Proposal
Oleh:
DIAN RAHMAN
NIM: 50400119076
Al Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan dalam bahasa
Arab yang berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia untuk
menjalani hidup dan kehidupan ini sesuai ketentuan Allah swt. dan untuk
memahami aturan hidup yang tercantum dalam Al Qur’an tidak ada cara lain
serta mentadaburi dan mengamalkannya. Sesuai dalam firman Allah swt QS.
م ِس ًّرا َّو َعاَل نِيَةً يَّرْ جُوْ نJُْب هّٰللا ِ َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َواَ ْنفَقُوْ ا ِم َّما َر َز ْق ٰنه
َ اِ َّن الَّ ِذ ْينَ يَ ْتلُوْ نَ ِك ٰت
م ِّم ْن فَضْ لِ ٖ ۗه اِنَّهٗ َغفُوْ ٌر َش ُكوْ رJُْم َويَ ِز ْي َدهJُْ ِي َُوفِّيَهُ ْم اُجُوْ َرهJارةً لَّ ْن تَبُوْ ر
َ تِ َج
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada
mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Mensyukuri.”1
manusia dalam meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.kandungan serta isi
Al Qur’an mencakup ajaran petunjuk yang sangat lengkap mulai dari sejarah,
akidah, ibadah dan akhlak hubungan antara manusia dengan Allah swt. Didalam
1
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.437
1
2
moderen yang bersifat sekuler dan materialistis, umat islam di tuntut untuk
Qur’an yang bersifat rasional dan mendorong umat manusia untuk mewujudkan
islam, Al Qur’an tidak hanya cukup dibaca dengan suara yang indah dan fasih,
tetapi harus ada uapaya konkret dalam memeliharanya. Al Qur’an tidak boleh
dibiarkan begitu saja sebagai koleksi atau apapun, tanpa penjagaan dan
perubahan, baik huruf maupun susunan kata-katanya.2 Allah swt berfirman dalam
Berdasarkan ayat tersebut, Al-Qur`an akan tetap terjaga dalam benteng yang
2
Ali Akbar dan Hidayahtullah Ismail, “Metode Tahfidz Al-Quran Di Pondok Pesantren
Kabupaten Kampar” Jurnal (Ushuluddin vol.24, no 1, 2016) h.92
3
Kementerian Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.262
3
Allah swt tidak terlibat langsung dalam fase-fase penjagaan Al-Qur`an melainkan
Proses turunnya wahyu secara bertahap merupakan metode terbaik bagi beliau dan
didalamnya. Apabila suatu ayat atau surah diturunkan kepada beliau, segeralah
beliau menghafalnya dan segera pula di ajarkan pada para sahabat, sehingga para
Al-Qur`an itu munazzal atau diturunkan dari Allah swtbaik lafal, bacaan,
dan maknanya. Oleh karena itu, berinteraksi dengan Al-Qur`an harus dimulai dari
kesejahteraan. Sehingga bacaan yang baik merupakan hal yang penting untuk
dan bahasa arab sehingga sehinga topik ini menjadi urgent untuk di teliti Tentang
4
Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an (Jakarta : Bumi Aksara,
1994), h.5-6.
5
Deden M. Makhyaruddin, Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur`an (Bandung: Mizan,
2013), h.49-50.
4
Saat ini banyak lembaga pendidikan islam baik formal maupun nonformal
Pesantren Tahfidzul Qur’an dan Bahasa Arab Ma’ahad Al-Liwa Gowa, Pondok
berusaha mencetak generasi penghafal Al Qur’an dan bahasa Arab. lembaga ini
awal mulanya adalah perwujudan dari tekad Wahdah Islamia (WI) untuk terus
naungan yayasan munawar salamatus yang di asuh oleh ustad munawar. Pesantren
pengasuh pesantren dan pengurus harian (DPP) Wahdah Islamia Gowa di sepakati
bahwa Ponpes Al-Liwa berada dalam binaan (DPD) Wahdah Islamia Gowa. pada
hari sabtu tanggal 28 mei 2016 di adakan peresmian ponpes al-liwa yang di hadiri
oleh parah pengurus (DPP) Wahdah Islamia Gowa, pengurus ponpes, Kepala
bahasa Arab menjadi topik yang menarik untuk di pahami dan dipelajari tentang
dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut menjadi hal yang melatar
5
Pembelajaran Tahfiz Al-Quran Dan Bahasa Arab Pada Pondok Pesantren Al-Liwa
1. Fokus Penelitian
yang akan di teliti. Oleh karena itu, penulis memfokuskan pada penerapan fungsi
Kabupaten Gowa.
2. Deskripsi Fokus
Hal ini dibatasi untuk menghindari penafsiran yang meluas dan tidak relevan
dengan pokok permasalahan yang diteliti atau yang tidak mendukung tujuan
penulisan ini.
C. Rumusan Masalah
Pembelajaran Tahfidz Al Qur’an dan Bahasa Arab Pada Pondok Pesantren Al-
Liwa?
6
6
Anis Hidayah, “Manajemen Pembelajaran Tahfidz Alquran Dalam Mencapai Target
Hafalan di SMP IT Abubakar Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Ilmu Tarbiah dan Keguruan
Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018)
7
1. Tujuan Penelitian
pembelajaran tahfiz Al-Quran dan bahasa arab pada Pondok Pesantren Al-Liwa
7
Halizah Marwah,“Manajemen Tahfidzul Quran Di Smp Rahmat Islamiah Medan”, Skripsi
(Sumatra Utara: Fak. Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2021)
8
Dimas Kurniawan, “Fungsi Manjemen Dalam Kegiatan Hafalan Santri Di Pondok
Pesantren Al-Fatah Kec Sekampung Kab Lampung Timur”. Skripsi.(Lampung Timur: Fak
Dankwah Dan Ilmu Komunikasi Uin Raden Intan Lampung, 2020)
8
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
1) Sebagai sumber referensi dan ilmu pengetahuan bagi perguruan tinggi dan
2) Pada penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, selain menambah
b. Kegunaan Praktis
dapat menyediakan wadah bagi para santri untuk menjalankan perannya sebagai
penelitian berikutnya.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
yaitu “manajemen” dan “dakwah”. Kedua kata ini berasal dari dua disiplin ilmu
yang sangat berbeda. Istilah pertama, berangkat dari suatu disiplin ilmu sekuler,
istilah kedua berasal dari lingkungan agama, yaitu ilmu dakwah. Pengetahuan ini
ditempatkan pada prinsip, ajakan untuk keselamatan dunia dan akhirat, tanpa
paksaan dan intimidasi dan tanpa bujukan materi dan iming-iming. Muncul
ketuhanan kepada manusia melalui berbagai metode, seperti ceramah, film, drama
dan bentuk-bentuk lain yang melekat dalam aktivitas kehidupan setiap individu
kepada manusia melalui berbagai metode, seperti ceramah, film, drama dan
bentuk lainnya. hal-hal lain yang melekat dalam aktivitas kehidupan setiap
individu muslim. Dakwah Sebagai proses yang harus dikelola secara optimal, dan
9
A. F. Stoner, Manajemen Dakwah (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 45.
10
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah, tth, h. 109
9
10
untuk mencapai tujuan bersama.hal ini sesuai dengan apa yang di definiskan oleh
sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang di mulai
tujuan dakwah.11
Dari pengertian manajemen dakwah yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
personel. staf pelaksana dalam kelompok tugas dan kemudian bergerak menuju
tujuan dakwah.
sendiri. Dimana setiap kegiatan dakwah khususnya dalam skala organisasi, suatu
lembaga atau instansi untuk mencapai suatu tujuan memerlukan suatu manajemen
atau alat bantu bagi kegiatan dakwah itu sendiri. Karena dalam suatu kegiatan
11
A.Rosyad shaleh, Manajemen Dakwah (Jakarta Bulan Bintang university press, 2010),
h.16
11
Tujuan manajemen dakwah adalah sasaran dakwah yang ingin dicapai yang
dirumuskan dengan pasti dan menjadi arah segala tindakan yang dilakukan oleh
target konkrit yang diharapkan dan diupayakan untuk dicapai. Untuk mencapai
mempunyai hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain yang
fungsi, yaitu:
1) Planning (Perencanaan)
tindakan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari rencana ini akan terungkap
tujuan organisasi dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dalam
dengan matang, maka kegiatan dakwah yang dilakukan akan berjalan dengan
terarah, tertib, rapi dan memungkinkan pemilihan tindakan yang tepat sesuai
manusia (SDM), fasilitas yang dibutuhkan, biaya yang dibutuhkan, metode yang
baik, tidak jelas kemana arah dan target yang akan dicapai dari kegiatan tersebut
dan sulit untuk melibatkan lebih banyak orang. Harus melakukan perencanaan
dapat kita pahami dari firman Allah dalam QS. Al-Hashr/59:18 sebagai berikut:
sarana atau media dakwah, serta personel dakwah yang akan dikerahkan.
menentukan alternatif, yang merupakan tugas utama dari sebuah rencana. Sebuah
Perencanaan dikatakan baik jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:13
yang baik dalam Islam adalah yang sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.
hanya bagi orang yang melakukan perencanaan, tetapi juga bagi orang lain, perlu
dakwah.
harus banyak mendengar, membaca, dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas
penyelenggaraan dakwah.
(jangka pendek versus jangka panjang), kekhususan arah versus kekhususan, dan
waktu, ruang lingkup, dan mencakup serangkaian tujuan organisasi yang telah
ditentukan sebelumnya.
yang lebih luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Pada akhirnya, rencana
setidaknya satu tahun. Sedangkan rencana jangka panjang adalah rencana dengan
jangka waktu tiga tahun ke atas. Untuk jangka menengah adalah jangka waktu di
antaranya.
Dalam jadwal organisasi dakwah, klasifikasi waktu ini bisa sangat fleksibel,
disesuaikan dengan kebutuhan umat atau kondisi yang ada. Dalam hal ini, suatu
perencanaan.
Rencana khusus adalah rencana yang telah dirumuskan dengan jelas dan
tidak
15
memberikan ruang untuk interpretasi. Dalam perencanaan khusus ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan karena terdapat beberapa kekurangan yaitu dalam
sesuatu.
pedoman umum, sementara rencana terfokus, tidak mengikat manajer pada tujuan
atau tindakan tertentu. Oleh karena itu, rencana terarah adalah rencana fleksibel
yang menetapkan pedoman umum. Namun perlu diingat sisi negatif dari rencana
Rencana satu kali adalah rencana sekali pakai yang dirancang khusus untuk
memenuhi kebutuhan situasi tertentu dan dibuat sebagai tanggapan atas keputusan
tidak terprogram yang dibuat oleh manajer. Kebalikan dari rencana ini adalah
e. Organizing ( pengorganisasian)
tanggung jawab, dan wewenang ke dalam suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. 16 di atas di jelaskan Ada
begitu banyak tugas dakwah yang tidak dapat dilakukan oleh satu atau beberapa
15
M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, tth, h. 111-112
16
M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, tth, h. 117
16
menjalankan kegiatan.
هّٰللا
ُك ۖ فَاعْف َ ِب اَل ْنفَضُّ وْ ا ِم ْن َحوْ ل ِ فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل
َم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَاِ َذا َعزَ ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِ ْينJُْاورْ ه
ِ َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش
Terjemahnya:
“Maka disebabkan rahmat allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah merakah
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karna itu maafkanlah mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabilah
kamu telah membulatkan tekad, makalah bertakwalah kepada Allah.
Sesunguhnya Allah menyukai orang –orang yang bertawakal kepada-nya”.17
Sehubungan dengan itu perlu memperhatikan apa yang disebut prinsip-
dengan keahlian, pengalaman, kondisi fisik, mental, dan moral atau akhlaknya.
2. Pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada orang yang telah diberi
pekerjaan, hal ini harus diberikan secara jelas dan tegas, antara keduanya harus
seimbang agar setiap orang dapat memberikan tanggung jawab sesuai dengan
17
Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 71
18
A. Pimay, Manajemen Sebuah Pengantar,tth, h. 11
17
jawab.
4. Tertib dan disiplin, inilah salah satu kunci utama keberhasilan tujuan yang
ingin dicapai. Dalam hal ini seorang pemimpin juga harus dapat memberikan
rapat, seorang pemimpin harus datang tepat waktu, jika seorang pemimpin tidak
disiplin maka bawahannya juga akan mengikuti hal ini secara sikap.
mereka akan bekerja dengan senang hati, saling membantu sehingga dapat terjalin
kerjasama yang baik, dengan ini pula setiap personel memiliki inisiatif untuk
memajukan dakwah.
seorang bawahan harus jujur, jangan sampai dia tidak melaksanakan tugasnya
dengan alasan yang tidak rasional, begitu pula seorang pemimpin terhadap
bawahannya.
organisasi yang baik, tidak adanya kesesuaian antara rencana dan kemampuan,
tidak adanya keseragaman metode kerja yang baik dan tidak adanya kesesuaian
f. Actuating ( pengerakan)
18
merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses inilah semua
Agar fungsi gerakan dakwah ini dapat berjalan secara optimal, maka harus
2. Pastikan semua pelaku dakwah sadar, mengerti dan menerima tujuan yang
diterapkan.
disertai dengan bimbingan dan petunjuk bagi seluruh anggota. Untuk itu, peran
dan menciptakan iklim yang membentuk rasa percaya diri yang pada akhirnya
a) Pemberi motivasi
19
Saputra, Manajemen, (Jakarta: balai Pustaka, 2012), h. 303-304
19
bawahannya. Setiap Pemimpin harus bekerja sama melalui orang lain atau
c) Menjalin hubungan.
maka perlu terjalin relasi. Dengan menjalin silaturahmi, seluruh tim yang
tergabung dalam pimpinan dan pelaksana dakwah dapat bekerja secara efektif
d) Penyelengara komunikasi.
yang lebih baik antara atasan dan bawahan, mitra, orang-orang di luar dan di
dalam organisasi.
g. Controlling ( pengawasan)
20
Langkah langkah yang harus di lalui dalam program pengawasan antar lain:
1) Menetapkan standar.
diberikan.
penilaian terhadap seluruh kegiatan dalam organisasi. Oleh karena itu, diperlukan
20
Saputra, Manajemen, h. 309
21
http://cahayakhaeroni.blogspot.com/2012/01/
controllingpengawasandalampendidikan.html Diakses pada tanggal 7 Agustus 2020 puku 22.20
wita
21
Kata “Tahfidz” berasal dari bahasa Arab حفع يحفع تحفيظاyang artinya
lawan dari lupa yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia disebutkan kata hafal berarti telah masuk dalam ingatan (tentang
pelajaran). Dan dapat mengucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat buku).
Menghafal (kata kerja) berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu
ingat.22
Tahfidz adalah bentuk masdar dari haffadza yang memiliki arti penghafalan
suatu tahapan, teknik atau metode tertentu. Tahfidz adalah proses menghafal
sesuatu ke dalam ingatan sehingga dapat diucapkan diluar kepala dengan metode
tertentu. Selain itu penghafal Al-Qur'an bisa diungkapkan dengan kalimat yang
diartikan hafal, dengan hafalan diluar kepala.23 Pengertian Al- Qur’an menurut
bahasa (etimologi) berasal dari bahasa arab yaitu “qoroa” yang berarti “bacaan”.
ٗۚ اِ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهٗ َوقُرْ ٰانَهٗ ۚ َذا قَ َرْأ ٰنهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ ٰانَه
Terjemahnya:
sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadah sumber utama ajaran islam.
22
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 291.
23
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawar (Surabaya, 2002), h. 279.
24
Kementerian Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.575
22
Quran adalah kalam Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw
Jadi menghafal Al Qur’an adalah usaha dengan sadar dan sungguh- sungguh
yang dilakukan untuk mengingat dan meresapkan bacaan kitab suci Al Qur’an
Qur`an. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hakikat dari hafalan adalah
bertumpu pada ingatan. Berapa lama waktu untuk menerima respon, menyimpan
kekuatan ingatan antara satu orang akan berbeda dengan orang lain.
Al-Qur`an adalah kitab suci bagi pemeluk agama islam, sebagai pedoman
hidup dan sumber-sumber hukum, tidak semua kitab suci Al Qur`an dan hamba-
hamba yang terpilih yang sanggup menghafalnya. Hal ini telah dibuktikan dalam
ِ ِم ْن ِعبَا ِدن َۚا فَ ِم ْنهُ ْم ظَالِ ٌم لِّنَ ْف ِس ٖه َۚو ِم ْنهُ ْم ُّم ْقتJب الَّ ِذ ْينَ اصْ طَفَ ْينَا
َص ٌد َۚو ِم ْنهُ ْم َ ثُ َّم اَوْ َر ْثنَا ْال ِك ٰت
ك ه َُو ْالفَضْ ُل ْال َكبِ ْي ۗ ُر َ ِت بِاِ ْذ ِن هّٰللا ِ ٰۗذلِ ق بِ ْالخَ ي ْٰر ٌ ۢ َِساب
Terjemahnya:
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri
mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.”26
menghafal Al Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir. Artinya apabila
dalam suatu masyarakat tidak ada seorangpun yang hafal Al Qur’an maka
paling utama.
fardlu kifayah, fardhu kifayah sebagimana yang dimaksud ulama yaitu apabila
suatu pekerjaan di suatu wilayah tidak ada yang mengerjakan maka semua orang
yang ada di wilayah tersebut kena (berdosa) semua. Karena tidak melaksanakan
AlFatihah, atau selainnya adalah fardhu `ain. Hal ini mengingat bahwa tidaklah
26
Kementerian Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015),h.438
24
Allah Swt menciptakan segala sesuatu pasti ada manfaatnya. Begitu pula
dengan orang yang menghafal Al Qur’an pasti banya memiliki manfaat. Diantara
a. Jika disertai amal dan keikhlasan maka hal ini merupakan kemenangan
c. Di dalam Al Qur’an terdapat ribuan kosa kata atau kalimat. Jika kita
menghafal Al Qur’an dan memahami artinya secara otomatis kita telah menghafal
d. Di dalam Al Qur’an banyak terdapat ayat tentang iman, amal, ilmu dan
banyak lagi yang belum penulis ketahui mengingat betapa besar peran penghafal
merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima
warisan kitab suci Al-Qur‟an. Salah satu keutamaan dan keistimewaan para
paling utama maka harus ikhlas karena Allah swt. dan mengharap akhirat, bukan
ingin pujian manusia, pamer dan ingin terkenal. Kitab suci Al- Quran ini
merupakan kitab samawi yang masih murni dan asli hingga akhir zaman.
Mengingat keberadaan Al- Quran yang kuat dalam kehidupan umat islam,
d. Bahtera ilmu.
banyak hambatan dan kemudahan. Untuk itu perlu dipahami beberapa faktor
a. Faktor Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu factor yang sangat penting bagi orang yang
mudah dan cepat tanpa adanya penghambat dan batas waktu menghafalpun
menjadi relative cepat. Namun apabila tubuh tidak sehat maka akan menghambat
ketika menjalani proses menghafal. Oleh karena itu, disarankan untuk menjaga
kesehatan sehingga ketika menghafal tidak ada kendala karena keluhan dan rasa
sakit yang diderita. Hal ini dilakukan dengan cara menjaga pola makan,
menjadwal pola tidur, mengecek kesehatan secara rutin dan lain sebagainya.
b. Faktor Psikologis
hanya dari segi lahiriah, tetapi juga dari segi psikologisnya. Sebab jika jika secara
darisegi pikiran maupun hati. Namun apabila banyak sesuatu yang dipikirkan atau
ayat yang sulit dihafalkan. Oleh karena itu jika mengalami gangguan psikologi
psikiater.
29
Wiwi, Alawiyah, and Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al Qur’an, ( Jogjakarta: DIVA
Press, 2014), h. 139.
27
c. Faktor Kecerdasan
d. Faktor Motivasi
orang terdekat, kedua orang tua, keluarga dan sanak kerabat. Dengan adanya
e. Faktor Usia
Usia bisa menjadi salah satu factor penghambat bagi orang yang hendak
dewasa atau berumur, maka akan banyak kesulitan yang akan menjadi
penghambat. Selain itu otak orang dewasa juga tidak sejernih otak orang yang
masih muda dan sudah banya memikirkan hal-hal yang lain. Sebenarnya kurang
tepat bagi orang yang sudah dewasa untuk memulai menghafal Al Qur’an.
Walaupun pada dasarnya mencari ilmu tidak kenal waktu dan usia serta mencari
ilmu samapai akhir hayat. Akan tetapi disusia dewasa akan banyak hal yang masih
harus dipikirkan, selain menghafal Al Qur’an. Oleh karena itu jika hendak
kesulitan.
konsentrasi yang tinggi dalam mengingat seluruh kalimat, ayat, fonetik, dan
28
perlu diketahui hal –hal yang dapat menghambat konsentrasi. Faktor yang
konsentrasi.
Konsentrasi adalah suatu seni dan keterampilan. Maka dari itu seseorang
setiap hari.
Di dunia ini ada dua macam manusia pertama adalah mereka yang berusaha
untuk mewujudkan apa yang diinginkan dengan perasaan risau dan takut jika
mengalami kegagalan hidup. Sedangkan yang kedua adalah mereka yang berharap
e. Kurang perhatian
melakukan sesuatu yang penting tanpa ada unsur yang membuat tertarik maka
30
Wiwi, Alawiyah, and Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al Qur’an, ( Jogjakarta: DIVA
Press, 2014), h. 147.
29
harus memunculkan factor yang menguatkan perhatian secara acak. Hal ini akan
f. Suka menunda
secara spontan tanpa sebab yang masuk akal. Sebagian orang melakukan
penundaan terhadap hal yang tidak menarik bagi mereka tanpa berfikir mengenai
akibat yang ditimbulkan dari penundaan ini. Penundaan ini adalah ungkapan dari
Segala perbuatan yang dikerjakan manusia harus dilakukan atas dasar ikhlas
karena Allah swt semata. Karena menghafal Al-Qur`an adalah termasuk perbuatan
yang baik dan merupakan ibadah yang mulia, maka harus disertai dengan niat dan
tujuan ikhlas yaitu mencari ridhonya Allah swt dan mencari kebahagiaan di
akhirat.31
sungguh memperbaiki niat dan tujuannya, karena suatu amal yang tidak berdasar
harus dilakukan orang yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu menghafal
hukum. Syarat-syarat yang ada harus dimiliki oleh seorang calon penghafal Al-
31
M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal Al Qur’an ((Jakarta: Gema Insani Press,
1998), h. 13.
30
c. Izin dari orang tua / wali/ suami bagi wanita yang sudah menikah.
e. Istiqomah
dibutuhkan sebuah metode yang memudahkan bagi siapa saja yang ingin
menghafal.32
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode sangat penting digunakan,
karena tanpa menggunakan metode yang baik, hafalan tidak akan berjalan
maksimal. Selain itu, guru dituntut bisa mencetak pribadi unggul dalam
pengetahuan umum dan agama. Ukuran pribadi yang unggul adalah target suatu
Sebuah metode dikatakan baik dan efektif manakala bisa mengantar kepada
tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur‟an, metode yang baik
32
Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008),h. 58-62
31
Berikut ini adalah, macam macam metode yang dapat memudahkan dalam
a. Metode Bi Nazhar
ayat- ayat secara berulang- ulang. Proses ini dilakukan sebanyak mungkin
sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. Cara ini diterapkan,
b. Metode Tahfizh
Metode tahfizh adalah metode dengan cara mengingat ayat –ayat Al Qur’an
secara berulang- ulang sedikit demi sedikit. Contohnya menghafal satu ayat,
beberapa ayat, menghafalkan satu baris ayat, sampai hafal dan tidak ada kesalahan
sedikitpun. Setelah satu baris ayat hafal kemudian diulang kembali dengan ayat
berikutnya dalam artian menambah hafalan baru. Apabila satu halaman dirasa
dapat dihafal dengan baik dan lancar lalu dilanjutkan menghafal ayat selanjutnya
tanpa meninggalkan penggulangan hafalan yang sudah dihafal. Hal ini dilakukan
c. Metode Talaqqi
33
Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafalkan Al Quran Bagi Santri
Pondok Pesantren Punggul Nganjuk,” Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman 8, no. 3 (2018): h.
2.
32
seorang guru. Yang mana sang guru membacakan ayat dengan cara dipenggal
perkata, diulang berkali- kali sampai hafal dan dilanjutkan ke kata selanjutnya.
Metode ini berfokus pada bacaan yang dibacakan oleh guru dan lebih
menekankan pada pendengaran dan pengucapan yang diucapkan oleh guru. Guru
tersebut haruslah memiliki kecakapan dalam ilmu tajwid dan tahsin. Proses
talaqqi ini dilakukan bertujuan untuk memudahkan para siswa untuk mengingat
dan menirukan bacaan sesuai makharijul huruf dan tajwid yang benar sesuai apa
d. Metode Takrir
pengulangan hafalan yang sudah dihafal kepada seorang guru tahfizh. Selain
dengan guru tahfizh juga dapat dilakukan sendiri- sendiri dengan maksud
melancarkan hafalan yang telah dihafal sehingga tidak mudah lupa. Metode ini
bertujuan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik.
e. Metode Tasmi’
orang lain baik perorangan ataupun secara berjamaah. Metode ini bertujuan agar
menghafal Al Qur’an baik dari segi pengucapan makharijul huruf, tajwid, dan
segi kelancaran hafalan. Dengan tasmi juga dapat membuat seorang hufazhul
dalam menghafal.
Ada beberapa strategi untuk membantu para penghafal Al Qur’an agar lebih
mudah dalam menggingat ayat- ayat yang akan dihafal, diantaranya adalah
sebagai berikut:
makna dari ayat yang akan dihafal sangat diperlukan. Karena memahami ayat
sama pentingnya dengan menghafal. Hal ini bertujuan agar penghafal mengetahui
keterkaitan antara ayat yang satu dengan yang lainya, sehingga dapat
c. Mendengarkan bacaan orang yang lebih ahli Cara ini dilakukan dengan
mendengarkan bacaan para penghafal Al Qur’an yang sudah ahli seperti Syeikh
bagaimana beliau- beliau membaca sesuai dengan tahsin dan tajwid yang benar.
akan membantu untuk mempermudah mengingat setiap ayat- ayat Al Qur’an yang
akan dihafalkan. Sebagaimana yang dilakukan para ulama terdahulu, setiap ilmu
e. Memperhatikan ayat atau kalimat yang identik Al Qur’an dala segi makna,
lahfazh. Untuk itu bagi seorang penghafal Al Qur’an hendaknya lebh teliti dan
34
diinginkan.34
Definisi bahasa Arab dapat ditinjau dari sisi bahasa dan istilah. Pengertian
“Arab” secara bahasa adalah gurun sahara atau tanah tandus yang di dalamnya
tidak ada air dan pohon yang tumbuh di atasnya. Sedangkan “bahasa” adalah alat
dengan berbagai motivasi dan keperluan yang mereka miliki. Secara istilah bahasa
Arab adalah bahasa yng digunakan oleh sekelompok manusia yang berdomisili di
dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami yang telah
dipergunakan di Jazirah. Bahasa Arab memiliki lebih banyak penutur dari pada
bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Semitik. Sekarang bahasa Arab ini
digunakan secara luas di bumi. Ia dituturkan lebih dari 280 juta orang sebagai
bahasa pertama, yang mana sebagian besar tinggal di Timur Tengah dan Afrika
Utara. Bahasa Arab juga merupakan bahasa peribadatan dalam agam Islam karena
Mengenai munculnya bahasa pertama kali dalam bahasa Semit, para peneliti
bahasa memiliki perbedaan pendapat, namun ada suatu teori yang paling kuat
yang diyakini oleh para ahli bahasa Arab, diantaranya Abdul Wahid Wafi dan
Emil Badi Ya’qubdan para orientalis adalah bahwa bahasa Arab adalah bahasa
Semit dan merupakan bahasa yang paling dekat dengan bahasa Semit induk,
34
Syaifurrahman, ManajemenDalamPembelajaran ( Jakarta; Index, 2013), h. 167.
35
karena bahasa Arab paling banyak memiliki unsur-unsur yang terdapat dalam
merupakan salah satu alat pembudaya manusia itu sendiri. Sebagai suatu alat
kesejahteraan dan kebahagian hidupnya di akhirat. Dengan kata lain tujuan akhir
pendidikan Islam adalah pada hakikatnya merupakan realisasi dari cita-cita ajaran
Islam itu sendiri, yang membawa misi kesejahteraan umat manusia sebagai
hamba Allah swt, lahir dan batin, dunia dan akhirat berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits.
Karena sumber-sumber asli ajaran Islam yakni Al-Qur’an, hadits dan ilmu-
ilmu keislaman tertulis dalam bahasa Arab, maka sangatlah penting bagi umat
menguasai bahasa Arab. Jika tidak sulit bagi kita untuk mengkaji Islam dati
sumber aslinya yang berasal dari bahasa Arab. Oleh karena itu pembelajaran
bahasa Arab dalam pendidikan Islan sangat penting, disebabkan: pertama, bahwa
sumber asli ajaran Islam Al-Qur’ann dan Hadits ditulis dalam bhasa Arab, kedua,
islam terutama di bidang tafsir, hadits, fiqih, aqidah tasawuf ditulis dalam bahasa
Arab, ketiga, kajin ilmu keislaman akan semakin berbobot jika mengambil rujukan
dari bahasa Arab, keempat, realitas kekinian di kalangan sarjana muslim, terutama
Indonesia semakin menipis dalam mengkaji ilmu keislaman yang berbasis bahasa
Arab.
Setelah bahasa Arab dijadikan Allah SWT sebagai bahasa Al-Qur’an, maka
terjadi perkembangan yang luar biasa pada bahasa ini, sehingga memunculkan
36
berikut:
Kedua, peranan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi umat islam kepada
Allah Swt. Dalam agama Islam terdapat ibadah-ibadah tertentu yaitu sholat, zikir
dan do’a yang dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab. Sholat sebagai
di dalamnya memakai bahasa Arab. Jadi agar mengerti dan memahami maksud di
besar dunia seperti Harvard university dan Oxford university. Di samping itu
bahasa Arab juga digunakan dalm forum beskala nternasional lainnya seperti pada
Keempat, peranan bahasa Arab dalam kajian Islam. Bahasa Arab digunakan
dalam berbagai macam kitab-kitab Tafsir, Hadits, Tassawuf, Fiqih, Hukum dan
b. Meningkatkan Ketajaman Daya Pikir; Dalam hal ini, Umar bin Khattab
menambah kehormatan”.
akan membuktikan bahwa bahasa Arab ini merupakan sarana untuk membentuk
b. Bahasa Arab adalah bahasa Nabi Muhammad dan bahasa verbal para
sahabat. Hadits-hadits Nabi yang sampai kepada kita dengan berbahasa Arab.
Demikian juga kitab-kitab fiqih, tertulis dengan bahasa ini. Oleh karena itu,
c. Susunan kata bahasa Arab tidak banyak. Kebanyakan terdiri atas susunan
d. Indahnya kosa kata bahasa Arab. Orang yang mencermati ungkapann dan
kalimat dalam bahasa Arab, ia akan merasakan sebuah ungkapan yang indah dan
Untuk menguasai bahasa Arab itu minimal harus menguasai empat sisi
yaitu:
a. Fahmul Masmu’
Maksudnya kita harus mampu memahami apa yang kita dengar. Jadi kalau
ada orang Arab membacakan berita di TV atau sedang berdialog dengan orang
lain, kita mampu mengerti dan memahaminya, tentu melalui beberapa tahapan.
b. Fahmul Maqru’
38
Maksudnya kita hrus mampu memahami teks yang kita baca. Sehingga
buku, kitab, majalah, koran atau teks apapun yang tertulis dalam bahasa Arab,
mampu kita pahami, tentunya dengan kaidah bahasa Arab yaitu “Nahwu dan
Sororf”.
c. Ta’bir Syafahi
Maksudnya kita mampu menyampaikan isi pikiran kita dalam bahasa Arab
secara lisan, dimana orang Arab mampu memahami apa yang kita ucapkan.
d. Ta’bir Tahriri
Maksudnya kita mampu menyampaikan isi pikiran kita kepada orang Arab
dengann bentuk lisan, dimana orang Arab bisa dengan mudah memahami maksud
Syaikhul Islam berkata, Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian
dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab
dan As-Sunah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa dipahami kecuali dengan
“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga
hukumnya wajib.” Namun disana ada bagian dari bahasa arab yang wajib ‘ain dan
ada yang wajib kifayah. Dan hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh
Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Umar bin Yazid, beliau berkata: Umar bin
Sunah, pelajarilah bahasa Arab dan I’roblah Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu
berbahasa Arab.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
pengetahuan, teori, tindakan dan produk tertentu sehingga dapat digunakan untuk
1. Jenis penelitian
penggunaan studi kasus deskriptif dalam penelitian ini bermaksud agar dapat
dan mendalam.36
35
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Kertas Karya, 1998),
h. 6.
36
Sugiono, Statistik untuk Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 35.
40
41
2. Lokasi penelitian
kabupaten gowa, dan yang menjadi nara sumber pada penilitia ini adalah beberapa
orang yang di anggap berkompeten dan memeliki ilmu pengetahuan tentang objek
yang di teliti.
B. Pendekatan Penelitian
yang dipergunakan penulis dalam menganalisis sasarannya atau dalam bahasa lain
pendekatan ialah disiplin ilmu yang dijadikan acuan dalam menganalisis objek
yang diteliti sesuai dengan logika ilmu itu. Pendekatan yang digunakan dalam
liwa yang berkaitan dengan kualitas pembelajaran hafalan Al quran dan bahasa
arab.
1. Pendekatan Sosiologi
bertindak sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk spiritual. Jika
perlu adanaya hubungan sosial yang baik, baik internal lembaga maupun di
lingkungan eksternal agar apa yang menjadi tujuan lembaga dapat dilakukan
37
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsinto, 1996), h. 43.
42
dengan baik seksama. Dalam ilmu sosiologi ada dua unsur yang tidak bisa lepas
yaitu individu serta kelompok-kelompok manusia saling terkait oleh sistem, adat
2. Pendekatan manajemen
santri.
C. Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapatkan atau diperoleh secara langsung
melalui pengamatan dan wawancara dengan informan. Dalam hal ini adalah ketua
yang berfokus dilapangan (external job), dan juga beberapa masyarakat yang
2. Data sekunder
atau arsip didapatkan dari berbagai sumber, koran, internet, foto pendukung yang
sudah ada, maupun foto yang dihasilkan sendiri, serta sumber data lain yang dapat
salah satu tahapan penting dalam kegiatan penelitian, karena tujuan utama
langsung, dan biasanya penulis dapat sebagai partisipan atau observer dalam
bahwa data yang dikumpulkan secara efektif bila dilakukan secara langsung
mengamati objek yang diteliti. Teknik ini penulis gunakan untuk mengetahui
kenyataan yang ada di lapangan. Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
2. Interview
Interview merupakan pertemuan antara dua orang atau lebih untuk bertukar
informasi melalui tanya jawab. Interview merupakan proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap
keterangan.40
3. Dokumentasi
38
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan Kata Pengantar oleh
Burhan Bungin, Edisi Pertama (Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009), h. 93.
39
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Relations dan Komunikasi, Edisi 1 (Cet. V; Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), h. 221.
40
Cholid Narbuka dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Cet. VII; Jakarta: PT.
BumiAksara, 2007), h. 70.
44
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya.41 Penulis sebagai
keberhasilan suatu penelitian tidak terlepas dari instrumen yang digunakan, karena
itu instrument yang digunakan dalam penelitian lapangan ini meliputi: daftar
pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan, kamera, alat perekam, pulpen dan
buku catatan. Tolak ukur keberhasilan penelitian juga tergantung pada instrument
yang digunakan. Oleh karena itu, penelitian lapangan yang meliputi observasi,
dibutuhkan kamera, alat perekam dan alat tulis menulis berupa buku.
41
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Cet. III; Bandung: Bandung
Alfabeta, 2012), h. 306.
45
Setelah semua data terkumpul dari sumber data di lapangan, maka data
suatu fase penelitian yang sangat penting karena dengan melalui analisis data
inilah penulis memperoleh wujud dari penelitian yang dilakukan. Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
dengan mudah dipahami dan temuannya dapatdi informasikan kepada orang lain.42
1. Reduksi data, pada tahap ini dilakukan pemilihan antara relevan tidaknya
antara data dan tujuan penelitian. Informasi dari lapangan sebagai bahan mentah
bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh dalam penyajian data,
dengan melibatkan kembali informan untuk memenuhi kriteria validitas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
42
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Cet. III; Bandung: Bandung
Alfabeta, 2012), h. 306.
46
data dengan cara menggunakan beragam macam sumber data, seperti triangulasi
dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh kepada beberapa sumber.
Dalam Kegiatan Pembelajaran Tahfiz Al-Quran dan Bahasa Arab pada Pondok
maka pengujian data dapat dilakukan terhadap orang-orang yang telah melakukan
kegiatan tersebut.
43
Salim dkk, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis, Ed. Revisi (Cet. I;
Jakarta: Kencana 2019), h. 120-121.
47
DAFTAR PUSTAKA
Al Quranul Karim
Abdul Rosyad Shaleh, Manjemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2013
A. F. Stoner, Manajemen Dakwah, Jakarta: Erlangga, 2011.
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawar, Surabaya, 2002.
Ahsin W Al Hafiz, Bimbingan Praktis Menghafal AL-Qur’an.
A.Rosyad shaleh, Manajemen Dakwah, Jakarta Bulan Bintang university press,
2010
Cholid Narbuka dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cet. VII; Jakarta: PT.
BumiAksara, 2007
Kementerian Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta Timur: Maktabah Al
Fatih,2015.
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Kertas Karya,
1998.
M. Fatih, “Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto,”, Jurnal of Islamic Religious Instruction
2, no. 1 2018.
Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafalkan Al Quran
Bagi Santri Pondok Pesantren Punggul Nganjuk,” Jurnal Pendidikan dan
Studi Keislaman 8 no. 3, 2018.
M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal Al Qur’an, Jakarta: Gema Insani
Press, 1998.
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsinto, 1996.
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan Kata Pengantar
oleh Burhan Bungin, Edisi Pertama Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009.
Ridhoul Wahidi dan Rofiul Wahyudi, Metode Cepat Hafal Al Qur’an Saat Sibuk
Kuliah, Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2017.
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Relations dan Komunikasi, Edisi 1 Cet. V;
Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Saputra, Manajemen, Jakarta: balai Pustaka, 2012.
Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008.
Salim dkk, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis, Ed. Revisi
Cet. I; Jakarta: Kencana 2019.
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Cet. III; Bandung:
Bandung Alfabeta, 2012.
Sugiono, Statistik untuk Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2006.
Syaifurrahman, ManajemenDalamPembelajaran, Jakarta; Index, 2013.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
Wiwi, Alawiyah, and Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al Qur’an, Jogjakarta:
DIVA Press, 2014.
Cholid Narbuka dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cet. VII; Jakarta: PT.
BumiAksara, 2007
48
49
http://cahayakhaeroni.blogspot.com/2012/01/
controllingpengawasandalampendidikan.html Diakses pada tanggal 7
Agustus 2020 puku 22.20 wita