Anda di halaman 1dari 12

A.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lembaga pendidikan Islam dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dari
perkembangan zaman era modern. Tantangan yang dimaksud antara lain kehadiran
negara-negara tanpa batas yang lebih populer dilabeli sebagai pergaulan global antar
bangsa atau globalisasi dalam segala bidang. Termasuk didalamnya adalah kehadiran
abad informasi dengan pembaruan teknologinya yang menjangkau setiap lembaga
Islam.1
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Hal ini tidak terlepas dari masalah
kebijakan pemerintah karena menyangkut kebutuhan dasar rakyat.2
Masyarakat Indonesia memiliki animo terhadap sekolah Islam dikatakan lebih
rendah dibanding animo terhadap sekolah umum. Hal itu disebabkan oleh
kompleksitas problematika pendidikan Islam sangat tinggi. Beberapa problem tersebut
antara lain adalah problem manajemen. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian
besar madrasah (sekolah) yang ada masih dikelola dengan manajemen ”apa adanya”
(manajemen tradisional). Kendati pemerintah telah mengeluarkan PP No.19/2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas No.19/2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan, madrasah (sekolah) belum mengaplikasikan konsep
manajemen fungsional yang modern dan manajemen strategik yang sudah diketahui
sukses diaplikasikan dikalangan organisasi apapun.3 Kompleksitas problem lainnya
lebih pada manusianya baik dari problem kepemimpinan maupun problem sumber
daya manusianya dan juga problem finansial serta problem kelembagaan itu sendiri.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.4 Manajemen yang baik adalah manajemen yang mempunyai konsep dan
sesuai dengan objek serta tempat organisasinya. Proses manajemen merupakan
aktivitas yang melingkar, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
sampai dengan pengawasan. Manajemen dalam pendidikan itu sangat penting,
1 Ahmadi H. Syukran Nafis, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Laksbang
Pressindo, 2011), hlm. 2
2 Imam wahyudi, Pengembangan pendidikan (Strategi Inovatif dan Kreatif dalam Mengelola Pendidikan Secara
Komprehensif ), (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012) hlm. 66.
3 Ahmadi H. Syukran Nafis, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2011), hlm. 11.
4 T.Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2011), hlm. 8.
terutama dalam lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam harus mampu
menciptakan bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan yang efektif dan efisien.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pengelola lembaga pendidikan Islam harus
mampu memanfaatkan setiap sumber yang tersedia sesuai dengan perencanaannya.
Fungsi manajemen dikelompokan menjadi empat (planning, organizing, actuating dan
controlling). Jadi manajemen Pendidikan Islam harus diimplementasikan dengan
fungsi-fungsi manajemen perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakan (actuating) dan pengawasan (controlling) yang saling berhubungan, tidak
dapat dipisahkan dan dikenal dengan teori POAC.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami selaku penulis melakukan obsrvasi ke
sebuah lembaga pendidikan, tepatnya Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur’an
Tulungagung guna memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Pendidikan Berbasis
Masyarakat serta dapat mengetahui secara langsung bagaimana sistematika
pendidikan dalam manajemen sekolah yang sudah dilaksakan. Demikian dengan
adanya observasi tersebut kami dapat mendapatkan informasi yang sebenarnya
tentang manajemen sekolah di Yayasan Baitul Qur’an Tulungagung.

2. Rumusan Masalah
Dari uraian singkat latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana Perencanaan di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an Tulungagung ?
b. Bagaimana Pengorganisasian di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an Tulungagung ?
c. Bagaimana Pengimplementasian di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an
Tulungagung ?
d. Bagaimana Evaluasi di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an Tulungagung?

3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada, maka penulis
merasa perlu memberikan batasan masalah untuk mempermudah dalam memahami
hasil penelitian ini, maka fokus penelitian ini mengenai Observasi Perencanaan,
Pengorganisasian, Implementasi dan Evaluasi di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an
Tulungagung.

4. Tujuan Penelitian
Adapun dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis mempunyai maksud dan
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang perencanaan di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an
Tulungagung.
b. Untuk memahami pengorganisasian di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an
Tulungagung.
c. Untuk mengetahui implementasi di Rumah Tajfidz Baitul Qur’an
Tulungagung.
d. Untuk mengetahui evaluasi di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an Tulungagung.

B. GAMBARAN UMUM
1. Sejarah Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur’an Tulungagung
Rumah Tahfidz Baitul Qur’an didirikan pada tanggal 13 November 2012.
Rumah Tahfidz Baitul Qur’an yang terletak di Mangunsari Kedungwaru
Tulungagung. Terinspirasi PPPA Ustadz Yusuf Mansur, berawal dari silaturahmi
dan study banding para pengurus Yayasan rumah tahfidz Baitul Qura’an ke
Rumah Tahfidz Daarul Qur’an Ponorogo cab. PPPA Ustadz Yusuf Mansur. Betapa
mulianya amalan Ibu Sri seorang TKI Hongkong dengan segala upaya mendirikan
rumah tahfidz. Dia telah mengorbankan semua yang dimilikinya: harta, pikiran
dan semua yang dimilikinya. Hasil usaha rumah makan yang dia rintis dari
Hongkong untuk membiayai pendirian dan keberlangsungan rumah tahfidz yang
didirikannya.
Dengan Motivasi dari studi banding di Ponorogo dan diskusi-diskusi dengan
peserta kunjungan, muncul gagasan untuk mendirikan rumah tahfidz di
Tulungagung. Akhirnya, berdirilah beberapa Rumah Tahfidz tersebut setelah
mengikuti pelatihan management dari PPPA Tangerang. Dan akhirnya saat ini
sudah ada 4 lembaga Pendidikan Al-Qur’an dalam naungan Rumah Tahfidz Baitul
Qur’an yang dirintis Kab.Tulungagung.
Unit-unit Rintisan Rumah Tahfidz
a. Rumah Tahfidz Baitul Qur’an I (pusat) yang berada di Jln.KHR.
ABD.Fatah IV Mangunsari Kedungwaru Tulungagung.
Program: TK dan SDIT, Madrasah Tahsin dan Tahfidz anak-anak.
b. Rumah Tahfidz Baitul Qur’an II yang berada di Ds Botoran
Program: Tahsin dan Tahfidz lil Umahat (ibu-ibu dan remaja putri)
c. Rumah Tahfidz Baitul Qur’an III yang berada di Jln. PB Sudirman Gg
saying Bago.
Program : Madrasah Tahfidz untuk anak-anak
d. Rumah Tahfidz Baitul Qur’an IV yang berada di Jln. A.Yani Barat Gg I
no 5 Karangwaru.
Program : Bimbingan Ngaji dan Belajar untuk anak-anak TK & SD, Tahsin
dan Tahfidz Lil Umahat wa nisa’ (ibu-ibu dan Remaja putri)
2. Profil Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur’an Tulungagung

Nama Lembaga Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur’an


Unit Pendidikan PAUD, TK, SD dan Madrasah
Alamat Jln. KHR. ABD FATTAH IV RT 05 RW 03 Telp (0355)
331126 Mangunsari Kedungwaru Tulungagung Jatim
Visi Menyelenggarakan Lembaga Pendidikan Islam terhadap
dalam
melahirkan generasi dan pemimpin yang berkepribadian
Al-Qur’an

Misi -Mendirikan Pendidikan berkurikulum Al-Quran dengan


mengajak kaum muslimin untuk kembali mempelajari
mentadaburi, menghafalkan, dan mengamalkan al-quran
dalam kehidupan sehari-hari.
-Menyiapkan generasi dan calon pemimpin yang
berakhlakul karimah, cerdas, unggul, Tangguh, dan
berkepribadian Al-qur’an dan As sunnah.
-Melaksanakan dakwah Islamiyah kepada masyarakat
luas demi terbentuknya umat islam sebagai khoirul
ummah.
-Menyelenggarakan Pendidikan yang berkualitas dan
terjangkau.
Tujuan Lembaga ini mengajak seluruh kaum muslimin untuk
kembali/back to Al-qur’an dalam mempelajari dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Struktur Pengurusan Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur’an


Tulungagung
Dalam Rumah Tahfidz Baitul Qur’an, terdapat struktur kepengurusan yang
digunakan untuk membantu berjalannya Rumah Tahfidz Baitul Qur’an. Adapun
strukturnya yaitu sebagai berikut :

YAYASAN

Muhammad Ali
Said

DIREKTUR KEPALA KOMITE


BENDAHARA
WAKA Hj.
Badiatun Robiah AlBiqi
TAHFIDZ TATA Kh.I.SEKOLAH
USAHA
Rifanti Imam PERPUSTAKAAN
Khourun Savid WAKA
SEKOLAH
H.A., KOPERASI
Yuliana Yusuf, WAKA
Asshafah WAKA
Diska Rinda Rikha Ainur
M.Sibawaihu
Musalim, S.Pd Ariyanto
KURIKULUM
Adawyah,Lc
Munairoh,
S.Pd S.Pd S.Pd
KESISWAAN
M.Pd S.Pd
SARPRAS
P.Y. S.PdPELAJAR
l SARPRAS
Rif’ah
WALI WALI WALI WALI WALI WALI
KELAS KELAS KELAS KELAS KELAS KELAS
I II III IV
Ustadzah V
Ustadzah VI
Ustadzah
Ustadzah Ustadzah Ustadzah
Asna Nisa Rifa Badi’ Elly Yuli
KOORDINATOR DEWAN GURU OPERATOR
TAHFIDZ SEKOLAH
C. METODE PENELITIAN
SISWA
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menurut jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, di mana
peneliti harus melibatkan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti data. Dalam
upaya mencapai wawasan imajinatif ke dalam dunia responden, peneliti diharapkan
fleksibel dan reflektif tetapi tetap mengambil jarak. Pada hakikatnya penelitian
kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan antara lain. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
jamak. Kedua, metode ini meyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
penelitii dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi.5
Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat
diamati. Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang akan menghasilkan
kesimpulan berupa data yang menggambarkan secara rinci, bukan menghasilkan data
yang berupa angka-angka.
2. Lokasi Penelitian

5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 9
Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah SD Islam dan
Tahfidz Baitul Qur’an Mangunsari Kedungwaru Tulungagung. Berlokasi di Jln. KHR.
Abdul Fattah RT 05 RW 03 Desa Mangunsari Kecamatan Kedungwaru Kabupaten
Tulungagung dikarenakan adanya keinginan dari kepala yayasan dan masyarakat
tersebut maka didirikanlah SDIT Baitul Qur’an ini yang dipelopori oleh kepala
yayasan yaitu bapak Ali Said pada tanggal 17 Nopember 2011.
3. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh6. Menurut Lofland dana Lefland, sumber utama dalam penelitian kualitatif
adalah “kata” dan “tindakan”. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.7 Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari sumber
data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang
berupa dokumen-dokumen.
Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut, yaitu:
a. Sumber Data Tambahan (data sekunder) Data sekunder adalah data penelitian
yang diperoleh peneliti secar atidak langsung (melalui media perantara atau
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umunya berupa bukti
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan.8 Dalam hal ini untuk pengambilan sumber data
sekunder, yaitu data-data yang berasal dari sumber kedua atau dari instasi seperti
dokumen hasil belajar siswa baik dalam bentuk rapor maupun data sekunder
lainnya atau dari teks book. Sumber data juga menjadi bahan pertimbangan dalam
penentuan alat penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standart untuk
memperoleh data yang diperlukan. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data
dapat dikerjakan berdasarkan pengalaman. Memang dapat dipelajari metode-
metode pengumpulan data yang lazim digunakan, tetapi bagaimana
mengumpulkan data di lapangan dan bagaimana menggunakan teknik tersebut di
lapangan.9 Maka, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembahasan
“Peningkatan Kemampuan Hafalan Al-Qur’an dalam Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an di SD Islam dan Tahfidz Baitul Qur’an Mangunsari Kedungwaru

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 142
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 157
8 Gabriel Amin Silalahi, Metode Penelitian dan Studi Kasus. (Sidoarjo: CV. Citra Media, 2003), hal. 57
9 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis. (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 83
Tulungagung” ini. Maka, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data sebagi berikut:
a. Observasi
Observasi adalah adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengamati
atau mengobservasi objek penelitian atau peristiwa baik berupa manusia,
benda mati, maupun alam. Data yang diperoleh adalah untuk mengetahui sikap
dan perilaku manusia, benda mati atau gejala alam. Sedangkan alat yang
digunakan adalah pedoman observasi. Kelebihan observasi adalah data yang
diperoleh lebih dapat dipercaya karena dilakukan pengamatan sendiri.10
Observasi sebagi alat pengumpulan data, ini banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan.11Metode ini dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara
sistematik terhadap objek, baru kemudian dilakukan pencatatan setelah
penelitian itu.
b. Metode dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data, dengan cara mencari
data atau informasi, yang sudah dicatat/dipublikasikan dalam beberapa
dokumen yang ada, seperti buku induk, buku pribadi, dan suratsurat
keterangan lainnya. Metode ini digunakan peneliti untuk mencatat tentang
sejarah berdirinya SD Islam dan Tahfidz Baitul Qur’an Mangunsari
Kedungwaru Tulungagung, Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran sekolah.
c. Metode Wawancara
Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan metode pengumpulan
data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam
secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewanwancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, pewawancara, dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara
mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Wawancara
merupakan metode untuk mengumpulkan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada

10 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis. (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 87


11 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis. (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 84
penyelidikan, pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam
proses tanya jawab12.
Metode interview indepth ini digunakan untuk mewawancarai guru pendidikan
agama Islam, Kepala sekolah, serta para siswa di SD Islam dan Tahfidz Baitul
Qur’an Mangunsari Kedungwaru Tulungagung. Metode ini digunakan untuk
menggali data tentang Perencanaan, Pengorganisasian dan Impelementasi
Manajemen di Baitul Qur’an Tulungagung.

D. PEMBAHASAN
1. Perencanaan Rumah Tahfidz Baitul Qur’an
Pada hakikatnya tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz
dan Al-Qur’an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama
tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa
arab hafidza - yahfadzu - hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan
sedikit lupa.13
Menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf definisi menghafal adalah “proses
mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar”. Pekerjaan apapun
jika sering diulang, pasti menjadi hafal.”14
Kedua kata Al-Qur’an, menurut bahasa Al-Qur’an berasal dari kata qa-ra-
a yang artinya membaca, para ulama’ berbeda pendapat mengenai pengertian atau
definisi tentang Al-Qur’an. Hal ini terkait sekali dengan masing-masing fungsi
dari Al-Qur’an itu sendiri.
Menurut Asy-Syafi’i, lafadz Al-Qur’an itu bukan musytaq, yaitu bukan
pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah, yaitu tanpa tambahan
huruf hamzah di tengahnya. Sehingga membaca lafazh Al-Qur’an dengan tidak
membunyikan ”a”. Oleh karena itu, menurut Asy-syafi’i lafadz tersebut sudah
lazim digunakan dalam pengertian kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Lafazh Al-Qur’an bukan berasal dari akar kata qa-ra-a yang
artinya membaca. Sebab kalau akar katanya berasal dari kata qa-ra-a yang berarti
membaca, maka setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamakan Al-Qur’an.

12 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid II. (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hal. 193
13Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia..., hal. 105
14Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah..., hal. 49
Sedangkan menurut Caesar E. Farah, Qur’an in a literal sense means
”recitation,”reading,15”. Artinya, Al-Qur’an dalam sebuah ungkapan literal
berarti ucapan atau bacaan.
Sedangkan menurut Mana’ Kahlil al-Qattan sama dengan pendapat Caesar
E. Farah, bahwa lafazh Al-Qur’an berasal dari kata qara-a yang artinya
mengumpulkan dan menghimpun, qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan
kata-kata yang satu dengan yang lainnya ke dalam suatu ucapan yang tersusun
dengan rapi. Sehingga menurut al-Qattan, Al-Qur’an adalah bentuk mashdar dari
kata qa-ra-a yang artinya dibaca.
Kemudian pengertian Al-Qur’an menurut istilah adalah kitab yang
diturunkan kepada Rasulullah saw, ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara
mutawatir tanpa keraguan.16 Setelah melihat definisi menghafal dan Al-Qur’an di
atas dapat disimpulkan bahwa Tahfidz Al-Qur’an adalah proses untuk
memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan
kepada Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan
serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.
Sedangkan program pendidikan menghafal Al-Qur’an adalah program
menghafal Al-Qur’an dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap lafazh-lafazh
Al-Qur’an dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan
untuk menghindarkannya setiap menghadapi berbagai masalah kehidupan, yang
mana Al-Qur’an senantiasa ada dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga
memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya.17
Dalam mempertahankan eksistensi secara kompetitif dan komparatif
Rumah Tahfidz Baitul Qur’an ini memeiliki perencanaan untuk mengelola
lembaga agar tetap eksis serta dapat mencapai visi misi tersebut. Dengan
berabagai program yang ditawarkan, diharapkan mampu mengajak seluruh kaum
muslimin untuk kembali atau back to Al-Qur’an dalam mempelajari dan
mengamalkan kehidupan sehari-hari serta mencetak generasi qur’ani yang
berakhlakul karimah.
Mengenai perencanaa terkait keuangan, sumber pendanaan dari Rumah
Tahfidz Baitul Qur’an ini berasal dari SPP, biaya pendaftaran, infaq/sedekah.

15 Caesar Es. Farah, Islam Belief and Observances..., hal. 80


16 Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), hal. 31
17 Khalid Bin Abdul Karim Al-Lahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an..., hal. 19
Pengelolaan dana tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari peserta
didik berupa sarana prasarana, mengikuti event perlombaan Tahfidz Qur’an,
kegiatan PHBN PHBI dan untuk menggaji guru.18

2. Pengorgaisasian Rumah Tahfidz Baitul Qur’an


Organisasi adalah suatu system yang didalamnya tedapat aktivitas
kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih, yang memiliki kemampuan
melaksanakan tugas-tugas dan tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi dibentuk
untuk kepentingan manusia, organisasi sebenarnya diciptakan untuk orang, bukan
untuk organisasi. Oleh karena itu, setiap manusia berhubungan dengan
organisasinya, walaupun pengalamannya berbeda-beda.
Dalam yayasan Baitul Qur’an yang di dalamnya ada Rumah Tahfidz,
PAUD, TK, SD, Madrasah kurang lebih ada 150 peserta didik yang terbagi dalam
berbagai jenjang. Mengenai Rumah Tahfidz ini di program sejak dari PAUD
karena banyaknya permintaan dari wali murid agar anaknya menjadi penghafal
Al-Qur’an. Berbagai prestasi juga banyak ditorehkan oleh peserta didik dari
prestasi hafidz qur;an. Dari data yang kami peroleh melalui wawancara ada sekitar
15 anak yang hafalannya sudah mencapai 5 juzz dan mereka itu pada jenjang SD.
Selain itu basis pendidikan di yayasan ini adalah Al-Qur’an, Leadership,
Entrepreneurship dan target pencapaian hafalan untuk TK diupayakan hafal 1
Juzzz (juzz 30) sedangkan untuk SD diupayakan hafal 6-10 juzz. Dala,
penerimaan peserta didik baru tidak ada persyaratan khusus untuk masuk pada
yayasan Baitul Qur’an baik dari PAUD, TK, SD, dan Madrasah.19

3. Pengimplementasian di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an


Implementasi pembelajaran Al-Quran di Baitul Qur’an ialah 1) Dengan
adanya kegiatan tahfidz Al-Qur’an yang diadakan pada pukul 00 yakni setiap hari
pukul 6.30 - 07.30, kecuali hari Rabu dan Kamis. Kalau di hari Rabu dan Kamis
pada pukul 6.30 - 08.30 sebelum pembelajaran dimulai. 2) Setiap hari santri harus
hafal 2 halaman, setiap 2 minggu sekali yakni hari jumat dan sabtu semaan
bersama, dan kemudian 2 minggu selanjutnya untuk murajaah dan belajar tajwid.

18 Wawancara dengan Yuliana Yusuf selaku Waka Kurikulum SDIT Baitul Qur;an Tulungagung, pukul 09.00 23
Oktober 2019.
19 Wawancara dengan Yuliana Yusuf selaku Waka Kurikulum SDIT Baitul Qur;an Tulungagung, pukul 09.00 23
Oktober 2019.
Tiap bulannya, ada kegiatan program sertifikasi hafalan yakni dengan mengasah
hafalannya didepan teman2 sesama tahfidz. Sedangkan di Rumah Tahfidz
Mangunsari ialah dengan adanya tanya jawab terkait pembelajaran sebelumnya
setelah bel masuk. Kemudian dilanjutkan mengaji Al-Quran memakai metode
YANBUA dengan menggunakan alat peraga untuk membantu belajar,
sebagaimana hasil wawancara.
Sedangkan pada SDIT Baitul Qur’an, implementasi kegaiatannya tidak
hanya pembelajara di kelas tetapi juga di alam. Beberapa programnya ialah:
1. MARKET DAY
Mengenalkan anak dengan dunia usaha akan membentuk mereka menjadi
individu yang berfikir kreatif dan inovatif. Program tersebut adalah untuk
menumbuhkan jiwa entrepreneur sejak dini.
2. GO GOREEN
Sebagai pembelajaran tentang nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan
ke dalam lingkungan sekolah serta menjadikan ini sebagai wahana
pembelajaran bagi seluruh warga sekolah khususnya para santri untuk
bersikap arif dan berperilaku ramah lingkungan.
3. TAHFIDZ Qur’an
Program ini merupakan mengedepankan hal menghafal dan memahami al-
qur’an yang mana menghafal al-qur’an masuk dalam kurikulum kegiatan
belajar mengajar. Dalam program ini peserta didik diajarkan pembiasaan
untuk menghafal dan memahami al-qur’an.
4. MANASIK HAJI
Kegiatan ini sebagai sarana supaya santri dan santriwati dapat mengenal
pelaksanaan ibadah haji baik itu materi, praktek, dan beberapa tata tertib
haji.
5. OUTBOND
Hal ini bermuara pada tercapainya pengembangan diri (personal
devolempment) dan tim (team devolepmnet) yang dapat dirasakan oleh
para santri. Karena suskses seseorang dalam kehidupannya, terutama
dalam karier, bisnis dan organisasi, sangat ditentukan oleh kepercayaan
diri, kemampuan mengontrol emosi, dan kemampuan berinteraksi dengan
orang lain.

4. Evaluasi di Rumah Tahfidz Baitul Qur’an


Mengenai evaluasi pembelajaran Al-Quran di Baitul Qur’an dengan jalan
1) Pada Hari sabtu jam terakhir: 12.00-13.30. 2) Selama liburan diberi tugas
murajaah seperti pengulangan hafalan yang diberi kartu atau buku panduan sesuai
dengan surat yang sudah didapatkan selama belajar dan dibimbing oleh orang tua.
3) Bentuk kerjasama orang tua dan pesantren adalah dalam liburan untuk
mengulangi hafalan sedangkan orangtua menyimak dan memberi paraf.
Sedangkan mengenai evaluasi pembelajaran Rumah Tahfidz Mangunsari dalam
meningkatkan hafalan Al-Quran dengan jalan 1) evaluasi tes hafalan sebelum
masuk kelas yang disajikan dalam bentuk game. 2) Tes hafalan sebelum pulang
sekolah. 3) bentuk tes berupa mufroodad atau potongan ayat. 4) Selama liburan
siswa ditugasi mereview hafalan sesuai kartu prestasi hafalan.

Anda mungkin juga menyukai