Anda di halaman 1dari 26

IMPLEMENTASI METODE WAFA DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR’AN (STUDI KASUS DI SDIT


NURUL IZZAH KEDIRI DAN SDIT BINA INSANI KEDIRI)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Progam Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah


Institut Agama Islam Negeri untuk Memenuh Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Zainal Anwar

932128016

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi umat manusia khususnya petunjuk bagi umat Islam. Allah Subhanahu
Wa Ta’ala menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wasallam melalui malaikat Jibril Alaihi Salam sebagai perantara. Petunjuk
yang terkandung dalam al-Qur’an begitu lengkap, tidak hanya petunjuk
mengenai keimanan dan tata cara ibadah, tapi juga terdapat petunjuk
mengenai kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik dan aspek-aspek lain.
Salah satu fungsi al-Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk atau
pedoman, maka hendaknya al-Qur’an itu diamalkan isinya. Sebelum
diamalkan, Al-Qur,an hendaknya dibaca terlebih dahulu agar kita
mendapatkan informasi atau ilmu yang terkandung di dalamnya. Perintah
membaca terdapat dalam QS Al-Alaq ayat 1-5:
ْ‫)اِ ْق َرأ‬٢( ‫علَ ٍۚق‬ َ ‫سانَ ِم ْن‬ ِ ْ َ‫) َخلَق‬١( َ‫ي َخلَ ٍۚق‬
َ ‫اْل ْن‬ ْ ‫اِ ْق َرأْ بِا ْس ِم َربِ َك الَّ ِذ‬
)٥(‫سانَ َما لَ ْم َي ْعلَ ْۗ ْم‬
َ ‫اْل ْن‬ َ )٤(‫علَّ َم ِب ْالقَلَ ِِۙم‬
ِ ْ ‫علَّ َم‬ ْ ‫)الَّذ‬٣(‫َو َرب َُّك ْاْلَ ْك َر ِۙم‬
َ ‫ِي‬
Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan
Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apayang tidak
diketahuinya.1
Sebagaimana ayat pertama di atas kita diperintahkan untuk iqra’ yang
berarti bacalah. Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa membuca merupakan
suatu kegiatan yang amat penting bagi manusia. Dengan membaca manusia
mendapatkan sebuah ilmu atau informasi dan dengan membaca manusia dapat
terbebas dari kebodohan.

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2005), hlm. 597.

1
Dalam membaca Al-Qur’an tidak hendaknya memperhatikan makhrojul
huruf, tajwid dan juga sifat-sifat hurufnya agar tidak terjadi perubahan makna
dalam membacanya. Jadi membaca itu harus tartil sebagaimana dalam QS Al-
Muzammil ayat 4:
ْۗ ‫علَ ْْي ِه َو َرِّتِ ِِل ْالق ْرانَ ِّت َ ْرِّتِْي‬
)٤(‫ْۗاًل‬ َ ‫اَ ْو ِز ْد‬
Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur’an dengan
perlahan-lahan”.2
Kemampuan baca Al-Qur’an umat Islam di Indonesia masih cukup
meprihatinkan. Dari hasil riset Institut Ilmu Alquran (IIQ) tercatat bahwa
sekitar 65% masyarakat maslim di Indonesia masih buta huruf Al-Qur’an.3
Maka tentu pembelajaran Al-Qur’an sangat begitu penting sekali bagi umat
Islam di Indonesia, karena pembelajaran Al-Qur’an merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Pembelajaran Al-
Qur’an hendaknya diajarkan kepada anak-anak dari sejak dini, agar membuat
sang anak mencintai Al-Qur’an sejak kecil dan pada saat dewasa dapat
mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain.
Keberhasilan dalam suatu pembelajaran Al-Qur’an, tentu tidak terlepas
dari pemilihan metode. Tujuan menggunakan metode adalah untuk
meningkatkan motivasi dan kemapuan belajar anak. Di Negara Indonesia
terdapat banyak metode belajar membaca Al-Qur’an yang telah digunakan
oleh masyarakat. Salah satu metode yang populer digunakan yaitu adalah
metode Wafa, yakni metode belajar Al-Qur’an yang tidak hanya
menggunakan otak kiri tapi juga dengan menggunakan otak kanan.
SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT Bina Insani Kediri merupakan
lembaga sekolah yang dalam pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode
Wafa. Hal yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang
penggunaan metode Wafa yang ada di SDIT Nuruk Izzah Kediri dan SDIT
Bina Insani Kediri tersebut. Pengajaran menggunakan metode Wafa ini santri
dapat belajar membaca Al-Qur’an dengan menyenangkan dan tidak cepat

2
Ibid, hlm. 574.
3
Iman Nurul Fadli, Aplikasi Pengenalan Huruf dan Makharijul Huruf Hijaiyah Dengan
Augmented Reality berbasis Android, Vol. 8, Oktober 2019, hlm. 73.

2
bosan, karena metode ini dalam pengajarannya menggunakan lagu hijaz,
sebab itulah metode wafa disebut metode belajar Al-Qur’an menggunakan
otak kanan.
Berawal dari temuan tersebut, peneliti ingin meneliti tentang bagaimana
penggunaan metode Wafa dalam belajar membaca, menulis dan menghafal
Al-Qur’an di SDIT Nurul Izzah dan SDIT Bina Insani sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang dapat membaca Al-Qur’an dengan lacar dan
benar, menulis dan menghafakannya.
Berdasarkan konteks penelitian tersebut, peneliti tertarik dan termotivasi
untuk melakukan penelitian di SDIT Nurul Izzah dan SDIT Bina Insani yang
nanti hasilnya akan dituangkan dalam penyusunan skripsi yang berjudul
“Implementasi Metode Wafa Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca
Tulis Al-Qur’an (Studi Kasus Di SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT
Bina Insani Kediri).”

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitiannya sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah implementasi metode Wafa dalam meningkatkan
kemampuan membaca, menulis dan menghafal Al-Qur’an di SDIT Nurul
Izzah Kediri?
2. Bagaimanakah impelementasi metode Wafa dalam meningkatkan
kemampuan membaca, menulis dan menghafal Al-Qur’an di SDIT Bina
Insani Kediri?
3. Adakah perbedaan dari implementasi metode Wafa di SDIT Nurul Izzah
Kediri dan SDIT Bina Insani Kediri?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi metode Wafa dalam
meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan menghafal di SDIT
Nurul Izzah Kediri.

3
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi metode Wafa dalam
meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan menghafal di SDIT
Bina Insani Kediri.
3. Untuk mengetahu perbedaan dalam mengimplementasikan metode Wafa
di SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT Bina Insani Kediri.

D. Kegunaan Penelitian
Suatu penelitian dapat dikatahan berhasil jika penelitian tersebut dapat
memberikan manfaat atau kegunaan, baik secara teoritis maupun praktis:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan
keilmuan bidang agama Islam, terlebih khusus pada penerapan metode
Wafa dalam meningkatkan kemampuan Baca Tulis Al -Qur’an siswa di
SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT Bina Insani Kediri, dan juga
diharapkan bisa sebagai bahan referensi dan tambahan pustaka pada
perpustakaaan IAIN Kediri.
2. Praktis
a. Bagi lembaga sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan lembaga agar lebih baik.
b. Bagi pendidik/guru
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan
masukan dalam mengajar Al-Qur’an.
c. Bagi siswa
Hasil penelitiana ini diharapakan bisa meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar baca tulis Al-Qur’an.
d. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan
refrensi yang cukup berarti terutama tentang penggunaan metode
Wafa dalam belajar membaca, menulis dan menghafal Al-Qur’an.
e. Bagi peneliti

4
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan wawasan
tentang cara membaca, menulis dan menghafal Al-Qur’an.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Metode Wafa

5
1. Pengertian Metode Wafa
Metode wafa adalah sistem pembelajaran Al-Qur’an yang sangat
tepat untuk kaum muslimin. Dengan metode ota kanan, materi
pembelajaran disajikan secara menarik dan sistematis sehingga
menjadikan peserta didik senang dalam belajar Al-Qur’an.4
Wafa merupakan sebuah revolusi pembelajaran Al-Qur’an yang
dikembangkan oleh Yayasan Syafa’atul Qur’an Indonesia. Yayasan
Syafa’atul Qur’an Indonesia menghadirkan sistem pembelajaran Al-
Qur’an Metode Otak Kanan “WAFA” yang bersifat komprehensif dan
integratif dengan metodologi terkini yang dikemas mudah dan
menyenangkan. Sebagai wujud dari komprehensifitas sistem ini,
pembelajaran dilakukan secara integral mencakup 5T : Tilawah
(membaca dan menulis Al-Qur’an), Tahfidz (Menghafal Al-Qur’an),
Tarjamah (menerjemahkan Al-Qur’an), Tafhim (mememahami makna
ayat Al Qur’an), dan Tafsir (menafsirkan makna ayat Al-Qur’an). Metode
Wafa adalah salah satu metode yang muncul di antara metode-metode
yang lain yang dalam rangka memberikan kontribusi keilmuan kepada
khalayak. Metode Wafa ini diciptakan pada tahun 2012 oleh KH.
Muhammad Shaleh Drehem, Lc. Beliau adalah pendiri Yayasan Syafaatul
Qur'an Indonesia (YAQIN) dan juga ketua IKADI (Ikatan Dai Indonesia)
Jawa Timur.5
Metode Wafa ini adalah metode belajar Al-Qur’an holistic dan
komprehensif dengan otak kanan yang berada di bawah yayasan
Syafa’atul Qur’an Indonesia. Komprehensivitas pembelajaran ini terlihat
dari produk 5T Wafa yang meliputi tilawah, tahfidz, tarjamah, tafhim dan
tafsir. Metode Wafa juga sering disebut dengan metode otak kanan yang
mana dalam pembelajarannya menggunakan aspek multisensorik atau
perpaduan dari berbagai indera, seperti visual, auditorial dan kinestetik.
Tiga bagian otak dibagi menjadi dua belahan kanan dan belahan
kiri. Dua belahan ini lebih dikenal dengan istilah otak kanan dan otak kiri.
Masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berfikir,
4
Tim Wafa, Buku Pintar Guru Wafa (Surabaya: Yaqin, 2012), hlm. 3.
5
Ibid, hlm. 1.

6
dan masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan
kemampuan tertentu. Cara berfikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur,
intuitif dan holistic. Cara berfikirnya sesuai dengan cara-cara untuk
mengetahui yang bersifat non verbal seperti perasaan, emosi, kesadaran
yang berkaitan dengan perasaan, pengenalan bentuk, pola, musik, seni,
kepekaan warna kreativitas dan visualisasi. Di sisi lain salah satu
kelebihan otak kanan yaitu lebih bisa menyimpan memori dalam jangka
panjang. Dengan metode Wafa atau otak kanan ini diharapkan akan
tercipta pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.6
2. Visi Misi Wafa
Melahirkan ahi Al-Qur’an sebagai pembangun masyarakt qur’ani
di Indonesia.
a. Misi
1) Mengembangkan model pendidikan Al-Qur'an dengan 5T
(Tahsin, Tilawah, Tahfidz, Tarjamah, Tafhim, dan Tafsir).
Dengan pendekatan 7M yaitu:
a) Memetakan kompetensi melalui tasmif atau tes awal.
b) Memperbaiki bacaan dan pemahaman melalui tahsin.
c) Menstandarisasi proses melalui sertifikasi.
d) Membina dan mendampingi.
e) Memperbaiki melalui supervisi dan Continous
Improvement Process (CIP).
f) Munaqosyah mengukur ketercapaian lulusan.
g) Mengukuhkan melalui khataman, pemberian
penghargaan berupa sertifikat dan wisuda.
2) Melaksanakan standarisasi mutu lemabaga pendidikan Al-
Qur’an.
3) Mendorong lahirnya komunitas masyarakat Qur’ani yang
membumikan Al-Qur’an.

6
Ibid, hlm. 5.

7
4) Menjalin kemitraan dengan pemerintah untuk mewujudkan
bangsa Indonesia yang Qur’ani.7
3. Pembelajaran Wafa
Metode pembelajaran wafa menggunakan 5P (pembukaan,
pengalaman, pengajaran, penilaian dan penutupan) yang dipergunakan
untuk semua jenjang dari KB TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, /SMA/MA
hingga orang dewasa atau umum.8Rinician metode 5P (pembukaan,
pengalaman, pengajaran, penilaian dan penutupan) yaitu:
a. P1 : pembukaan
Pembukaan merupakan awal yang bertujuan melibatkan atau
menyertakan diri dengan murid dan memikat murid. Tahapan ini
merupakan tahapan yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan
tahp-tahap berikutnya, karena merupakan pembuka sekat antara guru
dengan murid. Dalam hal ini seorang guru harus melibatkan murid
dalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Guru juga
harus memperhatikan modalitas belajar murid (visual, auditori, dan
kinestetik). Strateginya adalah:
1) Tanya jawab
2) Sertakan pertanyaan menantang
3) Vidio
4) Cerita
5) Nasyid
6) Tampilan asing
7) Tebak tebakan
b. P2: pengalaman
Pengalaman adalah rangsangan yang diberikan guru kepada murid
untuk menggerakkan rasa ingin taunya sebelum mereka memperoleh
materi yang dipelajari. Dengan demikiam murid akan mengalami
kegiatan kongkrit yang akan memperkuat daya ingat materi yang
diberikan. Setrategi yang digunakan antara lain :
1) Simulasi
7
Ibid, hlm. 2.
8
Ibdi, hlm. 4.

8
2) Peragaan langsung oleh murid
3) Nasyid atau cerita analogis
c. P3: pengajaran
Pengajaran adalah tahapan guru memberikan materi pelajaran secara
bertahap dan diulang-ulang. Sehingga pada proses ini guru Al-Quran
harus benar-benar mengerahkan kemampuannya agar para peserta
tetap terjaga semangatnya dan dapat menguasai materi yang
diberikan. Setrategi: BT (Baca tiru dengan kartu peraga, peraga besar
dan buku tilawah)
1) Guru membaca murid menirukan
2) Si murid membaca yang lain menirukan
3) Satu kelompok membaca yang lain menirukan.
Catatan: saat baca tiru menggunakan kartu peraga guru
dianjurkan untuk mengkreasikan aktifitas pembelajaran.
d. P4: penilaian
Ulangi adalah tahap untuk melakukan penilaian dari mareri yang
telah diberikan ditahap sebelumnya yaitu demonstrasi, strateginya:
1) BS: baca simak dengan buku tilawah.
2) ABSK (baca, simak, klasikal) : satu murid membaca guru dan
murid yanglain menyimak
3) BSP (baca simak privat) : satu murid membaca, guru menyimak
yang lain menulis atau murojaah.
e. P5 : penutupan
Penutupan adalah kegiatan mereview materi, memberikan
penghargaan dan pujian serta memberikan motivasi untuk tetap
semangat di akhir pembelajaran:
1) Melakukan review.
2) Pernyataan yang mengesankan.
3) Pujian.
4) Bernyanyi atau nasyid.
5) Cerita.
6) Meneriakkan yel-yel.

9
7) Pantun.

Cara Penerapan 5P

Tahapan Kegiatan Waktu


 Tanya kabar, doa, cerita/nonton
film /nasyid dan lain-lain (memilih
P1: Pembukaan salah satu) 7 Menit
 Mengulangi materi sebelumnya
secara singkat
Nasyid atau cerita analogis untuk
P2: Pengalaman 3 Menit
mengenalkan konsep materi baru
 Baca tiru dengan kartu peraga,
peraga besar atau buku tilawah.
 Guru membaca, murid menirukan.
P3: Pengajaran  Guru membaca, kelompok yang 20 Menit
ditunjuk menirukan.
 Murid membaca, murid yang lain
menirukan
Baca Simak Klasikal (BSK) dengan
buku Wafa
 Setiap murid berurutan membaca
1 sampai 2 baris dan murid
lainnya menyimak.
 Satu Murid membaca 1 halaman
P4: Penilaian disimak oleh gurunya sedangkan 15 Menit
murid lainnya bisa belajar
menulis, saling menyimak, atau
aktifitas belajar kreatif lainnya
 Murojaah hafalan sebelumnya
secara bersama-sama
 Menambah hafalan baru

10
 Guru mengulang materi hari ini
 Guru memberikan pujian, hadiah
(stempel), menyanyi, yel-yel,
P5:Penutupan 5 Menit
bintang dan lain-lain
 Guru menutup dengan pesan
nasihat dan doa’a
Keterangan : Ketika bukan pokok bahasan P2 (Pengalaman), cukup di
review saja9

4. Kurikulum dan Penilaian Wafa


a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi lulusan yang ditetapkan dalam metode Wafa ini
diantaranya adalah:
1) Siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai
dengan makharijul huruf dan kaidah ilmu tajwid.
2) Siswa dapat menulis huruf hijaiyah dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah khot naskhi.
3) Siswa dapat menghafal Al-Qur’an juz 29 dan 30.10
b. Pokok Pembelajaran
1) Membaca
a) Buku Satu : Menguasai Makhrojul huruf
b) Buku Dua : Menguasai buku 1 dan panjang dua harakat.
c) Buku Tiga : Menguasai buku 1, 2 dan bacaan tekan (sukun
dan tasydid)
d) Buku Empat : Menguasai buku 1, 2, 3 dan bacaan dengung
e) Buku Lima : Menguasai buku 1, 2, 3, 4 dan qalqolah,
bacaan jelas dan tanda baca.
f) Buku Ghorib : Menguasai bacaan gharib musykilat
g) Buku Tajwid : Menguasai hukum-hukum bacaan tajwid.
2) Menulis

9
Ibid, hlm. 24.
10
Ibid, hlm. 15.

11
a) Buku Satu : Menebali dan menulis huruf tunggal
b) Buku Dua : Menulis huruf tunggal bersambung
c) Buku Tiga : Mengurai kalimat menjadi huruf
d) Buku Empat : Menyambung huruf-huruf menjadi kalimat.
e) Imla’ : Menulis Ayat
3) Menghafal
a) Menghafal Juz 30
b) Menghafal Juz 29.11
c. Penilaian
Kriteria penilaian yang dinilai dalam pembelajaran Al-Qur’an
metode Wafa ini ada beberapa aspek, yakni:
1) Membaca Al-Qur’an (Tilawah)
a) Kelancaran (membaca tanpa pikir dan tartil.
b) Fashohah (tempat keluarnya huruf dan sifat-sifatnya).
c) Tajwid (panjang, tekan, dengung, pantul, tanda baca).
2) Menulis
a) Ketepatan kaidah penulisan
b) Kerapian
3) Menghafal
a) Kelancaran (membaca tanpa pikir dan tartil)
b) Fashohah (tempat keluarnya huruf dan sifat-sifatnya)
c) Tajwid (panjang, tekan, dengung, pantul, tanda baca).12

B. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an


1. Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an
Kemampuan bisa diartikan dengan kesanggupan, kecakapan,
kekuatan berusaha dengan diri sendiri. Kemampuan dalam hal ini
berkenaan dengan kemampuan bertindak setelah siswa menerima
pengalaman belajar tertentu, adapun yang dimaksud peneliti yaitu
kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an. Kemampuan membaca dan menulis
adalah dua aspek yang saling berkaitan.
11
Ibid, hlm. 15-16.
12
Ibid, 22.

12
Belajar Al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap mukmin,
begitu juga mengajarkannya. Di dalam belajar Al-Qur’an, terdapat
beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik,
belajar kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid, belajar arti
dan maksudnya, serta belajar menghafalnya di luar kepala.13
Oleh karena itu, membaca Al-Qur’an seharusnya dengan tartil,
artinya membaca perlahan-lahan dengan memperhatikan huruf-huruf dan
barisnya.14Membaca Al-Qur’an dengan tartil berarti membaca Al-Qur’an
sesuai dengan ilmu tajwid. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS.
al-Muzzammil ayat 4:
ْۗ ‫علَ ْْي ِه َو َرِّتِ ِِل ْالق ْرانَ ِّت َ ْرِّتِْي‬
)٤(‫ْۗاًل‬ َ ‫اَ ْو ِز ْد‬
Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur’an dengan
perlahan-lahan”.15
Adapun istilah tulisan Al-Qur’an atau rasm Al-Qur’an terdiri dari
dua kata, yaitu rasm dan Al-Qur’an. Secara harfiah, rasm sama artinya
dengan aṡar (bekas), yaitu bekas tulisan suatu lafal. Sedangkan Al-
Qur’an, sebagaimana yang telah dijelaskan adalah wahyu Allah yang
merupakan sumber utama ajaran Islam. Dan secara istilah, rasm berarti
melukiskan kata dengan huruf hija’iyah, menentukan permulaan dan
akhirannya.16Jadi rasm Al-Qur’an berarti suatu kajian yang membahas
tulisan suatu kata atau lafal-lafal Al-Qur’an. Tulisan Al-Qur’an, mengenai
lafal atau kata tertentu yang berbeda dengan tulisan Arab biasa.
Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan baca
tulis Al-Qur’an adalah sebuah kecakapan dalam membaca dan menulis
Al-Qur’an sesuai dengan prosedur yang telah ada.
2. Adab Membaca Al-Qur’an
Segala perbuatan manusia memerlukan adab dan etika untuk
melakukannya, apalagi membaca Al-Qur’an yang mempunyai nilai yang

13
M. Fikril Hakim, Membumikan Al-Qur’an: Mengenal: Mengenal Lebih Dekat Kalamullah,
(Kediri: Lirboyo Press, 2014), hlm. 178.
14
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1999), hlm. 231.
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, hlm. 574.
16
Kadar M Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 43

13
sangat sakral dan beribadah agar mendapat ridha Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang dituju dalam ibadah tersebut. Karena membaca Al-Qur’an
itu seperti halnya manusia berdialog langsung dengan Sang Pencipta yaitu
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh sebab itu, diperlukan adab yang baik
dan sopan ketika membaca Al-Qur’an.17Diantara adab-adab yang harus
dilakukan manusia ketika membaca Al-Qur’an diantaranya:
a. Niat dengan ikhlas
Seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaknya berniat yang baik,
yaitu niat yang ikhlas karena Allah untuk mencari ridha Allah, bukan
mencari ridha manusia atau agar mendapat pujian darinya atau ingin
popularitas, ingin mendapatkan hadiah dan lain-lain.
b. Dalam keadaan bersuci
Bersuci dari hadas kecil, hadas besar, dan segala najis, sebab yang
dibaca adalah wahyu Allah atau Firman Allah, bukan perkataan
manusia.
c. Tenang dan khusyu’
Ketika membaca Al-Qur’an tidak boleh dengan ramai, atau asal-
asalan. Tetapi harus dengan tenang serta khusyu’ dalam membacanya.
Selain itu, jika ada seseorang yang sedang membaca Al-Qur’an
orang yang ada di dekatnya tidak boleh ramai sendiri tetapi harus
mendengarkannya.18
d. Mengawali membaca dengan ta’awudz.
e. Menghayati dan merenungi ayat Al-Qur’an.
f. Peganglah mushaf dengan tangan kanan dan diangkat, hendaknya
tidak sampai dibawah pusar.19Usahakan jangan sampai jatuh di tanah.
g. Membaca Al-Qur’an dengan tartil
Tartil artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan, tidak
terburu-buru, dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan

17
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qiraat Ashim Dari
Hafsah (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 35
18
Tim Pelaksana Pentaskhih Mushaf Al-Qur’an, Mushaf Maryam (Jakarta: Insan Madya Pustaka,
2012), hlm. 27
19
Maftuh Basthul Birri, Al-Qur’an Hidangan Segar: Bergizi Tinggi, Pemberkah Penyegar dan
Pembangkit Umat. (Kediri: Madrasah Murottilil Qur-Anil Karim, 2008), hlm. 128

14
makhrajul huruf dan sifat-sifatnya sebagaimana yang dijelaskan
dalam Ilmu Tajwid. Yang dimaksud akharijul huruf ialah membaca
huruf-hurufnya sesuai dengan tempat keluarnya seperti di
tenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir dan lain-lain.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian
ini berusaha menelaah fenomena sosial dalam suasana yang berlangsung
secara wajar atau alamiah.

15
Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah prosedur penelitian
yang meghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Sebagaimana menurut Bogdan dan Taylor
yang dikutip Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah “sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.20
Dengan demikian, penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau
tindakan, maka jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yakni jenis
penelitian yang hanya menggambarkan, meringkas berbagai kondisi atau
variabel. Sebagaimana yang diungkap oleh Lexy J. Moleong deskriptif
merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka.21
Dalam penelitian kualitatif ini instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrument, maka
peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, memotret, dan mengontruksi situasi sosial yang
diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.22
Jadi penelitian dimaksudkan untuk mendiskripsikan segala sesuatu tentang
pengimplementasian metode Wafa di SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT
Bina Insani Kediri disertai catatan-catatan dan hasil wawancara yang
mendalam (interview), serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.
B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian di SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT
Bina Insani Kediri ini sangat penting. Karena peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai instrument kunci. Dalam rangka untuk mencapai tujuan
penelitian, peneliti akan melakukan observasi, wawancara dan pengambilan
dokumen. Dengan demikian, peneliti akan hadir di SDIT Nurul Izzah Kediri

20
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 4.
21
Ibid, hlm. 6.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 15.

16
dan SDIT Bina Insani Kediri untuk mencari data yang terkait dengan
penelitiann yang dilakukan tanpa terjadwal waktu-waktu tertentu.

C. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian di SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT
Bina Insani Kediri. SDIT Nurul Izzah Kediri yang terletak di Komplek Masjid
Ummu Ali Dsn. Baran Ds. Besuk Kec. Gurah Kab. Kediri. Sementara SDIT
Bina Insani terletak di Jl. Jaya Katwang No.274, Karangrejo, Kec. Ngasem,
Kediri.
Adapun pertimbangan pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas beberapa hal,
yaitu:
1. Kedua sekolah tersebut dalam pembelajaran Al-Qur’annya menggunakan
metode Wafa.
2. Peneliti menemukan keunikan yang tersendiri di SDIT Nurul Izzah Kediri
dan SDIT Bina Insani Kediri, meskipun kedua sekolah ini adalah sekolah
swasta namum mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang lebih
maju.
3. Letak lokasi penelitian yang cukup strategis dan mudah dijangkau oleh
peneliti sangat memudahkan dan mendukung dalam proses pelaksanaan
penelitian dari segi waktu, tenaga dan sumber daya peneliti.

D. Sumber Data
Untuk memperoleh data, disamping perlu menggunakan metode yang tepat
dan relevan juga menggunakan teknik dan alat pengumpul data yang tepat.
Maka akan diperoleh data yang objektif. Yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.23
Adapun sumber data menurut Ahmad Tanzeh sumber data dalam
penelitian ada dua macam, yakni: sumber data insani dan sumber data
noninsani. Sumber data insani berupa orang yang dijadikan informan dan
dianggap mengetahui secara jelas dan rinci tentang informasi dan

23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), hlm. 172.

17
permasalahan yang ada. Sumber data noninsani berupa dokumen yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.24
Dalam penelitian ini yang termasuk sumber data insani diantaranya:
1. Kepala SDIT Nurul Izzah Kediri dan Kepala SDIT Bina Insani Kediri
2. Guru Al-Qur’an sebagai pendidik atau pengajar
3. Semua pihak yang terkait dengan obyek yang dijadikan penelitian.
Adapun data non insani yang akan diperoleh antara lain jumlah guru,
siswa/siswi, dan lain-lain. Data-data ini diperoleh dari dokumen yang ada di
SDIT Nurul Izzah Kediri dan Bina Insani Kediri. Data ini juga akan sangat
dibutuhkan oleh peneliti, karena berguna untuk mengkaji penggunaan
metode Wafa dalam belajar Al-Qur’an siswa.
Dengan adanya kedua sumber yang ada tersebut, diharapkan nantinya
dapat membantu peneliti dalam mendeskripsikan tentang penerapan metode
Wafa dalam belajar Al-Qur’an siswa di SDIT Nurul Izzah Kediri dan Bina
Insani Kediri.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data
yang harus dikumpulkan dalam penelitian.Observasi merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis. Tujuan dari
pengumpulan data dengan observasi ini biasanya untuk membuat
deskripsi atas perilaku atau frekuensi atas suatu kejadian.25
Adapun yang peniliti lakukan dalam kegiatan observasi di SDIT Nurul
Izzah Kediri dan SDIT Bina Insani Kediri ini adalah peneliti akan terlibat
langsung dalam proses mengamati tentang kondisi fisik, letak geografis,
sarana dan prasarana, proses belajar mengajar, kegiatan siswa/siswi, dan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh para guru dengan
menggunakan strategi Wafa sebagai metode belajar Al-Qur’an siswa.
24
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 166.
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 143.

18
2. Metode Interview (wawancara mendalam)
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua
orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin
kepada subjek penelitian.26
Dalam mencari informasi yang dibutuhkan, peneliti menggunakan
metode wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yaitu:
a. Kepala sekolah, Karna beliau merupakan pemengang kebijakan
tertinggi, data yang ingin di peroleh berupa kebijakan yang di
keluarkan dalam menunjang pembelajaran Al-Qur’an Menggunakan
Metode Wafa.
b. Waka Kurikulum, beliau merupakan orang yang berperan langsung
dalam manajemen Kurikulum. Data wawancara yang ingin di dapat
oleh peneliti berupa implementasi manajemem kurikulum
Pembelajaran Al-Qur’an Metode Wafa.
c. Guru Al-Qur’an, karena beliau merupakan orang yang berperan
secara langsung dalam pembelajara Al-Qur’an dengan menggunakan
Metode Wafa, data yang ingin didapat berupa proses pembelajaran
dan kerjasama yang dilakukan dengan bidang kurikulum.
Bentuk wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah model wawancara tak terstruktur yaitu “wawancara yang
dilaksanakan secara bebas, kebebasan tidak terlepas dari pokok
permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah
dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara”.27Pilihan menggunakan
wawancara tak terstruktur ini karena pertimbangan peneliti yang ingin
mengungkapkan pengertian suatu peristiwa, situasi atau keadaan
tertentu.
3. Metode Dokumentasi

26
Ibid, hlm. 160.
27
Sugiyono, Metode Penelitian…., hlm. 233

19
Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, buku, majalah, surat kabar, notulen rapat dan sebagainya.28
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data
Seperti data program kerja Waka Kurikulum dalam Pembelajaran Al-
Qur’an menggunakan Metode Wafa, data guru Al-Qur’an Metode Wafa,
data jumlah siswa, letak geografis, struktur organisasi sekolah, sarana
prasarana dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan
penelitian di SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT Bina Insani Kediri.

F. Analisis Data
Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain.29
Analisis data yang akan dilakukan penulis diantaranya yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.30
Ketika melakukan reduksi data ini peniliti akan dipandu oleh
tujuan penelitian yang dicapai. Tujuan peneliti dalam penelitian kualitatif
adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan
penelitian menemukan sesuatu yang asing, tidak dikenal, tidak memiliki
pola, justru itulah yang akan dijadikan perhatian peneliti dalam
melakukan reduksi data.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan display data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif,

28
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…., hlm. 274
29
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian…., hlm. 248
30
Ibid, hlm. 369

20
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.31
3. Conclusing Drawing (Verivikasi)
Verifikasi adalah suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan
lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman
sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan inter subyektif”, atau juga
upaya-upaya luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain.32
Peneliti pada tahap ini mencoba menarik kesimpulan berdasarkan
tema yakni penggunaan metode Wafa dalam belajar Al-Qur’an pada
siswa SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT Bina Insani Kediri. Kesimpulan
ini akan terus diverifikasi selama penelitian berlangsung hingga mencapai
kesimpulan yang lebih mendalam.

G. Pengecekan Keabsahan Data


Untuk menetapkan keabsahan data yang diperoleh di lapangan, maka
peneliti menggunakan tehnik pemeriksaan triangulasi data. Triangulasi adalah
tehnik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain.
Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap suatu data.33

Dalam penelitian kualitatif, terdapat tiga macam triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi sumber

Dalam hal ini peneliti membandingkan dan mengecek balik


derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui metode dan alat
yang berbeda. Penerapan metode ini dilakukan dengan cara :

31
Sugiyono, Metode Penelitian…., hlm. 341.
32
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Kearah Ragam Varian
Kontemporer. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003), hlm. 99.
33
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian…., hlm. 330.

21
1).Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2). Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi
3). Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

b. Triangulasi metode
Triangulasi metode dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data.
2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber dengan metode
yang sama.

c. Triangulasi teori
Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan data dengan
membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli dan hasil
penelitian ini dikonsultasikan lebih lanjut dengan subyek penelitian.34
Dalam teknik triangulasi teori ini, peneliti membandingkan hasil data
yang telah peneliti dapatkan di lokasi penelitian dengan teori dari para
ahli apakah sesuai dengan teori atau tidak.
Berkaitan dengan pengecekan keabsahan data, peneliti melihat dari
penggunaan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi serta
dokumentasi. Sehingga dalam pengecekan keabsahan data peneliti
dapat menggunakan ketiganya yaitu triangulasi dengan sumber,
triangulasi dengan teknik, dan triangulasi dengan teori. Agar data yang
sudah di dapat bisa di cek kembali melalui keabsahan data. Ketiganya
akan di gunakan berdasarkan kebutuhan dalam pengolahan data.

H. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap penelitian tentang Penggunaan Metode Wafa dalam Belajar Al-
Qur’an pada siswa SDIT Nurul Izzah Kediri dan SDIT Bina Insani Kediri.

34
Sugiyono, Metode Penelitian…., hlm.246.

22
Adapun tahap-tahap tersebut adalah tahap pendahuluan atau persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap analisis data, tahap pelaporan.
1. Tahap pendahuluan atau persiapan
Pada tahap pendahuluan dilakukan peneliti yaitu mulai dari
penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus
surat perizinan, melakukan observasi, memilih dan memanfaatkan
informan, menyiapkan perlengkapan penelitian.35
2. Tahap pelaksanaan
Pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan hal-hal yang
telah di rumuskan dan sesuai dengan metode yang telah ditetapkan yaitu
memahami latar penelitian, memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengumpulkan data.36Sehingga dalam tahap pelaksanaan ini merupakan
essensi penelitian, karena hakekatnya tidak ada penelitian tanpa
pengumpulan data yang diperlukan. Dan adapun tahap pelaksanaan
penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, peneliti melakukan pengumpulan data terhadap
dokumen-dokumen resmi yang akan digunakan dalam penelitian
b. Mengadakan observasi langsung terhadap obyek penelitian dengan
melakukan teknik dokumentasi
c. Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat
dalam penelitian
d. Peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap hasil penelitian
agar dapat mengetahui hal-hal yang belum terungkap atau masih
diloncati.
e. Peneliti melakukan perpanjangan pengamatan guna melengkapi data
yang kurang lengkap hingga memenuhi target dan mendapatkan data
yang valid.
3. Tahap analisis data
Pada tahap ini peneliti menyusun semua data yang telah terkumpul
secara sistematis dan terinci sehingga data tersebut mudah difahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain secara jelas.
35
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian…., hlm. 127
36
Ibid, hlm. 137

23
4. Tahap pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahap akhir dari sebuah penelitian
yang berupa reduksi data, penyajian data, verifikasi yang sudah diolah
dan disusun, kemudian disimpulkan. Kemudian peneliti melakukan cek,
agar hasil penelitian mendapat kepercayaan dari informan seperti kepala
Sekolah, guru, dan siswa. Pada tahap akhir ini peneliti membuat laporan
tertulis dan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


Jakarta : Rineka Cipta.
Birri, Maftuh Basthul. 2008. Al-Qur’an Hidangan Segar: Bergizi Tinggi,
Pemberkah Penyegar dan Pembangkit Umat. Kediri: Madrasah Murottilil
Qur-Anil Karim.

24
Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis
Kearah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung:
Diponegoro.Fadli, Iman Nurul. 2019. Aplikasi Pengenalan Huruf dan Makharijul
Huruf Hijaiyah Dengan Augmented Reality berbasis Android. Vol. 8,
Oktober.
Gunawan. Imam. 2014. Metode Penelitian Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hakim, M. Fikril.2014. Membumikan Al-Qur’an: Mengenal: Mengenal Lebih
Dekat Kalamullah. Kediri: Lirboyo Press.
Khon, Abdul Majid. 2011. Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an
Qiraat Ashim Dari Hafsah. Jakarta: Amzah.
Moleong, Lexi J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Qardhawi, Yusuf. 1999 Berinteraksi dengan Al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie Al-
Kattani. Jakarta: Gema Insani Press.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.
Tim Pelaksana Pentaskhih Mushaf Al-Qur’an. 2012. Mushaf Maryam. Jakarta:
Insan Madya Pustaka.
Tim Wafa. 2012. Buku Pintar Guru Wafa. Surabaya: Yaqin.
Yusuf, Kadar M. 2009. Studi Al-Qur’an. Jakarta: Amzah.

25

Anda mungkin juga menyukai