Anda di halaman 1dari 45

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek

1. Sejarah Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Fithroh

Sukabumi

Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi

merupakan salah satu Pesantren yang ada di Kab. Sukabumi.

Posisinya cukup strategis dalam ikut andil mencerdaskan

bangsa, utamanya di wilayah Sukabumi dan sekitarnya. Pondok

Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi tercatat

sebagai satu-satunya pondok pesantren salafiyah yang ada di

wilayah Sukabumi dan sekitarnya. Meski tidak selalu demikian,

bagi banyak kalangan di masyarakat, status pesantren salafiyah

ini menjadi ”magnet” tersendiri, antara lain motivasi masyarakat

untuk melanjutkan studi di lembaga ini cukup tinggi, dan relatif

mudah diterima di instansi pemerintahan/ birokrasi, terutama

dalam hal keterserapan lulusan di dunia kerja.

Pendirian Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Darussyifa

Al-Fitrat didasari oleh suatu keinginan memadukan sistem

pendidikan pesantren yang berorientasi pada pengembangan

potensi-potensi ruhaniah manusia dengan pendidikan umum

yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan pikiran dan

keterampilan.
Perpaduan antara keduanya diharapkan akan membuka

cakrawala baru dalam dunia pendidikan Indonesia yaitu dimana

fikir dan amal (kecerdasan dan keterampilan) menyatu dangan

dzikir (kognitif, konatif/psikomotor) yang berpadu dan berimbang

sehingga akan menghasilkan lulusan yang memiliki

keseimbangan diri dalam aspek jasmani dan rohani,

pengetahuan, keterampilan dan akhlak. Yang kemudian

ditunjang oleh kemampuan mengelola secara teknis suatu

kegiatan usaha.

Salah satu upaya terwujudnya kerangka pemikiran tersebut

di atas, yaitu dengan adanya lembaga pendidikan sosial yang

berbasis pendidikan dan kepesantrenan. Pondok pesantren

adalah lembaga pendidikan Islam yang sangat penting dan

menarik, khususnya bagi praktisi pendidikan dan pimpinan

umat. Dengan membicarakan pondok pesantren, kita dapat

mengetahui peran, fungsi dan kontribusi pondok pesantren

sebagai lembaga pendidikan Islam dan dakwah Islam dalam

mewujudkan masyarakat madani.

Untuk mempersiapkan dan mencetak SDM yang memiliki

kemampuan itu jelas dibutuhkan adanya lembaga pendidikan

yang memadukan pendidikan ilmu pengetahuan (IPTEK) dan

pendidikan karakter, pendidikan yang mengembangkan,

mencerdaskan dan keterampilan pendidikan akhlak (IMTAK).


Pendidikan yang menjadikan agama sabagai basis bagi

pembangunan nilai-nilai kecerdasan, keterampilan, semangat

penelitian dan pengembangan akan pekerjaan dan pengabdian.

Semua itu dapat diakomodir dengan penyelenggaraan lembaga

pendidikan yang memiliki pola keterpaduan antara

kepesantrenan dan sekolah.

Upaya modernisasi pada sistem kepesantrenan dan

lembaga pendidikan Islam melalui konsep keterpaduan bukan

semata-mata hanya tugas pemerintah, tapi tugas semua

komponen bangsa. Untuk itu Dr. KH. E.S Mubarok, M.Sc, MM

dan Dr. Hj. Lani Melani, M.MPd sebagai pendiri bersama tokoh

masyarakat, pemerintah setempat dan teman-teman yang

memiliki pandangan tentang kelembagaan berbasis pendidikan

dan kepesantrenan mencoba mengakomodir segala daya dan

upaya untuk mendirikan sebuah lembaga yang diharapkan

mampu menjawab kebutuhan masyarakat luas. Dengan segala

kekurangan dan keterbatasan melalui perjalanan yang panjang,

maka terhimpunlah kekuatan untuk mendirikan lembaga

pendidikan yang bernama Yayasan Sosial Dan Pendidikan

Islam Darussyifa Al-Fitrat Sukabumi (Yaspida), yang salah satu

di dalamnya adalah Pondok Pesantren Berbasis Terpadu, yang

diberi nama “Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh”

dengan membulatkan tekad untuk turut serta membantu proses


pembangunan yang sedang berlangsung dengan jalan

meningkatkan kifrah juang melalui penyelenggaraan Pola

Pendidikan Terpadu Bernuansa Islami melalui lembaga sosial

berbasis Pendidikan dan Kepesantrenan, yang Insya Allah

tersebut mampu menampilkan perpaduan program pendidikan

umum, agama dan terapan (bidang keahlian) dengan pola

terpadu yang meliputi ; keahlian dalam ahli teknologi terapan,

keterpaduan dalam kegiatan sekolah dan pesantren (dzikir, fikir

dan ikhtiar). YASPIDA yang merupakan pola pendidikan terpadu

bernuansa Islami dimana keterpaduannya merupakan ciri khas

yang dikembangkan oleh YASPIDA itu sendiri. YASPIDA

didirikan pada hari Jumat tanggal 04 Juni 1999 di kampung

Renged RT 19/04 Desa Cipetir Kecamatan Kadudampit

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.

2. Profil Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh

Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi berada

di bawah naungan Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam

Darussyifa Al-Fitrat Perguruan Yaspida Sukabumi.

Ketua Umum Yayasan : Dr. Hj. Lani Melani, M.MPd


Nomor Akte Notaris : No. 1 Tgl. 25 Februari 2005
Diperbaharui Dengan No. AHU-
AH. 01.06-506 Tgl 06 April 2015
Alamat Yayasan : Jl. Parungseah No. 43 KM.4

Desa Cipetir Cisaat Kecamatan Kadudampit- Cisaat, Sukabumi –

Jawa Barat

Status : Swasta

Tahun Pendirian : 04 – 06 – 1999

Telepon/ Faximile : (0266) 6249758

Website/ email :www.yaspidasukabumi.com/

yaspida_sukabumi@yahoo.com

Nama Pondok Pesantren : Darussyifa Al-Fithroh

Tipe Pondok Pesantren : Salafiyah Terpadu

No Statistik Pondok Pesantren : 510032020454

Pimpinan Pondok Pesantren : Dr.KH. E. Supriatna Mubarok,

M.Sc.,M.M

3. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Pondok Pesantren Terpadu

Darussyifa Al-Fithroh

A. Visi

Mencetak santri yang Intelek, Religius, Cerdas, Berakhlaqul

Karimah, Mandiri, Kompetitif, dan Disiplin dalam segala hal

menuju Insan Kamil Anfa’ahum Linnas melalui pengkaderan

“Ulama ul’amilin”
B. Misi

Misi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk

mencapai visi. Adapun misi dari Pondok Pesantren Terpadu

Darussyifa Al-Fithroh ialah :

1. Menanamkan nilai-nilai ke-Islaman, Akhlaqul Karimah,

Aqidah Islamiyah dan kader-kader ulama serta pemimpin

umat yang muttafaquh fiddiin berpaham Ahlusunnah

Waljama’ah.

2. Mengembangkan minat dan bakat santri melalui kurikulum

kepesantrenan berbasis keterpaduan, kompetensi,

kemasyarakatan dan aplikasi amaliyah ubudiyah.

3. Mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi social dan

budaya serta karya seni Islami.

4. Memberikan pelayanan dan keteladanan atas dasar nilai-

nilai Islam yang inklusi dan humanis.

5. Mengembangkan manajemen pesantren berbasis

keterpaduan yang menjadi rujukan secara regional dan

nasional.

6. Mengembangkan kemitraan dengan institusi pemerintah,

lembaga usaha, lembaga kemasyarakatan dan swadaya

tanpa ikatan.

7. Menjalankan Pondok Pesantren sebagai tempat mengabdi

untuk umat menuju Mardhotillah, mencetak santri yang


intelek, kompetitif dan disiplin dalam segala hal menuju

Insan Kamil Anfa’ahum Linnas melalui pengkaderan

“Ulamaul ‘Amiliin.

8. Mempersiapkan generasi Islam yang kompeten (science,

skill, social behaviour, sincere faith) untuk berkiprah di

dunia internasional.

9. Mengembangkan potensi sesuai dengan minat yang

dimiliki.

10. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, handal, teruji dan

siap pakai (Demand Driven).

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai Pondok Pesantren terpadu

Darussyifa Al-Fithroh Kabupaten Sukabumi adalah:

1. Mendidik santri supaya memiliki iman yang kuat,

kepercayaan yang mantap terhadap ajaran Islam secara

komprehensif.

2. Mendidik santri agar mampu berfikir rasional yang

dilandasi dengan dasar-dasar Aqidah Islamiyah.

3. Mendidik santri agar selalu menjunjung tinggi dan

mengaplikasikan konsep kehidupan secara realistis

melalui Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyyah,

Ukhuwah Ma’hadiyyah dan Ukhuwah Wathoniyyah.


4. Mendidik santri agar tercapainya kehidupan yang

Anfa’ahum Linnas dengan predikat Ulama’ul Amiliin.

5. Mendidik santri agar mampu menjalankan dan

mengamalkan Ubudiyah atas tuntunan Al-Quran,

Sunnah, Ijma’ dan Qiyyas berdasarkan konsep

Ahlusunnah Waljama’ah.

6. Membentuk kader pemimpin umat dan bangsa yang

handal, amanah, cerdas, inspiratory dalam tatanan

kehidupan secara nyata.

7. Mendidik santri agar memiliki kemantapan Aqidah

Ahlusunnah Wal Jama’ah, kedalaman spiritual,

keleluasaan Ilmu dan keterampilan serta keluhuran budi

pekerti.

8. Menjadikan Alumni Pondok Pesantren yang siap pakai di

tengah-tengah kehidupan masyarakat tanpa menjadikan

beban kepada masyarakat dimana alumni berada.

9. Menjadikan Alumni Pondok Pesantren sebagai pengabdi

umat menuju Anfa’ahum Linnas.

10. Menjadikan alumni Pondok Pesantren yang

mengaplikasikan pemahaman ilmu agama sebagai

landasan dan cerminan untuk masa yang akan datang.


D. Strategi

Kokohnya sebuah bangunan tatkala ada pilar, untuk itu

pula kokohnya pribadi santri harus berlandaskan pada pilar

kedisiplinan antara lain disiplin peribadatan, disiplin

pembelajaran, disiplin tampilan dan disiplin pergaulan untuk

menuju Yaspida Bangkit Berkatya.

1. Pembiasaan rajin dalam ketaatan peribadatan.

2. Pembiasaan sopan santun dalam pergaulan.

3. Pembiasaan kesederhanaan dalam kehidupan.

4. Pembiasaan kekhusuan dalam kehidupan.

5. Pembiasaan semangat dalam pekerjaan dengan

landasan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja

tuntas, kerja mawas dan kerja puas.

6. Pembiasaan ketawadhuan dalam kehidupan keseharian.

7. Pembiasaan ilmiah dalam pemikiran.

4. Struktur Organisasi Pengelola Pondok Pesantren Terpadu


Darussyifa Al-Fithroh

Struktur organisasi dan Pengelola Pondok Pesantren


Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Perguruan Islam Yaspida
Sukabumi Tahun Pelajaran 2018-2019

Dr. KH E Supriatna Mubarok


I.
Pimpinan Pondok Pesantren : M.Sc.,M.M
Dewan Pengawas Yayasan : EZ Muttaqin S.Fil I
Ketua Umum : Dr. Hj. Lani Melani M.MPd
Sekretaris Jenderal : M. Rahmat Adikusuma, S.E M.Si
Badan Pengawas Hukum dan
Organisasi H. Nandang Irawan S.Pd.I M.Pd
Badan SDM : Hj Eli Susilawati S.Ag.,M.Pd
Kabag. Hubungan Industri : Agus Budiman S.E
Kepala Bagian Administrasi : Ahmad Jibril Syaikhu, S.Sos I
Sub bag Adm Kepegawaian : Deby Fitriany Fazriah, S.Pd
Subag. Adm Barang Milik Pondok : Jaenal Abidin S.Pd
Subag. Persuratan dan
Kearsipan : Neng Irmawati
IT & Pengelolaan Data Rahmah S.Kom
Publikasi dan Dokumentasi : Aghi Sugilar S.Si
Kabid. Pembangunan : Wahyu Musthofa
Staf Adm. Siswa : Hasni Amelia
II Kasi Pelayanan
Kepala Dapur Logistik : Muhamad Yusup Mubarok
Kepala Poli Klinik Darussyifa : Dr. H Dede Irsyad
Apoteker : Fauzsa Adzim A.Ss A.Pt
Transportasi/ Kendaraan : M. Maldi Gunawan S.Pd
Pelayanan Tamu : Muhamam Fakhri Siddik
Pengelola Perpustakaan : Siti Sarah S.Pd
III Kabid Usaha Ponpes
Kasi Usaha Mikro
Kepala Koperasi : Lela Sa'adah
Kepala Perlengkapan Sekolah/
Madrasah : Yuliana S.Pd
Kepala Laundry : Agus Budiman S.E
Kepala Pujasan : Wawan
Kepala Galery Yaspida : Tia Isti’anah S.Si
Kepala Urusan Perikanan/
Peternakan : Rinaldi Tri Oktaviano
Kepala Urusan Pertanian/
Perkebunan : Eman Sulaeman
Kasi Usaha Makro
PT. Darussyifa Hikmah Tirta : Silahudin, S.Sos
PT. Darussyifa Hikmah Alam : Silahudin, S.Sos
IV Biro Pendidikan
Institus Agama Islam : Dr. KH Zainal Abidin M.Ag
Ma'had Aly : Drs. Rahmat Purnama, MM
V Kabid Pendidikan Umum dan Kejuruan
SD IT : Lela Fatmawati, S.H.I
SMP IT : Hj. Eli Susulawati, S.Ag M.Pd
Madrasah Tsanawiyah : H. M. Said HR S.Ag
Madrasah Aliyah : Drs. H. Lili Salim, M.Ag
SMA : H. Uce Gunawan, S.Ag M.M
SMK Teknologi, RPL dan
Agribisnis : H. Margono, S.H, M.M
SMK Bisnis Manajemen &
Kesehatan : H. Nandang Irawan, S.Pd.I M.Pd
VI Kepala Kepesantrenan : H. Saepulloh, S.Pd
Kabag. Kepesantrenan : Dedi Nurfarid
Kepala Kantor : Janatulloh
Staf Administrasi Santri Putra : Bambang Sumardi
Staf Administrasi Santri Putri : Mirna Aeni Robiah S.Pd
Kabid Urusan Pondok : H.M. Said. HR., S.Ag
Kepala Seksi Urusan Kesantrian
Putra : Ahmad Suhaemi, S.Ud
Kepala Seksi Urusan Kesantrian
Putri : Hj. Eli Susulawati, S.Ag M.Pd
Kabid Urusan Ubudiyah : M. Jujum Junaedi
Kabid Keamanan & Ketertiban : Cep Diansyah S.Pd
Kabid Pemeliharaan Asset : Yuda Kurniawan, S.Sos., M.Pd.I
Bendahara Umum Pondok
Pesantren : Andi Suandi, S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian SD : Fuji lestari S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian
SMP IT : Neng Ulpah Syarifah S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian MTs : Fitria Nurul Ajizah
Pelaksana Keuangan Harian MA : Mila Nurjamilah
Pelaksana Keuangan Harian
SMA : Siti Rahmah
Pelaksana Keuangan Harian
SMK T 1 : Lina Hajjah Maya Aprilianti S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian
SMK T 2 : Gita Sri Budiarti S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian IAIS : Yan Ferdianza, S.Pd
Kasubag Urusan Piutang & SPP : Ega Nurlaelasari S.E
Kasubag Urusan Tabungan
Santri : Fahmi Rahman S.Kom

5. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Terpadu


Darussyifa Al-Fithroh

A. Fasilitas Pesantren

1. Masjid

2. Majlis Utama

3. Ruang pengajian yang terpisa putra/ putri

4. 90 Kamar Asrama Putri

5. 107 Kamar Asrama Putra

6. 60 Kamar Mandi + WC Putera


7. 50 Kamar Mandi + WC Putri

8. Kantin Putera dan Puteri

9. Kolam Renang  Umum Digunakan untuk berenang Santri

Putri

10. Pusat Pembelajaran Santri

11. Sarana Konsultasi Santri

12. Tempat Peristirahatan Orang Tua

13. Unit Usaha (Sapi Perah, Budidaya Perikanan,

Budidaya Pertanian dan AMDK)

14. Klinik Kesehatan Santri

15. Kantor Pesantren Putra/ Putri

16. Perpustakaan

17. Warnet

18. Gedung Olahraga dan Seni Santri

19. Majlis Ta'lim

20. Majlis Dzikir, Sholawat dan Aurod

21. Koperasi pondok pesantren

22. Sarana Lahan pertania 

23. Lembaga pendidikan keterampilan

B. Fasilitas Sekolah

a. Gedung sekolah yang refresentatif

b. Ruang Kelas Milik Sendiri (Ruang KBM)

c. Ruang Praktek Listrik


d. Ruang Praktek Kendaraan Ringan/ Otomotif

e. Ruang Perpustakaan

f. Ruang Lab. Teknik Informatika

g. Lab. IPA

h. Ruang Lab. Farmasi

i. Sarana Perkantoran tiap Komponen

j. Kantin Sekolah

k. Ruang OSIS dan BP

l. Ruang Sekretariat PASGARRDA

m. Ruang Sekretariat PASPAMDA

n. Musik Room

o. Lapangan olahraga (bola voli, bulu tangkis, tenis meja,

sepak bola, basket, dll)

p. Lab administrasi perkantoran dan Lab Bahasa

q. Lab. Farmasi

r. Perpustakaan

C. Tempat Ibadah dan Mengaji

Tempat Ibadah

1) Masjid Nurul Fithroh

2) Majlis Nurul Fithroh

3) Mushola Wadil Quro

4) Mushola Hikmah Mubarok


Tempat Mengaji

(a)Masjid : Sistem Halaqoh (Putra dan Putri )

(b)Majlis : Sistem Halaqoh (Putra dan Putri )

(c) Kelas : Sistem Klasikal (Putra dan Putri)

D. Asrama

Asrama untuk santri putra sebanyak 107 kamar, yakni sebagai

berikut:

a. Pondok Darul Rif’at (kamar 1 – 8)

b. Pondok Hikmah Mubarok 1 (kamar 1-5)

c. Pondok Hikmah Mubarok 2 (kamar 1-4)

d. Pondok Hikmah Mubarok 3 (kamar 1-3)

e. Pondok Darul Amaliyah (kamar 1-16)

f. Pondok Darul Autam (kamar 1-8)

g. Pondok Darul Ilmi (kamar 1-24)

h. Pondok Wadil Quro (1-20)

Asrama untuk santri putri sebanyak 90 kamar, yakni sebagai

berikut :

a. Pondok Arofah (1 kamar)

b. Pondok Ashabul Ma’had (kamar 1-7)

c. Pondok Madinah (kamar 1-10)

d. Pondok Zaleha 1 (kamar 1-8)

e. Pondok Zaleha 2 (kamar 1-4)

f. Pondok Tan’im (kamar 1-8)


g. Pondok Mubarok SLA (kamar 1-23)

h. Pondok Makkah (kamar 1-10)

i. Pondok Badar 1 (kamar 1-8)

j. Pondok Badar 2 (kamar 1-5)

k. Pondok Hikmah (kamar 1-3)

l. Pondok Darul Autam (kamar 1-6)

m. Pondok Soenarto (kamar 1-12)

n. Pondok Marwah (kamar 1-2)

o. Pondok Sofwah (kamar 1-2)

p. Pondok Fauziah (kamar 1-2)

q. Pondok Mubarok SMP (kamar 1-6)

6. Data Santri Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-

Fithroh

a. Santri Putra

SD : 70 Orang

SMP/ MTs : 940 Orang

SMA/MA/SMK : 1.010 Orang

Jumlah Total : 2.020 Santri

b. Santri Putri

SD : 55 Orang

SMP/ MTs : 832 Orang

SMA/MA/SMK : 835 Orang

Jumlah : 1.722 Santri


c. Santri Ma’had Aly

Putra : 54 Orang

Putri : 64 Orang

Jumlah : 118 Orang

Jumlah Total Santri : 3.860 Santri

7. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

A. Data Guru secara Umum


Jenjang Pendidikan Jumlah Status Kepegawain
Doktor ( S-3) 5 Guru Tetap Yayasan (GTY)
Magister ( S-2) 10 Guru Tetap Yayasan (GTY)
GTY = 50 Orang
Sarjana ( S-1 ) 170
GTT = 120 Orang
Sarjana Muda ( D-III ) 3 GTT = 3 Orang
Diploma II ( D-II ) 1 Guru Tetap Yayasan
Jumlah 189
B. Data Guru-Guru (Asatidz)
Jenjang Pendidikan Jumlah Status Kepegawain
Doktor ( S-3) 5 Guru Tetap Yayasan
Magister ( S-2) 10 Guru Tetap Yayasan
Sarjana ( S-1 ) 121 Guru Tetap Yayasan
Sarjana Muda ( D-III ) Guru Tetap Yayasan
Diploma II ( D-II ) Guru Tetap Yayasan
Diploma I ( D-I ) Guru Tetap Yayasan
SLTA 15 Guru Tetap Yayasan
Jumlah 151
C. Tenaga Kependidikan
No Status Kepegawaian Jumlah
.
1 Karyawan 101
2 Pengabdian 31

8. Dimensi Kurikulum Pondok Pesantren

A. Kurikulum Berbasis Keterpaduan

1. Tujuan

Kurikulum Berbasis Keterpaduan merupakan

suatu sistem totalitas yang terdiri dari komponen-

komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi baik

antar komponen dengan komponen maupun antar

komponen dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai

tujuan yang ditentukan sebelumnya. Ini berarti organisasi

kurikulum secara terpadu, suatu bentuk kurikulum yang

meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran

dan menyajikan bahan pelajaran dalam maksud

menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik dan atau

keseluruhan. (integrated curriculum).

Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan

yang mempertimbangkan komponen-komponen

masukkan, proses dan produk secara seimbang dan

setaraf. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam


kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum

terpadu untuk mengembangkan kemampuan yang

merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar.

Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku, sistem

keterpaduan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip

sebagai berikut : suasana lapangan (field setting) yang

memungkinkan siswa menampilkan kemampuannya di

dalam kelas, pengembangan diri sendiri (self

development), pengembangan potensi yang dimiliki

masing-masing individu (self actualization), proses belajar

secara kelompok (social learning), pengulangan dan

penguatan (reinforcement), pemecahan masalah-masalah

(heuristic learning), dan sikap percaya diri sendiri (self

confidence).

2. Komponen-komponen Kurikulum Berbasis

Keterpaduan

Kurikulum Berbasis Keterpaduan meliputi berbagai

komponen yang saling berkaitan yaitu sub sistem

masukkan yakni santri; sub sistem proses yakni metode,

materi dan masyarakat; sub sistem produk yakni lulusan

yang dikaitkan komponen evaluasi dan umpan balik.

3. Karakteristik Kurikulum Berbasis Keterpaduan


Kurikulum terpadu merupakan bentuk kurikulum yang

meniadikan batas-batas antara berbagai mata pelajaran

dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau

keseluruhan. Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu

(IntegratedCurriculum) diantaranya yaitu:

a. Berdasarkan filsafat pendidikan.

b. Berdasarkan psikologi belajar.

c.Berdasarkan landasan sosiologis dan sosio-kultural.

d. Berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat

perkembangan pertumbuhan peserta didik

e. Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau

bidang studi yang ada.

f. Sistem penyampaiannya dengan menggunakan

sistem pengajaran unit (unit pengalaman dan unit mata

pelajaran).

g. Peran guru sama aktifnya dengan peran santri,

bahkan peran santri lebih menonjol dan guru cenderung

berperan sebagai pembimbing atau fasilitator

4. Prosedur Pengembangan Kurikulum Berbasis

Keterpaduan
Sesuai dengan teori Gestalt yang mengedepankan

pengetahuan yang dimiliki siswa dimulai dari keseluruhan

baru menuju bagian-bagian. Siswa pada jenjang sekolah

dasar paling dominan menghayati pengalamannya masih

berfikir secara keseluruhan, mereka masih sulit menghadapi

pemilihan yang artifisial (terpisah-pisah). Ini berarti siswa

kelas rendah di sekolah dasar itu melihat dirinya sebagai

pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan yang

belum jelas unsur-unsurnya dengan pemaknaan secara

holistic yang bertitik tolak dari yang bersifat konkrit.

Melalui pemikiran tersebut, maka kurikulum terpadu yang

berangkat dari bentuk rencana umum dan dilaksanakan

dalam bentuk pembelajaran unit (unit teaching). Rencana

umum yang dimaksudkan adalah organisasi kurikulum yang

berpusat pada bidang masalah, idea, core atau thema

tertentu yang dapat digunakan untuk melaksanakan suatu

pengajaran unit, dengan kata lain kurikulum keterpaduan

merupakan inovasi kurikulum. Keunggulan atau manfaat

kurikulum terpadu diantaranya, adalah:

a. Segala sesuatu yang di pelajari dalam unit bertalian erat,

b. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern

tentang belajar,
c. Memungkinkan hubungan yang erat kaitannya antara

sekolah dengan masyarakat,

d. sesuai dengan faham demokratis,

e. mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan

kematangan peserta didik.

Pada komponen masukan, kurikulum dititikberatkan

pada mata-mata pelajaran yang logis dan sistematis agar

santri menguasai struktur pengetahuan tertentu. Pada

komponen proses, kurikulum dititikberatkan pada

pembentukan konsep berfikir dan cara belajar yang di

arahkan kepada pengembangan peta kognitif. Pada

komponen produk, kurikulum dititikberatkan pada

pembentukan tingkah laku spesifik. Disinilah keunikan

penerapan kurikulum berbasis keterpaduan, dimana

pelaksanaan pembelajaran di Pondok Pesantren Terpadu

Darussyifa dalam pelaksaan pembelajarannya memadukan

antara kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pihak DIKNAS/

DEPAG di sekolah melalui KTSP dan Kurikulum 2013

dengan kurikulum yang ditetapkan lembaga penyelenggara

sekolah itu sendiri atau kurikulum pesantren.

B. Kurikulum Berbasis Kompetensi

1. Tujuan
Kompetensi dapat diartikan suatu kemampuan untuk

menstrasfer dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan

yang dimiliki seseorang pada situasi yang baru. Kompetensi

dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak.

Kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang

telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai

perilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya. Sehingga

kompetensi itu pada hakekatnya merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap yang direfleksikan

dalam bentuk kebiasaan berfikir dan bertindak. Jadi

kurikulum berbasis kompetensi di Pondok Pesantren

Terpadu Darussyifa AL-Fithroh Sukabumi menitikberatkan

pada beberapa hal yang harus dimiliki oleh santri, antara

lain:

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan untuk

melakukan proses berfikir.

b. Pemahaman (understanding). Yaitu kedalaman

kognitif dan afektif yang dimiliki individu.

c. Keterampilan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki

individu untuk melakukan tugas yang dibebankan.


d. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah

diyakini sehingga akan mewarnai dalam segala

tindakannya.

e. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap

suatu rangsang yang datang dari luar, perasaan senang

atau tidak senang terhadap sesuatu masalah.

f. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang

untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan untuk

mempelajari materi pelajaran.

Kurikulum berbasis kompetensi hasilnya dapat

dirasakan oleh santri, berupa penguasaan terhadap

seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum berbasis

kompetensi merupakan seperangkat rencana dan

pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang

harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar

dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dan

mengembangkan sekolah.

2. Prosedur Pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses

kompleks dan melibatkan berbagai faktor terkait. Oleh

karena itu dalam proses pengembangan kurikulum berbasis

kompetensi tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari


pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai

komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai

faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini tentunya

dibutuhkan adanya inovasi kurikulum. Prinsip dasar Inovasi

kurikulum berbasis kompetensi adalah menitik beratkan

pada kemampuan di bidang pengetahuan, keterampilan

sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan baik

kompetensi akademis, okupasional. Cultural maupun

temporal. Prinsip dasar Inovasi kurikulum berbasis

masyarakat adalah guru sebagai fasilitator dan siswa untuk

aktif, kreatif untuk memecahkan masalah.

Prinsip dasar Inovasi kurikulum berbasis keterpaduan

juga meyatukan beberapa mata pelajaran yang materinya

saling baikan Keterpaduan dalam Pelaksanaan

pembelajaran Keterpaduan dalam Aflikasi Pelaksanaan

Pengabdian Kemasyarakatan Kurikulum berbasis

keterpaduan Kurikulum berbasis keterpaduan adalah

organisasi kurikulum secara terpadu, suatu bentuk kurikulum

yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata

pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit

atau keseluruhan. Kurikulum terpadu menyediakan

kesempatan dan kemungkinan belajar bagi siswa


Kesempatan belajar tersebut di rancang dan di

laksanakan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan

hal-hal yang berpengaruh oleh karena itu di perlukan

pengaturan, kontrol, bimbingan agar proses belajar terarah

ketercapaian tujuan-tujuan kemampuan yang diharapkan.

Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang

mempertimbangkan komponen-komponen masukan, proses,

dan produk secara seimbang dan setaraf. Karakteristik

kurikulum berbasis keterpaduan Kurikulum terpadu

merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas

antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan

pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan

demikian, komponen terpadu mengintegrasikan komponen-

komponen mata pelajaran sehingga batas-batas mata

pelajaran tersebut sudah tidak tampak lagi, dikarenakan

telah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit.

Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu diantaranya

adalah:

a) berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi pancasila,

b) berdasarkan psikologi belajar gestalt dan field teory,

c) berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural,

d) berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat

perkembangan pertumbuhan peserta didik,


e) ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi

yang ada,

f) Sistem penyampaiannya dengan menggunakan sistem

pengajaran unit yakni unit pengalaman dan unit mata

pelajaran dan,

g) Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik,

bahkan peran siswa lebih menonjol dan guru cenderung

berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.

C. Kurikulum Berbasis Masyarakat

1. Makna dan Tujuan Kurikulum Berbasis Masyarakat

Kurikulum berbasis masyarakat adalah kurikulum

yang menekankan perpaduan antara sekolah dan

masyarakat. Alasannya untuk mencapai tujuan pengajaran.

Kurikulum ini bertujuan untuk meperkenalkan santri

terhadap lingkungannya, membekali santri kemampuan

dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup mereka

di masyarakat, dan membekali siswa agar bisa hidup

mandiri. Bahan objek kajiannya yaitu kebijakan dan

ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan

kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan

disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah

yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut.


Menurut teori berbasis masyarakat, titik awal penentu

utama kurikulum yaitu tingkat sosial. Para ahli berbeda

pendapat diantara mereka sendiri mengenai lembaga

pendidikan harus mendasarkan diri pada level sosial yang

ada. Selanjutnya mereka bisa dikategorikan berdasarkan

faktor-faktor berikut:

(a) Konformis, artinya percaya bahwa pelevelan

masyarakat yang ada sekarang ini merupakan yang

terbaik.

(b) Reformis, artinya menganggap masyarakat sebagai

pemilik suara yang utama dalam struktur demokratis

mereka. Tetapi, menginginkan suatu reformasi utama

ditingkat sosial. Dan alat utamanya adalah kurikulum.

(c) Futuris. Melihat tahun-tahun mendatang daripada

terpaku pada masalah-masalah. Mereka menganalisa

perkembangan saat ini membuat prediksi dari data

yang ada dan memberikan skenario alternatif mereka

menggaris bawahi pilihan yang dimiliki orang-orang

dalam membentuk tahun-tahun kedepan serta

menguatkan atau mendorong sekolah-sekolah untuk

memberi murid mereka alat untuk membentuk masa

depan yang lebih baik untuk mereka.


(d) Radikalis. Mereka yang menganggap bahwa

masyarakat sebagai pendukung kurikulum yang cacat

dimana mereka akan menunjukan kekurangan-

kekurangan tersebut dan memperkuat anak-anak

muda untuk mempengaruhi perubahan radikal.

Biasanya efek dari pandangan neo marxis, mereka

percaya bahwa masalah-masalah pada saat ini

hanyalah gejala. Ketidakadilan sosial yang merasuk

dalam kapitalis teknologi.

Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa

keunggulan antara lain:

(a) kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan masyarakat;

(b) kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan

sekolah, baik kemampuan finansial, profesional

maupun manajerial;

(c) disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian

sangat memudahkan dalam pelaksanaannya;

(d) adanya motivasi kepada sekolah khusus kepala

sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri,

mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-

baiknya, sehingga terjadi semacam kompetisi dalam

pengembangan kurikulum.
2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat

Karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat meliputi:

1) Karakteristik pembelajaran pada kuikulum berbasis

masyarakat: Pembelajaran berorientasi pada

masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar

bersumber pada buku teks.

2) Disiplin kelas berdasarkan tanggung jawab bersama

bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan.

3) Metode mengajar terutama dititikberatkan pada

pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan

perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.

4) Bentuk hubungan atau kerja sama lembaga

pendidikan dan masyarakat adalah mempelajari

sumber-sumber masyarakat, menggunakan sumber-

sumber tersebut dan memperbaiki masyarakat

tersebut.

5) Strategi pembelajaran meliputi karya wisata, manusia

(narasumber), survei masyarakat, berkemah, kerja

lapangan, pengabdian masyarakat, kuliah kerja nyata,

proyek perbaikan masyarakat, dan sekolah pusat

masyarakat.

Karakteristik materi pembelajarannya adalah:

(a) Validitas.
(b) Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh

santri.

(c) Kebermanfaatan, secara akademik dan nonakademik

sebagai pengembangan kecakapan hidup (life skill),

dan mandiri.

(d) Layak dipelajari, tingkat kesulitan, dan kelayakan

bahan ajar dan tuntutan kondisi masyarakat sekitar.

(e) Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk

mempelajari lebih lanjut dengan

menumbuhkembangkan rasa ingin tahu

(f) Alokasi waktu,penentuan alokasi waktu terkait dengan

keleluasaan dan kedalaman materi.

(g) Sarana dan sumber belajar, dalam arti media atau alat

peraga yang berfungsi memberikan kemudahan

terjadinya proses pembelajaran.

6) Kegiatan santri dan guru. Kegiatan siswa mestinya

memepertimbangkan pemberian peluang bagi santri

untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri

pengetahuan, di bawah bimbingan guru. Guru dalam

kurikulum berbasis masyarakat berperan sebagai

fasilitator, sumber belajar, pembina, konsultan,

sebagai kritra kerja yang menfasilitasi siswa dalam

pembelajaran.
3. Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat

Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat meliputi:

(a) Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar

(b) Analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan

siswa

(c) Tujuan kurikulum

(d) Pengorganisasian dan implementasi kurikulum

(e) Tujuan pembelajaran

(f) Strategi pembelajaran mencakup model-model

pembelajaran

(g) Teknik evaluasi (proses dan produk)

(h) Implementasi strategi pembelajaran

(i) Penilaian dalam pembelajaran

D. Dimensi Kurikulum Berbasis Aplikasi Amaliyah Ubudiyah

Kurikulum berbasis Amaliyah Ubudiah merupakan bentuk

kurikulum yang disajikan guna mempraktekan berbagai

kegiatan ubudiah sebagai pengaplikasian pembelajaran

ibdaha santri di Pondok Pesantren.

E. Tujuan Kurikulu Kurikulum Pondok Pesantren

1) Tujuan Institusional

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga

atau Pondok Pesantren adalah tujuan institusional adalah

tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga


pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat

didefinisikan sebagia kualifikasi yang harus dimiliki oleh

setiap santri setelah mereka menempuh atau dapat

menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan

tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan antara

untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam

bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan,

seperti misalnya standar kompetensi pendidikan dasar,

menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.

2) Tujuan kurikuler

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai

oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab

itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi

yang harus dimiliki santri setelah menyelesaikan suatu

bidang studi/ kajian kitab kuning yang dipelajari do

Pondok Pesantren.

3) Tujuan pembelajaran/ Instruksional

Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran

atau yang disebut dnegan tujuan instruksional,

merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan

pembelajarn yang merupakan bagian dari tujuan

kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang

harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka


mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi/ kajian

kitab kuning tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena

hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk

memahami karakteristik santri yang akan melakukan

pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan

tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru/ asatidz.

F. Materi Kurikulum

1) Cakupan Kelompok Mata Pelajaran Kitab Kuning

No Kelompok Cakupan

Mata

Pelajaran

1 Al- Kelompok mata pelajaran ini

Quran dimaksdukan untuk mempelajari,

dan melafazkan, membunyikan dan

Tajwid menyampaikan dengan sebaik-baiknya

dan sempurna dari tiap-tiap bacaan

dalam ayat Al-Quran. Santri diajarkan

makhorijul khuruf, shifatul huruf, Ahkamul

huruf, Ahkamul maddi wal qasr, Ahkamul

waqaf wal ibtida’, ahkamun Nuni,

akhkamul mimi, dll

2 Akhlaq Kelompok mata pelajaran Akhlak ini

dimaksdukan untuk membentuk akhlak


santri yang mampu menjadi pribadi

islami, penguatan ibadah yang perlu

dilakukan, bermusyawarah, di mana

santri diajarkan untuk berserah diri

kepada Allah Swt bagaimana Akhlak

Kepada Allah SWT, Akhlak Kepada Nabi

Muhammad SAW, Akhlak Terhadap

Sesama Manusia, Akhlak Terhadap Diri

Sendiri, dan Akhlak Terhadap

Lingkungan.

3 Fiqh Kelompok mata pelajaran fiqh

dimaksudkan untuk mempelajari hukum-

hukum Islam yang berhubungan dengan

kehidupan manisia, untuk memperdalam

pengetahuan dalam hukum-hukum

agama baik dalam bidang aqidah, akhlak

maupun dalam bidang ibadah dan

muamalah.

4 Tauhid Kelompk mata pelajaran ini dimaksudkan

untuk mempelajari Tauhid Rububiyyah,

Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Asmaa dan

Sifaat

5 Nahwu Kelompok mata pelajaran ini


dan dimaksudkan untuk mempelajari dan

Shorof memahami bahasa arab dan struktur

kalimahnya dan pengetahuan untuk

menganalisa sebuah kata berbahasa

Arab ketika dalam keadaan sendiri.

Adapun pembahasannya meliputi bab

kalam, mu’rob dan mabni, pembenatukan

kata serta aturan perubahannya menjadi

kata-kata baru yang merupakan turunan

dari sebuah kata.

G. Metode Pembelajaran

Pendidikan dan pengajaran berlangsung dalam

sebuah struktur, metode dan bahkan literatur yang bersifat

tradisional, baik dalam bentuk pendidikan non formal seperti

halaqah maupun pendidikan formal seperti madrasah

dengan ragam dan tingkatannya. Adapun ciri utama dari

pendidikan dan pengajaran tradisional adalah ditekankan

pada pengajaran lebih bersifat kepada pemahaman tekstual

(letterlijk atau harfiyah), pendekatan yang digunakan lebih

berorientasi pada penyelesian pembacaan terhadap sebuah

kitab atau  buku untuk kemudian beralih kepada kitab

berikutnya, dan kurikulumnya tidak bersifat klasikal.


Pola umum pendidikan Islam tradisional selalu

memelihara sub-kultur pesantren yang terdiri di atas

landasan ukhrawi yang terimplementasikan dalam bentuk

ketundukan mutlak kepada ulama, mengutamakan ibadah,

memuliakan ustaz atau kyai demi memperoleh pengetahuan

agama yang hakiki. Adapun metode pengajaran yang

diterapkan Pondok Pesantre

Terpadu Darussyifa Al-Fithroh menggunakan sistem

klasikal dengan metodologi klasik (tradisaonal). Diantara

metode-metode tersebut adalah:

a) Metode Sorogan

Yaitu suatu aktivitas pengajaran secara individual,

dimana setiap santri menghadap secara bergiliran

kepada Ustadz/ dh atau Kyai untuk membaca,

menghapalkan pelajaran yang diberikan sebelumnya.

b) Metode Bandongan atau Wetonan

Yaitu kegiatan pengajaran dimana seorang Ustadz atau

Kyai membaca dan menerjamahkan dan mengupas

pengertian kitab kepada para santri.

c) Metode Musyawarah atau Halaqoh

Metode halaqah merupakan kelompok kelas dari sistem

bandongan. Halaqah berarti lingkaran murid, atau

sekelompok santri yang belajar di bawah bimbingan


seorang ustadz dalam satu tempat. Dalam prakteknya,

halaqah dikategorikan sebagai diskusi untuk memahami

isi kitab, bukan mempertanyakan kemungkinan benar

salahnya apa apa yang diajarkan oleh kitab. Sejalan

dengan itu, sebagai mana dikemukakan Mahmud Yunus,

halaqah dinilai hanya cocok bagi pengembangan

intelektual kelas santri yang cerdas, rajin, serta bersedia

mengorbankan waktu yang besar untuk belajar.

Namun demikian, meski dengan istilah yang berbeda

(munazaharah), halaqah berhasil dikembangkan dengan

baik oleh KH Mustaim Romli (Jombang), sehingga

menjadi sebuah metode penyajian bahan pelajaran yang

mampu menanamkan  dan mengembangkan kreativitas,

sikap kritis, logis, dan analitis secara sekaligus,

disamping juga mampu memotivasi seluruh peserta

untuk terus belajar dan berkompetisi dalam

mengembangkan wawasan keilmuan secara mandiri. Hal

ini mengingat metodologi halaqah menempatkan kiai

atau hanya sebagai  “moderator”.

d) Hafalan  (Tahfizh)

Sebagai sebuah metedologi pengajaran, hafalan pada

umumnya diterapka pada mata pelajran yang bersifat

nadham (syair), bukan natsar (prosa), dan itupun pada


umumnya terbatas pada ilmu kaidah bahaga arab,

seperi  Nadhm AL-‘Imrithi, Afiyyah ibn Malik, Nadhm Al-

Maqsud, Nadhm Jawabir Al-Maknun, dan lain

sebagainya. Namun demikian, ada juga beberapa kitab

prosa (Natsar) yang dijadikna sebagai hafalan melalui

sistem pengajaran hafalan. Dalam metedologi ini,

biasanya santri diberi tugas untuk menghafal beberapa

bait atau baris kalimat dari sebuah kitab, untuk kemudian

membacakannya di depan sang kyai/ustadz.

Oleh karena mengharuskan santri untuk menghafal,

metode ini sangat relevan apabila diterapkan kepada

santri yang masih tergolong anak-anak, tingkat dasar,

dan tingkat menengah. Sedangkan pada usia diatas itu,

metode hafalan sebaiknya dikurangi sedikit demi sedikit,

dan lebih tepat digunakan untuk rumus dan kaidah-

kaidah. Hal ini disebabkan pada usia tersebut,tingkat

kemampuan menghafal santri cenderung semakin lemah

seiring dengan menguatnya daya nalar dan

pemahannya.

Dalam aplikasinya, metode ini biasanya diterapkan

dengan dua cara. Pertama, pada setiap kali tatap muka,

setiap santri diharuskan membaca tugas-tugas

hafalannya dihadapan kyai atau ustadz. Jika ia hafal


dengan baik, ia diperbolehkan untuk melanjuti tugas

hafalan berikutnya. Sebaliknya jika ia belum berhasil, ia

di haruskan mengulang lagi sampai lancar untuk

disetorkan kembali pada pertemuan yang akan dating

Kedua, seorang kyai atau ustadz menugaskan santrinya

untuk mengucapkan bagian-bagian tertentu dari hafalan

yang telah ditugaskan kepada mereka, atau  melanjutkan

kalimat atau lafadz yang telah diucapkan oleh gurunya.

e) Hiwar atau Muhawarah

Berbeda dengan hiwar dalam dunia pesantren yang

mengedepankan penguasaan bahasa sebagai alat

komunikasi, hiwar dalam pesantren salafiyah identik

dalam musyawarah. Dalam pemahamannya yang seperti

itu, metode ini hampir sama dengan metedo-metode

diskusi yang umum kita kenal, salah satunya adalah yang

diterapkan di Pondok Pesantren.

Sebagai sebuah metode, hiwar merupakan aspek dari

proses belajar dan mengajar di pesantren salafiyah yang

telah menjadi tradisi, khususnya bagi santri-santri yang

mengikuti sistem klasikal. Oleh karenanya, kegiatan ini

merupakan suatu keharusan. Bagi mereka yang tidka

mengikuti atau mengindahkan peraturan  kegiatan hiwara

atau musyawarah , akan dikenai sangsi, karena 


musyawarah sudah menjadi ketetapan  pesantren yang

harus di taati untuk dilaksanakan.

Dalam pelaksanaannya, para santri melakukan kegiatan

belajar secara kelompok untuk membahas bersama

materikitab, yang telah diajarkan oleh kyai atau ustadz.

Dalam belajar kelompok ini, mereka tidak hanya

membahas segala sesuatu yang berkenaan dengan

topik/sub topik bahasan kitab belaka. Lebih dari itu, tidak

jarang  mereka juga memperluas cakupan diskusinya,

hinggan mencakup  pembahasan tentang lafadz demi

lafadz dan kalimat demi kalimat jika ditinjau dari

gramatika bahsa Aarab (ilmu alat). Semua nitu

merupakan bagian integral dari usaha mereka untuk bisa

memahami makna hingga dapat  menyimpulkannya.

Sejalan denga itu, metode ini dinilai sangat efektif dan

relatif cukup berhasil sehingga sampai saat ini meteode

ini tetap di pertahankan oleh Pesantren  Salafiyyah.

f) Metode Bahtsul Masa’il (Mudzakaroh)

Mudzakaroh atau bahtsul Masa’i  merupakan pertemuan

ilmiah untuk membahas masalah diniyah, seperti ibadah,

akidah, dan permasalahan-permasalahna agama lainnya.

Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan

metode musyawarah. Bedanya, sebagai sebuah


metodologi mudzakarah pada umumnya hanya diikuti

oleh para kyai atau para santri tingkat tinggi. Dalam

kaitan ini Mudzakarah (diskusi) terbagi dua, yaitu:

1) Mudzakarah yang diadakan antar sesama kyai atau

ustadz. Pada tipe ini, biasanya disediakan kitab kitab

besar yang merupakan rujukan utama serta

dilengkapi dengan dalil-dalil dengan metode Istimbath

(pengambilan hukum) yang lengkap. Metode ini pada

umumnya bertujuan untuk memecahkan

permasalahan agama dan kemasyarakatan yang

timbul, disamping juga untuk memperdalam

pengetahuan agama.

2) Mudzakarah,  yang diadakan antar sesama santri.

Bertujuan untuk melatih para santri dalam

memecahkan masalah dengan menggunakan

rujukan-rujukan yang jelas, serta melatih santri

tentang cara berarguemntasi dengan menggunakan

nalar. Biasanya dipimpin oleh ustadz atau santri yang

ditunjuk oleh kyai.

g) Fathul Kutub

Fathul Kutub merupakan kegiatan latihan membaca kitab

(terutama kitab klasik) yang umumnya ditugaskan

kepada santri senior di pondok pesantren. Sebagai


sebuah metode Fathul Kutub bertujuan menguji

kemampuan mereka dalam membaca kitab kuning,

khususnya setelah mereka berhasil mengerjakan mata

pelajaran kaidah bahasa Arab. Metode ini biasanya

dikhususkan bagi santri yang sudah akan menyelesaikan

pendidikannya di sebuah Pondok Peantren.

h) Muqoronah

Muqoronah adalah sebuah metode yang berfokus pada

kegiatan perbandingan, baik perbandingan materi,

paham, metode, maupun perbandingan kitab. Metode ini

hanya diterapkan pada kelas-kelas santri senior (Mahad

‘ali) saja.

i) Muharawah atau Muhadatsah

Muhawarah merupakan latihan bercakap-cakap dengan

menggunakan Bahasa Arab. Metode ini digunakan untuk

berbicara baik dengan sesama santri maupun dengan

para ustaz atau kyai.

Metode keunikan dari pola pendidikan yang dilaksanakan

di pesantren adalah tujuan pendidikannya yang tidak

semata-mata berorientasi memperkaya pikiran santri

dengan penjelasan-penjelasan, tetapi juga menitik

beratkan pada peningkatan moral, melatih dan

mempertinggi semangat menghargai nilai-nilai spritual


dan humanistik, mengajarkan kejujuran serta

mengajarakan hidup sederhana. Dalam hal ini tujuan

pendidikan pesantren bukan untuk duniawi tetapi untuk

ibadah kepada Allah Swt.

H. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi atau cara penilaian pembelajaran kitab dalam

pembentukan kepribadian santri Pondok Pesantren Terpadu

Darussyifa Al-Fithroh yang dilakukan oleh seorang ustadz untuk

mengetahui kemampuan santri dalam beberapa aspek, yaitu:

1. Aspek Pengetahuan (Kognisi) yaitu dilakukan dengan

menilai kemampuan santri dalam membaca,

menterjemahkan, dan menjelaskan.

2. Aspek Sikap (Afeksi) yaitu dapat dinilai dari sikap dan

kepribadian dalam kehidupan santri sehari-hari

3. Aspek Ketrampilan (Skill) yaitu sesuatu yang dikuasai oleh

para santri dapat diamati melalui praktek kehidupan sehari-

hari dan dengan cara penilaian tersebut seorang ustadz atau

kyai akan tahu kepribadian setiap santri dalam kehidupan

sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai