Anda di halaman 1dari 6

Profile

PWQ

PESANTREN WISATA AL-QURAN PALAMPANG

Alamat:
Jalan Kemakmuran KM.52
(Depan Bank Muamalat)
Keluarahan Mappasaile
Kecamatan Pangkajene
Kabupaten Pangkep
Propinsi Sulawesi Selatan
Kode Pos 90617

http://pwq.sch.id
CP: 08114605544 / 08121305544
PROFIL
PESANTREN WISATA AL-QURAN
PWQ PALAMPANG
2017

I. SEJARAH SINGKAT
Oktober 1973 di Kabupaten Pangkep, 50 KM ke arah utara kota Makassar, Anwar Alif
memulai dakwahnya, turut andil dalam kegiatan kemasyarakatan untuk menggiring budaya
kearifan lokal yang identik dengan adat istiadat keluhuran serta pengaruh kepercayaan
animisme, kepada budaya islami sesuai dengan keteladanan dan sunnah Rasulullah SAW.
Sebagai seorang pemuda, alumni Pendidikan Guru Agama dan Lulusan pertama Pesantren
Darul Istiqamah Maccopa, ia banyak menghabiskan waktunya membaca buku buku literatur
klasik dan modern untuk kemudian pengetahuannya diterapkan dalam kegiatan
kemasyarakatan seperti pernikahan, kematian, dan pengajian-pengajian. Bak gayung
bersambut, dakwah-dakwahnya banyak diterima masyarakat walaupun tidak sedikit juga yang
menghalanginya, bahkan dari unsur pemerintah setempat yang kala itu adalah masa orde baru.
Adalah organisasi Muhammadiyah yang pertama kali merekrut Anwar Alif untuk
berkecimpung dalam keorganisasian kepemudaannya, ia kemudian menjelma menjadi
pemeran utama dalam sejarah kemajuan Muhammadiyah di Kabupaten Pangkep. Puncaknya
ialah tahun 1976 ia mewakafkan diri sebagai pengurus Muhammadiyah dan sekaligus ia
merintis amal usaha Panti Asuhan Mattoangin yang dengan singkat telah berkembang pesat
dan menjadi basis dakwah, dan menyedot banyak perhatian tokoh-tokoh masyarakat di
Sulawesi Selatan.
Prinsip amal jariyah ialah membangun dan menghidupkan ummat berarti
menghidupkan diri sendiri, dan perinsip perekat ummat ialah berdiri di atas dan untuk semua
golongan atas dasar inilah dan dengan keteguhan hatinya, pada tahun 1991, Anwar Alif
kemudian memilih untuk tidak berapiliasi dengan kelompok dan golongan tertentu, ia bahkan
mengundurkan diri sebagai pengasuh Panti Asuhan Mattoangin yang telah ia rintis dan
besarkan. Ia juga tidak lagi aktif sebagai pengurus Muhammadiyah Kabupaten Pangkep. Ia
lebih memilih untuk berdiri di atas dan untuk semua golongan dengan merangkul semua
tokoh-tokoh masyarakat, baik dari Muhammadiyah maupun dari Nahdhatul Ulama (NU) dan
Darul Dakwah wal Irsyad (DDI).
Pada tahun itu pula yakni 1991 Anwar Alif mendirikan Yayasan Mujahidin, nama yang
disesuaikan dengan sebuah Masjid Mujahidin di tengah kampung Palampang. Tentu saja
dengan dukungan besar dari tokoh tokoh masyarakat Palampang yang salah satunya adalah
Bapak Haji Abdul Hamid Yunus, keseharian beliau disapa Haji Mide. Masjid itu kemudian
menjelma menjadi pusat kegiatan dakwah terbesar di Kabupaten Pangkep, sebagai
penghargaan atas keikhlasan dan dukungan yang telah beliau curahkan, Haji Mide diminta
secara khusus oleh Anwar Alif untuk menjadi Ketua Yayasan Mujahidin Pangkep hingga akhir
hayatnya. Anwar Alif kemudian mendedikasikan karya pemikirannya dalam membangun masjid
tersebut menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam. Hingga tanggal 11 Desember 1991 telah
resmi didirikan Yayasan Mujahidin Pangkep (YMP) dengan amal usaha pertama saat itu adalah
Panti Asuhan Mujahidin berbasis pendidikan formal yaitu Madrasah Tsanawiyah Mujahidin
merupakan sekolah formal setingkat SMP di bawah naungan Departemen Agama.

1 | www.pwq.sch.id
Adapun kegiatan belajar para siswa saat itu dipusatkan di dalam masjid, sedangkan
kegiatan asrama dipusatkan di rumah kediaman Bapak Haji Haerong, salah seorang simpatisan
DDI, yang tidak jauh dari Masjid Mujahidin. Berkat keikhlasan Bapak Haji Haerong pulalah serta
sumbangsih yang tak ternilai itu, maka beliau pun diangkat menjadi Ketua Panti Asuhan
Mujahidin hingga akhir hayatnya. Sederet penghargaan skala nasional pun telah disandangnya
dari Presiden Soeharto kala itu.
Perkembangan Yayasan Mujahidin Pangkep seiring dengan berkembang pesatnya
pembangunan Masjid Mujahidin dari masjid sederhana menjadi masjid besar berlantai dua
tersebut tidak luput dari cerita kelam perebutan pengaruh dan persaingan kepengurusan
masjid, memaksa Anwar Alif untuk kesekian kalinya mengundurkan diri dari kepengurusan
masjid, ia kemudian memilih untuk menghimpun daya dan upaya membesarkan Yayasan
Mujahidin Pangkep secara terpisah dari Masjid Mujahidin, bersama dengan istrinya Andi
Darwisah dan beberapa pengikut setia dari para mantan muridnya, ia mewakafkan diri dan
materinya.
Awal mula perjuangan itu ditandai dengan penggalangan dana secara langsung dari
pintu ke pintu diprakarsai oleh bunda Andi Darwisah, yaitu istri Anwar Alif, sebagai modal
membangun dan membebaskan tanah sawah di jalan poros Pangkajene Bungoro untuk
selanjutnya diwakafkan dan menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Mujahidin Pangkep.
Alhamdulillah, cita-cita mulia itu terwujud yakni pada tahun 1993, dengan keteguhan
dan keikhlasan serta dukungan dari para simpatisan, Yayasan Mujahidin Pangkep telah
membebaskan tanah wakaf seluas 7600 m dan terus dikembangkan yaitu tahun 2003 telah
dibebaskan tanah wakaf seluas 6100 m hingga kini telah mencapai 13.700 m dengan status
TANAH WAKAF. Selanjutnya pada tahun 1995 didirikan Madrasah Aliyah dan diresmikannya
Pondok Pesantren Mujahidin Pangkep secara terbuka.
Seiring waktu pasang surut Pondok Pesantren Mujahidin Pangkep, mengalami masa-
masa kejayaan yaitu tahun 1998 hingga tahun 2006 berbagai prestasi diraih hingga menjadi
salah satu lembaga pendidikan yang disegani dan diperhitungkan di Sulawesi Selatan.
Puncaknya tahun 2004, ketika banyak santri yang tampil di panggung prestasi tingkat propinsi
dan nasional, antara lain MTQ, Kepramukaan, dan keterampilan berbahasa asing yaitu Arab
dan Inggris. Lalu sampailah ia pada masa surut dimulai tahun 2008 hingga tahun 2014 dimana
ia tak lagi mampu bersaing dengan lembaga pendidikan milik pemerintah yang saat itu mulai
mencanangkan pendidikan gratis.
Maka pada tahun 2015, tepatnya 20 Maret 2015 Pondok Pesantren Mujahidin
selanjutnya bertransformasi menjadi PESANTREN WISATA AL-QURAN (PWQ) PALAMPANG
dengan menunjuk dan mengamanahkan program kegiatannya dikelola secara professional oleh
tenaga-tenaga menejmen rekrutan dari berbagai lembaga pendidikan ternama dari penjuru
nusantara, mengadopsi sekolah-sekolah berasrama bertaraf internasional dari penjuru dunia
dengan system WAQAF PRODUKTIF mengedepankan kualitas pembelajaran guna
pembentukan karakter dan akhlaq yang mulia serta kecerdasan intelektual yang
bertanggungjawab.

II. VISI DAN MISI


Sebagai lembaga kemasyarakatan yang mengedepankan pendidikan Islam dan turut
serta mencerdaskan dan membangun kehidupan bangsa Indonesia; Juga terilhami oleh
lembaga-lembaga pendidikan besar; Serta dalam melaksanakan cita-cita dan gagasan para
pendiri yang intinya ialah rasa tanggung jawab untuk memajukan Bangsa dan Agama dalam
mencapai ridha Allah, maka telah ditetapkan visi dan misinya sebagai berikut :

2 | www.pwq.sch.id
A. Visi
Sebagai lembaga pendidikan pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat
ibadah thalabul ilmi; membentuk generasi yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri,
kompetitif, cakap dalam teknologi, dan berwawasan global.

B. Misi
Mengimplementasikan nilai-nilai akhlak yang bertumpu pada Iman dan Takwa.
Mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah kehidupan
berlandaskan Islam dan sains.
Mengembangkan kemandirian siswa dengan menyiapkan fasilitas yang sesuai
dengan kompetensi siswa.
Mengembangkan bakat dan sumber daya siswa dalam hal semangat berkompetisi.
Meningkatkan efektifitas dan produktifitas pembelajaran berbasis informasi,
komunikasi, dan teknologi (ICT).
Mengembangkan kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa asing.

C. Tujuan
Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
Terbentuknya generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan pikir.
Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.

III. MOTTO
Pendidikan PWQ menekankan pada pembentukan pribadi mukmin muslim yang berbudi tinggi,
berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Kriteria atau sifat-sifat utama ini
merupakan motto pendidikan di PWQ.

1. Berbudi tinggi
Berbudi tinggi merupakan landasan paling utama yang ditanamkan oleh Pesantren ini kepada
seluruh santrinya dalam semua tingkatan; dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Realisasi penanaman motto ini dilakukan melalui seluruh unsur pendidikan yang ada.

2. Berbadan Sehat
Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam pendidikan di Pesantren ini.
Dengan tubuh yang sehat para santri akan dapat melaksanakan tugas hidup dan beribadah
dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan dilakukan melalui berbagai kegiatan olahraga,
dan bahkan ada olahraga rutin yang wajib diikuti oleh seluruh santri sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan.

3. Berpengetahuan Luas
Para santri di Pesantren ini dididik melalui proses yang telah dirancang secara sistematik untuk
dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mereka. Santri tidak hanya diajari
pengetahuan, lebih dari itu mereka diajari cara belajar yang dapat digunakan untuk membuka
gudang pengetahuan. Kiyai sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak terbatas, tetapi

3 | www.pwq.sch.id
tidak boleh terlepas dari berbudi tinggi, sehingga seseorang itu tahu untuk apa ia belajar serta
tahu prinsip untuk apa ia manambah ilmu.

4. Berpikiran Bebas
Berpikiran bebas tidaklah berarti bebas sebebas-bebasnya (liberal). Kebebasan di sini tidak
boleh menghilangkan prinsip, teristimewa prinsip sebagai muslim mukmin. Justru kebebasan di
sini merupakan lambang kematangan dan kedewasaan dari hasil pendidikan yang telah
diterangi petunjuk ilahi (hidayatullah). Motto ini ditanamkan sesudah santri memiliki budi
tinggi atau budi luhur dan sesudah ia berpengetahuan luas.

IV. PANCA JIWA


Seluruh kehidupan di PWQ didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana-suasana yang
dapat disimpulkan dalam Panca Jiwa.
Panca Jiwa adalah lima nilai yang mendasari kehidupan PWQ :

1. Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini mengandung makna berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk
mendapatkan keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata
untuk ibadah lillah. Kyai ikhlas medidik dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu
menjalankan proses pendidikan serta para santri yang ikhlas dididik.
Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pesantren yang harmonis antara kyai yang disegani
dan santri yang taat, cinta dan penuh hormat. Jiwa ini menjadikan santri senantiasa siap
berjuang di jalan Allah, di manapun dan kapanpun.

2. Jiwa kesederhanaan
Kehidupan di pesantren diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif
atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa kesederhanan itu
terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi
perjuangan hidup.
Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang mundur dalam
segala keadaan. Bahkan di sinilah hidup dan tumbuhnya mental dan karakter yang kuat, yang
menjadi syarat bagi perjuangan dalam segala segi kehidupan .

3. Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh yang dibekalkan
pesantren kepada para santrinya. Berdikari tidak saja berarti bahwa santri sanggup belajar dan
berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri sebagai
lembaga pendidikan juga harus sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan
kehidupannya kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain .
Inilah Zelp berdruiping sy s te e m (sama-sama memberikan iuran dan sama-sama memakai).
Dalam pada itu, Pesantren tidaklah bersifat kaku, sehingga menolak orang-orang yang hendak
membantu. Semua pekerjaan yang ada di dalam pesantren dikerjakan oleh kyai dan para
santrinya sendiri, tidak ada pegawai di dalam PWQ .

4. Jiwa Ukhuwwah Islamiah


Kehidupan di pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan
duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat

4 | www.pwq.sch.id
memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di Pesantren, tetapi juga
mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat setelah mereka terjun di
masyarakat.

5. Jiwa Bebas
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam
memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar, masyarakat.
Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala
kesulitan. Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali ditemukan unsur-unsur negatif, yaitu
apabila kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya
arah dan tujuan atau prinsip.
Sebaliknya, ada pula yang terlalu bebas (untuk tidak mau dipengaruhi), berpegang teguh
kepada tradisi yang dianggapnya sendiri telah pernah menguntungkan pada zamannya,
sehingga tidak hendak menoleh ke zaman yang telah berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi
bebas karena mengikatkan diri pada yang diketahui saja.
Maka kebebasan ini harus dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas di dalam garis-garis yang
positif, dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam kehidupan pesantren itu sendiri, maupun
dalam kehidupan masyarakat.
Jiwa yang meliputi suasana kehidupan Pesantren itulah yang dibawa oleh santri sebagai bekal
utama di dalam kehidupannya di masyarakat. Jiwa ini juga harus dipelihara dan dikembangkan
dengan sebaik-baiknya.

V. PANCA JANGKA
1. Pendidikan dan Pengajaran
2. Kaderisasi
3. Pergedungan
4. Pengadaan Sumber Dana
5. Kesejahteraan Keluarga Pesantren

VI. ORENTASI PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN


Keislaman
Keilmuan
Kemasyarakatan

VII. STRATEGI PENDIDIKAN


Kehidupan Pesantren dengan segala TOTALITASNYA menjadi media pembelajaran dan
pendidikan.
Pendidikan berbasis komunitas: segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dikerjakan,
dan dialami oleh para santri dan warga Pesantren dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan.

5 | www.pwq.sch.id

Anda mungkin juga menyukai