1
Untuk mempersiapkan dan mencetak SDM yang memiliki kemampuan
itu jelas dibutuhkan adanya lembaga pendidikan yang memadukan pendidikan
ilmu pengetahuan (IPTEK) dan pendidikan karakter, pendidikan yang
mengembangkan, mencerdaskan dan keterampilan pendidikan akhlak
(IMTAK). Pendidikan yang menjadikan agama sabagai basis bagi
pembangunan nilai-nilai kecerdasan, keterampilan, semangat penelitian dan
pengembangan akan pekerjaan dan pengabdian. Semua itu dapat diakomodir
dengan penyelenggaraan lembaga pendidikan yang memiliki pola keterpaduan
antara kepesantrenan dan sekolah.
Upaya modernisasi pada sistem kepesantrenan dan lembaga pendidikan
Islam melalui konsep keterpaduan bukan semata-mata hanya tugas pemerintah,
tapi tugas semua komponen bangsa. Untuk itu Dr. KH. E.S Mubarok, M.Sc,
MM dan Dr. Hj. Lani Melani, M.MPd sebagai pendiri bersama tokoh
masyarakat, pemerintah setempat dan teman-teman yang memiliki pandangan
tentang kelembagaan berbasis pendidikan dan kepesantrenan mencoba
mengakomodir segala daya dan upaya untuk mendirikan sebuah lembaga yang
diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat luas. Dengan segala
kekurangan dan keterbatasan melalui perjalanan yang panjang, maka
terhimpunlah kekuatan untuk mendirikan lembaga pendidikan yang bernama
Yayasan Sosial Dan Pendidikan Islam Darussyifa Al-Fitrat Sukabumi
(Yaspida), yang salah satu di dalamnya adalah Pondok Pesantren Berbasis
Terpadu, yang diberi nama “Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-
Fithroh” dengan membulatkan tekad untuk turut serta membantu proses
pembangunan yang sedang berlangsung dengan jalan meningkatkan kifrah
juang melalui penyelenggaraan Pola Pendidikan Terpadu Bernuansa Islami
melalui lembaga sosial berbasis Pendidikan dan Kepesantrenan, yang Insya
Allah tersebut mampu menampilkan perpaduan program pendidikan umum,
agama dan terapan (bidang keahlian) dengan pola terpadu yang meliputi ;
keahlian dalam ahli teknologi terapan, keterpaduan dalam kegiatan sekolah dan
pesantren (dzikir, fikir dan ikhtiar). YASPIDA yang merupakan pola
pendidikan terpadu bernuansa Islami dimana keterpaduannya merupakan ciri
khas yang dikembangkan oleh YASPIDA itu sendiri. YASPIDA didirikan pada
2
hari Jumat tanggal 04 Juni 1999 di kampung Renged RT 19/04 Desa Cipetir
Kecamatan Kadudampit Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
B. Profil Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh
Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi berada di bawah naungan
Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Darussyifa Al-Fitrat Perguruan Yaspida
Sukabumi.
Ketua Umum Yayasan : Dr. Hj. Lani Melani, M.MPd
Nomor Akte Notaris : No. 1 Tgl. 25 Februari 2005
Diperbaharui Dengan No. AHU-AH.
01.06-506 Tgl 06 April 2015
Alamat Yayasan : Jl. Parungseah No. 43 KM.4 Desa
Cipetir Cisaat Kecamatan Kadudampit-
Cisaat, Sukabumi – Jawa Barat
Status : Swasta
Tahun Pendirian : 04 – 06 – 1999
Telepon/ Faximile : (0266) 6249758
Website/ email :www.yaspidasukabumi.com/
yaspida_sukabumi@yahoo.com
Nama Pondok Pesantren : Darussyifa Al-Fithroh
Tipe Pondok Pesantren : Salafiyah Terpadu
No Statistik Pondok Pesantren: 510032020454
Pimpinan Pondok Pesantren : Dr.KH. E. Supriatna Mubarok, M.Sc.,M.M
C. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa
Al-Fithroh
1. Visi
Mencetak santri yang Intelek, Religius, Cerdas, Berakhlaqul Karimah,
Mandiri, Kompetitif, dan Disiplin dalam segala hal menuju Insan Kamil
Anfa’ahum Linnas melalui pengkaderan “Ulama ul’amilin”
2. Misi
Misi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai visi.
Adapun misi dari Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh
ialah :
3
a. Menanamkan nilai-nilai ke-Islaman, Akhlaqul Karimah, Aqidah
Islamiyah dan kader-kader ulama serta pemimpin umat yang
muttafaquh fiddiin berpaham Ahlusunnah Waljama’ah.
b. Mengembangkan minat dan bakat santri melalui kurikulum
kepesantrenan berbasis keterpaduan, kompetensi,
kemasyarakatan dan aplikasi amaliyah ubudiyah.
c. Mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi social dan budaya
serta karya seni Islami.
d. Memberikan pelayanan dan keteladanan atas dasar nilai-nilai
Islam yang inklusi dan humanis.
e. Mengembangkan manajemen pesantren berbasis keterpaduan
yang menjadi rujukan secara regional dan nasional.
f. Mengembangkan kemitraan dengan institusi pemerintah,
lembaga usaha, lembaga kemasyarakatan dan swadaya tanpa
ikatan.
g. Menjalankan Pondok Pesantren sebagai tempat mengabdi untuk
umat menuju Mardhotillah, mencetak santri yang intelek,
kompetitif dan disiplin dalam segala hal menuju Insan Kamil
Anfa’ahum Linnas melalui pengkaderan “Ulamaul ‘Amiliin.
h. Mempersiapkan generasi Islam yang kompeten (science, skill,
social behaviour, sincere faith) untuk berkiprah di dunia
internasional.
i. Mengembangkan potensi sesuai dengan minat yang dimiliki.
j. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, handal, teruji dan siap
pakai (Demand Driven).
3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai Pondok Pesantren terpadu Darussyifa Al-
Fithroh Kabupaten Sukabumi adalah:
a. Mendidik santri supaya memiliki iman yang kuat, kepercayaan yang
mantap terhadap ajaran Islam secara komprehensif.
b. Mendidik santri agar mampu berfikir rasional yang dilandasi dengan
dasar-dasar Aqidah Islamiyah.
4
c. Mendidik santri agar selalu menjunjung tinggi dan mengaplikasikan
konsep kehidupan secara realistis melalui Ukhuwah Islamiyah,
Ukhuwah Insaniyyah, Ukhuwah Ma’hadiyyah dan Ukhuwah
Wathoniyyah.
d. Mendidik santri agar tercapainya kehidupan yang Anfa’ahum Linnas
dengan predikat Ulama’ul Amiliin.
e. Mendidik santri agar mampu menjalankan dan mengamalkan
Ubudiyah atas tuntunan Al-Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyyas
berdasarkan konsep Ahlusunnah Waljama’ah.
f. Membentuk kader pemimpin umat dan bangsa yang handal, amanah,
cerdas, inspiratory dalam tatanan kehidupan secara nyata.
g. Mendidik santri agar memiliki kemantapan Aqidah Ahlusunnah Wal
Jama’ah, kedalaman spiritual, keleluasaan Ilmu dan keterampilan
serta keluhuran budi pekerti.
h. Menjadikan Alumni Pondok Pesantren yang siap pakai di tengah-
tengah kehidupan masyarakat tanpa menjadikan beban kepada
masyarakat dimana alumni berada.
i. Menjadikan Alumni Pondok Pesantren sebagai pengabdi umat
menuju Anfa’ahum Linnas.
j. Menjadikan alumni Pondok Pesantren yang mengaplikasikan
pemahaman ilmu agama sebagai landasan dan cerminan untuk masa
yang akan datang.
4. Strategi
Kokohnya sebuah bangunan tatkala ada pilar, untuk itu pula kokohnya
pribadi santri harus berlandaskan pada pilar kedisiplinan antara lain
disiplin peribadatan, disiplin pembelajaran, disiplin tampilan dan disiplin
pergaulan untuk menuju Yaspida Bangkit Berkatya.
a. Pembiasaan rajin dalam ketaatan peribadatan.
b. Pembiasaan sopan santun dalam pergaulan.
c. Pembiasaan kesederhanaan dalam kehidupan.
d. Pembiasaan kekhusuan dalam kehidupan.
e. Pembiasaan semangat dalam pekerjaan dengan landasan kerja keras,
kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas, kerja mawas dan kerja puas.
5
f. Pembiasaan ketawadhuan dalam kehidupan keseharian.
g. Pembiasaan ilmiah dalam pemikiran.
6
Pengelola Perpustakaan : Siti Sarah S.Pd
III Kabid Usaha Ponpes
Kasi Usaha Mikro
Kepala Koperasi : Lela Sa'adah
Kepala Perlengkapan Sekolah/
Madrasah : Yuliana S.Pd
Kepala Laundry : Agus Budiman S.E
Kepala Pujasan : Wawan
Kepala Galery Yaspida : Tia Isti’anah S.Si
Kepala Urusan Perikanan/
Peternakan : Rinaldi Tri Oktaviano
Kepala Urusan Pertanian/
Perkebunan : Eman Sulaeman
Kasi Usaha Makro
PT. Darussyifa Hikmah Tirta : Silahudin, S.Sos
PT. Darussyifa Hikmah Alam : Silahudin, S.Sos
IV Biro Pendidikan
Institus Agama Islam : Dr. KH Zainal Abidin M.Ag
Ma'had Aly : Drs. Rahmat Purnama, MM
V Kabid Pendidikan Umum dan Kejuruan
SD IT : Lela Fatmawati, S.H.I
SMP IT : Hj. Eli Susulawati, S.Ag M.Pd
Madrasah Tsanawiyah : H. M. Said HR S.Ag
Madrasah Aliyah : Drs. H. Lili Salim, M.Ag
SMA : H. Uce Gunawan, S.Ag M.M
SMK Teknologi, RPL dan Agribisnis : H. Margono, S.H, M.M
SMK Bisnis Manajemen &
Kesehatan : H. Nandang Irawan, S.Pd.I M.Pd
VI Kepala Kepesantrenan : H. Saepulloh, S.Pd
Kabag. Kepesantrenan : Dedi Nurfarid
Kepala Kantor : Janatulloh
Staf Administrasi Santri Putra : Bambang Sumardi
7
Staf Administrasi Santri Putri : Mirna Aeni Robiah S.Pd
Kabid Urusan Pondok : H.M. Said. HR., S.Ag
Kepala Seksi Urusan Kesantrian
Putra : Ahmad Suhaemi, S.Ud
Kepala Seksi Urusan Kesantrian
Putri : Hj. Eli Susulawati, S.Ag M.Pd
Kabid Urusan Ubudiyah : M. Jujum Junaedi
Kabid Keamanan & Ketertiban : Cep Diansyah S.Pd
Kabid Pemeliharaan Asset : Yuda Kurniawan, S.Sos., M.Pd.I
Bendahara Umum Pondok Pesantren : Andi Suandi, S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian SD : Fuji lestari S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian SMP IT : Neng Ulpah Syarifah S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian MTs : Fitria Nurul Ajizah
Pelaksana Keuangan Harian MA : Mila Nurjamilah
Pelaksana Keuangan Harian SMA : Siti Rahmah
Pelaksana Keuangan Harian SMK T
1 : Lina Hajjah Maya Aprilianti S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian SMK T
2 : Gita Sri Budiarti S.Pd
Pelaksana Keuangan Harian IAIS : Yan Ferdianza, S.Pd
Kasubag Urusan Piutang & SPP : Ega Nurlaelasari S.E
Kasubag Urusan Tabungan Santri : Fahmi Rahman S.Kom
8
h. Kantin Putera dan Puteri
i. Kolam Renang Umum Digunakan untuk berenang Santri Putri
j. Pusat Pembelajaran Santri
k. Sarana Konsultasi Santri
l. Tempat Peristirahatan Orang Tua
m. Unit Usaha (Sapi Perah, Budidaya Perikanan, Budidaya Pertanian
dan AMDK)
n. Klinik Kesehatan Santri
o. Kantor Pesantren Putra/ Putri
p. Perpustakaan
q. Warnet
r. Gedung Olahraga dan Seni Santri
s. Majlis Ta'lim
t. Majlis Dzikir, Sholawat dan Aurod
u. Koperasi pondok pesantren
v. Sarana Lahan pertania
w. Lembaga pendidikan keterampilan
2. FASILITAS SEKOLAH
a. Gedung sekolah yang refresentatif
b. Ruang Kelas Milik Sendiri (Ruang KBM)
c. Ruang Praktek Listrik
d. Ruang Praktek Kendaraan Ringan/ Otomotif
e. Ruang Perpustakaan
f. Ruang Lab. Teknik Informatika
g. Lab. IPA
h. Ruang Lab. Farmasi
i. Sarana Perkantoran tiap Komponen
j. Kantin Sekolah
k. Ruang OSIS dan BP
l. Ruang Sekretariat PASGARRDA
m. Ruang Sekretariat PASPAMDA
n. Musik Room
9
o. Lapangan olahraga (bola voli, bulu tangkis, tenis meja, sepak bola,
basket, dll)
p. Lab administrasi perkantoran dan Lab Bahasa
q. Lab. Farmasi
r. Perpustakaan
3. Tempat Ibadah dan Mengaji
Tempat Ibadah
1) Masjid Nurul Fithroh
2) Majlis Nurul Fithroh
3) Mushola Wadil Quro
4) Mushola Hikmah Mubarok
5) Tempat Mengaji
(a) Masjid : Sistem Halaqoh (Putra dan Putri )
(b) Majlis : Sistem Halaqoh (Putra dan Putri )
(c) Kelas : Sistem Klasikal (Putra dan Putri)
4. Asrama
Asrama untuk santri putra sebanyak 107 kamar, yakni sebagai berikut :
a. Pondok Darul Rif’at (kamar 1 – 8)
b. Pondok Hikmah Mubarok 1 (kamar 1-5)
c. Pondok Hikmah Mubarok 2 (kamar 1-4)
d. Pondok Hikmah Mubarok 3 (kamar 1-3)
e. Pondok Darul Amaliyah (kamar 1-16)
f. Pondok Darul Autam (kamar 1-8)
g. Pondok Darul Ilmi (kamar 1-24)
h. Pondok Wadil Quro (1-20)
Asrama untuk santri putra sebanyak 90 kamar, yakni sebagai berikut :
a. Pondok Arofah (1 kamar)
b. Pondok Ashabul Ma’had (kamar 1-7)
c. Pondok Madinah (kamar 1-10)
d. Pondok Zaleha 1 (kamar 1-8)
e. Pondok Zaleha 2 (kamar 1-4)
f. Pondok Tan’im (kamar 1-8)
g. Pondok Mubarok SLA (kamar 1-23)
10
h. Pondok Makkah (kamar 1-10)
i. Pondok Badar 1 (kamar 1-8)
j. Pondok Badar 2 (kamar 1-5)
k. Pondok Hikmah (kamar 1-3)
l. Pondok Darul Autam (kamar 1-6)
m.Pondok Soenarto (kamar 1-12)
n. Pondok Marwah (kamar 1-2)
o. Pondok Sofwah (kamar 1-2)
p. Pondok Fauziah (kamar 1-2)
q. Pondok Mubarok SMP (kamar 1-6)
11
GTT = 120 Orang
Sarjana Muda ( D-III ) 3 GTT = 3 Orang
Diploma II ( D-II ) 1 Guru Tetap Yayasan
Jumlah 189
2. Data Guru-Guru (Asatidz)
Jenjang Pendidikan Jumlah Status Kepegawain
Doktor ( S-3) 5 Guru Tetap Yayasan
Magister ( S-2) 10 Guru Tetap Yayasan
Sarjana ( S-1 ) 121 Guru Tetap Yayasan
Sarjana Muda ( D-III ) Guru Tetap Yayasan
Diploma II ( D-II ) Guru Tetap Yayasan
Diploma I ( D-I ) Guru Tetap Yayasan
SLTA 15 Guru Tetap Yayasan
Jumlah 151
3. Tenaga Kependidikan
No. Status Kepegawaian Jumlah
1 Karyawan 101
2 Pengabdian 31
12
Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang
mempertimbangkan komponen-komponen masukkan, proses dan produk
secara seimbang dan setaraf. Ketiga komponen tersebut berinteraksi
dalam kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu
untuk mengembangkan kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku
berkat pengalaman belajar. Untuk mencapai perubahan-perubahan
perilaku, sistem keterpaduan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut : suasana lapangan (field setting) yang memungkinkan
siswa menampilkan kemampuannya di dalam kelas, pengembangan diri
sendiri (self development), pengembangan potensi yang dimiliki masing-
masing individu (self actualization), proses belajar secara kelompok
(social learning), pengulangan dan penguatan (reinforcement),
pemecahan masalah-masalah (heuristic learning), dan sikap percaya diri
sendiri (self confidence).
peserta didik
13
5) Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada.
7) Peran guru sama aktifnya dengan peran santri, bahkan peran santri
lebih menonjol dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing
atau fasilitator.
14
5) mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan
peserta didik.
Pada komponen masukan, kurikulum dititikberatkan pada
mata-mata pelajaran yang logis dan sistematis agar santri menguasai
struktur pengetahuan tertentu. Pada komponen proses, kurikulum
dititikberatkan pada pembentukan konsep berfikir dan cara belajar
yang di arahkan kepada pengembangan peta kognitif. Pada
komponen produk, kurikulum dititikberatkan pada pembentukan
tingkah laku spesifik. Disinilah keunikan penerapan kurikulum
berbasis keterpaduan, dimana pelaksanaan pembelajaran di Pondok
Pesantren Terpadu Darussyifa dalam pelaksaan pembelajarannya
memadukan antara kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pihak
DIKNAS/ DEPAG di sekolah melalui KTSP dan Kurikulum 2013
dengan kurikulum yang ditetapkan lembaga penyelenggara sekolah
itu sendiri atau kurikulum pesantren.
16
kurikulum berbasis masyarakat adalah guru sebagai fasilitator dan
siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan masalah.
18
(c) Futuris. Melihat tahun-tahun mendatang daripada terpaku
pada masalah-masalah. Mereka menganalisa perkembangan
saat ini membuat prediksi dari data yang ada dan memberikan
skenario alternatif mereka menggaris bawahi pilihan yang
dimiliki orang-orang dalam membentuk tahun-tahun kedepan
serta menguatkan atau mendorong sekolah-sekolah untuk
memberi murid mereka alat untuk membentuk masa depan
yang lebih baik untuk mereka.
(d) Radikalis. Mereka yang menganggap bahwa masyarakat
sebagai pendukung kurikulum yang cacat dimana mereka
akan menunjukan kekurangan-kekurangan tersebut dan
memperkuat anak-anak muda untuk mempengaruhi perubahan
radikal. Biasanya efek dari pandangan neo marxis, mereka
percaya bahwa masalah-masalah pada saat ini hanyalah gejala.
Ketidakadilan sosial yang merasuk dalam kapitalis teknologi.
Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keunggulan
antara lain:
(a) kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat;
(b) kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah,
baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial;
(c) disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat
memudahkan dalam pelaksanaannya;
(d) adanya motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah dan
guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan
menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, sehingga terjadi
semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
19
masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku
teks.
(b) Disiplin kelas berdasarkan tanggung jawab bersama bukan
berdasarkan paksaan atau kebebasan.
(c) Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan
masalah untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan
kebutuhan sosial atau kelompok.
(d) Bentuk hubungan atau kerja sama lembaga pendidikan dan
masyarakat adalah mempelajari sumber-sumber masyarakat,
menggunakan sumber-sumber tersebut dan memperbaiki
masyarakat tersebut.
(e) Strategi pembelajaran meliputi karya wisata, manusia
(narasumber), survei masyarakat, berkemah, kerja lapangan,
pengabdian masyarakat, kuliah kerja nyata, proyek perbaikan
masyarakat, dan sekolah pusat masyarakat.
Karakteristik materi pembelajarannya adalah:
(a) Validitas.
(b) Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh santri.
(c) Kebermanfaatan, secara akademik dan nonakademik sebagai
pengembangan kecakapan hidup (life skill), dan mandiri.
(d) Layak dipelajari, tingkat kesulitan, dan kelayakan bahan ajar
dan tuntutan kondisi masyarakat sekitar.
(e) Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari
lebih lanjut dengan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu
(f) Alokasi waktu,penentuan alokasi waktu terkait dengan
keleluasaan dan kedalaman materi.
(g) Sarana dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga
yang berfungsi memberikan kemudahan terjadinya proses
pembelajaran.
(f) Kegiatan santri dan guru. Kegiatan siswa mestinya
memepertimbangkan pemberian peluang bagi santri untuk
mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan, di
bawah bimbingan guru. Guru dalam kurikulum berbasis
20
masyarakat berperan sebagai fasilitator, sumber belajar,
pembina, konsultan, sebagai kritra kerja yang menfasilitasi
siswa dalam pembelajaran.
21
b. Tujuan kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler
dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki santri
setelah menyelesaikan suatu bidang studi/ kajian kitab kuning
yang dipelajari do Pondok Pesantren.
c. Tujuan pembelajaran/ Instruksional
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau
yang disebut dnegan tujuan instruksional, merupakan tujuan
yang paling khusus. Tujuan pembelajarn yang merupakan bagian
dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan
yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari
bahasan tertentu dalam bidang studi/ kajian kitab kuning tertentu
dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami
kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik santri yang
akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka
menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru/ asatidz.
6. Materi Kurikulum
a. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran Kitab Kuning
No Kelompok Cakupan
Mata
Pelajaran
1 Al- Kelompok mata pelajaran ini dimaksdukan
Quran untuk mempelajari, melafazkan,
dan membunyikan dan menyampaikan dengan
Tajwid sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap
bacaan dalam ayat Al-Quran. Santri diajarkan
makhorijul khuruf, shifatul huruf, Ahkamul
huruf, Ahkamul maddi wal qasr, Ahkamul
waqaf wal ibtida’, ahkamun Nuni, akhkamul
mimi, dll
2 Akhlaq Kelompok mata pelajaran Akhlak ini
dimaksdukan untuk membentuk akhlak santri
22
yang mampu menjadi pribadi islami,
penguatan ibadah yang perlu dilakukan,
bermusyawarah, di mana santri diajarkan
untuk berserah diri kepada Allah Swt
bagaimana Akhlak Kepada Allah SWT,
Akhlak Kepada Nabi Muhammad SAW,
Akhlak Terhadap Sesama Manusia, Akhlak
Terhadap Diri Sendiri, dan Akhlak Terhadap
Lingkungan.
3 Fiqh Kelompok mata pelajaran fiqh dimaksudkan
untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang
berhubungan dengan kehidupan manisia,
untuk memperdalam pengetahuan dalam
hukum-hukum agama baik dalam bidang
aqidah, akhlak maupun dalam bidang ibadah
dan muamalah.
4 Tauhid Kelompk mata pelajaran ini dimaksudkan
untuk mempelajari Tauhid Rububiyyah,
Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Asmaa dan
Sifaat
5 Nahwu Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan
dan untuk mempelajari dan memahami bahasa
Shorof arab dan struktur kalimahnya dan pengetahuan
untuk menganalisa sebuah kata berbahasa
Arab ketika dalam keadaan sendiri. Adapun
pembahasannya meliputi bab kalam, mu’rob
dan mabni, pembenatukan kata serta aturan
perubahannya menjadi kata-kata baru yang
merupakan turunan dari sebuah kata.
7. Metode Pembelajaran
Pendidikan dan pengajaran berlangsung dalam sebuah
struktur, metode dan bahkan literatur yang bersifat tradisional, baik
23
dalam bentuk pendidikan non formal seperti halaqah maupun
pendidikan formal seperti madrasah dengan ragam dan tingkatannya.
Adapun ciri utama dari pendidikan dan pengajaran tradisional adalah
ditekankan pada pengajaran lebih bersifat kepada pemahaman
tekstual (letterlijk atau harfiyah), pendekatan yang digunakan lebih
berorientasi pada penyelesian pembacaan terhadap sebuah kitab atau
buku untuk kemudian beralih kepada kitab berikutnya, dan
kurikulumnya tidak bersifat klasikal.
Pola umum pendidikan Islam tradisional selalu memelihara
sub-kultur pesantren yang terdiri di atas landasan ukhrawi yang
terimplementasikan dalam bentuk ketundukan mutlak kepada ulama,
mengutamakan ibadah, memuliakan ustaz atau kyai demi
memperoleh pengetahuan agama yang hakiki. Adapun metode
pengajaran yang diterapkan Pondok Pesantre
Terpadu Darussyifa Al-Fithroh menggunakan sistem klasikal
dengan metodologi klasik (tradisaonal). Diantara metode-metode
tersebut adalah:
a. Metode Sorogan
Yaitu suatu aktivitas pengajaran secara individual, dimana setiap
santri menghadap secara bergiliran kepada Ustadz/ dh atau Kyai
untuk membaca, menghapalkan pelajaran yang diberikan
sebelumnya.
b. Metode Bandongan atau Wetonan
Yaitu kegiatan pengajaran dimana seorang Ustadz atau Kyai
membaca dan menerjamahkan dan mengupas pengertian kitab
kepada para santri.
c. Metode Musyawarah atau Halaqoh
Metode halaqah merupakan kelompok kelas dari sistem
bandongan. Halaqah berarti lingkaran murid, atau sekelompok
santri yang belajar di bawah bimbingan seorang ustadz dalam
satu tempat. Dalam prakteknya, halaqah dikategorikan sebagai
diskusi untuk memahami isi kitab, bukan mempertanyakan
kemungkinan benar salahnya apa apa yang diajarkan oleh kitab.
24
Sejalan dengan itu, sebagai mana dikemukakan Mahmud Yunus,
halaqah dinilai hanya cocok bagi pengembangan intelektual
kelas santri yang cerdas, rajin, serta bersedia mengorbankan
waktu yang besar untuk belajar.
Namun demikian, meski dengan istilah yang berbeda
(munazaharah), halaqah berhasil dikembangkan dengan baik
oleh KH Mustaim Romli (Jombang), sehingga menjadi sebuah
metode penyajian bahan pelajaran yang mampu menanamkan
dan mengembangkan kreativitas, sikap kritis, logis, dan analitis
secara sekaligus, disamping juga mampu memotivasi seluruh
peserta untuk terus belajar dan berkompetisi dalam
mengembangkan wawasan keilmuan secara mandiri. Hal ini
mengingat metodologi halaqah menempatkan kiai atau hanya
sebagai “moderator”.
d. Hafalan (Tahfizh)
Sebagai sebuah metedologi pengajaran, hafalan pada umumnya
diterapka pada mata pelajran yang bersifat nadham (syair), bukan
natsar (prosa), dan itupun pada umumnya terbatas pada ilmu
kaidah bahaga arab, seperi Nadhm AL-‘Imrithi, Afiyyah ibn
Malik, Nadhm Al-Maqsud, Nadhm Jawabir Al-Maknun, dan lain
sebagainya. Namun demikian, ada juga beberapa kitab prosa
(Natsar) yang dijadikna sebagai hafalan melalui sistem
pengajaran hafalan. Dalam metedologi ini, biasanya santri diberi
tugas untuk menghafal beberapa bait atau baris kalimat dari
sebuah kitab, untuk kemudian membacakannya di depan sang
kyai/ustadz.
Oleh karena mengharuskan santri untuk menghafal, metode ini
sangat relevan apabila diterapkan kepada santri yang masih
tergolong anak-anak, tingkat dasar, dan tingkat menengah.
Sedangkan pada usia diatas itu, metode hafalan sebaiknya
dikurangi sedikit demi sedikit, dan lebih tepat digunakan untuk
rumus dan kaidah-kaidah. Hal ini disebabkan pada usia
tersebut,tingkat kemampuan menghafal santri cenderung
25
semakin lemah seiring dengan menguatnya daya nalar dan
pemahannya.
Dalam aplikasinya, metode ini biasanya diterapkan dengan dua
cara. Pertama, pada setiap kali tatap muka, setiap santri
diharuskan membaca tugas-tugas hafalannya dihadapan kyai atau
ustadz. Jika ia hafal dengan baik, ia diperbolehkan untuk
melanjuti tugas hafalan berikutnya. Sebaliknya jika ia belum
berhasil, ia di haruskan mengulang lagi sampai lancar untuk
disetorkan kembali pada pertemuan yang akan dating
Kedua, seorang kyai atau ustadz menugaskan santrinya untuk
mengucapkan bagian-bagian tertentu dari hafalan yang telah
ditugaskan kepada mereka, atau melanjutkan kalimat atau lafadz
yang telah diucapkan oleh gurunya.
e. Hiwar atau Muhawarah
Berbeda dengan hiwar dalam dunia pesantren yang
mengedepankan penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi,
hiwar dalam pesantren salafiyah identik dalam musyawarah.
Dalam pemahamannya yang seperti itu, metode ini hampir sama
dengan metedo-metode diskusi yang umum kita kenal, salah
satunya adalah yang diterapkan di Pondok Pesantren.
Sebagai sebuah metode, hiwar merupakan aspek dari proses
belajar dan mengajar di pesantren salafiyah yang telah menjadi
tradisi, khususnya bagi santri-santri yang mengikuti sistem
klasikal. Oleh karenanya, kegiatan ini merupakan suatu
keharusan. Bagi mereka yang tidka mengikuti atau
mengindahkan peraturan kegiatan hiwara atau musyawarah ,
akan dikenai sangsi, karena musyawarah sudah menjadi
ketetapan pesantren yang harus di taati untuk dilaksanakan.
Dalam pelaksanaannya, para santri melakukan kegiatan belajar
secara kelompok untuk membahas bersama materikitab, yang
telah diajarkan oleh kyai atau ustadz. Dalam belajar kelompok
ini, mereka tidak hanya membahas segala sesuatu yang
berkenaan dengan topik/sub topik bahasan kitab belaka. Lebih
26
dari itu, tidak jarang mereka juga memperluas cakupan
diskusinya, hinggan mencakup pembahasan tentang lafadz demi
lafadz dan kalimat demi kalimat jika ditinjau dari gramatika
bahsa Aarab (ilmu alat). Semua nitu merupakan bagian integral
dari usaha mereka untuk bisa memahami makna hingga dapat
menyimpulkannya. Sejalan denga itu, metode ini dinilai sangat
efektif dan relatif cukup berhasil sehingga sampai saat ini
meteode ini tetap di pertahankan oleh Pesantren Salafiyyah.
f. Metode Bahtsul Masa’il (Mudzakaroh)
Mudzakaroh atau bahtsul Masa’i merupakan pertemuan ilmiah
untuk membahas masalah diniyah, seperti ibadah, akidah, dan
permasalahan-permasalahna agama lainnya. Metode ini
sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan metode musyawarah.
Bedanya, sebagai sebuah metodologi mudzakarah pada
umumnya hanya diikuti oleh para kyai atau para santri tingkat
tinggi. Dalam kaitan ini Mudzakarah (diskusi) terbagi dua, yaitu:
1) Mudzakarah yang diadakan antar sesama kyai atau ustadz.
Pada tipe ini, biasanya disediakan kitab kitab besar yang
merupakan rujukan utama serta dilengkapi dengan dalil-dalil
dengan metode Istimbath (pengambilan hukum) yang
lengkap. Metode ini pada umumnya bertujuan untuk
memecahkan permasalahan agama dan kemasyarakatan yang
timbul, disamping juga untuk memperdalam pengetahuan
agama.
2) Mudzakarah, yang diadakan antar sesama santri. Bertujuan
untuk melatih para santri dalam memecahkan masalah
dengan menggunakan rujukan-rujukan yang jelas, serta
melatih santri tentang cara berarguemntasi dengan
menggunakan nalar. Biasanya dipimpin oleh ustadz atau
santri yang ditunjuk oleh kyai.
g. Fathul Kutub
Fathul Kutub merupakan kegiatan latihan membaca kitab
(terutama kitab klasik) yang umumnya ditugaskan kepada santri
27
senior di pondok pesantren. Sebagai sebuah metode Fathul
Kutub bertujuan menguji kemampuan mereka dalam membaca
kitab kuning, khususnya setelah mereka berhasil mengerjakan
mata pelajaran kaidah bahasa Arab. Metode ini biasanya
dikhususkan bagi santri yang sudah akan menyelesaikan
pendidikannya di sebuah Pondok Peantren.
h. Muqoronah
Muqoronah adalah sebuah metode yang berfokus pada kegiatan
perbandingan, baik perbandingan materi, paham, metode,
maupun perbandingan kitab. Metode ini hanya diterapkan pada
kelas-kelas santri senior (Mahad ‘ali) saja.
i. Muharawah atau Muhadatsah
Muhawarah merupakan latihan bercakap-cakap dengan
menggunakan Bahasa Arab. Metode ini digunakan untuk
berbicara baik dengan sesama santri maupun dengan para ustaz
atau kyai.
Metode keunikan dari pola pendidikan yang dilaksanakan di
pesantren adalah tujuan pendidikannya yang tidak semata-mata
berorientasi memperkaya pikiran santri dengan penjelasan-
penjelasan, tetapi juga menitik beratkan pada peningkatan moral,
melatih dan mempertinggi semangat menghargai nilai-nilai
spritual dan humanistik, mengajarkan kejujuran serta
mengajarakan hidup sederhana. Dalam hal ini tujuan pendidikan
pesantren bukan untuk duniawi tetapi untuk ibadah kepada Allah
Swt.
8. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi atau cara penilaian pembelajaran kitab dalam pembentukan
kepribadian santri Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh
yang dilakukan oleh seorang ustadz untuk mengetahui kemampuan
santri dalam beberapa aspek, yaitu:
a. Aspek Pengetahuan (Kognisi) yaitu dilakukan dengan menilai
kemampuan santri dalam membaca, menterjemahkan, dan
menjelaskan.
28
b. Aspek Sikap (Afeksi) yaitu dapat dinilai dari sikap dan kepribadian
dalam kehidupan santri sehari-hari
c. Aspek Ketrampilan (Skill) yaitu sesuatu yang dikuasai oleh para
santri dapat diamati melalui praktek kehidupan sehari-hari dan
dengan cara penilaian tersebut seorang ustadz atau kyai akan tahu
kepribadian setiap santri dalam kehidupan sehari-hari.
29