan yakni program tahfidz al-qur’an.31
a. Perencanaan program tahfidz al-qur’an
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya
secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-
upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.
Perencanaan program pembelajaran bukan hanya terfokus pada pembelajaran
saja tetatpi keseluruhan stekholder yang berpengaruh dalam pembelajaran
diantaranya Kyai sebagai penentu kebijakan dan dibantu oleh bawahannya yang
di tunjuk oleh kyai agar terlibat dalam merumuskan,mengelola dan mengontrol
program pembelajaran yang telah direncanakan. French menyatakan “Planning
foundatioans, context, cultural and social aspects of planning, and skill into
methods and planning practive skills, respectively”. Sebuah perencanaan
didasarkan pada sebuah landasan yang dibuat dengan memuat beberapa
konteks, yang disesuaikan dengan keadaan budaya sosial setempat. Perencaanaa
tersebut merujuk pada sebuah kemampuan diri, di mana individu mampu
meningkatkan pengetahuan. Konteks dalam hal ini meliputi segala sesuatu
dalam hal administrasi pembelajaran yang mendukung adanya sebuah
pendidikan. 32
Perencanaan merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu dengan melihat
bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan

30
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 53
31
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 53
32
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 53-54

17
yang matang dan disertai dengan tujuan yang jelas. 33 Hal ini selaras dengan
firman Allah SWT berikut
َ ‫ًل ٰذ ِل َك‬
‫ظ ُّن الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا فَ َو ْي ٌل‬ ۗ ‫اط ا‬ َ ‫س َم ۤا َء َو ْاْلَ ْر‬
ِ َ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما ب‬ َّ ‫َو َما َخلَ ْقنَا ال‬
ِ ۗ َّ‫ِللَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِمنَ الن‬
‫ار‬
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orangorang kafir, maka celakalah orang-
orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”34
Selain itu dalam fungsi perencanaan tugas kepala pesantren sebagai
manager yakni mengawasi dan mengecek perangkat yang guru buat, apakah
sesuai dengan pedoman kurikulum ataukah belum. Melalui perencanaan
pembelajaran yang baik, guru dapat mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan siswa dalam belajar.35 Perencanaan pembelajaran yang dimaksud
dalam penelitian ini tidak terbatas pada perencanaan secara formal tertulis,
karena pembelajaran Tahfidz di pesantren memiliki keunikan dibanding dengan
pembelajaran pada lembaga formal. Perencanaan pembelajaran tahfidz tersirat
dalam seluruh kegiatan sebelum pelaksanaan pembelajaran tahfidz di pesantren
Hamalatul quran jogoroto jombang mulai dari input, pelaksanaan dan out put
santri. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang khas, memiliki
perbedaan kultur budaya organisasi yang dibangun dengan budaya organisasi
dilembaga pendidikan formal seperti sekolah umum lainnya, tentunya upaya
untuk mempersiapkan hal-hal yang berkenaan manajemen pengelolaan
pembelajaran tahfidz, perlu penyesuaian dengan sentralisasi kebijakan
pengasuh/ yayasan, kondisi dan komitmen sumberdaya pesantren terlebih yang
ditugaskan pengasuh untuk mengelola program tahfidz serta partisipasi tenaga
pendidik didalamnya.
Berlandaskan uraian di atas, konsep perencanaan lebih spesifik
mengarah pada perencanaan berbasis skill yang dimulai dari penyesuaian
keadaan sosial pesantren diantaranya, Menyiapkan rekrutmen calon santri baru,
menetapkan kebijakan pemondokan, Menyiapkan sumber daya pendidik,

33
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 54
34
QS. Saad: 27
35
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 54

18
Pembinaan dan pembeljaran santri santri, Penyiapan kurikulum, dan penyediaan
sarana dan prasarana. 36
b. Pelaksanaan program tahfidz alquran
Pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan proses pembelajaran yang
meliputi ada 3 pengajaran berpikir,yakni teaching of thinking, teaching for
thinking, dan teaching about thinking.37 Konsep berpikir dalam sebuah
pelaksanaan ini didasarkan pada seorang pendidik. Berlandaskan hal tersebut,
Flavell mendefinisikan pelaksanaan pembelajaran sebagai sebuah proses
berpikir tentang sebuah ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pengetahuan
atau pola pikir pengajar.
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa
menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang
38
diharapkan. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain, pelaksanaan
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai
edukatif dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan
pembelajaran dimulai. 39
Fungsi pelaksanaan ini memuat kegiatan pengelolaan dan
kepemimpinan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dan pengelolaan
peserta didik. Selain itu juga memuat kegiatan pengorganisasian yang dilakukan
oleh kepala sekolah seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas
khusus yang harus dilakukan guru, juga menyangkut fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Oleh karena itu dalam hal pelaksanaan pembelajaran mencakup dua hal
yaitu, pengelolaan kelas dan peserta didik serta pengelolaan guru. Dua jenis
pengelolaan tersebut secara rinci akan diuraikan sebagai berikut:
1) Pemetakan pemondokan dan peserta didik

36
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 55
37
Flavell, J. H. Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive Developmental Inquiry,
Boston; Allyn and Bacon 1992). Hlm 1
38
Nana Sujana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung,2010. Hlm 136
39
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( 2010 ) hlm 1

19
Pengelolaan kelas adalah satu upaya memperdayakan potensi kelas
yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif
mencapai tujuan pembelajaran. 40 Guru dapat mengatur dan merekayasa
segala sesuatunya, situasi yang ada ketika proses belajar mengajar
berlangsung.

2) Pengelolaan dan pembinaan guru


Pelaksanaan sebagai fungsi manajemen diterapkan oleh kepala
pesantren bersama guru/ustad dalam pembelajaran agar siswa melakukan
aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala pesantren memegang
peranan penting untuk menggerakkan para guru/ustad dalam
mengoptimalkan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas.

Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk


mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. 41 Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalitas guru,
secara tersirat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 pasal 35 ayat 1 mencantumkan standar nasional pendidikan meliputi:
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian.

Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan


kualitas guru yang sebenarnya, kompetensi tersebut akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam
menjalankan tugasnya sebagai guru. Secara operasional, ketika proses
pelaksanaan juga menyangkut beberapa fungsi manajemen lainnya
diantaranya yaitu:

c. Fungsi pengorganisasian (organizing) pembelajaran


Selain fungsi perencanaan, terdapat pula fungsi pengorganisasian dalam
kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk menentukan pelaksana tugas

40
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm.
173
41
An, Special Education. "Abdul Majid.(2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: RosdakaryaOffsett. Agustina, P.(2015). Pengembangan PCK (Pedagogical Content
Knowledge) Mahasiswa Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi
Pembelajaran. Jurnal Penelitian dan." Educational Technology And Society 16: 2. hlm. 123.

20
dengan jelas kepada setiap personil sekolah sesuai bidang, wewenang, mata
pelajaran, dan tanggung jawabnya. Dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab
masingmasing unsur dan komponen pembelajaran sehingga kegiatan
pembelajaran baik proses maupun kualitas yang dipersyaratkan dapat
berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Pengorganisasian pembelajaran
menurut Syaiful Sagala meliputi beberapa aspek:
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang diperlukan untuk
penyusunan kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana
melalui suatu proses penetapan pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan
untuk menyelesaikannya;
2) Mengelompokkan komponen pembelajaran dalam struktur sekolah secara
teratur;
3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran;
4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur pembelajaran;
5) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan dalam upaya pertumbuhan
jabatan guru dilengkapi dengan sumber-sumber lain yang diperlukan.42

Penerapan fungsi pengorganisasian dalam manajemen pembelajaran


yakni kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan kegiatan-
kegiatan sekolah yang menjadi tujuan sekolah dapat berjalan dengan
lancar.Kedudukan guru untuk menentukan dan mendesain pembelajaran dengan
mengorganisasikan alokasi waktu, desain kurikulum, media dan kelengkapan
pembelajaran, dan lainnya yang berkaitan dengan suksesnya penyelenggaraan
kegiatan belajar. kedudukan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar baik di
kelas maupun belajar di rumah, dibawah koordinasi guru dan juga orang tua
siswa yang berkaitan dengan belajar. Pengorganisasian pembelajaran ini
dimaksudkan agar materi dan bahan ajaran yang sudah direncanakan dapat
disampaikan secara maksimal. 43

d. Fungsi Pemotivasian (motivating)


Pembelajaran Motivating atau pemotivasian adalah proses menumbuhkan
semangat (motivation) pada karyawan agar dapat bekerja keras dan giat serta

42
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm. 143
43
Saprin, Saprin. "OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN DALAM PEMBELAJARAN." Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 15.2 (2012): 240-250..hlm 246.

21
membimbing mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang
efektif dan efisien.44 Dalam konteks pembelajaran di sekolah tugas
pemotivasian dilakukan kepala sekolah bersama pendidik dalam pembelajaran
agar siswa melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala sekolah
memegang peranan penting untuk menggerakkan para guru dalam
mengoptimalkan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas. Dalam
pembelajaran pemberian fasilitas meliputi perlengkapan, sarana prasarana dan
alat peraga yang menunjang dan membantu dalam proses pembelajaran.
Fasilitas yang memadai akan membantu proses hafalan para siswa, terutama
media yang cocok bagi anak-anak.
e. Fungsi Facilitating Pembelajaran
Fungsi Facilitating meliputi pemberian fasilitas dalam arti luas yakni
memberikan kesempatan kepada diakomodir dan kalau memungkinkan
45
dikembangkan dan diberi ruang untuk dapat dilaksanakan. Dalam
pembelajaran pemberian fasilitas meliputi perlengkapan, sarana prasarana dan
alat peraga yang menunjang dan membantu dalam proses pembelajaran.
Fasilitas yang memadai akan membantu proses hafalan para siswa, terutama
media yang cocok bagi anak-anak.
f. Fungsi Pengawasan (controling)

Pembelajaran Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yang dapat


diterapkan pada manusia, benda dan organisasi. Pengawasan dimaksudkan
untuk memastikan anggota organisasi melaksanakan apa yang dikehendaki
dengan mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi serta
memanfaatkannya untuk mengendalikan organisasi.

pengawasan dalam konteks pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah


terhadap kegiatan pembelajaran pada seluruh kelas, termasuk mengawasi pihak-
pihak terkait sehubungan dengan pemberian pelayanan kebutuhan pembelajaran
secara sungguh-sungguh. Untuk keperluan pengawasan ini, guru
mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi kegiatan belajar,

44
Hasibuan, Malayu SP. "Manajemen: dasar, pengertian, dan masalah." (2007)..hlm. 216
45
Saprin, Saprin. "OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN DALAM PEMBELAJARAN." Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 15.2 (2012): 240-250..hlm 247.

22
serta memanfaatkannya untuk mengendalikan pembelajaran sehingga tercapai
tujuan belajar yang telah direncanakan. 46

g. Evaluasi Pogram tahfidz Al-qur’an


Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu “evaluation”. Menurut
Wand dan Gerald W. Brown evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi merupakan suatu upaya untuk
mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal
yang telah diajarkan oleh guru. Evaluasi belajar proses untuk mengetahui atau
mengumpulkan informasi taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh
murid, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetepkan dalam kurikulum.
Disamping itu agar guru dapat menilai daya guna pengalaman dan kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan sekaligus mempertimbangkan hasilnya serta
metode mengajar dan sistem pengajaran yang dipergunakan apakah sudah
sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum. 47
Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap
materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat
kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan
mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga
yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya,
sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat sekolah. Sasaran evaluasi tidak
hannya bertujuan mengevaluasi anak didik saja, tetapi juga bertujuan
mengevaluasi pendidik, sejauh mana ia bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan islam. 48
Evaluasi merupakan suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-
hal yang telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru.
Evaluasi pembelajaran mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses
pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan pada diperolehnya informasi

46
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 68
47
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 68-69
48
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 69

23
tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang
ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis
untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam
membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. 49

4. Tahfidzul Quran
Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan al-
Qur’an, keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama, tahfidz yang berarti
menghafal . Kata tahfidz merupakan bentuk masdar dari haffadza, asal dari kata
hafidza-yahfadzu yang artinya “menghafal”. Hafidz menurut Quraisy Syihab
terambil dari tiga huruf yang mengandung makna memelihara dan
mengawasi. Derivasi makna dasar ini memunculkan kata menghafal, karena
tindakan menghafal merupakan upaya pemeliharaan dengan baik ingatannya.
Juga makna “tidak lengah”, karena sikap ini mengantar kepada keterpeliharaan,
dan “menjaga”, karena penjagaan adalah bagian dari pemeliharaan dan
pengawasan. 50

Kata hafidz mengandung arti penekanan dan pengulangan pemelihara,


serta kesempurnaannya. Ia juga bermakna mengawasi. Allah Swt. memberi
tugas kepada malaikat Raqib dan ‘Atid untuk mencatat amal manusia yang
baik dan buruk dan kelak Allah akan menyampaikan penilaian-Nya kepada
manusia . Menurut Mahmud Yunus, “tahfidz berasal dari kata dasar hafal yang
dari bahasa arab hafidza - yahfadzu- hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu
ingat dan sedikit lupa”. Menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf definisi menghafal
adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar,
pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal. Sementara menurut
Ibnu Madzkur yang dikutip dalam buku Teknik Menghafal Al-Qur’an karangan

49
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK PESANTREN
BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2022. Hlm 70
50
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 109

24
Abdurrab Nawabudin berkata bahwa menghafal adalah orang yang selalu
menekuni pekerjaannya. 51

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata hafal adalah masuk dalam
ingatan (tentang pelajaran) dan dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa
melihat buku atau catatan lain). Kata menghafal adalah bentuk kata kerja
yang berarti Berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu diingat. Sementara
untuk al-Qur’an, para ulama’ berpendapat mengenai pengertian atau definisi
tentang al-Qur’an. Menurut asy-Syafi’i, lafadz al-Qur’an itu bukan musytaq,
yaitu bukan pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah, yaitu tanpa
tambahan huruf hamzah ditengahnya, sehingga membaca lafadz al-Qur’an dengan
tidak membunyikan ”a”. Oleh karena itu menurut asy-Syafi’i, lafadz tersebut
sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamulloh yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Berarti menurut pendapat asy-Syafi’i bahwa lafadz al-
Qur’an bukan berasal dari akar kata qa-ra-a yang artinya membaca. Sebab kalau
akar katanya berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca, maka setiap
sesuatu yang dibaca dapat dinamakan al-Qur’an. 52

Menurut Mana’ Khalil al-Qattan bahwa lafadz al-Qur’an berasal dari


kata qa-ra-a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun, qiro’ah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya kedalam
suatu ucapan yang tersusun dengan rapi. Sehingga menurut al-Qattan, al-Qur’an
bentuk masydar dari kata qa-ra-a yang artinya dibaca. Pengertian al-Qur’an
menurut Rosihan Anwar adalah kitab yang diturunkan kepada Rosulullah
SAW, ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan”
.Al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang bernilai mukjizat, menurut Hasbi Ash-
Shiddieqy adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

51
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 109
52
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 109

25
Saw. dengan perantara malaikat Jibril as., yang ditilawahkan secara lisan,
53
diriwayatkan kepada kita secara mutawâtir

Berdasarkan definisi menghafal al-Qur’an diatas dapat disimpulkan


bahwa menghafal al-Qur’an adalah proses menghafal dalam ingatan sehingga
dapat dilafadzkan atau diucapkan diluar kepala secara benar dengan cara-cara
tertentu secara terus menurus. Tujuannya untuk memelihara, menjaga dan
melestarikan kemurnian al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW
agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari
kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya. Orang yang
menghafal al-Qur’an disebut al-hafidz, dan bentuk pluralnya adalah al-huffaz.
Definisi tersebut mengandung dua hal pokok, yaitu : pertama, seorang yang
menghafal dan kemudian mampu melafadzkannya dengan benar sesuai hukum
tajwid harus ssuai dengan mushaf al-Qur’an. Kedua, seorang penghafal senantiasa
menjaga hafalannya secara terus menerus dari lupa, karena hafalan al-Qur’an itu
sangat cepat hilangnya. Orang yang telah hafal sebagian atau seluruh al-Qur’an
namun tidak menjaganya secara terus menerus, maka tidak disebut sebagai
hafidz al-Qur’an, karena tidak menjaganya secara terus menerus. 54

H. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
etnografis. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme yang menekankanpada cara berpikir induktif yang
menghasilkan data deskriptif, tidak berupa prosedur statistika yang luarannya
berupa simpulan makna yang mendalam dari sekumpulan generalisasi. 55 Model
etnografi atau etnometodologi adalah model penelitian kualitatif yang memiliki
tujuan mendeskripsikan karakteristik kultural yang terdapat dalam diri individu atau
sekelompok orang yang menjadi anggota sebuah kelompok masyarakat kultural.
Penelitian etnografi adalah genre penelitian kualitatif, yang dikembangkan dari

53
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 110
54
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Hlm. 110
55
Wijaya, Hengki. "Analisis data kualitatif model Spradley (etnografi)." (2018). Hlm. 1

26
metodologi antropologi. Penelitian ini menyelidiki masyarakat dan budaya dengan
pengujian manusia, interpersonal, sosial dan budaya dalam segala kerumitannya.
Etnografi adalah pendekatan penelitian yang mengacu pada proses dan metode
menurut penelitian yang dilakukan dan hasilnya. Selain itu metodologi yang
bersangkutan dengan mendeskripsikan orang dan bagaimana perilaku mereka, baik
sebagai individu atau sebagai bagian dari kelompok, dipengaruhi oleh budaya atau
subkultur dimana mereka tinggal dan bergerak. 56

Etnografi digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk memahami secara


mendalam konteks budaya di pondok pesantren Hamalatul Quran dan bagaimana
program tahfidz diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini
Etnografi memungkinkan peneliti untuk terlibat langsung dalam lingkungan
tersebut dan menangkap makna yang diberikan oleh partisipan.

Penelitian ini mengadopsi pendekatan etnografis untuk memeriksa


pengalaman siswa dan guru tahfidz dalam pondok pesantren hamalatul quran dalam
konteks penelitian manajemen program tahfidz di pondok tersebut, dengan fokus
pada pemahaman mendalam terhadap norma budaya, nilai-nilai, dan interaksi sosial
di lingkungan tersebut.

2. Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai instrumen utama oleh karena itu kehadiran
peneliti di lapangan dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Instrumen lain
selain peneliti dapat dilakukan tetapi fungsinya hanya sebagai pendukung data yang
telah dikumpulkan peneliti. 57 Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai
seorang pengamat partisipan yaitu peneliti yang terlibat dalam kegiatan kelompok
atau komunitas yang diteliti, namun tidak seaktif partisipan penuh. Pengamat
partisipan lebih fokus pada observasi dan pengumpulan data daripada partisipasi
aktif.

Untuk keakuratan hasil penelitian peneliti akan terlibat langsung dalam


kegiatan di lokasi penelitian dan menganalisa manajemen program tahfidz di

56
Wijaya, Hengki. "Analisis data kualitatif model Spradley (etnografi)." (2018). Hlm. 2
57
Firman, Firman. "Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif." (2018).

27
pondok pesantren Hamalatul Quran, demi diperolehnya data yang banyak, dalam
penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan cara studi lapangan.

Selama melakukan studi lapangan, peneliti sendiri yang berperan sebagai


key instrumen (instrumen kunci) dalam pengumpulan data karena dalam penelitian
kualitatif instrumen utamanya adalah manusia. 58 Dalam melakukan penelitian,
peneliti juga memanfaatkan buku tulis, alat tulis juga alat perekam untuk membantu
dalam pengumpulan data. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian ini dapat
menunjang keabsahan data sehingga data yang dihasilkan memenuhi standat
orisinilitas. Maka dari itu, peneliti selalu mengadakan observasi langsung ke lokasi
penelitian dengan intensitas kehadiran yang cukup tinggi.

Kehadiran peneliti akan secara aktif untuk terjun langsung dilapangan


melakukan observasi dan wawancara secara langsung dengan pimpinan pondok
pesantren dan pengurus terkait.

3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Pondok Pesantren
Hamalatul Quran yang letak geografisnya di Jantung Kota Kecamatan Jogoroto
(Persimpangan Jombang-Mojowarno & Mojoagung-Tebuireng) dengan alamat Jl.
Jogoroto, Sumberbendo, Jogoroto, Kec. Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur
. Pondok Pesantren memiliki keunikan yaitu terkenal pesat dalam
perkembangannya dan memiliki banyak santri putra dan putri yang terus bertambah
serta lulusan yang berkualitas.
Beberapa alasan yang menjadikan alasan bagi peneliti memilih lokasi
penelitian:
a. Pondok pesantren Hamalatul Quran terkenal begitu pesat perkembangan nya,
mulai dari didirikannya oleh K.H. Ainul Yaqin, SQ. pada tahun 2011 hingga
saat ini sudah memiliki kurang lebih 2000 santri yang masih aktif dan mencetak
lebih 7000 alumni santri
b. Pondok pesantren tahfidz cepat gratis, meski dalam catatan pondok pesantren
Hamalatul Quran tidak dipungut biaya, pesantren tahfidz tersebut menghasilkan
santri yang mampu mengkhatamkan hafalan 30 juz dalam kisaran waktu rata
rata 6 bulan-1 tahun dan memwisuda kurang lebih 100 santri pertahun nya.

58
Rochiati Widiatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007). Hlm. 96

28
c. Meiliki banyak program unggulan, selain memiliki potensi besar di bidang
tahfidz pesantren tersebut memiliki program unggulan di antaranya: English
village, dauroh lughoh arabiyyah, pesantren salaf, dauroh takhtim, dauroh
tasmi’, kampung quran, dan Tahfidz for kids.
d. Prestasi pondok pesantren, meski pondok tersebut dinilai masih muda,
pesantren tersebut berhasil meraih banyak prestasi di antaranya:
1) Lebih dari 50% santri khatam setoran Al-Quran bil Ghoib 30 juz dengan
waktu tempuh 6bulan atau kurang dari 1 tahun
2) Apresiasi Pendidikan Islam Menteri Agama Islam RI, Kategori Lembaga
Pendidikan islam berprestasi di bidang pengembangan metode tahfidz cepat
6 bulan (2015)
3) Apresiasi pesantren teladan KEMENAG RI dari presiden Republik
Indonesia (2016)
4) Terbaik I program [asca Tahfidz bayt alquran pusat studi al-quran Jakarta
(2013, 2016, dan 2018), Terbaik III program pasca tahfidz bayt al-quran
pusat studi al-quran Jakarta (2019)
e. Sebagian prestasi di bidang musabaqoh:
1) Juara 2 MHQ 30 Juz Tingkat Kabupaten Jombang 2020
2) Juara 3 Murottal Qiroat Tingkat Kabupaten Jombang 2020
3) Juara 2 Tafsir Bahasa Inggris Tingkat Kabupaten Jombang 2020
4) Harapan 3 MHQ 10 Juz Tingkat Provinsi Jawa Timur PPTQCR 2019
5) Juara 2 Mhq 10 Juz Tingkat Provinsi Jawa Timur IAIN Kediri 2019
6) Harapan 1 Murottal Mahasiswa Tingkat Nasional 2021
f. Visi dan misi pondok pesantren : Membantu Santri Dhu’afa’ menjadi Insan
Kamil Hamilil Qur’an Lafdhon wa ma’nan wa ‘amalan

4. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata – kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain – lain. Kata – kata dan tindakan orang – orang yang di amati atau di
wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama di catat melalui
catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau
film. Sumber tertulis dapat berupa sumber dari arsip, dokumen pribadi maupun

29
dokumen resmi. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering
digunakan untuk menelaah segi –segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara
induktif59
Untuk mendapatkan data yang lengkap, peneliti perlu menentukan sumber
data penelitiannya karena data tidak akan dapat di peroleh tanpa adanya sumber
data yang baik. Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan cara Snowball
sampling yaitu informan kunci akan menunjuk beberapa orang yang mengetahui
masalah-masalah yang diteliti guna melengkapi keterangannya dan orang-orang
yang ditunjuk tersebut dapat menunjuk orang lain bila keterangan kurang memadai
begitu seterusnya. 60
Pemilihan dan penentuan sumber data tidak didasarkan pada banyak
sedikitnya jumlah informan, tetapi berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan data.
Dengan demikian sumber data di lapangan bisa berubahubah sesuai dengan
kebutuhan. 61Adapun sumber data ini diperolah dari:
a. Narasumber (informan)
Sumber data penilitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara) disebut sebagai sumber primer. Data primer
adalah data yang diperolah secara langsung dari sumber informasi, kemudian
diamati serta dicatat dalam sebuah catatan untuk yang pertama kalinya juga.
Dalam penelitian ini sumber informasinya adalah pengasuh dan pengurus
pondok pesantren Hamalatul Quran Jombang .

Peneliti mengumpulkan semua data yang kemudian disajikan dalam secara


deskriptif sebagai hasil usaha gabungan dari apa yang dilihat dan apa yang
didengar yang kemudian dicatat secara rinci oleh peneliti tanpa ada sesuatu yang
ditinggalkan sedikitpun juga agar data-data yang ada menjadi valid.

b. Peristiwa atau aktivitas


Peristiwa digunakan peneliti untuk mengetahui secara langsung proses
proses manajemen program tahfidz di pondok pesantren Hamalatul Quran
Jombang. Dalam hal ini peneliti akan melihat langsung terjadinya peristiwa
yang berkaitan dengan judul penelitian di pesantren tersebut.

59
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, Hlm. 157
60
W. Mantja. Etnografi Design Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. (Malang: Winaka Media,
2003), hal. 7
61
Suharsimi Arikunto. Prosuder Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 107

30
c. Lokasi penelitian
Tempat atau lokasi yanhg berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian adalah salah satu jenis sumber data yang bisa di manfaatkan oleh
peneliti dalam pengumpulan data. Lokasi yang di gunakan peneliti adalah
pondok pesantren Hamalatul Quran Jombang.
d. Dokumen dan arsip
Dokumen adalah bahan tertulis atau benda yang berhubungan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu. Sumber data yang berupa catatan, arsip, buku-
buku, foto-foto, rekap, rekaman dan dokumen lain disebut sebagai dokumen
sekunder. Dokumen dalam penelitian ini adalah segala hal yang berhubungan
dengan manajemen program tahfidz di pondok pesantren Hamalatul Quran
Jombang.

5. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data kualitatif pada dasarnya bersifat tentatif karena
penggunaannya ditentukan oleh konteks permasalahan dan gambaran data yang
diperoleh62. Dalam pengumpulan data tentang manajemen tahfidz di pondok
pesantren Hamalatul Quran Jombang, maka untuk memperoleh data-data yang
diinginkan peneliti serta data-data yang faktual dan akurat, Peneliti menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi Partisipan (participant observation)

Motode observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara


mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Menurut Arikunto dalam Tanzeh, “observasi adalah kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra”.
Pengertian observasi juga disampaikan oleh Riyanto dalam Tanzeh yang
menyatakan bahwa “observasi merupakan metode pengumpulan data yang
menggunakan obyek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung
maupun tidak langsung”.63

62
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, (Surabaya: Elkaf, 2006),
63
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2006), 58

31
Dalam melakukan observasi partisipan ini peneliti akan langsung datang
ke lokasi penelitian untuk melihat peristiwa atau aktifitas, megikuti kegiatan,
serta mengambil dokumentasi dari lokasi penelitian yang berkaitan dengan
manajemen program tahfdiz di pondok pesantren Hamalatul Quran. Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas serta untuk memperoleh data yang faktual
tentang manajemen program tahfidz. maka peneliti harus melihat sendiri proses
yang terjadi di lapangan. Dengan pengamatan secara langsung terdapat
kemungkinan untuk mencatat hal-hal, yang berkaitan dengan manajemen
program tahfidz maupun kegiatan yang mendorong terwujudnya manajemen
program tahfiz yang baik di pondok pesantren Hamalatul Quran.

b. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya. Menurut tanzeh dokumentasi adalah
“mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah
tersedia”. Sementara itu Arikunto menyatakan “dalam melakukan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki beda-benda tertulis seperti buku buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya. 64
c. Wawancara
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau koesioner lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Metode wawancara adalah suatu bentuk
komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi. Hal ini dilakukan antara dua orang atau lebih. 65’
Jadi disini peneliti akan dating langsung ke lokasi penelitian dan melakukan
wawancara dengan narasumber yang memiliki wewenang dan data yang
diperlukan dalam konteks manajemen program tahfidz di Pondok Pesantren
Hamalatul Quran Jombang. Wawancara secara mendalam akan dilakukan demi
akurat nya sumber data dalam hasil penelitian ini dan banyaknya data yang

64
Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Bina Aksara, 2010), Hlm. 13
65
Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Bina Aksara, 2010), Hlm.
15

32
diperoleh dari narasumber akan menentukan hasil dari pembahasan dalam
penelitian ini
Wawancara akan dilakukan di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang
dengan pertanyaan yang telah di persiapkan sebelumnya yang sebisa mungkin
memancing narasumber untuk memberikan data yang lengkap untuk hasil
penelitian ini. Narasumber tersebut adalah pengasuh pondok pesantren selaku
pimpinan dalam pondok pesantren dan ketua pondok pesantren serta jajaran
pengurusnya yang memiliki keikutsertaan dalam manajemen program tahfidz
di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang.

6. Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneltian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian dan
selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrument
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiaapan peneiti untuk memasuki objek
peneliti, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi
adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap
metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. 66

7. Pengecekan Keabsahan Data


Kesalahan data berarti dapat dipastikan menghasilkan kesalahan hasil
penelitian. Karena begitu pentingnya data dalam penelitian kualitatif, maka
keabsahan data perlu diperoleh melalui teknik pemeriksaan keabsahan, seperti
disarankan oleh Lincoln dan Guba, keabsahan data meliputi: (1) kredibilitas
(credibility), (2) transferabilitas (transferability), (3) dependabilitas
(dependability), (4) konfirmabilitas (confirmability).67

Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha mendapatkan data yang


valid untuk itu dalam pengumpulan data peneliti perlu mengadakan validitas data
agar data yang diperoleh tidak invalid (cacat). Untuk menetapkan keabsahan data

66
Abdussamad, H. Zuchri, and M. Si Sik. Metode penelitian kualitatif. CV. Syakir Media Press, 2021.Hlm 141
67
Subadi, Tjipto. "Metode penelitian kualitatif." (2006).

33
diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang dapat digunakan, yaitu;

a. Derajat kepercayaan (credibility)


Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan dilokasi
penelitian, peningkatan ketekunan dalam penelitian yaitu dengan wawancara
mendalam dengan responden, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,
analisis kasus negatif, dan member check.68
b. Keteralihan (transferability)
Transferability pada penelitian kualitatif berkenaan dengan pertanyaan,
hingga dimana penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
Transferability tergantung pada pemakai, manakala hasil penelitian tersebut
dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Oleh karena itu, peneliti
harus membuat laporannya dengan uraian yang rinci, jelas, sistematik sehingga
dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas dan memutuskan
69
dapat atau tidaknya hasil penelitian tersebut diaplikasikan ditempat lain.
c. Kebergantungan (dependability),
Uji dependability dilakukan melalui audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Sering terjadi seorngan peneliti tidak melakukan proses penelitian
yang sebenarnya tetapi peneliti tersebut dapat memberikan data. Oleh karena itu
harus dilakukan diuji dependability. Pengujian dependability biasanya
dilakukan oleh tim auditor independen, atau pembimbing untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melaksanakan penelitian. Jika peneliti
tidak mempunyai atau tidak mampu menunjukkan aktivitasnya di lapangan
maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan. Peneliti harus mampu
membuktikan bahwa seluruh rangkaian proses penelitian mulai dari
menentukan fokus/masalah, memasuki lapangan, mengumpulkan data,
menganalisis data, sampai membuat suatu kesimpulan benar-benar dilakukan.70
d. Kepastian (confirmability).

68
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006) Hlm. 200
69
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006) Hlm. 200-201
70
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006) Hlm. 201

34
Uji komfirmability mirip dengan uji dependability sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji komfirmability berarti
menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmabilitynya. 71

8. Teknik Analisis Data


a. Reduksi data
Reduksi data merupakan menjabarkan dan memilah hal yang penting dan
mentitikan pada suatu objek yang penting. Maka dari itu informasi yang telah
di reduksi akan memberikan penjelasan yang lebih jelas, dan mempermudah
pengkajian untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. 72 Pada tahap ini
setelah pengumpulan data, peneliti merangkum dan mengambil data data
penting tentang Manajemen Program Tahfidz.
b. Penyajian Data
Display data digunakan untuk melihat gambaran tertentu dari sebuah tujuan
ataupun bagian-bagian kecil dari tujuan tersebut. Dalam tahap ini peneliti
berusaha mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok
permsalahan yang di awali dengan gagasan/pengkodean dari setiap subpokok
permasalahan.
c. Penarikan kesimpulan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan
dengan mencari hubungan, persamaan dan perbedaan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subjek engan
makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalampenelitian tersebut.
73
kesimpulan yang didapatkan meluruskan bahwa data data selaras dengan
jawaban yang diperlukan dari rumusan masalah.

71
Octaviani, Rika, and Elma Sutriani. "Analisis data dan pengecekan keabsahan data." (2019)
72
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006) Hlm. 201
73
Octaviani, Rika, and Elma Sutriani. "Analisis data dan pengecekan keabsahan data." (2019)

35
9. Tahap-tahap Penelitian
Sudarwan dalam berpendapat bahwa umumnya penelitian terbagi dalam
enam tahap tertentu. Akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak yang tidak
mengikuti keenam tahapan ini. Tahapan-tahapan tersebut adalah:74

Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan meliputi:

a. Tahap Pra Lapangan


Pada tahap awal ini, meliputi beberapa langkah sistematis yang peneliti
lakukan, yaitu:
1) Menyusun rancangan penelitian Rencana penelitian dimulai dengan
pengajuan judul, penyusunan matriks penelitian yang dikonsultasikan
dengan dosen pembibing dan dilanjutkan dengan penyusunan proposal.
2) Memilih objek penelitian Objek penelitian yang akan diteliti oleh peneliti
ialah Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang, pemilihan objek
tersebut disertai alasan-alasan tertentu.
3) Mengurus perizinan Mengurus perizinan dilakukan sebelum penelitian
dimulai, yaitu dengan surat dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri IAIN Kediri kepada pihak Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
4) Menjajaki dan menilai lapangan Tahap ini diisi dengan pengenalan awal
terhadap kondisi lapangan sebagai bekal peneliti terhadap penelitian yang
akan dilakukan.
5) Memilih informan Tahap ini diisi dengan pemilihan informan oleh peneliti
berdasarkan teknik yang telah di jelaskan pada bagian subjek penelitian.
Informan yang ditentukan adalah pengasuh pondok pesantren dan pengurus
pondok pesantren.
6) Mempersiapkan perlengkapan penelitian Peneliti menyiapkan perlengkapan
yang dibutuhkan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah dipilih
(observasi, wawancara dan dokumentasi) perlengkapan yang disiapkan
meliputi kamera, recorder, buku catatan dan lain-lain.
b. Tahap pelaksanaan Setelah tahap-tahap pra lapangan terpenuhi, peneliti dapat
memulai penelitian sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya.

74
Aswan, Novita. "3.3 Tahap–Tahap Penelitian Kuantitatif." Metodologi Penelitian Pendidikan (2022), Hlm. 27

36
c. Tahap analisis data Pada tahap ini peneliti mulai menganalisis data dengan
teknik yang sudah di tentukan, yaitu analisis kualitatif deskriptif kemudian
melakukan penyusunan laporan penelitian dalam bentuk karya ilmiah yang
ditentukan oleh Institut Agama Islam Negeri IAIN Kediri.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk menggambarkan arah yang jelas mengenai penulisan skripsi ini, maka
peneliti akan menguraikan sistematika pembahasanya. Sistematika pembahasan ini
juga memudahkan dalam memahami arah pemikiran penulis dalam menyelesaikan dan
memecahkan permasalahan yang ada. Dalam penulisan skripsi ini dalam
sistematikanya terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1) bagian awal; 2) bagian inti; 3) bagian
akhir. Di dalam penulisannya, terdapat beberapa sub-bab. Sistematika pembahasan
dalam penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut:

Bagian Awal berisi halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan,


halaman pengesahan, halaman moto, halaman pernyataan keaslian tulisan, halaman
abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Pada BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari konteks penelitian, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, dan definisi
istilah.

Kemudian BAB II berisi landasan teori yang berisi pengertian pondok


pesantren, pengertian dan fungsi manajemen program, tahfidz alquran ,serta teori
terkait tentang program tahfidz alquran.

Dalam BAB III berisi tentang metode penelitian yang meliputi pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan.

BAB IV dalam bab ini berisi tentang pemaparan data dan temuan penelitian
yang memuat uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan
metode dan prosedur yang diuraikan dalam Bab III. Uraian ini terdiri atas paparan data
yang disajikan bersama topik sesuai dengan pertanyaan pertanyaan penelitian dan hasil
analisis data.

37
BAB V Bab ini memuat gagasan peneliti, penafsiran dan penjelasan dari temuan
penelitian yang diungkap dari lapangan (grounded theory),serta teori yang ditemukan
dari hasil penelitian.

BAB VI pada bab ini memuat temuan pokok atau kesimpulan yang
menunjukkan makna dari hasil penelitian tersebut, implikasi dan tindak lanjut
penelitian, dan saran-saran atau rekomendasi yang diajukan kepada pihak yang terkait.

J. Rencana Daftar Isi

i. Halaman Sampul

ii. Halaman Judul

iii. Halaman Persetujuan

iv. Halaman Pengesahan

v. Halaman Moto

vi. Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan

vii. Halaman Abstrak

viii. Kata Pengantar

ix. Daftar Isi

x. Daftar Tabel

xi. Daftar Gambar

xii. Daftar Lampiran

BAB I: PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

B. Fokus Penelitian

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Penelitian Terdahulu

38
F. Definisi Istilah/ Operasional (opsional)

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Pondok pesantren
1. Rundongan atau Wetonan
2. Sorogan,
B. Manajemen program
1. Pengertian Manajemem
2. Fungsi-fungsi Manajemen Program
C. Program tahfidz alquran
1. Perencanaan program tahfidz al-qur’an
2. Pelaksanaan program tahfidz alquran
3. Fungsi pengorganisasian (organizing) pembelajaran
4. Fungsi Pemotivasian (motivating)
5. Fungsi Facilitating Pembelajaran
6. Fungsi Pengawasan (controling)
7. Evaluasi Pogram tahfidz Al-qur’an
D. Tahfidzul Quran

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


B. Kehadiran Peneliti
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber Data
E. Prosedur Pengumpulan Data
F. Analisis Data
G. Pengecekan Keabsahan Temuan

BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data
B. Temuan Penelitian

BAB V: PEMBAHASAN

39
A. Bentuk Program Tahfidz Al-Quran dan faktor pendukung dan penghambat Di
Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawatimur.
B. Proses manajemen Program Tahfidh Al-Qur’an dan faktor pendukung dan
penghambat Di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jombang Jawa Timur.
C. Hasil Dari Penerapan Manajemen Program Tahfidz Al-Quran Terhadap
Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Quran Di Pondok Pesantren Hamalatul Quran
Jombang Jawa Timur.

BAB VI: PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Rujukan

Lampiran-lampiran

Riwayat Hidup

40
Daftar Pustaka

Abdussamad, H. Zuchri, and M. Si Sik. Metode penelitian kualitatif. CV. Syakir Media Press,
2021.
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2006),
Al-Azhari, M. Luthfi Afif. "MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN (Telaah Sistem
Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan Pendidikan Pesantren)." Al-Mabsut:
Jurnal Studi Islam dan Sosial 12.1 (2018):
An, Special Education. "Abdul Majid.(2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung: RosdakaryaOffsett. Agustina, P.(2015).
Pengembangan PCK (Pedagogical Content Knowledge) Mahasiswa Calon Guru
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi Pembelajaran.
Jurnal Penelitian dan." Educational Technology And Society 16: 2.
Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Bina
Aksara, 2010),
Asifudin, Ahmad Janan. "Manajemen pendidikan untuk pondok pesantren." Manageria:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1.2 (2016):
Aswan, Novita. "3.3 Tahap–Tahap Penelitian Kuantitatif." Metodologi Penelitian Pendidikan
(2022),
Aulia, Faza. "Manajemen Program Tahfidh Al-Quran Di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an
Kudus Jawa Tengah." Skripsi. UIN Walisongo Semarang (2020),
Beni ahmad saebani.”Metode Penelitian”, (Bandung: Pustaka Setia,2006)
Firman, Firman. "Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif." (2018).
Flavell, J. H. Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive
Developmental Inquiry, Boston; Allyn and Bacon 1992).
Hasibuan, Malayu SP. "Manajemen: dasar, pengertian, dan masalah." (2007)..hlm. 216
Khaudli, Muhammad. Manajemen Kurikulum Tahfiz di PP. Hamalatul Qur‟ an dan PP.
Tahfiz Hidayatullah Banyuwangi. Diss. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad
Siddiq Jember, 2020.
Mohamad Nur, Rohman. MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL QURAN DI PONDOK
PESANTREN BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN

41
NAHDLATUL THOLABAH JEMBER. Diss. UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember,
2022.
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002,
Mubarok, Ramdanil. "Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Peningkatan Mutu
Lembaga Pendidikan Islam." Al-Rabwah 13.01 (2019): 33
Nana Sujana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung,2010.
Octaviani, Rika, and Elma Sutriani. "Analisis data dan pengecekan keabsahan data." (2019)
Purnomo, M. Hadi. "Manajemen pendidikan pondok pesantren." (2017).
QS. Saad: 27
Ramadhani, Kanzul Fikri. Manajemen Program Double Track dalam Meningkatkan
Keterampilan Kewirausahaan Siswa di SMA Negeri 1 Mojo. Diss. IAIN Kediri, 2023.
Riduan, Muhammad. "Manajemen Program Tahfizhl Alquran pada Pondok Pesantren
Modern." TADBIR MUWAHHID 5.1 (2016).
Rochiati Widiatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007).
Rohmatillah, Siti, and Munif Shaleh. "Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo." Jurnal
Pendidikan Islam Indonesia 3.1 (2018):
Saprin, Saprin. "OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN DALAM
PEMBELAJARAN." Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 15.2
(2012): 240-250
Shiddiq, Ahmad. "Tradisi Akademik Pesantren." TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 10.2
(2015).
Subadi, Tjipto. "Metode penelitian kualitatif." (2006).
Suharsimi Arikunto. Prosuder Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta,
2002),
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( 2010 )
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2000),
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010)
W. Mantja. Etnografi Design Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. (Malang:
Winaka Media, 2003),
Wijaya, Hengki. "Analisis data kualitatif model Spradley (etnografi)." (2018).

42

Anda mungkin juga menyukai