Anda di halaman 1dari 50

FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

TAHFIZ AL-QURAN DAN BAHASA ARAB PADA PONDOK PESANTREN


AL-LIWA DI DESA TIMBUSENG KECAMATAN PATTALASANG
KABUPATEN GOWA

Proposal

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Sosial (S.sos) Jurusan Manajemen Dakwah
Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

DIAN RAHMAN
NIM: 50400119076

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan dalam bahasa

Arab yang berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia untuk

menjalani hidup dan kehidupan ini sesuai ketentuan Allah swt. dan untuk

memahami aturan hidup yang tercantum dalam Al Qur’an tidak ada cara lain

kecuali dengan mempelajarinya seperti mempelajari dan menkaji isi kandungan

serta mentadaburi dan mengamalkannya. Sesuai dalam firman Allah swt QS.

Faathir/35: 29-30. sebagai berikut:

‫م ِس ًّرا َّو َعاَل نِيَةً يَّرْ جُوْ ن‬Jُْ‫ب هّٰللا ِ َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َواَ ْنفَقُوْ ا ِم َّما َر َز ْق ٰنه‬
َ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ يَ ْتلُوْ نَ ِك ٰت‬
‫م ِّم ْن فَضْ لِ ٖ ۗه اِنَّهٗ َغفُوْ ٌر َش ُكوْ ر‬Jُْ‫م َويَ ِز ْي َده‬Jُْ‫ ِي َُوفِّيَهُ ْم اُجُوْ َره‬J‫ارةً لَّ ْن تَبُوْ ر‬
َ ‫تِ َج‬

Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada
mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Mensyukuri.”1

Salah satu fungsi terpenting Al Qur’an adalah sebagai pedoman bagi

manusia dalam meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.kandungan serta isi

Al Qur’an mencakup ajaran petunjuk yang sangat lengkap mulai dari sejarah,

akidah, ibadah dan akhlak hubungan antara manusia dengan Allah swt. Didalam

agama islam masalah pendidikan dan pengajaran terhadap generasi penerus

mendapatkan perhatian yang sangat serius, terlebih lagi pendidikan dan

1
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.437

1
2

pengajaran Al Qur’an kepada generasi penerus yang merupakan salah satu

langkah untuk mendekatkan dia dengan pedoman hidup.

Menurut said agil husain Al-munawar yaitu menghadapi tantangan dunia

moderen yang bersifat sekuler dan materialistis, umat islam di tuntut untuk

menunjukan bimbingan dan ajaran Al qur’an yang mampu memenuhi kekosongan

nilai moral kemanusiaan dan spiritualitas, di samping membuktikan ajaran Al-

Qur’an yang bersifat rasional dan mendorong umat manusia untuk mewujudkan

kemakmuran serta kesejahteraan.

Memahami pentingnya Al Qur’an sebagai petunjuk dalam kehidupan umat

islam, Al Qur’an tidak hanya cukup dibaca dengan suara yang indah dan fasih,

tetapi harus ada uapaya konkret dalam memeliharanya. Al Qur’an tidak boleh

dibiarkan begitu saja sebagai koleksi atau apapun, tanpa penjagaan dan

pemeliharaan yang serius dari umatnya. Umat islam berkewajiban

memeliharanya, antara lain dengan membaca (at-tilawah), menulis ( al-kitabah),

dan menghafal (at-tahfidz), sehingga wahyu tersebut senantiasa terpelihara dari

perubahan, baik huruf maupun susunan kata-katanya.2 Allah swt berfirman dalam

Q.S. al-Hijr/15:9 Sebagai Berikut:


ِ َ‫نَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُوْ ن‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya”.3

Berdasarkan ayat tersebut, Al-Qur`an akan tetap terjaga dalam benteng yang

kokoh, karena Allah swt senantiasa menjamin terpeliharanya Al-Qur`an, tetapi

2
Ali Akbar dan Hidayahtullah Ismail, “Metode Tahfidz Al-Quran Di Pondok Pesantren
Kabupaten Kampar” Jurnal (Ushuluddin vol.24, no 1, 2016) h.92
3
Kementerian Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.262
3

Allah swt tidak terlibat langsung dalam fase-fase penjagaan Al-Qur`an melainkan

dengan melibatkan hamba-hambanya untuk memeliharanya.

Rasulullah SAW menerima dan mengajarkan Al-Qur`an dengan hafalan.

Proses turunnya wahyu secara bertahap merupakan metode terbaik bagi beliau dan

para sahabat untuk menghafal dan memahami makna-makna yang terkandung

didalamnya. Apabila suatu ayat atau surah diturunkan kepada beliau, segeralah

beliau menghafalnya dan segera pula di ajarkan pada para sahabat, sehingga para

sahabat benar-benar menguasai dan diperintahkan pula agar mereka

menghafalkannya. Tradisi pemeliharaan Al-Qur`an dalam bentuk hafalan ini

menjadi suatu metode pengajaran di kalangan para tabiin dan seterusnya. 4

Memelihara keaslian Al-Qur`an dan menghafalkannya merupakan suatu amalan

yang terpuji dan mulia, serta Rasulullah saw sangat menganjurkannya.

Al-Qur`an itu munazzal atau diturunkan dari Allah swtbaik lafal, bacaan,

dan maknanya. Oleh karena itu, berinteraksi dengan Al-Qur`an harus dimulai dari

tahsinul qira`at (memperindah bacaan) agar seindah bacaan Rasulullah saw.

Menghafal Al-Qur`an bukan sekedar mengumpulkan huruf-huruf dalam hati,

melainkan ibadah yang melahirkan pahala, memberikan kemudahan hidup, dan

kesejahteraan. Sehingga bacaan yang baik merupakan hal yang penting untuk

menggapai kesempurnaan ibadah tersebut. 5

Mengingat begitu istimewanya seseorang yang bisah menghafal al-quran

dan bahasa arab sehingga sehinga topik ini menjadi urgent untuk di teliti Tentang

bagaimana pembelajaran Tahfidz al-quran dan bahasa arab mayoritas ada di

pondok pesantren atau di madarasah.

4
Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an (Jakarta : Bumi Aksara,
1994), h.5-6.
5
Deden M. Makhyaruddin, Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur`an (Bandung: Mizan,
2013), h.49-50.
4

Saat ini banyak lembaga pendidikan islam baik formal maupun nonformal

yang melaksanakan pemebelajaran Tahfiz Al Qur’an, salah satunya yaitu Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an dan Bahasa Arab Ma’ahad Al-Liwa Gowa, Pondok

tersebut merupakan salah satu lembaga pendidikan islam nonformal yang

berusaha mencetak generasi penghafal Al Qur’an dan bahasa Arab. lembaga ini

awal mulanya adalah perwujudan dari tekad Wahdah Islamia (WI) untuk terus

mengembangkan pembinaan pendidikan Al Qur’an dan bahasa arab. Hal ini di

tandai dengan bertambah nya pusat-pusat pendidikan Al Qur’an di seluruh

cabang-cabang WI seluruh Indonesia.

Mahad Al-Liwa merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawa

naungan yayasan munawar salamatus yang di asuh oleh ustad munawar. Pesantren

ini terletak di Dusun Tekko Tanru Desa Nirannuang Kecamatan Bontomaranu

Kabupaten Gowa. Seiring berjalan nya waktu, pengasuh pondok yg merupakan

alumni Tadribuddua’at (DPP WI) mengiginkan agar pembinaan dan

perkembangan pesantren lebih baik lagi. Maka melalui musyawarah antara

pengasuh pesantren dan pengurus harian (DPP) Wahdah Islamia Gowa di sepakati

bahwa Ponpes Al-Liwa berada dalam binaan (DPD) Wahdah Islamia Gowa. pada

hari sabtu tanggal 28 mei 2016 di adakan peresmian ponpes al-liwa yang di hadiri

oleh parah pengurus (DPP) Wahdah Islamia Gowa, pengurus ponpes, Kepala

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bontomarannu, Babinkamtibmas

Bontomaranu, Danramil, Tokoh Masyarakat setempat.

Adanya upaya organisasi masyarakat islam seperti halnya Wahda Islamiya

dalam membudayakan pembelajaraan dan pembinaan Tahfidz Al Qur’an dan

bahasa Arab menjadi topik yang menarik untuk di pahami dan dipelajari tentang

bagaimana proses pembelajaran dan pembinaan yang dilakukan sehingga sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut menjadi hal yang melatar
5

belakangi penelitian yang berjudul “Fungsi Manajemen Dakwah Dalam Kegiatan

Pembelajaran Tahfiz Al-Quran Dan Bahasa Arab Pada Pondok Pesantren Al-Liwa

Di Desa Timbuseng Kacamatan Pattalassang Kabupaten Gowa”.

B. Fokus Penelitian Dan Deskripsikan Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan batasan penulisan agar jelas ruang lingkup

yang akan di teliti. Oleh karena itu, penulis memfokuskan pada penerapan fungsi

manajemen dakwah dalam kegiatan pembelajaran tahfiz Al Qur’an dan bahasa

arab di Pondok Pesantren Al-Liwa, Desa Timbuseng Kacamatan Pattalassang

Kabupaten Gowa.

2. Deskripsi Fokus

Orientasi penulisan ini dibatasi pada penerapan fungsi manajemen dakwah

dalam kegiatan pembelajaran tahfiz Al Qur’an dan bahasa arab di Pondok

Pesantren Al-Liwa, Desa Timbuseng Kacamatan Pattalassang Kabupaten Gowa.

Hal ini dibatasi untuk menghindari penafsiran yang meluas dan tidak relevan

dengan pokok permasalahan yang diteliti atau yang tidak mendukung tujuan

penulisan ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Penerapan Fungsi Manajemen Dakwah Dalam Kegiatan

Pembelajaran Tahfidz Al Qur’an dan Bahasa Arab Pada Pondok Pesantren Al-

Liwa?
6

2. Bagaimana Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam Penerapan

Fungsi Manajemen Dakwah Dalam Kegiatan Pembelajaran Tahfidz Al Qur’an

dan Bahasa Arab Pada Pondok Pesantren Al-Liwa?

D. Kajian Pustaka/Peneliti Terdahulu

1. Skripsi Anis Hidayah, tahun 2018 dengan judul “Manajemen

Pembelajaran Tahfidz Alquran Dalam Mencapai Target Hafalan Di Smp IT Abu

bakar Yogyakarta”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana penerapan

pembelajaran tahfidz Al Qur’an di SMP IT Abu Bakar. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan manajemen yang bersifat deskriptif kualitatif. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa penerapan manajemen yang di lakukan belum

mencapai hasil maksimal berdasarkan tujuan yang direncanakan sebelumnya.

Penelitian ini mempunyai persamaan yakni masin masing meneliti tentang

pembelajaran tahfidz Al Qur’an dengan perbedaan objek yang di teliti.6

2. Skripsi Halizah Marwa, tahun 2021 dengan judul “Manajemen Tahfidzul

Qur’an di SMP Rahmat Islamia Medan”. Penelitian ini membahas tentang

bagaimana penerapan manajemen SMP Rahmat Islamia Medan dalam

pembelajaran tahfidz Al Qur’an”. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

fenomenalogis, yakni memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap

orang-orang di situasi tertentu untuk memperoleh data sehubung dengan

manajemen pembelajaran Tahfidz Al Qur’an. Hasil penelitian menunjukan bahwa

manajemen pembelajaran di pesantren rahmat islamia mengunakan fungsi

manajemen secara sistematis. Penelitian ini mempunyi persamaan pada penerapan

6
Anis Hidayah, “Manajemen Pembelajaran Tahfidz Alquran Dalam Mencapai Target
Hafalan di SMP IT Abubakar Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Ilmu Tarbiah dan Keguruan
Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018)
7

fungsi manajemen tahfidz Al Qur’an yang dilakukan dengn perbedaan pendekatan

penelitian dan objek yang diteliti.7

3. Skripsi Dimas Kurniawan, tahun 2020 dengan judul “Fungsi Manajemen

Dalam Kegiatan Hafalan Santri Di Pondok Pesantren Al-Fatah Kec Sekampung

Kab Lampung Timur”. Penelitian ini menbahas tentang penerapan fungsi

manajemen Pondok Pesantren Al-Fatah dalam kegiatan hafalan santri. Pendekatan

yang digunakan adalah riset secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa penerapan fungsi manajemen dilakukan cukup berhasil sesuai

dengan meningkatnya hafidz di Pondok Pesantren Al-Fatah. Penelitian ini

memiliki persamaan pada sabjek penelitian yakni membahas tentang manjemen

dalam kegiatan hafalan santri, berbeda dalam objek penelitian.8

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


Dalam Rangka Mengarahkan Pelaksanaan Penelitian mengungkapkan

masalah yang dikemukakan dalam pembahasan pendahuluan maka perlu

dikemukakan tujuan dan kegunaan penelitian sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan fungsi manajemen dakwah dalam kegiatan

pembelajaran tahfiz Al-Quran dan bahasa arab pada Pondok Pesantren Al-Liwa

Di Desa Timbuseng Kacamatan Pattalassang Kabupaten Gowa.

7
Halizah Marwah,“Manajemen Tahfidzul Quran Di Smp Rahmat Islamiah Medan”, Skripsi
(Sumatra Utara: Fak. Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2021)
8
Dimas Kurniawan, “Fungsi Manjemen Dalam Kegiatan Hafalan Santri Di Pondok
Pesantren Al-Fatah Kec Sekampung Kab Lampung Timur”. Skripsi.(Lampung Timur: Fak
Dankwah Dan Ilmu Komunikasi Uin Raden Intan Lampung, 2020)
8

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung penerapan

fungsi manajemen dakwah dalam kegiatan pembelajaran tahfiz Al-Quran dan

bahasa arab pada Pondok Pesantren Al-Liwa Di Desa Timbuseng Kacamatan

Pattalassang Kabupaten Gowa.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

1) Sebagai sumber referensi dan ilmu pengetahuan bagi perguruan tinggi dan

khususnya berguna bagi seluruh sumber daya manusia di jurusan manajemen

dakwah tentang bagaimana penerapan funggsi manajemen dakwah dalam

pembelajaran tahfidz al-quran dan bahasa arab.

2) Pada penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, selain menambah

wawasan dan pengalaman penulis dilapangan juga dapat berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dimasa akan datang khususnya untuk para

generasi tahfidz al-quran dan bahasa arab.

b. Kegunaan Praktis

1) Diharapkan dengan adanya penelitian ini tahfidz al-quran, dapat

meningkatkan kualitas para santri khusnya penghafal al-quran.

2) Dengan adanya penelitian ini, para pengurus lembaga pondok pesantren

dapat menyediakan wadah bagi para santri untuk menjalankan perannya sebagai

lembaga pengelolah pondok pesantren.

3) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian-

penelitian berikutnya.
BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Tinjauan Tentang Manajemen Dakwah

1. Defenisi Manajemen Dakwah

Manajemen dakwah merupakan terminologi yang berdiri dari dua kata,

yaitu “manajemen” dan “dakwah”. Kedua kata ini berasal dari dua disiplin ilmu

yang sangat berbeda. Istilah pertama, berangkat dari suatu disiplin ilmu sekuler,

yaitu ekonomi. Ilmu ini ditempatkan pada paradigma materialistis. Prinsipnya

dengan model terkecil untuk mendapatkan manfaat yang maksimal. Sedangkan

istilah kedua berasal dari lingkungan agama, yaitu ilmu dakwah. Pengetahuan ini

ditempatkan pada prinsip, ajakan untuk keselamatan dunia dan akhirat, tanpa

paksaan dan intimidasi dan tanpa bujukan materi dan iming-iming. Muncul

dengan tema menjadi rahmat bagi alam semesta.9

Dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi

ketuhanan kepada manusia melalui berbagai metode, seperti ceramah, film, drama
dan bentuk-bentuk lain yang melekat dalam aktivitas kehidupan setiap individu

muslim.10 Dakwah dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi ilahi

kepada manusia melalui berbagai metode, seperti ceramah, film, drama dan

bentuk lainnya. hal-hal lain yang melekat dalam aktivitas kehidupan setiap

individu muslim. Dakwah Sebagai proses yang harus dikelola secara optimal, dan

di perlukan cara/metode (manajemen) agar tujuan dakwah dapat tercapai.

Manjemen dakwah adalah kegiatan dakwah yang di laksanakan dengan

menerapkan fungsi manajemen dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia

9
A. F. Stoner, Manajemen Dakwah (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 45.
10
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah, tth, h. 109

9
10

untuk mencapai tujuan bersama.hal ini sesuai dengan apa yang di definiskan oleh

ahli manajemen dakwah sebagai berikut:

Menurut M. Munir dan Wahyu Ilahi dalam buku manajemen dakwah

mengungkapkan bahwa “ manajemen dakwah adalah sebuah pengaturan secara

sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang di mulai

dari sebelum pelaksanaan sampe akhir pelaksanaan dakwah.

A. Rosyad shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai proses

perencanaan tugas, menghimpun dan menetapkan tenaga-tenaga pelaksanaan

dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian mengarahkan ke arah pencapaian

tujuan dakwah.11

Dari pengertian manajemen dakwah yang dikemukakan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa pengertian manajemen dakwah adalah sebagai proses

perencanaan tugas, pengelompokan tugas, pengumpulan dan penempatan

personel. staf pelaksana dalam kelompok tugas dan kemudian bergerak menuju

tujuan dakwah.

2. Tujuan Manajemen Dakwah

Kegiatan pengelolaan dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah

sendiri. Dimana setiap kegiatan dakwah khususnya dalam skala organisasi, suatu

lembaga atau instansi untuk mencapai suatu tujuan memerlukan suatu manajemen

atau manajemen yang bagus.

Ruang lingkup kegiatan dakwah pada tingkat manajemen merupakan sarana

atau alat bantu bagi kegiatan dakwah itu sendiri. Karena dalam suatu kegiatan

dakwah akan muncul suatu permasalahan atau permasalahan yang sangat

11
A.Rosyad shaleh, Manajemen Dakwah (Jakarta Bulan Bintang university press, 2010),
h.16
11

kompleks, yang dalam menghadapi dan mengantisipasinya diperlukan suatu

strategi yang sistematis.

Tujuan manajemen dakwah adalah sasaran dakwah yang ingin dicapai yang

dirumuskan dengan pasti dan menjadi arah segala tindakan yang dilakukan oleh

pimpinan. Tujuan manajemen dakwah diwujudkan dalam bentuk sasaran atau

target konkrit yang diharapkan dan diupayakan untuk dicapai. Untuk mencapai

tujuan tersebut diperlukan tindakan kolektif dalam kerjasama, sehingga setiap

anggota organisasi memberikan kontribusi dan kontribusi sesuai fungsi dan

fungsinya pekerjaan individu.

3. Fungsi Manajemen Dakwah

Fungsi manajemen adalah rangkaian kegiatan yang telah ditentukan dan

mempunyai hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain yang

dilakukan oleh orang-orang dalam organisasi atau bagian-bagian yang ditugaskan

untuk melaksanakan kegiatan. Secara umum, manajemen dakwah memiliki empat

fungsi, yaitu:

1) Planning (Perencanaan)

Semua kegiatan memerlukan suatu perencanaan (planning). Rencana adalah

tindakan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari rencana ini akan terungkap

tujuan organisasi dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dalam

kaitannya dengan manajemen dakwah, jika Apabila perencanaan dilakukan

dengan matang, maka kegiatan dakwah yang dilakukan akan berjalan dengan

terarah, tertib, rapi dan memungkinkan pemilihan tindakan yang tepat sesuai

dengan situasi dan kondisi. Dengan perencanaan didahului dengan penelitian,

lebih memungkinkan persiapan yang lebih matang, mengenai sumber daya

manusia (SDM), fasilitas yang dibutuhkan, biaya yang dibutuhkan, metode yang

akan diterapkan dan lain-lain.


12

Tanpa perencanaan yang matang biasanya kegiatan tidak berjalan dengan

baik, tidak jelas kemana arah dan target yang akan dicapai dari kegiatan tersebut

dan sulit untuk melibatkan lebih banyak orang. Harus melakukan perencanaan

dapat kita pahami dari firman Allah dalam QS. Al-Hashr/59:18 sebagai berikut:

‫ت لِ َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ خَ بِ ْي ٌر ۢبِ َما‬


ْ ‫ر نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬Jْ ُ‫ٰٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ْلتَ ْنظ‬
Terjemahnya:
“Hai orang orang yang beriman, bertakwah krpada allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok
(akhirat) dan bertakwalah kepada allah, sesungguhnya allah maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.12

Oleh karena itu, dalam kegiatan dakwah, perencanaan dakwah bertugas

menentukan langkah dan program dalam menentukan setiap sasaran, menentukan

sarana atau media dakwah, serta personel dakwah yang akan dikerahkan.

Menentukan bahan yang cocok untuk eksekusi yang sempurna, membuat

asumsiberbagai kemungkinan yang dapat terjadi yang kadang-kadang dapat

mempengaruhi cara program dilaksanakan dan bagaimana menghadapinya serta

menentukan alternatif, yang merupakan tugas utama dari sebuah rencana. Sebuah
Perencanaan dikatakan baik jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:13

a. Berdasarkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Standar

yang baik dalam Islam adalah yang sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.

b. Pastinya sesuatu yang dilakukan memiliki manfaat. Manfaat ini tidak

hanya bagi orang yang melakukan perencanaan, tetapi juga bagi orang lain, perlu

memperhatikan prinsip manfaat bagi masyarakat, khususnya dalam kegiatan

dakwah.

c. Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang

dilakukan. Untuk merencanakan sebuah kegiatan dakwah, maka seorang da’i


12
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.548
13
M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, tth, h. 98-99
13

harus banyak mendengar, membaca, dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas

sehingga dapat melakukan aktivitas dakwah berdasarkan kompetensi ilmunya.

d. Studi banding dilakukan. Yaitu melakukan kajian best practice dari

lembaga atau kegiatan dakwah yang berhasil menjalankan aktivitasnya.

e. Memikirkan dan menganalisis proses, dan kelanjutan dari kegiatan yang

akan dilakukan diadakan.

Sementara itu, Rosyad Saleh dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam

menyatakan bahwa perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan

pengambilan keputusan yang matang dan sistematis mengenai tindakan masa

depan untuk melaksanakan dakwah. Menurutnya, ada beberapa langkah dalam

proses perencanaan, yaitu sebagai berikut:14

1) Ramalan dan perhitungan untuk masa depan.

2) Penetapan dan perumusan target dalam rangka mencapai tujuan dakwah

yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Penetapan tindakan-tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya.

4) Penetapan metode dakwah.

5) Penentuan dan penjadwalan waktu.

6) Penentuan lokasi dakwah.

7) Penetapan biaya, fasilitas dan faktor lain yang berlaku bagi

penyelenggaraan dakwah.

Jika mengacu pada ilmu manajemen, berbagai rencana dalam organisasi

diukur menurut keluasan strategi (operasional berlawanan), kerangka waktu

(jangka pendek versus jangka panjang), kekhususan arah versus kekhususan, dan

frekuensi penggunaan. Jenis-jenis perencanaan dakwah antara lain:

a. Rencana strategis vs rencana operasional


14
Abdul Rosyad Shaleh, Manjemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
2013), h.65
14

Rencana strategis adalah rencana yang berlaku untuk seluruh organisasi,

yang menentukan tujuan umum organisasi dan berusaha menempatkan organisasi

ke dalam lingkungannya. Sedangkan rencana operasional adalah rencana yang

menjabarkan rincian tentang bagaimana mencapai tujuan organisasi secara

keseluruhan. Perbedaan antara kedua rencana tersebut terletak pada kerangka

waktu, ruang lingkup, dan mencakup serangkaian tujuan organisasi yang telah

ditentukan sebelumnya.

Kedudukan dakwah dalam rencana ini adalah untuk mencakup perspektif

yang lebih luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Pada akhirnya, rencana

strategis mencakup perumusan tujuan, sedangkan rencana operasional

mengasumsikan adanya tujuan. Jadi rencana operasional mendefinisikan cara

untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Rencana jangka pendek vs. Jangka panjang

Rencana jangka pendek adalah rencana dengan asumsi kerangka waktu

setidaknya satu tahun. Sedangkan rencana jangka panjang adalah rencana dengan

jangka waktu tiga tahun ke atas. Untuk jangka menengah adalah jangka waktu di

antaranya.

Dalam jadwal organisasi dakwah, klasifikasi waktu ini bisa sangat fleksibel,

disesuaikan dengan kebutuhan umat atau kondisi yang ada. Dalam hal ini, suatu

organisasi dapat menetapkan batas waktu yang diinginkan untuk tujuan

perencanaan.

c. Perencenaan yang mengarahkan ( directional) dan rencana khusus

Rencana khusus adalah rencana yang telah dirumuskan dengan jelas dan

tidak
15

memberikan ruang untuk interpretasi. Dalam perencanaan khusus ini ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan karena terdapat beberapa kekurangan yaitu dalam

perencanaan khusus ini diperlukan kemampuan untuk memprediksi segala

sesuatu.

Oleh karena itu, seorang manajemen harus fleksibel dalam menanggapi

perubahan yang tidak terduga. Rencana terarah berfokus pada identifikasi

pedoman umum, sementara rencana terfokus, tidak mengikat manajer pada tujuan

atau tindakan tertentu. Oleh karena itu, rencana terarah adalah rencana fleksibel

yang menetapkan pedoman umum. Namun perlu diingat sisi negatif dari rencana

terarah adalah hilangnya kejelasan tentang rencana tertentu.

d. Rencana sekali pakai

Rencana satu kali adalah rencana sekali pakai yang dirancang khusus untuk

memenuhi kebutuhan situasi tertentu dan dibuat sebagai tanggapan atas keputusan

tidak terprogram yang dibuat oleh manajer. Kebalikan dari rencana ini adalah

rencana tetap, yaitu Rencana persisten memberikan panduan untuk kegiatan

berulang dalam organisasi.15

e. Organizing ( pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang, alat, tugas,

tanggung jawab, dan wewenang ke dalam suatu organisasi yang dapat digerakkan

sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. 16 di atas di jelaskan Ada

begitu banyak tugas dakwah yang tidak dapat dilakukan oleh satu atau beberapa

orang. Ini disebut delegasi dalam terminologi ilmu manajemen.Membangun dan

mengembangkan hubungan kerja. Organisasi ini sangat penting untuk

15
M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, tth, h. 111-112
16
M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, tth, h. 117
16

menghindari penumpukan pekerjaan, duplikasi dan kekosongan dalam

menjalankan kegiatan.

Dalam proses pengorganisasian ini akan menghasilkan perumusan struktur

organisasi dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Jadi, yang

ditonjolkan adalah wewenang yang mengikuti tanggung jawab, bukan tanggung

jawab yang mengikuti wewenang. Islam sendiri sangat memperhatikan dalam

memandang tanggung jawab dan wewenang sebagaimana dicontohkan oleh Nabi

Muhammad Saw yang mengajak para sahabatnya untuk berpartisipasi melalui

pendekatan empati dan musyawarah yang sangat persuasif. Sebagaimana

tercantum dalam surat Q.S Ali Imran/3:159:

‫هّٰللا‬
ُ‫ك ۖ فَاعْف‬ َ ِ‫ب اَل ْنفَضُّ وْ ا ِم ْن َحوْ ل‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل‬
َ‫م فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَاِ َذا َعزَ ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِ ْين‬Jُْ‫اورْ ه‬
ِ ‫َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
Terjemahnya:
“Maka disebabkan rahmat allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah merakah
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karna itu maafkanlah mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabilah
kamu telah membulatkan tekad, makalah bertakwalah kepada Allah.
Sesunguhnya Allah menyukai orang –orang yang bertawakal kepada-nya”.17
Sehubungan dengan itu perlu memperhatikan apa yang disebut prinsip-

prinsip manajemen, diantara yang lain:18

1. Pembagian kerja, dengan memberikan tugas kepada seseorang, sesuai

dengan keahlian, pengalaman, kondisi fisik, mental, dan moral atau akhlaknya.

2. Pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada orang yang telah diberi

pekerjaan, hal ini harus diberikan secara jelas dan tegas, antara keduanya harus

seimbang agar setiap orang dapat memberikan tanggung jawab sesuai dengan

wewenang yang dapat diberikan kepadanya.

17
Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 71
18
A. Pimay, Manajemen Sebuah Pengantar,tth, h. 11
17

3. Kesatuan perintah (command), yang bersumber dari satu sumber yaitu

pimpinan agar seseorang mengetahui dan jelas kepada siapa ia bertanggung

jawab.

4. Tertib dan disiplin, inilah salah satu kunci utama keberhasilan tujuan yang

ingin dicapai. Dalam hal ini seorang pemimpin juga harus dapat memberikan

contoh kedisiplinan kepada bawahannya, misalnya telah mengatur waktu untuk

rapat, seorang pemimpin harus datang tepat waktu, jika seorang pemimpin tidak

disiplin maka bawahannya juga akan mengikuti hal ini secara sikap.

5. Memiliki semangat persatuan, sehingga dengan semangat persatuan

mereka akan bekerja dengan senang hati, saling membantu sehingga dapat terjalin

kerjasama yang baik, dengan ini pula setiap personel memiliki inisiatif untuk

memajukan dakwah.

6. Keadilan dan kejujuran. Seorang pemimpin harus adil untukbawahan dan

seorang bawahan harus jujur, jangan sampai dia tidak melaksanakan tugasnya

dengan alasan yang tidak rasional, begitu pula seorang pemimpin terhadap

bawahannya.

7. Koordinasi (mengumpulkan dan mengarahkan kegiatan, sarana dan alat

organisasi), integrasi (menyatukan kegiatan berbagai unit) dan sinkronisasi

(menyesuaikan berbagai kegiatan unit agar kecocokan dan keharmonis )

Jika prinsip-prinsip di atas tidak dilaksanakan, maka akan terjadi salah

urus(mismanajemen) Beberapa di antaranya karena tidak adanya struktur

organisasi yang baik, tidak adanya kesesuaian antara rencana dan kemampuan,

tidak adanya keseragaman metode kerja yang baik dan tidak adanya kesesuaian

antara pimpinan dengan bawaan.

f. Actuating ( pengerakan)
18

Mobilisasi adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada bawahan

sedemikian rupa sehingga mampu bekerja dengan sungguh-sungguh demi

tercapainya tujuan organisasi secara efisien dan ekonomis. Gerakan dakwah

merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses inilah semua

kegiatan dilakukan dakwah dilakukan. Fungsi ini menjadi penentu pengelolaan

lembaga dakwah. Keberhasilan fungsi ini sangat ditentukan oleh kemampuan

pimpinan lembaga dakwah dalam menggerakkan dakwahnya.

Langkah-langkahnya adalah memberikan motivasi, membimbing,

mengkoordinasikan, dan membangun kesepahaman antar sesama mereka, dan

selalu meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka.

Agar fungsi gerakan dakwah ini dapat berjalan secara optimal, maka harus

menggunakan teknik-teknik tertentu yang meliputi:

1. Memberikan penjelasan yang komprehensif kepada seluruh elemen

dakwah dalam organisasi dakwah.

2. Pastikan semua pelaku dakwah sadar, mengerti dan menerima tujuan yang

diterapkan.

3. Setiap pelaku dakwah harus memahami struktur organisasi yang dibentuk.

4. Memperlakukan bawahan dengan baik dan memberikan penghargaan

disertai dengan bimbingan dan petunjuk bagi seluruh anggota. Untuk itu, peran

pemimpin dakwah akan sangat menentukan warna kegiatan tersebut. Karena

pemimpin dakwah harus mampu memberikan motivasi, bimbingan, koordinasi

dan menciptakan iklim yang membentuk rasa percaya diri yang pada akhirnya

dapat mengoptimalkan seluruh anggotanya.19

a) Pemberi motivasi

19
Saputra, Manajemen, (Jakarta: balai Pustaka, 2012), h. 303-304
19

Pemberian motivasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan

oleh para tokoh dakwah dalam menggerakkan dakwah. Motivasi dikatakan

penting karena berkaitan dengan peran pemimpin dalam berhubungan dengan

bawahannya. Setiap Pemimpin harus bekerja sama melalui orang lain atau

bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memotivasi bawahannya.

b) Bimbingan atau arahan

Bimbingan adalah tindakan kepemimpinan yang dapat menjamin

pelaksanaan tugas dakwah sesuai dengan rencana, kebijakan, dan ketentuan,

sehingga maksud dan tujuan dakwah dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.

Bimbingan ini dapat berupa nasehat, dorongan, dan perhatian dengan

memasukkan dalam program pelatihan yang relevan dan pengembangan yang

relevan atau dalam bentuk memberikan pengalaman yang akan membantu

penugasan lebih lanjut.

c) Menjalin hubungan.

Untuk menjamin terwujudnya harmonisasi dan sinkronisasi upaya dakwah,

maka perlu terjalin relasi. Dengan menjalin silaturahmi, seluruh tim yang

tergabung dalam pimpinan dan pelaksana dakwah dapat bekerja secara efektif

karena sebelumnya mereka telah membentuk kerangka bisnis demi kepentingan

bersama dan realisasi tujuan dan setuju satu sama lain.

d) Penyelengara komunikasi.

Dalam proses komunikasi yang dibutuhkan antara pemimpin dan pelaksana

agar mereka saling berinteraksi ketika berinteraksi. Komunikasi dan pemahaman

yang lebih baik antara atasan dan bawahan, mitra, orang-orang di luar dan di

dalam organisasi.

g. Controlling ( pengawasan)
20

Pengendalian adalah proses mengamati pelaksanaan semua kegiatan dalam

organisasi untuk memastikan bahwa semua kegiatan yang dilakukan berjalan

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Penggunaan prosedur pengendalian

dapat dimaksudkan sebagai suatu kegiatan mengukur penyimpangan dari kinerja

yang direncanakan dan memulai tindakan korektif. Dengan fungsi tersebut,

seorang pemimpin dapat melakukan tindakan, antara lain: pertama, mencegah

penyimpangan dalam pengelolaan urusan dalam negeri berkhotbah. Kedua,

menghentikan kesalahan yang merupakan penyimpangan yang sedang

berlangsung, dan ketiga mencari pendekatan dan perbaikan.20

Langkah langkah yang harus di lalui dalam program pengawasan antar lain:

1) Menetapkan standar.

2) Melakukan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan tugas yang

diberikan.

3) Membandingkan pelaksana tugas dan standar.

4) mengambil tindakan korektif ( perbaikan ).

5) mengevaluasi program perbaikan tersebut.

6) Melakukan tindakan korektif atas pelaksanaan kegiatan

Fungsi manajemen pengawasan memiliki arti yang luas, yaitu

komprehensif, di dalamnya terdapat kegiatan pengawasan, pemeriksaan, dan

penilaian terhadap seluruh kegiatan dalam organisasi. Oleh karena itu, diperlukan

prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dilaksanakan dalam

melakukan pengawasan tersebut.21.

B. Tinjauan Tahfidzul Al Quran

20
Saputra, Manajemen, h. 309
21
http://cahayakhaeroni.blogspot.com/2012/01/
controllingpengawasandalampendidikan.html Diakses pada tanggal 7 Agustus 2020 puku 22.20
wita
21

1. Pengertian Tahfidz Qur’an

Kata “Tahfidz” berasal dari bahasa Arab ‫ حفع يحفع تحفيظا‬yang artinya

memelihara, menjaga dan menghafal. Tahfidz (hafalan) secara bahasa adalah

lawan dari lupa yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Dalam kamus besar Bahasa

Indonesia disebutkan kata hafal berarti telah masuk dalam ingatan (tentang

pelajaran). Dan dapat mengucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat buku).

Menghafal (kata kerja) berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu

ingat.22

Tahfidz adalah bentuk masdar dari haffadza yang memiliki arti penghafalan

dan bermakna proses menghafal. Sebagaimana lazimnya suatu proses menulis

suatu tahapan, teknik atau metode tertentu. Tahfidz adalah proses menghafal

sesuatu ke dalam ingatan sehingga dapat diucapkan diluar kepala dengan metode

tertentu. Selain itu penghafal Al-Qur'an bisa diungkapkan dengan kalimat yang

diartikan hafal, dengan hafalan diluar kepala.23 Pengertian Al- Qur’an menurut

bahasa (etimologi) berasal dari bahasa arab yaitu “qoroa” yang berarti “bacaan”.

Pengertian ini diambil berdasarkan QS. Al-Qiyamah/75: 17-18 Sebagai berikut

ٗ‫ۚ اِ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهٗ َوقُرْ ٰانَهٗ ۚ َذا قَ َرْأ ٰنهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ ٰانَه‬
Terjemahnya:

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu)


dan (membuatmu pandai) membacanya. apabila Kami telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”24
Sedangkan pengertian Al Qur’an menurut istilah, yaitu kitab suci yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jilbri as

sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadah sumber utama ajaran islam.

22
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 291.
23
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawar (Surabaya, 2002), h. 279.
24
Kementerian Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.575
22

Menurut Imam Jalaluddin Asy-Syuyuti, beliau berpendapat bahwa Al-

Quran merupakan kalamullah/firman Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad

untuk melemahkan orang-orang yang menentangnya sekalipun dengan surat yang

terpendek, membacanya termasuk ibadah.25

Dari pengertian di atas mengenai Al Qur’an dapat disimpulkan bahwa Al-

Quran adalah kalam Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw

melalui Malaikat Jibril yang merupakan mukjizat, membaca dan mempelajarinya

adalah bernilai ibadah.

Jadi menghafal Al Qur’an adalah usaha dengan sadar dan sungguh- sungguh

yang dilakukan untuk mengingat dan meresapkan bacaan kitab suci Al Qur’an

yang mengandung mukjizat ke dalam fikiran agar selalu ingat, dengan

menggunakan strategi atau metode tertentu. Proses menghafal Al Qur’an

dilakukan secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian bacaannya serta

menekuni, merutinkan dan mencurahkan perhatiaanya untuk melindungi hafalan

dari kelupaan. Kesimpulannya bahwa menghafal Al-Qur`an adalah melisankan

sekaligus menghafalkan dengan ingatan (tanpa Al-Qur`an) yang tertulis dalam Al

Qur`an. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hakikat dari hafalan adalah

bertumpu pada ingatan. Berapa lama waktu untuk menerima respon, menyimpan

dan memproduksi kembali tergantung ingatan masing-masing pribadi. Karena

kekuatan ingatan antara satu orang akan berbeda dengan orang lain.

2. Hukum menghafal Al Qur’an

Al-Qur`an adalah kitab suci bagi pemeluk agama islam, sebagai pedoman

hidup dan sumber-sumber hukum, tidak semua kitab suci Al Qur`an dan hamba-

hamba yang terpilih yang sanggup menghafalnya. Hal ini telah dibuktikan dalam

firman Allah swt. QS. Fathir/35:32 sebagai berikut:


25
Ridhoul Wahidi dan Rofiul Wahyudi, Metode Cepat Hafal Al Qur’an Saat Sibuk Kuliah
(Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2017), h. 2.
23

ِ ‫ ِم ْن ِعبَا ِدن َۚا فَ ِم ْنهُ ْم ظَالِ ٌم لِّنَ ْف ِس ٖه َۚو ِم ْنهُ ْم ُّم ْقت‬J‫ب الَّ ِذ ْينَ اصْ طَفَ ْينَا‬
‫َص ٌد َۚو ِم ْنهُ ْم‬ َ ‫ثُ َّم اَوْ َر ْثنَا ْال ِك ٰت‬
‫ك ه َُو ْالفَضْ ُل ْال َكبِ ْي ۗ ُر‬ َ ِ‫ت بِاِ ْذ ِن هّٰللا ِ ٰۗذل‬ِ ‫ق بِ ْالخَ ي ْٰر‬ ٌ ۢ ِ‫َساب‬

Terjemahnya:
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri
mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.”26

Mayoritas Ulama berpendapat bahwa hukum menghafal Al Qur’an ialah

fardhu kifayah. Pendapat ini mengandung pengertian bahwa orang yang

menghafal Al Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir. Artinya apabila

dalam suatu masyarakat tidak ada seorangpun yang hafal Al Qur’an maka

gugurlah kewajiban dalam suatu masyarakat tersebut. Syaikh Nashiruddin al

Albani sependapat dengan mayoritas ulama yang menyatakan bahwa hukum

mengahafalkan Al Qur’an adalah fardhu kifayah. Begitu pula mengenai hukum

mengajarkan Al Qur’an. Jika didalam suatu masyarakat tidak ada seorangpun

yang mau mengajarkan Al Qur’an maka berdosalah satu masyarakat tersebut.

Perlu diketahui mengajarkan Al Qur’an merupakan ibadah seorang hamba yang

paling utama.

Dengan demikian jelas bahwa menghafal Al-Qur`an hukumnya adalah

fardlu kifayah, fardhu kifayah sebagimana yang dimaksud ulama yaitu apabila

suatu pekerjaan di suatu wilayah tidak ada yang mengerjakan maka semua orang

yang ada di wilayah tersebut kena (berdosa) semua. Karena tidak melaksanakan

perbuatan tersebut. Sedangkan menghafal sebagian surat Al-Qur`an seperti

AlFatihah, atau selainnya adalah fardhu `ain. Hal ini mengingat bahwa tidaklah

sah sholat seseorang tanpa membaca Al-Fatihah.

26
Kementerian Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.438
24

3. Manfaat menghafal Al Qur’an

Allah Swt menciptakan segala sesuatu pasti ada manfaatnya. Begitu pula

dengan orang yang menghafal Al Qur’an pasti banya memiliki manfaat. Diantara

manfaat menghafal Al Qur’an adalah :

a. Jika disertai amal dan keikhlasan maka hal ini merupakan kemenangan

dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

b. Didalam Al Qur’an banyak kata-kata bijak yang mengandung hikmah dan

sangat berharga bagi kehidupan. Semakin banyak menghafal Al Qur’an semakin

banyak pula mengetahui kata-kata bijak untuk dijadikan pelajaran dan

pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Di dalam Al Qur’an terdapat ribuan kosa kata atau kalimat. Jika kita

menghafal Al Qur’an dan memahami artinya secara otomatis kita telah menghafal

semua kata-kata tersebut.

d. Di dalam Al Qur’an banyak terdapat ayat tentang iman, amal, ilmu dan

cabang-cabangnya, aturan yang berhubungan dengan keluarga, pertanian dan

perdagangan, manusia dan hubungannya dengan masyaratak, sejarah dan kisah-

kisah, dakwah, akhlak, negara dan masyarakat, agama-agama dan lain-lainnya.

Seorang penghafal Al Qur’an akan mudah menghadirkan ayat-ayat itu dengan

cepat untuk menjawab permasalahan-permasalahan diatas.

e. Demikian manfaat-manfaat mengahafal Al Qur’an. Tentunya masih

banyak lagi yang belum penulis ketahui mengingat betapa besar peran penghafal

Al Qur’an dalam menjaga kemurnian Al Qur’an sebagai hamba- hamba pilihan.

4. Keutamaan Menghafal Al- Qur’an

Menghafal Al Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan

mulia. Banyak sekali hadits-hadits Rasulullah yang menerangkan tentang hal

tersebut. Orang-orang yang mempelajari, membaca dan menghafal Al Qur’an


25

merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima

warisan kitab suci Al-Qur‟an. Salah satu keutamaan dan keistimewaan para

penghafal Al-Qur‟an adalah tidak hanyamemberikan syafaat bagi dirinya sendiri,

melainkan orang-orang yang ada didekatnya.

Sebagaimana hadist Rasulullah SAW :


Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah mengkhabarkan kepada
kami Hafsh bin Sulaiman, dari Katsir bin Zadzan, dari „Ashim bin
Dhamrah, dari Ali bin Abi Thalib telah berkata, Rasulullah saw telah
bersabda,”Barangsiapa yang membaca Al-Qur‟an dan menghafalkannya,
lalu ia menghalalkan apa-apa yang dihalalkannya dan mengharamkan apa-
apa yang diharamkannya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam
surga dengan (sebab) Al-Qur‟an itu, dan Allah akan menerima permohonan
syafaatnya kepada sepuluh orang dari keluarganya yang semuanya telah
diwajibkan masuk ke dalam neraka.” (HR. At-Tirmidzi).
Menghafal Al Qur’an termasuk amalan dan ibadah yang paling tinggi dan

paling utama maka harus ikhlas karena Allah swt. dan mengharap akhirat, bukan

ingin pujian manusia, pamer dan ingin terkenal. Kitab suci Al- Quran ini

merupakan kitab samawi yang masih murni dan asli hingga akhir zaman.

Mengingat keberadaan Al- Quran yang kuat dalam kehidupan umat islam,

berbagai norma dan praktik mengenai interaksi dengan Al Qur’an telah

berkembang seiringnya waktu.27 Ada banyak keutamaan yang didapatkan dalam

menghafal Al Qur’an yaitu sebagai berikut :

a. Kebahagian di dunia dan di akhirat.

b. Sakinah (tenteram jiwanya).

c. Tajam ingatan dan bersih intuisinya.

d. Bahtera ilmu.

e. Memiliki identitas yang baik dan berperilaku jujur.

f. Fasih dalam berbicara.

g. Memiliki do‟a yang mustajab.28


27
M. Fatih, “Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden
Wijaya Mojokerto,”, Jurnal of Islamic Religious Instruction 2, no. 1 (2018): h. 2.
28
Ahsin W Al Hafiz, Bimbingan Praktis Menghafal AL-Qur’an, h. 40.
26

5. Faktor yang mempengaruhi hafalan Al Qur’an

Dalam menghafalkan Al Qur’an tentu saja seseorang akan mengalami

banyak hambatan dan kemudahan. Untuk itu perlu dipahami beberapa faktor

pendukung dan penghambat dalam proses menghafalkan Al Qur’an tersebut.

Faktor pendukung dalam kegiatan menghafal Al Qur’an antara lain.29

a. Faktor Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu factor yang sangat penting bagi orang yang

menghafal Al Qur’an. Jika tubuh sehat maka prosesmenghafalkan akan menjadi

mudah dan cepat tanpa adanya penghambat dan batas waktu menghafalpun

menjadi relative cepat. Namun apabila tubuh tidak sehat maka akan menghambat

ketika menjalani proses menghafal. Oleh karena itu, disarankan untuk menjaga

kesehatan sehingga ketika menghafal tidak ada kendala karena keluhan dan rasa

sakit yang diderita. Hal ini dilakukan dengan cara menjaga pola makan,

menjadwal pola tidur, mengecek kesehatan secara rutin dan lain sebagainya.

b. Faktor Psikologis

Kesehatan yang diperlukan oleh orang yang menghafal Al Qur’an tidak

hanya dari segi lahiriah, tetapi juga dari segi psikologisnya. Sebab jika jika secara

psikologis terganggu maka akan sangat menghambat proses menghafal. Sebab

orang yang menghafalkan Al Qur’an sangat membutuhkan ketenangan jiwa baik

darisegi pikiran maupun hati. Namun apabila banyak sesuatu yang dipikirkan atau

dirisaukan proses menghafalpun akan menjadi tidak tenang. Akibatnya banyak

ayat yang sulit dihafalkan. Oleh karena itu jika mengalami gangguan psikologi

sebaiknya perbanyak dzikir, melakukan kegiatan positif atau berkonsultasi dengan

psikiater.

29
Wiwi, Alawiyah, and Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al Qur’an, ( Jogjakarta: DIVA
Press, 2014), h. 139.
27

c. Faktor Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu factor pendukung dalam menjalani proses

menghafal Al Qur’an. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda.

Sehingga cukup mempengaruhi pada proses hafalan yang dijalani. Meskipun

demikian bukan berarti kurangnya kecerdasan menjadi alas an untuk tidak

bersemangat dalam proses menghafalkan Al Qur’an. Hal yang paling penting

ialah kerajinan dan istiqomah dalam menjalani hafalan.

d. Faktor Motivasi

Orang yang menghafal Al Qur’an pasti sangat membutuhkan motivasi dari

orang terdekat, kedua orang tua, keluarga dan sanak kerabat. Dengan adanya

motivasi dia akan lebih bersemangat dalam menghafal Al Qur’an.

e. Faktor Usia

Usia bisa menjadi salah satu factor penghambat bagi orang yang hendak

menghafalkan Al Qur’an. Jika usia sang penghafal sudah memasuki masa-masa

dewasa atau berumur, maka akan banyak kesulitan yang akan menjadi

penghambat. Selain itu otak orang dewasa juga tidak sejernih otak orang yang

masih muda dan sudah banya memikirkan hal-hal yang lain. Sebenarnya kurang

tepat bagi orang yang sudah dewasa untuk memulai menghafal Al Qur’an.

Walaupun pada dasarnya mencari ilmu tidak kenal waktu dan usia serta mencari

ilmu samapai akhir hayat. Akan tetapi disusia dewasa akan banyak hal yang masih

harus dipikirkan, selain menghafal Al Qur’an. Oleh karena itu jika hendak

menghafal Al Qur’an sebaiknya diusia-usia produktif supaya tidak mengalami

kesulitan.

Dalam kegiatan menghafalkan Al Qur’an seseorang memerlukan

konsentrasi yang tinggi dalam mengingat seluruh kalimat, ayat, fonetik, dan
28

waqaf. Kehilangan konsentrasi akan menghambat kegiatan tersebut untuk itu

perlu diketahui hal –hal yang dapat menghambat konsentrasi. Faktor yang

menghambat konsentrasi tersebut antara lain :30


a. Pikiran yang tercerai berai

Seseorang akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam situasi

gaduh, dimana suara manusia dan deringan berbagai alat memecahkan

konsentrasi.

b. Kurang latihan dan praktik

Konsentrasi adalah suatu seni dan keterampilan. Maka dari itu seseorang

tidak akan mungkin menguasainya jika tidak mempelajari dan mempraktikkannya

setiap hari.

c. Tidak memfokuskan perhatian

Sebagian orang yang mempunyai kesibukan yang banyak dalam kehidupan

mereka sehingga tenaga mereka terkuras dan terhamburkan. Mereka berusaha

untuk memikirkan banyak hal pada satu waktu bersamaan.

d. Mudah putus asa

Di dunia ini ada dua macam manusia pertama adalah mereka yang berusaha

untuk mewujudkan apa yang diinginkan dengan perasaan risau dan takut jika

mengalami kegagalan hidup. Sedangkan yang kedua adalah mereka yang berharap

bisa mewujudkan hal tersebut tanpa takut gagal.

e. Kurang perhatian

Konsentrasi tidak akan terwujud tanpa adanya perhatian. Maksudnya jika

melakukan sesuatu yang penting tanpa ada unsur yang membuat tertarik maka

30
Wiwi, Alawiyah, and Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al Qur’an, ( Jogjakarta: DIVA
Press, 2014), h. 147.
29

harus memunculkan factor yang menguatkan perhatian secara acak. Hal ini akan

melahirkan motivasi pada diri.

f. Suka menunda

Penundaan diartikan penangguhan dalam kepentingan yang tidak disenangi

secara spontan tanpa sebab yang masuk akal. Sebagian orang melakukan

penundaan terhadap hal yang tidak menarik bagi mereka tanpa berfikir mengenai

akibat yang ditimbulkan dari penundaan ini. Penundaan ini adalah ungkapan dari

salah satu bentuk “rela dengan kegagalan kecil”.

6. Tujuan menghafal Al-Qur`an

Segala perbuatan yang dikerjakan manusia harus dilakukan atas dasar ikhlas

karena Allah swt semata. Karena menghafal Al-Qur`an adalah termasuk perbuatan

yang baik dan merupakan ibadah yang mulia, maka harus disertai dengan niat dan

tujuan ikhlas yaitu mencari ridhonya Allah swt dan mencari kebahagiaan di

akhirat.31

Begitu pula dengan para penghafal Al-Qur`an, mereka harus bersungguh-

sungguh memperbaiki niat dan tujuannya, karena suatu amal yang tidak berdasar

atas keikhlasan, tidak berarti apa-apa disisi Allah swt.

7. Syarat-syarat menghafal Al-Qur`an

Menghafal Al-Qur`an buakan merupakan suatu ketentuan hukum yang

harus dilakukan orang yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu menghafal

Al-Qur`an tidak mempunyai syarat-syarat yang mengikat sebagai ketentuan

hukum. Syarat-syarat yang ada harus dimiliki oleh seorang calon penghafal Al-

31
M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal Al Qur’an ((Jakarta: Gema Insani Press,
1998), h. 13.
30

Qur`an adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata

adalah sebagai berikut:

a. Niat yang ikhlas.

b. Menjahui sifat madzmumah.

c. Izin dari orang tua / wali/ suami bagi wanita yang sudah menikah.

d. Memiliki keteguahan dan kesabaran.

e. Istiqomah

8. Metode Menghafal Al Qur’an

Metode Menghafal Al-Qur‟an Proses dalam menghafalkan Al Qur’an

dibutuhkan sebuah metode yang memudahkan bagi siapa saja yang ingin

menghafalkannya. Metode juga sebagai alternatif terbaik untuk memberikan

bantuan kepada para penghafal Al Qur’an. Seorang guru hendaknya, menerapkan

salah satu metode untuk memudahkan siswa dalam menghafalkan Al Qur’an

sebagai upaya memberikan pendampingan, bimbingan, dan arahan dalam

menghafal.32

Metode menghafal Al-Qur‟an yang tepat sangat menentukan keberhasilan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode sangat penting digunakan,

karena tanpa menggunakan metode yang baik, hafalan tidak akan berjalan

maksimal. Selain itu, guru dituntut bisa mencetak pribadi unggul dalam

pengetahuan umum dan agama. Ukuran pribadi yang unggul adalah target suatu

pembelajaran telah terlaksana atau terlampaui. Serta mampu melihat kreatifitas

peserta didik, dalam hal ini menghafal Al Qur’an.

Sebuah metode dikatakan baik dan efektif manakala bisa mengantar kepada

tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur‟an, metode yang baik

akan berpengaruh kuat terhadap proses hifzhul Qur‟an, sehingga tercipta

32
Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008),h. 58-62
31

keberhasilan dalam menghafal Al-Qur‟an. Makin baik sebuah metode, makin

efektif pula fungsinya sebagai alat pencapaian tujuan.33

Berikut ini adalah, macam macam metode yang dapat memudahkan dalam

menghafalkan Al Qur’an. Metode- metode tersebut diantaranya adalah:

a. Metode Bi Nazhar

Metode bi nazhar adalah membaca mushaf Al Qur’an dengan mencermati

ayat- ayat secara berulang- ulang. Proses ini dilakukan sebanyak mungkin

sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. Cara ini diterapkan,

dengan tujuan memperoleh gambaran secara keseluruhan tentang lafazh maupun

urutan ayatayatnya. Agar memudahkan dalam menghafal Al Qur’an diharapkan

mempelajari juga makna dari ayat- ayat tersebut.

b. Metode Tahfizh

Metode tahfizh adalah metode dengan cara mengingat ayat –ayat Al Qur’an

secara berulang- ulang sedikit demi sedikit. Contohnya menghafal satu ayat,

beberapa ayat, menghafalkan satu baris ayat, sampai hafal dan tidak ada kesalahan

sedikitpun. Setelah satu baris ayat hafal kemudian diulang kembali dengan ayat

berikutnya dalam artian menambah hafalan baru. Apabila satu halaman dirasa

dapat dihafal dengan baik dan lancar lalu dilanjutkan menghafal ayat selanjutnya

tanpa meninggalkan penggulangan hafalan yang sudah dihafal. Hal ini dilakukan

berlaku untuk seterusnya.

c. Metode Talaqqi

33
Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafalkan Al Quran Bagi Santri
Pondok Pesantren Punggul Nganjuk,” Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman 8, no. 3 (2018): h.
2.
32

Metode talaqqi merupakan cara belajar secara langsung berhadapan dengan

seorang guru. Yang mana sang guru membacakan ayat dengan cara dipenggal

perkata, diulang berkali- kali sampai hafal dan dilanjutkan ke kata selanjutnya.

Kemudian disambung ke ayat berikutnya dan murid diminta untuk mengikutinya.

Metode ini berfokus pada bacaan yang dibacakan oleh guru dan lebih

menekankan pada pendengaran dan pengucapan yang diucapkan oleh guru. Guru

tersebut haruslah memiliki kecakapan dalam ilmu tajwid dan tahsin. Proses

talaqqi ini dilakukan bertujuan untuk memudahkan para siswa untuk mengingat

dan menirukan bacaan sesuai makharijul huruf dan tajwid yang benar sesuai apa

yang telah dicontohkan oleh pendidik.

d. Metode Takrir

Metode takrir adalah metode yang diterapkan dengan cara melakukan

pengulangan hafalan yang sudah dihafal kepada seorang guru tahfizh. Selain

dengan guru tahfizh juga dapat dilakukan sendiri- sendiri dengan maksud

melancarkan hafalan yang telah dihafal sehingga tidak mudah lupa. Metode ini

bertujuan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik.

e. Metode Tasmi’

Metode tasmi’ yaitu metode memperdengarkan Al Qur’an hafalan kepada

orang lain baik perorangan ataupun secara berjamaah. Metode ini bertujuan agar

seorang penghafal Al Qur’an dapat mengetahui kekurangan, kesalahan dalam

menghafal Al Qur’an baik dari segi pengucapan makharijul huruf, tajwid, dan

segi kelancaran hafalan. Dengan tasmi juga dapat membuat seorang hufazhul

Al Qur’an lebih berkonsentrasi ketika menghafal dan sebagai bahan evaluasi

dalam menghafal.

9. Strategi Menghafal Al- Qur’an


33

Ada beberapa strategi untuk membantu para penghafal Al Qur’an agar lebih

mudah dalam menggingat ayat- ayat yang akan dihafal, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Memahami makna ayat sebelum dihafal Melakukan pemahaman terhadap

makna dari ayat yang akan dihafal sangat diperlukan. Karena memahami ayat

sama pentingnya dengan menghafal. Hal ini bertujuan agar penghafal mengetahui

keterkaitan antara ayat yang satu dengan yang lainya, sehingga dapat

mempermudah dalam mengingat.

b. Melakukan pengulangan dalam membaca Seorang penghafal Al Qur’an

harus istiqomah dalam melakukan pengulangan membaca Al Qur’an. Karena

proses menghafal adalah proses mengulang–ulang bacaan. Semakin banyak

mengulang dan istiqomah dalam melakukan pengulangan maka akan semakin

mudah menghafalnya. Pengulangan bacaan dengan cara bi nazhar sangat cocok

bagi penghafal yang memiliki daya ingat yang lemah.

c. Mendengarkan bacaan orang yang lebih ahli Cara ini dilakukan dengan

mendengarkan bacaan para penghafal Al Qur’an yang sudah ahli seperti Syeikh

Sudais, Mohammad Toha, Saad Al –Ghamdi, dan syeikh- syeikh lainya

bagaimana beliau- beliau membaca sesuai dengan tahsin dan tajwid yang benar.

Semakin banyak mendengar dan terbiasa mendengar bacaan Al Qur’an semakin

mudah pula untuk menghafalkanya.

d. Sering menulis ayat Al Qur’an Menuliskan ayat-ayat yang hendak dihafal

akan membantu untuk mempermudah mengingat setiap ayat- ayat Al Qur’an yang

akan dihafalkan. Sebagaimana yang dilakukan para ulama terdahulu, setiap ilmu

yang mereka hafal mereka tulis.

e. Memperhatikan ayat atau kalimat yang identik Al Qur’an dala segi makna,

lahfazh. Untuk itu bagi seorang penghafal Al Qur’an hendaknya lebh teliti dan
34

memperhatikan setiap ayat yang dihafal dalam mewujudkan hafalan yang

diinginkan.34

C. Tinjauan Pembelajaran Bahasa Arab

1. Pengertian Bahasa Arab

Definisi bahasa Arab dapat ditinjau dari sisi bahasa dan istilah. Pengertian

“Arab” secara bahasa adalah gurun sahara atau tanah tandus yang di dalamnya

tidak ada air dan pohon yang tumbuh di atasnya. Sedangkan “bahasa” adalah alat

komunikasi yang digunakan manusia untuk saling berinteraksi dan berhubungan

dengan berbagai motivasi dan keperluan yang mereka miliki. Secara istilah bahasa

Arab adalah bahasa yng digunakan oleh sekelompok manusia yang berdomisili di

atas Negeri Gurun Sahara Jazirah Arabiyah.

Bahasa Arab merupakan bahasa Semitik dalam rumpun bahasa Afro-Asiatik

dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami yang telah

dipergunakan di Jazirah. Bahasa Arab memiliki lebih banyak penutur dari pada

bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Semitik. Sekarang bahasa Arab ini

digunakan secara luas di bumi. Ia dituturkan lebih dari 280 juta orang sebagai

bahasa pertama, yang mana sebagian besar tinggal di Timur Tengah dan Afrika

Utara. Bahasa Arab juga merupakan bahasa peribadatan dalam agam Islam karena

merupakan bahasa yang dipakai oleh Al-Qur’an.

Mengenai munculnya bahasa pertama kali dalam bahasa Semit, para peneliti

bahasa memiliki perbedaan pendapat, namun ada suatu teori yang paling kuat

yang diyakini oleh para ahli bahasa Arab, diantaranya Abdul Wahid Wafi dan

Emil Badi Ya’qubdan para orientalis adalah bahwa bahasa Arab adalah bahasa

Semit dan merupakan bahasa yang paling dekat dengan bahasa Semit induk,

34
Syaifurrahman, ManajemenDalamPembelajaran ( Jakarta; Index, 2013), h. 167.
35

karena bahasa Arab paling banyak memiliki unsur-unsur yang terdapat dalam

bahasa Semit di banding dengan bahasa-bahasa Semit lainnya.

2. Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam dilihat dari segi kehidupan sruktural umat manusia

merupakan salah satu alat pembudaya manusia itu sendiri. Sebagai suatu alat

pendidikan hidup manusia kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh

kesejahteraan dan kebahagian hidupnya di akhirat. Dengan kata lain tujuan akhir

pendidikan Islam adalah pada hakikatnya merupakan realisasi dari cita-cita ajaran

Islam itu sendiri, yang membawa misi kesejahteraan umat manusia sebagai

hamba Allah swt, lahir dan batin, dunia dan akhirat berdasarkan Al-Qur’an dan

Hadits.

Karena sumber-sumber asli ajaran Islam yakni Al-Qur’an, hadits dan ilmu-

ilmu keislaman tertulis dalam bahasa Arab, maka sangatlah penting bagi umat

Islam terutama kalangan ilmuannya untuk mempelajari dan memahami serta

menguasai bahasa Arab. Jika tidak sulit bagi kita untuk mengkaji Islam dati

sumber aslinya yang berasal dari bahasa Arab. Oleh karena itu pembelajaran

bahasa Arab dalam pendidikan Islan sangat penting, disebabkan: pertama, bahwa

sumber asli ajaran Islam Al-Qur’ann dan Hadits ditulis dalam bhasa Arab, kedua,

kitab-kitab karya ulama-ulama besar yang mempengaruhi alur pemikiran umat

islam terutama di bidang tafsir, hadits, fiqih, aqidah tasawuf ditulis dalam bahasa

Arab, ketiga, kajin ilmu keislaman akan semakin berbobot jika mengambil rujukan

dari bahasa Arab, keempat, realitas kekinian di kalangan sarjana muslim, terutama

Indonesia semakin menipis dalam mengkaji ilmu keislaman yang berbasis bahasa

Arab.

Setelah bahasa Arab dijadikan Allah SWT sebagai bahasa Al-Qur’an, maka

terjadi perkembangan yang luar biasa pada bahasa ini, sehingga memunculkan
36

berbagai peranan penting dalam interaksi kehidupan umat manusia, khususnya

dalam pendidikan Islam, peranan-peranan tersebut dapat diklasifikasi sebagai

berikut:

Pertama, bahasa Arab berperan sebagai bahasa wahyu, sehingga menjadi

bahasa yang istimewa.

Kedua, peranan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi umat islam kepada

Allah Swt. Dalam agama Islam terdapat ibadah-ibadah tertentu yaitu sholat, zikir

dan do’a yang dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab. Sholat sebagai

medium manusia berkounikasi langsung dengan Allah Swt. seluruh bacaan-bacaan

di dalamnya memakai bahasa Arab. Jadi agar mengerti dan memahami maksud di

dalamnya seseorang perlu mempelajari bahasa Arab.

Ketiga, bahasa Arab internasional. Bahasa Arab mempunyai peranan

penting dalam dunia internasional, digunakan dalam dunia pendidikan Islam

maupun pendidikan non Islam, bahkan menjadi kajian di universitas-universitas

besar dunia seperti Harvard university dan Oxford university. Di samping itu

bahasa Arab juga digunakan dalm forum beskala nternasional lainnya seperti pada

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Keempat, peranan bahasa Arab dalam kajian Islam. Bahasa Arab digunakan

dalam berbagai macam kitab-kitab Tafsir, Hadits, Tassawuf, Fiqih, Hukum dan

lain-lain. Sehingga untuk memahami diperlukan penguasaan bhasa Arab secara

komprehensif agar tidak menimbulkan pemahaman yang salah.

3. Pengaruh Bahasa Arab Untuk Pendidikan dan Pembelajaran

a. Mempermudah Penguasaan Terhadap Ilmu Pengetahuan; Islam sangat

menekankan pentingny aspek pengetahuan melalui membaca.


37

b. Meningkatkan Ketajaman Daya Pikir; Dalam hal ini, Umar bin Khattab

berkata, “Pelajarilah Bahasa Arab. Sesungguhnya ia dapat menguatkan akal dann

menambah kehormatan”.

c. Mempengaruhi Pembinaan Akhlak; Orang yang melayani bahasa Arab,

akan membuktikan bahwa bahasa Arab ini merupakan sarana untuk membentuk

moral luhur dan memangkas perangai kotor.

4. Keistimewaan Bahasa Arab

a. Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an.

b. Bahasa Arab adalah bahasa Nabi Muhammad dan bahasa verbal para

sahabat. Hadits-hadits Nabi yang sampai kepada kita dengan berbahasa Arab.

Demikian juga kitab-kitab fiqih, tertulis dengan bahasa ini. Oleh karena itu,

penguasaan bahasa Arab menjadi pintu gerbang dalam memahaminya.

c. Susunan kata bahasa Arab tidak banyak. Kebanyakan terdiri atas susunan

tiga huruf saja. Ini akan mempermudah pemahaman dan pengucapannya.

d. Indahnya kosa kata bahasa Arab. Orang yang mencermati ungkapann dan

kalimat dalam bahasa Arab, ia akan merasakan sebuah ungkapan yang indah dan

gamblang, tersusun dengan kata-kata yang ringkas dan padat.

5. Cara Untuk Menguasai Bahasa Arab

Untuk menguasai bahasa Arab itu minimal harus menguasai empat sisi

yaitu:

a. Fahmul Masmu’

Maksudnya kita harus mampu memahami apa yang kita dengar. Jadi kalau

ada orang Arab membacakan berita di TV atau sedang berdialog dengan orang

lain, kita mampu mengerti dan memahaminya, tentu melalui beberapa tahapan.

b. Fahmul Maqru’
38

Maksudnya kita hrus mampu memahami teks yang kita baca. Sehingga

buku, kitab, majalah, koran atau teks apapun yang tertulis dalam bahasa Arab,

mampu kita pahami, tentunya dengan kaidah bahasa Arab yaitu “Nahwu dan

Sororf”.

c. Ta’bir Syafahi

Maksudnya kita mampu menyampaikan isi pikiran kita dalam bahasa Arab

secara lisan, dimana orang Arab mampu memahami apa yang kita ucapkan.

d. Ta’bir Tahriri

Maksudnya kita mampu menyampaikan isi pikiran kita kepada orang Arab

dengann bentuk lisan, dimana orang Arab bisa dengan mudah memahami maksud

kita dalam bentuk tulisan.

6. Hukum Mempelajari Bahasa Arab

Syaikhul Islam berkata, Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian

dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab

dan As-Sunah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa dipahami kecuali dengan

memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah:

“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga

hukumnya wajib.” Namun disana ada bagian dari bahasa arab yang wajib ‘ain dan

ada yang wajib kifayah. Dan hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh

Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Umar bin Yazid, beliau berkata: Umar bin

Khattab menulis kepada Abu Musa Al-Asy’ri (yang isinya)”...Pelajarilah As-

Sunah, pelajarilah bahasa Arab dan I’roblah Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu

berbahasa Arab.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan

pengetahuan, teori, tindakan dan produk tertentu sehingga dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia.

Adapun rangkaian metodologi yang digunakan penulis sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu memberikan

gambaran sekaligus berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada

berdasarkan hasil pengamatan penulis. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar dan bukan berupa angka-angka.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara holistik yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentangyang dialami subjek penelitian, baik itu

perilaku, persepsi, motivasi dan penerapan maupun tindakannya, yang


dideskripsikan dalam bentuk kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah yang memanfaatkan berbagai metode alamiah.35 Diantaranya adalah

penggunaan studi kasus deskriptif dalam penelitian ini bermaksud agar dapat

mengungkap atau memperoleh informasi dari data penelitian secara menyeluruh

dan mendalam.36

35
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Kertas Karya, 1998),
h. 6.
36
Sugiono, Statistik untuk Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 35.

40
41

2. Lokasi penelitian

Nasution berpendapat bahwa ada tiga unsur penting yang perlu

dipertimbangkan dalam menetapkan lokasi penelitian yaitu; tempat, pelaku, dan

kegiatan.37 Oleh karena itu, penulis menggunakan lokasi penelitiannya disalasatu

pondok pesantren al liwa yang ada di desa timbuseng kacamatan pattalassang

kabupaten gowa, dan yang menjadi nara sumber pada penilitia ini adalah beberapa

orang yang di anggap berkompeten dan memeliki ilmu pengetahuan tentang objek

yang di teliti.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini diarahkan kepada pengungkapan pola pikir

yang dipergunakan penulis dalam menganalisis sasarannya atau dalam bahasa lain

pendekatan ialah disiplin ilmu yang dijadikan acuan dalam menganalisis objek

yang diteliti sesuai dengan logika ilmu itu. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan sosiologi dan manajemen. Sebuah pendekatan

yang nantinya akan memberikan suatu penjelasan mengenai pondok pesantren al

liwa yang berkaitan dengan kualitas pembelajaran hafalan Al quran dan bahasa

arab.

1. Pendekatan Sosiologi

Pendekatan sosiologi adalah manusia sebagai multifungsi dituntut untuk

bertindak sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk spiritual. Jika

dikaitkan dengan penelitian yang telah diteliti, penulis mengunakan pendekatan

sosiologi karena dalam meningkatkan edukasi kesadaran mempelajari Al quran

perlu adanaya hubungan sosial yang baik, baik internal lembaga maupun di

lingkungan eksternal agar apa yang menjadi tujuan lembaga dapat dilakukan

37
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsinto, 1996), h. 43.
42

dengan baik seksama. Dalam ilmu sosiologi ada dua unsur yang tidak bisa lepas

yaitu individu serta kelompok-kelompok manusia saling terkait oleh sistem, adat

istiadat, hukum dan norma yang berlaku.

2. Pendekatan manajemen

Dalam pendekatan ini, penulis menggunakan pendekatan manajemen.

Namun dalam pendekatan manajemen ini, penulis lebih mengkhususkan pada

manajemen atau strategi pondok pesantre dalam meningkatkan kualitas para

santri.

C. Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan atau diperoleh secara langsung

melalui pengamatan dan wawancara dengan informan. Dalam hal ini adalah ketua

yayasan, pimpinan pondok pesantren, serta beberapa anggota terutama anggota

yang berfokus dilapangan (external job), dan juga beberapa masyarakat yang

dianggap relevan dijadikan narasumber untuk memberikan keterangan terkait

penelitian yang dilakukan.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data tambahan berupa informasi yang

akanmelengkapi data primer. Data tambahan yang dimaksud meliputi dokumen

atau arsip didapatkan dari berbagai sumber, koran, internet, foto pendukung yang

sudah ada, maupun foto yang dihasilkan sendiri, serta sumber data lain yang dapat

dijadikan sebagai data pelengkap.

D. Metode Pengumpulan Data


43

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan pariset untuk mengumpulkan data.38 Pengumpulan data merupakan

salah satu tahapan penting dalam kegiatan penelitian, karena tujuan utama

penelitian adalah mendapatkan data. Adapun metode pengumpulan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah pengumpulan data yang dilakukan

penulis untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan menyaksikan

langsung, dan biasanya penulis dapat sebagai partisipan atau observer dalam

menyaksikan atau mengamati suatu objek peristiwa yang sedang

ditelitinya.39Penggunaan metode observasi dalam penelitian di atas pertimbangan

bahwa data yang dikumpulkan secara efektif bila dilakukan secara langsung

mengamati objek yang diteliti. Teknik ini penulis gunakan untuk mengetahui

kenyataan yang ada di lapangan. Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengamati dan mencatat, menganalisa secara sistematis.

2. Interview

Interview merupakan pertemuan antara dua orang atau lebih untuk bertukar

informasi melalui tanya jawab. Interview merupakan proses tanya jawab dalam

penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan.40

3. Dokumentasi

38
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan Kata Pengantar oleh
Burhan Bungin, Edisi Pertama (Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009), h. 93.
39
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Relations dan Komunikasi, Edisi 1 (Cet. V; Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), h. 221.
40
Cholid Narbuka dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Cet. VII; Jakarta: PT.
BumiAksara, 2007), h. 70.
44

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen berupa buku-buku, catatan, arsip, surat-surat, majalah,

suratkabar, jurnal, laporan penelitian, dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dalam pengumpulan data dengan

teknik dokumentasi berarti penulis melakukan pencarian dan pengambilan segala

informasi yang sifatnya teks menjelaskan dan menguraikan mengenai

hubungannya dengan arah penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

pengumpulan data, instrument harus relevan dengan masalah yang dikaji

Mengingatkarena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka instrumen

penelitian adalah penulis sendiri (human instrumen). Penelitian kualitatif sebagai

human instrumentberfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informasi

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya.41 Penulis sebagai

instrument harus mempunyai kemampuan dalam menganalisis data. Barometer

keberhasilan suatu penelitian tidak terlepas dari instrumen yang digunakan, karena

itu instrument yang digunakan dalam penelitian lapangan ini meliputi: daftar

pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan, kamera, alat perekam, pulpen dan

buku catatan. Tolak ukur keberhasilan penelitian juga tergantung pada instrument

yang digunakan. Oleh karena itu, penelitian lapangan yang meliputi observasi,

wawancara dan dokumentasi dengan daftar pertanyaan yang telah disediakan,

dibutuhkan kamera, alat perekam dan alat tulis menulis berupa buku.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

41
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Cet. III; Bandung: Bandung
Alfabeta, 2012), h. 306.
45

Setelah semua data terkumpul dari sumber data di lapangan, maka data

tersebut selanjutnya dianalisa secara deskriptif kualitatif. Analisis data adalah

suatu fase penelitian yang sangat penting karena dengan melalui analisis data

inilah penulis memperoleh wujud dari penelitian yang dilakukan. Analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya sehingga dapat

dengan mudah dipahami dan temuannya dapatdi informasikan kepada orang lain.42

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data kualitatif

adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data, pada tahap ini dilakukan pemilihan antara relevan tidaknya

antara data dan tujuan penelitian. Informasi dari lapangan sebagai bahan mentah

diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok yang penting

sehingga lebih muda dikendalikan.

2. Display data adalah penyajian dan pengorganisasian data kedalam satu

bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh dalam penyajian data,

penulis melakukan secara induktif, yakni menguraikan setiap permasalahan dalam

pembahasan penelitian ini dengan carapemaparan secara umum kemudian

menjelaskan dalam pembahasan yang lebih spesifik.

3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan, yaitu tahapan akhir analisis data

dengan melibatkan kembali informan untuk memenuhi kriteria validitas dan dapat

dipertanggungjawabkan.

G. Pengujian Keabsahan Data

42
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Cet. III; Bandung: Bandung
Alfabeta, 2012), h. 306.
46

Pengujian keabsahan data adalah suatu teknik triangulasi atau pengumpulan

data dengan cara menggunakan beragam macam sumber data, seperti triangulasi

sumber, triangulasi metode dan triangulasi waktu.43 Namun, calon peneliti

menggunakan teknik triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data yang

dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh kepada beberapa sumber.

Seperti untuk menguji kredibilitas data tentang Fungsi Manajemen Dakwah

Dalam Kegiatan Pembelajaran Tahfiz Al-Quran dan Bahasa Arab pada Pondok

Pesantren Al-Liwa di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalasang Kabupaten Gowa

maka pengujian data dapat dilakukan terhadap orang-orang yang telah melakukan

kegiatan tersebut.

43
Salim dkk, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis, Ed. Revisi (Cet. I;
Jakarta: Kencana 2019), h. 120-121.
47
DAFTAR PUSTAKA
Al Quranul Karim
Abdul Rosyad Shaleh, Manjemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2013
A. F. Stoner, Manajemen Dakwah, Jakarta: Erlangga, 2011.
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawar, Surabaya, 2002.
Ahsin W Al Hafiz, Bimbingan Praktis Menghafal AL-Qur’an.
A.Rosyad shaleh, Manajemen Dakwah, Jakarta Bulan Bintang university press,
2010
Cholid Narbuka dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cet. VII; Jakarta: PT.
BumiAksara, 2007
Kementerian Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015.
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Kertas Karya,
1998.
M. Fatih, “Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto,”, Jurnal of Islamic Religious Instruction
2, no. 1 2018.
Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafalkan Al Quran
Bagi Santri Pondok Pesantren Punggul Nganjuk,” Jurnal Pendidikan dan
Studi Keislaman 8 no. 3, 2018.
M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal Al Qur’an, Jakarta: Gema Insani
Press, 1998.
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsinto, 1996.
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan Kata Pengantar
oleh Burhan Bungin, Edisi Pertama Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009.
Ridhoul Wahidi dan Rofiul Wahyudi, Metode Cepat Hafal Al Qur’an Saat Sibuk
Kuliah, Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2017.
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Relations dan Komunikasi, Edisi 1 Cet. V;
Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Saputra, Manajemen, Jakarta: balai Pustaka, 2012.
Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008.
Salim dkk, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis, Ed. Revisi
Cet. I; Jakarta: Kencana 2019.
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Cet. III; Bandung:
Bandung Alfabeta, 2012.
Sugiono, Statistik untuk Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2006.
Syaifurrahman, ManajemenDalamPembelajaran, Jakarta; Index, 2013.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
Wiwi, Alawiyah, and Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al Qur’an, Jogjakarta:
DIVA Press, 2014.
Cholid Narbuka dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cet. VII; Jakarta: PT.
BumiAksara, 2007

48
49

http://cahayakhaeroni.blogspot.com/2012/01/
controllingpengawasandalampendidikan.html Diakses pada tanggal 7
Agustus 2020 puku 22.20 wita

Anda mungkin juga menyukai