Anda di halaman 1dari 22

LEMBAGA TAHSIN DAN TAHFIDZ AL-QUR’AN:

STUDI RUMAH QUR’AN INDONESIA (RQI)1 BANDUNG

Bambang Supriadi
Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

A. PENDAHULUAN
Di masa sekarang ini, kajian terhadap tahsin dan tahfidz al-Qur’an
dirasakan sangat signifikan untuk dikembangkan. Banyak lembaga al-Qur’an
Islam di Indonesia saat ini yang menggalakkan dan mengembangkan program
tahsin dan tahfidz Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat
muslim Indonesia yang tinggi untuk menghafal (mempelajari) al-Qur’an dan
menjadikan anak-anak mereka sebagai penghafal al-Qur’an. Tren ini juga
sebagai tanda akan kemajuan pendidikan al-Qur’an. Meskipun sebetulnya
menghafal (mempelajari) al-Qur’an bukanlah suatu hal yang baru bagi umat
Islam, karena menghafal (mempelajari) al-Qur’an sudah berjalan sejak lama
di pesantren-pesantren.
Fenomena tersebut merupakan indikasi kesadaran masyarakat tentang
keutamaan menghafal (mempelajari) al-Qur’an. Hal ini juga sebagai bukti
bahwa Allah telah memudahkan hamba-Nya yang mau mempelajari al-
Qur’an, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya QS. Al-Qamar ayat 17, 22,
33, dan 44 yang berbunyi “Wa laqad yassarna al-qur’ana li adzdzikri…”
(Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk diingat), sehingga
membacanya merupakan ibadah paling utama jika dilakukan secara istiqamah
dan disertai tadabbur. Kemudahan yang diberikan mencakup segala aspek
meliputi kemudahan membaca, kemudahan, menghafal, kemudahan
mempelajari dan kemudahan menulis.
Demikian signifikan dan mulia kedudukan orang-orang yang
menghafal al-Qur’an dalam rangka berkhidmat kepada Allah, berawal dari
signifikansi ini maka banyak lembaga pendidikan al-Qur’an ingin mencetak
kader-kader penghafal al-Qur’an, tentu dengan strategi-strategi yang tepat
supaya cita-cita luhur ini bisa tercapai. Salah satu lembaga pendidikan al-
Qur’an yang ikut serta secara aktif dalam dakwah bi al-Qur’an
(mensukseskan cita-cita luhur) ini ialah Rumah Qur’an Indonesia (RQI)
Bandung, yang terlahir dari yayasan Ash-Shaff Education.

B. PEMBAHASAN
1. Sekilas tentang Lembaga Rumah Qur’an Indonesia (RQI)
1) Sejarah Berdirinya Rumah Qur’an Indonesia (RQI)
Ash-Shaff Education sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat
yang berdiri sejak tahun 2006, dengan Akta Notaris No. 15 tanggal 4
Juni 2008, merupakan lembaga Al-Qur’an yang bergerak dalam
lingkup pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an, sosial, dan dakwah.
Berdasarkan pemaparan di atas, kami tergerak untuk mendirikan
sebuah tempat pembinaan bagi calon-calon generasi Qur’ani guna
mewujudkan cita-cita tersebut. Alhamdulillah tempat itu kini telah
terwujud pada tahun 2014 dengan nama Rumah Qur’an Indonesia
(RQI).
2) Visi dan Misi Rumah Qur’an Indonesia (RQI)
a. Visi
Menjadi pusat Lembaga Al Qur’an yang kokoh, professional dan
mandiri.
b. Misi
 Lembaga yang terakreditasi lengkap secara administrasi
 Memiliki sistem standar kelembagaan terpusat dan
memiliki cabang di seluruh Indonesia
 Melahirkan lulusan program yang berkualitas
 Meningkatkan kualitas pengelolaan program
 Mengembangkan metode yang khas dan berkualitas
 Melahirkan lembaga ZIS yang akuntabel
 Memiliki gedung Pusat Lembaga Al Qur’an
3) Legalitas & Lokasi
Akta Notaris Irma Rachmawati, SH No. 15 tanggal 4 Juni 2008.
Alamat kantor di Komplek Panghegar Permai VIIIB Jl. Pasanggrahan
V No. 22 Kelurahan Cipadung Kulon Kecamatan Panyileukan
Bandung 40614.
4) Struktur Yayasan Rumah Qur’an Indonesia (RQI)2
Kiranya, fokus utama dalam struktur yayasan RQI ialah Ustadz
Dani Zaelani Ibrahim3. S.Sos.I sebagai founder_Direktur Rumah
Qur’an Indonesia. Beliau lahir di Bandung dan berasal dari keluarga
yang bisa dibilang cukup dekat dengan agama. Pendidikan
terakhirnya ia selesaikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung, dengan mengambil konsetrasi di Jurusan
Dakwah, Fakultas Dakwah. Pemilihan jurusan dakwah, tentu
dilatarbelakangi oleh keikutsertaan dan keaktifan beliau di lembaga
dakwah PKS (halaqah/liqa). Bermula dari kajian “mentoring_liqa”,
kemudian masuk ke dalam organisasi-organisasi kampus yang
berafiliasi dengan PKS; Lembaga Dakwah Kampus (LDM) dan
KAMMI. Kemudian hari dalam perjalanan berdirinya “Rumah
Qur’an RQI” ini, dengan banyaknya donasi (bantuan) dari relasi-
relasi yang berasal dari para aghniya PKS dan organisasi-organisasi
di bawahnya (seperti Rumah Zakat & Wakaf), dan menjadi asal
muasal adanya ketentuan syarat wajib bagi setiap calon santri rumah
qur’an ini untuk ikut serta dalam “kajian_liqa). Disamping itu,
adanya relasi yang kuat dengan lembaga dakwah PKS ini,
menakdirkan beliau bertemu dengan salah satu tokoh PKS yang giat
menyerukan dakwah bi al-Qur’an, yaitu Abu Rabbani, yang
kemudian hari beliau mendapat kesempatan untuk belajar al-Quran
darinya, dan sebagai pijakan awal beliau dalam mendirikan dan
mengembangan Rumah Qur’an Indonesia (RQI).
Dalam perjalanan mencari sosok pendamping hidup, ia
mengajukan proposal (ciri khas dari dakwah PKS) kepada
murabbinya, dan berhasil meminang sosok perempuan shalihah yang
merupakan alumni jurusan Keperawatan UNPAD, yang kemudian
dianugerahi dua anak, “Izzah” dan “Izzul”. Dalam perjalanan
karirnya sekarang, beliau fokus untuk mengisi kajian-kajian, seminar-
seminar, pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan al-Qur’an4,
disamping runitias kesehariannya sebagai guru al-Qur’an di SMP elit
Mutiara Bunda “Mutbun” Arcamanik.
2. Kegiatan-Kegiatan (Program) Rumah Qur’an Indonesia (RQI)
1) Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ)5
Program Tahfidz Qur’an (PTQ) ini sejatinya diperuntukkan
bagi mereka yang siap muqim (mondok), dengan terlebih dahulu
menyepakati beberapa syarat; seperti wajib mondok dan mengikuti
semua kegiatan di RQI minimal satu tahun, mampu mengatur waktu
(kuliah, ziyadah & murajaah, mengajar, ta’lim dan program RQI);
tidak berpacaran, tidak merorok, tidak kecanduan game (game
addiction), bersedia mengikuti liqo (kajian PKS) dan sebagainya.
Ketika persyaratan tersebut dilanggar, dengan mengambil keputusan
“keluar” dari lembaga ini, ada denda yang harus dibayar, berlaku
sejak penandatanganan klausul tersebut.
Kemudian, jumlah santrinyapun dibatasi (kuota terbatas),
untuk ikhwan sekitar 20an orang, sedangkan akhwat 30an orang,
karena lembaga ini belum mempunyai gedung (pondok) sendiri.
Alhasil, lembaga ini menyewa dua rumah besar yang disulap menjadi
“rumah Qur’an”, satu rumah untuk santri akhwat dan kantor (lihat
lokasi) yang kebetulan di sana ada sebuah madrasah, yang dijadikan
aula pertemuan, kegiatan “ta’lim” malam, dan menyusun program-
program bersama. Satu rumah lagi untuk santri ikhwan, Jln.
Pasanggarahan VI. No. 14, Kelurahan Cipadung Kulon, Kecamatan
Panyileukan (posisinya tidak terlalu jauh, sekitar 100 meter dari
“rumah Qur’an akhwat”). Mudahnya, lokasi “rumah Qur’an ikhwan”
ini dekat dengan Masjid Mifathul Jannah dan Asrama Polisi (Aspol)
kelurahan Cipadung Kulon.
a. Visi & Misi Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ)
i. Visi
Menjadi lembaga pendidikan islam terdepan yang
membina muslim/ah Menjadi hafidz/ah, pribadi unggul
dalam moral dan memahami, mengamalkan dan
mendakwahkan Al-Quran dan Sunnah Rasul yang mampu
menghadapi tantangan global
ii. Misi
 Memberikan pengetahuan, pemahaman dan
pengamalan ajaran agama Islam secara benar sesuai
Al-Qur’an dan As-Sunnah
 Mencetak hafidz dan hafidzoh
 Mengembangkan dakwah Islamiyyah bagi
masyarakat, bangsa, dan negara
 Menanamkan nilai-nilai keikhlasan, ukhuwah
islamiyyah, kesederhanaan dan kemandirian
 Menerapkan life skill (keterampilan hidup) sebagai
bekal di masyarakat untuk menghadapi era
globalisasi
b. Program (kegiatan) Santri PTQ6
Kegiatan santri yang wajib dan utama ialah (ziyadah dan
murajaah hafalan) al-Qur’an yang biasanya disetorkan kepada
“musyrif/musyirah” ba’da salat Subuh. Atau di waktu-waktu
senggang_tentu dengan kesedian “musyrif/musyrifah”. Kegiatan
lainnya, Qiyamu al-Lail (salat malam) berjamaah dan membaca
al-Matsurat pagi dan petang. Disamping itu ada kegiatan
tambahan, seperti pembelajaran “ta’lim” malam yang dimulai
setalah ba’da salat Isya, dari jam 20.00 sampai 21.30 atau paling
telat 22.00. Meliputi kajian; Tahsin, bahasa Arab dan Inggris,
muhadharoh, Tafsir dan Training for Teacher (TFT). Kemudian,
ada kegiatan kebugaran jasmani (riyadhoh) yang dilaksankan
setaip ahad pagi, seperti memanah, Beladiri Muslim Indonesia
(BMI), lari, futsal, berenang dan lain sebagainya. Serta kegiatan
yang berkaitan dengan PKS (dakwah), liqo, mukhayam, atau
kegiatan-kegiatan lain yang selenggarakan oleh PKS.
2) Lembaga Tahfidz dan Tahsin Qur’an (LTTQ)7
Lembaga Tahfidz dan Tahsin Qur’an ini merupakan kegiatan-
kegiatan (program) yang disediakan oleh RQI dalam rangka dakwah
bi al-Qur’an, dan tentunya yang menjadi panitia ialah santri-santri
PTQ, adapun kegiatannya meliputi:
a) PESANTREN TAHFIDZ LIBURAN (PTL)8
b) PESANTREN TAHFIDZ LIBURAN (PTL) MOM & KIDS
c) PESANTREN TAHFIDZ LIBURAN (PTL) FAMILY
d) PESANTREN TAHFIDZ LIBURAN (PTL MAHASISWA)
e) PESANTREN INTENSIF RAMADHAN (PETIR)
f) PESANTREN INTENSIF BARENG AL QUR’AN (PETIR)
g) TAHFIDZ QUR’AN CAMP (TAH. QECE)
h) COACHING CLINIC/ QUR’AN READING MEDICAL
CHECK UP (QRMC)9
i) PRIVAT TAHSIN & TAHFIDZ
j) KELAS TAHSIN & TAHFIDZ DEWASA
k) KELAS TAHSIN & TAHFIDZ ANAK-ANAK
l) PELATIHAN TAHSIN & TAHFIDZ
m) TAHSIN ON WHATSAPP (TAWA)
n) TAHFIDZ ON WHATSAPP (TWA)
o) KARANTINA TAHFIDZ AL-QUR’AN
p) KARANTINA TAHFIDZ SPESIAL LIBURAN10
3) KTA (Karantina Tahfidz al-Qur’an)11
Program Karantina Tahfidz al-Qur’an (KTA) ini sejatinya
merupakan program baru yang diselenggarahan oleh RQI, yang tidak
penulis jumpai semasa mondok di rumah qur’an ini. Meskipun
demikian, program ini mendapatkan tempat diantara para penghafal
al-Qur’an terbukti hanya dengan beberapa tahun saja sejak
dilaunchingkanya program ini, RQI sudah mampu melaksanakan
karantina al-Qur’an yang ke-2312 pada tahun 2019.
Tentu, kesuksesan program Karantina Tahfidz al-Qur’an
(KTA) yang digagas oleh RQI ini tidak terlepas dari posisi pondok
yang bisa dibilang strategis (meskipun hanya berlatar “rumah
qur’an), posisinya yang dekat dengan kampus (terutama UIN),
komplek-komplek elit, pusat pemerintahan (kelurahan Cipadung
Kulon), sekolah-sekolah dan tidak jauh dari jalan raya Ujung Berung.
Disamping itu, dari aspek program nampaknya RQI mampu
memanfaatkan secercah kesempatan dari program karantina tahfidz
yang tidak diperkirakan oleh lembaga al-Qur’an lainnya. Dengan
banyaknya program pilihan (variasi) karantina, mulai dari 3 hari, 6
hari, 10 hari, 20 hari, 30 hari, 2 bulan, 3 bulan sampai 6 bulan.
Alhasil, dengan banyaknya pilihan masa karantina tahfidz ini bisa
menarik banyak calon penghafal al-Qur’an, yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan (tidak mesti 30 juz) dan tentunya tidak akan
mengganggu aktivitas “tetap” mereka.

C. ANALISIS DAN KESIMPULAN


Pada pembahasan terakhir, penulis coba untuk melakukan analisis atas
temuan-temuan yang penulis dapati ketika mondok di rumah Qur’an ini.
Kemudian, hasil analisis tersebut akan diuraikan menjadi dua aspek; aspek
kelebihan dan kekurangan pada rumah Qur’an ini, baik ditinjau dari sisi
manajemen kepondokan, metode pembelajaran al-Qur’an meliputi; tahsin &
tahfidz, skill pengajar (musyrif/musyrifah) dan lain sebagainya.
Placement Test sebagai Garis Awal Pembelajaran Tahsin al-Qur’an di
RQI
Pengkajian al-Qur’an di Rumah Qur’an Indonesia (RQI) baik santri
yang muqim (mondok) melului program Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ)
maupun santri-santri yang tidak mondok (karantina atau pesantren liburan)
akan dites terlebih dahulu kemampuan membacaan al-Qur’annya (tahsin).
Bagi RQI, tes kemampuan tahsin al-Qur’an merupakan garis awal untuk
menentukan posisi dimana seseorang ditempatkan (placement). Dalam RQI
Ada 7 posisi yang kemungkinan seorang santri akan menempati salah satu
dari 7 posisi itu, yaitu; Tamhidi, Tartil, Muratal, Tahsin 1, Tahsin 2, Tahsin 3
dan Tahsin 4 (penyebutan istilah-istilah ini sesuai dengan buku Smart Tahsin
yang dimiliki oleh RQI).
Tamhidi diperuntukkan bagi mereka yang sama sekali tidak mengenal
huruf hijaiyyah, Tartil diperuntukkan bagi mereka yang sering terbalik dalam
penyebutan huruf hijaiyyah, dan Murattal diperuntukkan bagi mereka yang
sudah mengenal huruf hijaiyyah, tidak sering terbalik dalam menyebutkan
huruf, tetapi masih terbata-bata dalam membaca ayat (al-Qur’an). Ketiga buku
smart tahsin ini, sejatinya identik dengan buku iqra_malahan tidak lebih tebal
dan lengkap. Hanya saja, kelebihan dari ketiga buku tahsin ini bisa
dinyanyikan (dilagukan) sehingga tidak meninggalkan kesan “bosan” ketika
mempelajariya, serta bisa terjalin komunikasi (guru dan santri) dalam
pembelajaran tahsin dengan terlebih dahulu dicontohkan bacaan yang
benar_berikut lagunya oleh guru kemudian diikuti oleh santri, dalam bahasa
singkat disebut (fun tahsin).
Kemudian, 4 buku lainnya dinamakan dengan istilah Tahsin 1, Tahsin
2, Tahsin 3 dan Tahsin 4. Setiap santri yang masuk ke rumah Qur’an ini tidak
pernah ada yang ditempatkan di posisi Tahsin 3 dan Tahsin 4, paling mentok
di Tahsin 2. Tahsin 1 diperuntukkan bagi mereka yang sudah lulus dari
“Murratal” yaitu mereka yang sudah bisa (lancar) membaca al-Qur’an, tidak
terbata-bata, akan tetapi masih keliru dan belum paham ketentuan-ketentuan
(kaidah) tajwid. Buku Tahsin 1 ini meliputi penjelasan-penjelasan kaidah-
kaidah tajwid dasar, seperti mad thobi’i, qalqalah, alif lam, tasydid dan
ghunnah. Buku Tahsin 2 merupakan lanjutkan dari buku Tahsin 1, yaitu
mereka yang sudah memahami dan mengaplikasikan kaidah-kaidah dasar
tajwid pada buku Tahsin 1. Tahsin 2 ini lebih difokuskan pada pembalajaran
makharijul huruf dan sifatul huruf (di edisi cetakan lama, pembahasan
makharijul huruf dan sifatul huruf ada di buku Tahsin 4), tetapi al-Ustadz
menganggap lebih penting dipelajari terlebih dahulu dibanding kajian tajwid
lainnya. Karena berkaitan dengan pengucapan yang benar terkait huruf-huruf
hijaiyyah yang nantinya akan menjadi kebiasaan dan dipraktekkan dalam
membaca al-Qur’an. Dan terakhr buku Tahsin 3 dan Tahsin 4 yang hampir
tidak pernah ada santri berada di posisi ini, materi yang dimuat meliputi adab-
adab dalam al-Qur’an, waqaf washal dan pembahasan kaidah-kaidah tajwid
secara komprehensif.
Proses Menghafal al-Qur’an di Rumah Qur’an Indonesia (RQI)
Sejatinya, tidak ada metode khusus dalam proses menghafal di rumah
Qur’an ini, baik itu untuk santri muqim maupun non muqim. Berbeda dengan
metode-metode lain, sebut saja metode menghafal TES yang mereka
mempunyai mushaf dan metode tersendiri dalam proses menghafal al-Qur’an,
atau metode menghafal Sulaimaniyyah yang secara sistematis salih bergantian
antara awal dan akhir tiap juz al-Qur’an. Namun demikian, ada sedikit variasi
dalam menghafal khusus bagi “anak-anak” yaitu dengan menggunakan
metode gerakan_namun hanya diaplikasikan secara random pada surat
tertentu (biasanya surat pendek).
Semua Santri bisa Menghafal Al-Qur’an di RQI dengan Gratis
Lumprahnya, setiap lembaga pendidikan al-Qur’an selalu
mencatumkan biaya atau infak ketika seseorang ikut belajar di lembaga
tersebut, namun kenyataan ini berbeda dengan apa yang ada di Rumah Qur’an
Indonesia (RQI). Bagi santri yang ikut program Pesantren Tahfidz Qur’an
(PTQ) tidak dipungut biaya serupiah-pun, baik itu mereka dari kalangan
mampu maupun yang kurang mampu (yatim, piatu, duafa dll), bahkan beras
pun sudah disediakan oleh pondok, santri-santri hanya dibebankan untuk
membeli lauknya saja. Padahal, diketahui sebelumnya lembaga ini
“menyewa” rumah yang disulap menjadi “rumah Qur’an”, tentu jumlahnya
tidak sedikit, belum ditambah dengan operasional pondok (kebersihan, gaji
musyrif/musyirfah, pegawai tetap, dll).
Maka, untuk menutupi kebutuhan tersebut RQI mempunyai cara-cara
agar tidak terjadi defisit. Yaitu, dengan memberikan peluang ibadah bagi para
aghniya untuk berdonasi baik berupa uang, beras, wakaf, alat-alat dan
kebutuhan-kebutuhan pondok lainnya. Lagi-lagi dengan segudang relasinya,
terutama dengan PKS_RQI tidak merasa terbebani dengan segala
pengeluaran-kebutuhannya, bahkan RQI berhasil menjalin kerja sama dengan
Rumah Zakat. Kemudian, untuk kebutuhan pokok santri seperti beras, RQI
mendapatkan bantuan (subsidi) dari kawan beliau di PKS, Abu Syauqi.
Selain cara tersebut, RQI juga menggerakan santri-santri yang muqim
untuk membantu kebutuhan pondok dengan cara mengajar di sekolah, privat
al-Qur’an, melaksanakan event-event (kegiatan), mencari sponsor melalui
proposal dan lain sebagainya. Contoh kecil, dari kegiatan mengajar RQI
menjalin kerja sama dengan sekolah elit yaitu Mutiara Bunda (Arcamanik)
dan SD-SMP Juara (Panyileukan), kemudian pemasukan dari kegiatan-
kegiatan yang laksanakan RQI tentu jumlahnya sangat banyak untuk
menghidupi pondok. Namun demikian, RQI tetap memberikan sedikit upah
“uang bensin” bagi para santri yang mengajar.
Sarana-Prasarana yang Belum Memadai
Persoalan sarana prasarana yang belum memadai tidak hanya jadi
permasalahan RQI saja, tetapi hampir semua lembaga tahfidz yang kini
menjamur secara cepat diberbagai tempat. Apalagi pada konteks RQI, dengan
tidak adanya iuran serupiah-pun alias gratis tentu mengharapkan sarana
prasarana lengkap, memadai, dan milik sendiri kiranya cukup lambat untuk
direalisasikan. Tapi, penulis mengapresiasi usaha RQI untuk terus
mengembangkan kajian tahsin dan tahfidz al-Qur’an dengan keterbatasan
sarana-prasarana. Terus mencari donator (relasi) agar cita-cita memilki
pondok sendiri bisa segera terwujud dan memberi kesempatan kepada para
aghniya untuk bersedekah “mewakafkan tanah” agar RQI bisa bertranformasi
menjadi pondok Qur’an Indonesia.
Terlepas dari itu semua, hasil pemantauan penulis sejak berdirinya
RQI pada tahun 2014 sampai sekarang banyak perubahan “menuju arah yang
lebih baik”, mulai dari bertambahnya santri muqim yang mencapai lebih dari
50 orang, rumah yang dijadikan tempat menghafal Qur’an terus dilakukan
perbaikan, mempunyai Masjid sendiri (pinjaman dari Aspol) sehingga semua
kegiatan bisa lebih terfokus dan terorganisir, dan kegiatan-kegiatan yang
diadakan oleh RQI mendapatkan antusias diantara penghafal al-Qur’an tidak
hanya di sekitar kota Bandung, tapi juga di luar kota Bandung bahkan dari
lintas pulau. Bahkan, RQI mampu membentangnya sayapnya dengan berhasil
membuka cabang rumah Qur’an di dua kota, yaitu Semarang dan majalengka.
Meskipun secara pengurusan bukan hasil kaderisasi dari lembaga ini,
pembukaan cabang hanya sebatas “penitipan nama” dan penggunaan metode
yang digagas oleh RQI.
RQI Lembaga Penyedia Jasa Pendidikan & Pengajaran Al-Qur’an;
Bukan Pencetak Pengahafal Al-Qur’an
Persoalan ini bermula didasari pada banyaknya_bahkan semua santri
RQI adalah mahasiswa (penyumbang terbanyak tentu dari UIN, sebagian lagi
dari UPI, Ma’had Imarat, dan universitas lainnya di Bandung). Pemilihan
mondok di RQI ini tentu didasari anggapan “lebih baik mondok di RQI,
nambah hafalan, ilmu, pengalaman mengajar, merasakan nuansa liqa,
mendapatkan jodoh hafidzah, bisa mengajukan proposal, ikut kegiatan
bermanfaat dan tidak kalah penting gratis_dari pada ngekost”. Ada anggapan
atau “niat” inilah yang menjadikan santri-santri di RQI tidak ada yang
bertahan selama bertahun-tahun, paling lama setelah ia lulus dari kuliah maka
keluar juga dari lembaga ini. Alhasil, hampir tidak ada santri yang mampu
menyelesaikan hafalan 30 juz dengan mutqin di RQI ini (belum bisa mencetak
hafidz/hafidzah). Memang, ada satu dua santri yang selesai setoran 30 juz, tapi
dengan catatan membawa hafalan di pesantren sebelumnya, dan ketika
ditanya untuk dites 30 juz dalam satu kali duduk ada gestur tidak mampu
untuk melakukannya.
Semua santri RQI yang sembari kuliah, ditambah dengan kegiatan-
kegiatan internal dan eskternal RQI memperparah “:ketidakfokusan” santri
dalam menghafal al-Qur’an, maka waktu mereka akan habis tersita oleh
kegiatan selain menghafal al-Qur’an itu sendiri. Bukan berarti menyalahkan
RQI sebagai lembaga, tetapi emang dari awal ada “niat” yang salah dari
santri-santri RQI, dengan menjadikan rumah Qur’an sebagai pijakan-pijakan
(tujuan) tertentu. Padahal, dalam proses menghafal al-Qur’an efektifnya tidak
dibarengi dengan rutinitas yang lain selain menghafal al-Qur’an itu sendiri,
seperti yang dipraktekkan oleh pesantren-pesantren tahfidz al-Qur’an pada
umumnya. Pesantren hanya membebani satu tujuan, “Anda hafal al-Qur’an”
berbeda dengan RQI, yang kiranya samar-samar memberikan tujuan ini
kepada santrinya, terbukti dengan membebani santri-santrinya dengan
rutinitas lain selain dengan al-Qur’an.
Disamping ada niat keliru dari santrinya_karena tidak mungkin mutqin
menghafal al-Qur’an sembari kuliah, diperparah oleh rutinitas yang sangat
padat di lembaga ini (bukan berarti tidak bermanfaat tapi agaknya kurang
tepat, karena seharusnya santri hanya di fokuskan menghafal al-Qur’an).
Pertama, kewajiban mengikuti kegitan ta’lim atau pembelajaran malam yang
dilaksanakan setiap hari kecuali ahad mulai dari jam 20.00 sampai jam 22.00,
yang isi kegiatan ini bukan terkait dengan menghafal al-Qur’an; seperti
muhadarah, tafsir, bahasa Arab & Inggris, Micro Teaching dan lain-lain.
Kedua, kegiatan-kegiatan yang berafiliasi dengan PKS. Untuk sekedar kajian
“liqa” masih bisa dimaklumi, tetapi untuk kegiatan-kegiatan lain seperti
penyuksesan acara tertentu, ikut serta mendukung acara PKS, Baksos PKS
agaknya menjadi faktor penghambat santri menghafal al-Qur’an. Ketiga, juga
kegiatan-kegiatan eksternal pondok yang menguras waktu, tenaga dan pikiran
santri. Sebut saja kewajiban mengajar baik di sekolah (Mutiara Bunda &
Juara), atau privat-privat al-Qur’an maupun event-event RQI yang berkaitan
dengan dakwah al-Qur’an (sebagaimana disebutkan di LTTQ). Keempat,
penulis memandang di RQI ini kurang begitu diperhatikan perkembangan
(upgrading) santri-santrinya di bidang Tahsin. Untuk Tahfidz sejatinya sudah
diserahkan kepada musyrif/musyrifah, tetapi untuk Tahsin yang berhak
mengajar hanyalah al-Ustadz, dan kebetulan al-Ustadz lebih terlalu sibuk
dengan kegiatan mengajar, mengisi seminar-seminar dan dakwah PKS.
Kelima, faktor penghambat lainnya ialah waktu setor yang berikan jatah satu
kali dalam sehari, yaitu ba’da subuh. Meskipun demikian, tidak menutup
kebolehan untuk setor diwaktu-waktu yang lain_tapi lagi-lagi terhambat oleh
sibuknya musyrif/musyrifah yang juga merupakan seorang mahasiswa.
Itulah faktor-faktor yang kiranya menjadi penghambat menghafal al-
Quran di Rumah Qur’an Indonesia (RQI) baik faktor internal (diri santri)
maupun faktor ekternal (lembagaz0. Juga,ndengan tidak mengurangi rasa
hormat penulis sebagai alumni di lembaga al-Qur’an ini dan terlepas dari
segala kelebihan dan kekurangannya, sudah seyogianya kita apresiasi
dakwah bi al-qur’an yang dilakukan oleh RQI. Serta dengan tidak
menyebutkan “tidak bermanfaat” kegiatan-kegiatan yang digagas oleh RQI,
yang kemudian disinyalir menjadi dalang kegagalan dalam mencetak seorang
penghafal al-Qur’an “hafidz/hafidzah”, dengan bahasa sederhana: RQI hanya
penyedia jasa guru al-Qur’an; bukan pencetak penghafal al-Qur’an.
Kesimpulannya bahwa dakwah bi al-Qur’an sejatinya adalah sebuah
kebaikan, termasuk di dalamnya proses kaderisasi seorang muslim menjadi
hafidz/hafidzah adalah kebaikan. Tanpa bermaksud merendahkan dan
menyepelekan ikhtiar RQI, tentu harus diatur dengan sistem-sistem yang kuat,
pendanaan yang cukup, sarana prasarana memadai, musyrif/musyrifah
professional, komitmen untuk mencetak penghafal al-Qur’an yang mutqin
dalam jangka waktu tertentu, tidak mengekspolitasi santri dengan kegiatan
selain yang berhubungan dengan al-Quran, dan tentu niat ikhlas_rida lilahi
ta’ala dari santri untuk menjadi seorang hafidz/hafidzah serta kalau dirasa
lembaga sudah berbenah, tidak jadi soal untuk mewajibkan bayar infak/iuran.
D. LAMPIRAN-LAMPIRAN (GAMBAR) KEGIATAN RQI
1. Logo Rumah Qur’an Indonesia (RQI) Bandung.

2. Struktur Yayasan Rumah Qur’an Indonesia (RQI)


3. Ustadz Dani Zaelani, S.Sos.I

4. Pelatihan Tahsin dan Tahfidz untuk Guru al-Qur’an se-Bandung Raya


5. Santriwati Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ) RQI

6. Proses Talaqqi Santriwati PTQ RQI


7. Program LTTQ

8. Pesantren Tahfidz Liburan (PTL)


9. (Qur’an Reading Medical Check Up) QRMC
10. Karantina Tahfidz Spesial Liburan

11. Karantina Tahfidz Santri PTQ


12. Karantina Tahfidz al-Qur’an RQI ke-23
1
Logo Rumah Qur’an Indonesia (RQI) Bandung.
2
Struktur Yayasan Rumah Qur’an Indonesia (RQI).
3
Ustadz Dani Zaelani Ibarahim, S. Sos.I.
4
Pelatihan Tahsin dan Tahfidz untuk Guru al-Qur’an se-Bandung Raya.
5
Santriwati Pesantren Tahfidz Qur’an (PTQ) RQI.
6
Talaqqi Santriwati PTQ-RQI.
7
Program LTTQ.
8
Pesantren Tahfidz Liburan (PTL).
9
QRMC (Qur’an Reading Medical Check Up).
10
Karantina Tahfidz Spesial Liburan.
11
Karantina Tahfidz Santri PTQ.
12
Karantina Tahfidz al-Qur’an RQI ke-23.

Anda mungkin juga menyukai