Anda di halaman 1dari 10

Proceedings

Volume 1, Nomor 1
Desember 2021

Problematika Evaluasi Pembelajaran Hafalan Al-Quran Studi di


Pondok Pesantren Tahfidz Nurul Musthofa
1
Noor Ma’rifatillah Awwaliyah, 2Muslimah
1
IAIN Palangka Raya, marifahawaliyah@gmail.com
2
Palangka Raya, Muslimah.abdulazis@iain-palangkaraya.ac.id

ABSTRACT
Tahfidz Nurul Musthofa Islamic Boarding School is one of the institutions in which it
teaches learning to read and memorize the Qur'an properly and correctly, thereby inviting
students to learn to read and memorize the Qur'an with lessons applied in Islamic boarding
schools. The type of study is a field study, using a method (field research) with an analytical
descriptive approach. This study can prove that the problems of evaluation in learning to
memorize the Qur'an are lazy in memorizing, bored in memorizing, have to reach a
predetermined target, sometimes sleepy, their time tends to be used to talk with their friends and
does not use the correct method in memorizing. For this improvement, an evaluation needs to be
carried out. To carry out an evaluation, Murajaah memorizing in one sitting one juz, Third-
month verse connection exam, Munaqasyah of the Koran is memorized twice a year.

Keywords: Problematic; Learning Evaluation; Memorizing the Quran

ABSTRAK
Pondok pesantren Tahfidz Nurul Musthofa adalah salah satu lembaga yang didalamnya
mengajarkan pembelajaran membaca dan menghafal Alquran dengan baik dan benar, dengan
itu mengajak kepada santri-santri untuk mempelajari membaca dan menghafal Alquran dengan
pembelajaran yang diterapakn di pondok pesantren. Jenis kajiannya adalah kajian lapangan,
dengan menggunakan metode (field research) dengan pendekatan deskriptif analitik. Kajian ini
dapat membuktikan bahwa problematika evaluasi dalam pembelajaran hapalan Alqur’an
adalah malas dalam menghapal, bosan dalam menghapal, harus mencapai target yang telah
ditentukan, kadang mengantuk, waktu mereka cenederung digunakan untuk berbincang-bincang
dengan temannya dan tidak memakai metode yang benar dalam menghapal. Untuk perbaikan
ini perlu diadakan evaluasi. Untuk melakukan evaluasi, terdapat beberapa bentuk kegiatan,
yakni Tahsin sebelum menghafal, Murajaah hafalan sekali duduk 1 juz, Ujian Sambung ayat
pertiga bulan, Munaqasyah Al-Quran semua hapalan dua kali dalam setahun.

Kata Kunci: Problematika; Evaluasi Pembelajaran; Hafalan Al-Quran

PENDAHULUAN
Dalam menghafal Al-Quran atau mempelajari Al-Quran adalah hal yang sangat
mulia dan sangat bermanfaat, juga merupakan salah satu kewajiban umat Islam untuk
mempelajarinya. Mempelajari Al-Quran dan membaca Al-Quran juga suatu ibadah
apalagi jika kita menghafalnya pahalanya berlipat ganda yang diberikan Allah swt
kepada kita.
287
Bahkan apabila seorang itu penghafal Al-Quran maka dia akan dimuliakan Allah
swt derajatnya dengan digolongkan sebagai wali Allah yaitu yang terpilih dari kalangan
hambanya. Jadi apabila seseorang itu memiliki hafalan Al-Quran akan dituntut selalu
agar menjaga hafalannya dengan mengatur waktu khusus untuk mengulang hafalannya
tersebut agar tetap terjaga dan tetap lancar dalam menghafal Al-Quran.
Dalam tradisi neghafal, yang sangat ditekankan adalah bagaimana cara
mengahafa, menjaganya dan evaluasi pembelajaran dalam pembelajaran Alqur‘an.
Untuk cara menghafal sendiri itu diserahkan kepada para santri, metode/cara yang
bagaimana yang ia terapkan untuk menghafal, baik dengan nada atau dengan membaca
datar saja. Sedangkan untuk menjaga hafalan ini, tentu dibutuhkan waktu tambahan dan
metode tersendiri, biasanya ini dikenal dengan sebutan murajaah (mengulang hafalan),
dan simaan (mendengarkan). Selain itu, perlu juga dalam melakukan evaluasi terhadap
program-program yang telah ada untuk memperbaiki. Jadi dalam perkembanganya,
ragam metode menghafal ini ternyata telah memberikan yang sangat signifikan dalam
pembelajaran Al-Quran, tidak hanya berkenaan dengan menyuarakannya saja, akan
tetapi juga berkenaan evaluasi hafalan Al-Quran juga (Gazali, 2010).
Seseorag apabila menghafal Al-Quran dengan menggunakan nada akan lebih
mudah dan cepat dalam menghafalnya. Jadi dengan dasar inilah kemudian berkembang
beberapa metode-metode yang menggunakan nada dalam menghafal dan membaca Al-
Quran. Ada beberapa metode yang dipakai dalam membaca dan menghafal Al-Quran
seperti memakai metode Ummi, Tilawati, Yadain dan lain sebagainya. Kemudian
berkembanglah dan masuk dalam lembaga-lembaga pendidikan Al-Quran dan juga
dipakai untuk menjadi salah satu metode dalam pembelajaran tersebut.
Banyak lembaga-lembaga Al-Quran yang berlomba-lomba untuk mencetak para
penghafal Al-Quran. Bahkan banyak juga orang yang di luar Arab hafal Al-Quran, baik
itu di India, Pakistan, Afghanistan, Benggala, Turki, Senegal dan Negara-negara lainnya
di Asia dan Afrika termasuk Indonesia.
Pondok Pesantren Tahidz Nurul Musthofa ini pondok yang bergerak dalam
bidang pengembangan yang mempelajari dan menghafal Al-Quran agar kiranya para
santri-santri semua lebih bagus lagi dalam mempelajari dan menghafal Al-Quran.
288
Dalam bidang pendidikan Al-Quran dilingkungan sekitar, khususnya di Tanjung
Kabupaten Tabalong, Pondok Pesantren Tahfidz Nurul Musthofa ini telah banyak
membuktikan eksistensi kualitasnya dengan sejumlah prestasi-prestasi yang sudah
berhasil diraih oleh para santri-santri baik itu dalam berbagai lomba tilawah Alquran,
Tahfidz Al-quran dan lain sebagainya baik tingkat Kabupaten, Provinsi, hingga
Nasional.
Dalam Pencapaian prestasi para Hafidz dan Hafidzah hingga sampai ke tingkat
Nasional bukan hal yang mudah untuk dicapai. Oleh karena itu para lembaga-lembaga
yang berkecimpung dibidang pendidikan Al-Quran, sangat dibutuhkan sekali untuk
berkomitmen dalam menjalankan manajemen pembelajaran yang efektiv. Pondok
Pesantren Tahfidz Nurul Musthofa melalui para santri-santri dan alumni-alumni lainnya
yang setiap tahun selalu konsisten untuk mengikuti perlombaan yang berkenaan dengan
Al-Quran dan perlombaan lainnya itu sudah membuktikan banyak prestasi-prestasi yang
didapat dan juga bukti implementasi manajemen pembelajaran membaca Alquran yang
efektiv, dan diharapkankan juga agar dapat menjadi contoh best practice bagi lembaga
yang lainnya. Jadi oleh karena itu, tulisan ini akan mengupas terkait evaluasi dalam
pembelajaran Alquran bertempat di Pondok Pesantren Tahfidz Nurul Musthofa.
Jalur yang ditempuh pada kajian ini adalah kualitatif dengan jenis lapangan
(field research) dengan pendekatan deskriptif analitik. Yang menjadi objek kajian
dalam tulisan kali ini adalah evaluasi dalam pembelajaran hapalan Al-Qur‘an,
sedangkan subjek kajian dalam tulisan ini adalah Pondok Pesantren Tahfidz Nurul
Musthofa Tanjung Tabalong. Untuk menelusuri secara mendalam terhadap objek kajian,
maka kajian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi untuk
mendapatkan data yang objektif. Melalui pendekatan deskriptif analitik, kajian ini
mengambil data langsung dari lapangan yaitu dengan yang bersangkutan, baik secara
langsung maupun tidak langsun. Kemudian di analisis dan di interpretasi supaya mudah
untuk dipahami dan dijelaskan.

289
PEMBAHASAN
Istilah problematika bersumber dari bahasa Inggris yakni ―problematic‖
bermakna masalah atau persoalan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata problematika
disandarkan pada suatu masalah yang sedang terjadi dan harus diselesaikan. Dalam
penjelasan ini, Syukir menjelaskan bahwa problematika merupakan suatu kesenjangan
antara apa yang diharapkan dengan realitas yang terjadi. sedangkan menurut Dendy,
problematika adalah suatu yang menjadi perdebatan sehingga menimbulkan masalah
atau persoalan yang harus diselesaikan atu dicarikan jalan keluarnya. Dengan kata lain,
problematikan merupakan suatu masalah atau persoalan yang harus mendapatkan
penenganan agar dapat diselesaikan. Jadi problematika yang dimaksud dalam penelitian
ini ialah masalah atau kendala yang dihadapi santri-santri dalam kemampuan membaca
dan menghafal Al-Quran (Wika, 2019).
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan yang telah di dapat, ada terdapat
beberapa problematika dalam evaluasi menghafal Al-Quran, yaitu seperti malas dalam
menghafal, bosan dalam menghafal, harus mencapai target yang telah ditentukan,
kadang mengantuk, waktu mereka cenederung digunakan untuk berbincang-bincang
dengan temannya, dan juga ada beberapa para santri-santri yang tidak memakai metode
yang benar dalam menghafal Al-Quran. Jadi nanti disini saya akan menjelaskan yang
lebih lanjut lagi terhadap problematikan evaluasi dalam menghafal Al-Quran.
Sering di dalam diri seseorang terhinggapi rasa malas dan patah semangat
didalam menghafal Al-Quran, mungkin karena ada beberapa hal yang merasa diri
seseorang itu malas seperti adanya permasalahan dalam cara menghafalnya dan juga
mungkin factor guru pembimbingnya. Untuk solusinya agar tidak malas sekiranya kita
memperbaiki niat dulu dan memperbaiki hubungan dengan Allah yaitu dengan
meninggalkan maksiat, dan niat kita ikhlas untuk meraih ridha Allah (Surawardi, 2017).
Apabila kita hanya untuk meraih dunia saja maka hanya mendapatkan dunia saja. Maka
dari itu niatkanlah hanya untuk meraih ridha Allah swt (Zaki Zamani & Muhammad
Syukron Maksum, 2009). Sebagaimana Allah swt, memerintahkan kepada hambanya
untuk senantiasa beribadah kepadanya dengan ketaatan kepadanya dalam menjalankan
agama yang lurus.

290
Problematikan selanjutnya adalah sering merasa ngantuk. Hal ini sering terjadi
ketika menghafal Al-quran kebanyakannya seseorang bisa merasakan ngantuk, tetapi
kalau dialihkan kepada aktivitas yang lain selain menghafal Al-quran seperti membaca
komik atau membaca novel itu tidak terasa mengantuk. Dan rasa ngantuk juga bisa
timbul karena gangguan setan yang menggoda diri kita agar tidak focus dalam
menghafal Al-quran. Untuk solusinya dalam mengatasi ngantuk, salah satunya dengan
berwudhu agar fikiran bisa jernih dan segar dalam menghafal Al-quran, dan juga
menguatkan iman kita agar terhindar dari godaan setan yang mempengaruhi kita agar
tidak mengantuk, dan juga kita kuatkan niat agar lebih focus mengingat ayat-ayat Allah.
Selanjutnya masih kurang suntikan motivasi. Dalam menghafal biasanya
seseorang membutuhkan motivasi agar menghafalnya lebih semangat lagi, karena
motivasi tanpa seorang guru tidak ada artinya, dan dengan keikhlasan seorang guru
itulah motivasi yang disampaikan bisa merubah seseorang menjadi lebih semangat lagi
dan selalu giat dalam menghafal Al-Quran. Disamping itu juga kendala yang dihadapi
sangat beragam sesuai dengan problem yang mereka masing-masing, kuat dan
lemahnya semangat tergantung pada motivasi yang berhasil mereka tanamkan pada diri
mereka sendiri.
Motivasi yang kokoh atau yang kuat, memerlukan kekuatan pada semangat
santri-santri untuk eksis pada konsentrasi hafalanya. Jadi dalam proses menghafal Al-
Quran, agar kiranya para guru-guru memotivasi santri-santri supaya mereka selalu
semangat dalam aktivitas yang dapat menunjang dalam menghafal Al-Qur'an. Semakin
tinggi taraf motivasi akan semakin mempermudah dalam mencapai sebuah keberhasilan
dalam menghafal Al-Quran (Ahmad Rosidi, 2016).
Sebenarnya motivasi itu sangat diperlukan dalam segala bidang terutama yang
mencakup dunia pendidikan salah satunya seperti menghafal Al-Quran yang merupakan
sumber dari hukum Islam. Dalam menghafal Al-Quran juga membutuhkan waktu dan
juga proses yang cukup ekstra supaya menghasilkan apa yang diinginkan.
Problematikan yang terakhir adalah ada beberapa santri yang tidak memakai
metode menghafal dengan benar. Menurut fakta dilapangan apabila seseorang
menghafal Al-quran tidak memakai metode menghafal maka akan sulit menghafalnya,
291
dan lambat untuk sampai ketarget yang di tentukan. Untuk solusinya dalam menghafal
memerlukan metode menghafal Al-quran dengan cara cepat dan tepat dalam menghafal,
dan ada banyak metode-metode menghafal Al-quran di Indonesia ini, seperti menghafal
hafalan baru, mengulang hafalan (muraja’ah) dan mendengarkan (simaan).‖ (Susianti,
2017).
Dalam proses menghafal Al-Quran membutuhkan metode-metode yang efektiv
dalam menghafal Al-Quran sehingga tujuan menghafal Al-Quran dapat direalisasikan.
Ada beberapa metode-metode agar menghafalnya baik dan benar seperti: Pertama
metode dengan cara membaca ayat-ayat Al-Quran yang akan di hafal dulu sampai
membaca berulang-ulang kali sebagai gambaran menyeluruh tentang urutan ayat-ayat
tersebut; Kedua, metode menghafal ayat-ayat yang sudah di baca berulang-ulang kali
tadi dihafal sedikit demi sedikit hingga nanti sampai sempurna dan apabila sudah
dihafal maka diulang hafalannya agar benar-benar lancer; Ketiga, metode tasmi‘ yaitu
metode dengan cara mendengarkan kepada teman kita untuk menjaga hafalan ayat-ayat
yang sudah di hafal, agar mentes kita apakah ayat-ayat yang kita hafal itu benar
urutannya atau tidak, jadi makanya kita harus memperdengarkan hafalan kita tadi
kepada teman kita supaya kita berkonsentrasi dalam menghafal; Keempat, metode
talaqqi yaitu metode menyetorkan hafalan yang kita sudah hafal kepada guru kita agar
hafalan yang kita hafal ini terjaga dan kita juga mendapat bimbingan khusus dari guru
kita supaya hafalan kita lancar.
Mungkin itu beberapa metode-metode yang efektiv untuk digunakan dalam cara
kita menghafal Al-Quran dengan baik dan benar. Menghafal Al-Quran merupakan jalan
yang mengandung berbagai macam kesulitan dan beban yang berat. Sehingga yang
diperlukan dari orang yang ingin menghafalkan Al-Quran adalah sebuah semangat,
tekad, dan kesungguhan dalam menghafal Al-Quran.
Usaha yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar tentu denga melakukan
evaluasi terhadap hasil belajar. Hasil belajar atau penilaian ini menjadi patokan dalam
pengambilan keputuasan. Jika teknik penilaian hasil belajar tepat sasaran, maka hasil
belajar dan upaya perbaikan kedepan pun bisa dilakukan secara maksimal. Bagimana

292
pun sistem pembelajaran itu dilakukan, namun tidak dibarengi dengan upaya evaluasi
maka hasil yang diperoleh pun tidak akan maksimal (Amad Said & Muslimah, 2021).
Dalam hal ini, penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran dan menghafal
Alqur‘an terus dilaksanakan oleh para guru demi meningkatkan hasil belajar dan
hafalan para santri. Evaluasi dan penilaian oleh para guru bukan hanya sekadar menilai,
tetapi juga melakukan audit terhadap perilaku para santri dalam sehari-hari. Para guru-
guru harus menyadari bahwa keberhasilan belajar peserta didik merupakan salah satu
indikator keberhasilan guru dalam mengajar. Jika sebagian besar peserta didik tidak
berhasil dalam belajarnya berarti guru tersebut gagal membelajarkan para santri-
santrinya. Oleh sebab itu diperlukan evalusi untuk terus melakukan perbaikan. Hal ini
telah diterangkan dalam Al-Qur‘an dalam surah al-Baqarah ayat 31-32 yang
menjalaskan begitu pentingnya kedudukan evalusi.
Adapun fungsi evaluasi ialah setidaknya untuk mengetahui ketercapaian
terhadap standar kompetensi yang telah disepakati secara komprehensif. Dalam hal ini
akan mampu mengetahui ketercepaian santri dalam belajar dan mengetahui
persoalan/problem yang dihadapi. Dengan demikian mampu dilakukan perbaikan secara
menyeluruh dalam berbagai bidang yang mengalami kendala. Selain itu juga, dengan
melakukan evaluasi, juga dapat mengukur kinerja para guru dan karyawan dilingkungan
instansi dalam melakukan tugasnya.
Evaluasi perlu mendapat perhatian serius agar evaluasi yang diberikan benar-
benar mengenai tepat sasaran. Evaluasi merupakan bagian penting yang tidak
dipisahkan dari pembelajaran menghafal Al-Quran. Dengan evaluasi, keberhasilan
aktivitas hafalan dapat diukur. Berdasarkan observasi dan pengamatan yang telah
dilakukan, ada beberapa bentuk dalam evaluasi yang di terapkan di pondok pesantren
Tahfidz Nurul Musthofa seperti Tahsin sebelum menghafal, mendengarkan hafalan kita
kepada teman sebelum disetirkan kepada guru, agar kita mengetahui hafalan kita apakah
benar atau tidaknya, Murajaah hafalan sekali duduk 1 juz,dan juga ada Ujian sambung
ayat pertiga bulan sekali pada ujian tengah semester, juga ada Munaqasyah Al-Quran
yaitu ujian semua hafalan yang sudah kita hafal dengan waktu dua kali dalam setahun.

293
Dengan evaluasi hafalan juga mambantu untuk menjaga hafalan yang sudah ada.
Memelihara hafalan itu sesunggunya lebih sulit lagi daripada kita menghapalnya.
Karena itu, perlu sesering mungkin diulang-ulang. Sehingga Nabi Muhammad Saw
adalah orang yang paling pertama menghafal Al-Qur‘an, Salah satu faktor kuat yang
menyebabkan keterjagaan dalam hafalan Nabi Mussshammad Saw adalah tidak pernah
surut semangatnya untuk menghafal dan mengulang-ulang dalam hafalannya (Ilyas,
2020)
Tahsin sebelum menghafal, istilah tahsin diartikan sebagai melafalkan setiap
huruf dari tempat keluarnya masing-masing sesuai haq dan mustahaqnya. Secara singkat
orang lebih mengenal tahsin dengan istilah tajwid atau membaguskan dan memperbaiki
bacaan. Membaca Al-Quran dengan tahsin mampu memelihara Al-Quran dari
kesalahan. Membaca Al-Quran tanpa tahsin bisa jadi merusak lafaz Al-Quran yang
berujung pada perubahan kandungan makna kata.
Oleh sebab itu, sangat dianjurkan ulak mempelajari tahsin terlebih dahulu
sebelum menghafalkannya, ini nerupakan fadhu ‘ain dalam menggunakan tajwid dan
tahsin dalam membaca al-Qur‘an (Amaliah dkk., 2021). Selain itu, dianjurkan membaca
al-Qur‘an dengan menggunakan nada yang indah (tartil) yang sesuai dengan ketentuan
atau makharijul huruf agar tidak terjadi kesalahan makna ketikan dalam membaca Al-
Qur‘an (Amaliah dkk., 2021).
Murajaah hafalan sekali duduk 1 juz merupakan salah satu metode untuk
memelihara hafalan supaya tetap lancar dan terjaga, karena pada dasarnya tidak ada
hafalan apabila kita tidak memurajaah hafalan kita sendiri. Seperti contohnya ketika
hafalan anda bertambah, anda harus bisa membagi waktu murajaah hafalan yang sudah
dihafal sebelumnya.
Tidak mungkin bisa menghafal Al-Quran tanpa melakukan murajaah hafalan Al-
Quran kita, karena apabila tanpa murajaah hafalan akan cepat lepas dan tidak lama
kemudian akan hilang hafalan yang sudah dihafal. Oleh karena itu metode murajaah
sangat penting agar hafalan yang sudah kita hafal tidak lupa dan hilang begitu saja.
Agar hafalan yang sudah diperdengarkan kepada guru itu diulang terus-menerus dengan

294
dilakukan sendiri atau meminta bantuan Orang lain untuk mendengarkan dan
mengoreksi hafalan kita.
Jadi karenanya metode murajaah dipakai pada saat dimulai oleh seseorang yang
menghafal Al-Quran. Karena itulah para penghafal Al-Quran memiliki kewajiban
menjaga hafannya hingga akhir hayat. Artinya, setiap muslim sebenarnya memiliki
kewajiban untuk menghafal al-Qur‘an dan menjaganya. Hal ini juga telah dilakukan
oleh para sahabat-sahabat Rasulullah ketika belajar al-Qur‘an, mereka tidak akan
berpindah pada ayat selanjutnya hanya jika mereka telah menghafalkan ayat yang telah
mereka pelajari tersebut hingga berkelanjutan (A‘la al Maududi dkk., 2014).
Menurut pengertian dari Ujian Munaqasyah Al-Quran adalah ujian akhir Al-
Quran yang bertujuan untuk menguji kemampuan para santri-santri dalam menghafal
ayat-ayat Al-Quran yang sudah dihafal. Dan hasil pencapaiannya terlihat pada saat ujian
Munaqasyah tersebut.

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren
Tahfidz Nurul Musthofa memiliki beberapa problematika dalam pembelajaran hafalan
Al-Quran yaitu diantaranya, beberapa santri tidak menggunakan metode yang tepat,
merasa bosan, mengantuk, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi problematika tersebut
tentu terdapat solusi atau jalan keluar untuk mengatasi problematika tersebut, seperti
memotivasi para santri, mengajarkan metode yang tepat, dan memberikan nasehat yang
baik.
Dalam hal evaluasi, dipondok ini melakukan beberapa hal dalam mengetahui
perkembangan hafalan para santri, seperti Tahsin sebelum menghafal, Murajaah hafalan
sekali duduk 1 juz, Ujian sambung ayat pertiga bulan pada saat ujian tengah semester,
dan juga pada saat ujian Munaqosyah Al-Quran yang diadakan pada saat dua kali dalam
setahun. Semua kegiatan ini terprogram secara sistematis dan terukur.

295
REFERENSI
Ahmad Rosidi. (2016). MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL Al-QUR‘AN
(Studi Multi Kasus di Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur‘an (PPIQ) PP. Nurul Jadid
Paiton Probolinggo, dan Pondok Pesantren Tahfizhul Al-Qur‘an
Raudhatusshalihin Wetan Pasar Besar Malang) | Al Qodiri: Jurnal Pendidikan,
Sosial dan Keagamaan.
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/qodiri/article/view/1656
A‘la al Maududi, A., Mujahidin, E., & Hafidhuddin, D. (2014). Metode Tahfizh Al-
Qur‘an Bagi Pelajar dan Mahasiswa. Ta‘dibuna, 3(1), 1–15.
Amad Said & Muslimah Muslimah. (2021). View of Evaluation of Learning Outcomes
of Moral Faith Subjects during Covid-19 Pandemic at MIN East Kotawaringin.
https://attractivejournal.com/index.php/bse/article/view/99/82
Amaliah, S., Mujahidin, E., & Rahman, I. K. (2021). Implementasi Kurikulum Tahsin
Al-Quran Untuk Remaja di Ma‘had Kareem Bil-Quran. TADBIR
MUWAHHID, 5(1), 9–26. https://doi.org/10.30997/jtm.v5i1.4057
Gazali, M. I. A. (2010). Keutamaan Membaca dan Menghafal Al-Quran. Islam House,
1–8.
Ilyas, M. (2020). Metode Muraja‘ah dalam Menjaga Hafalan Al-Qur‘an. Al-Liqo: Jurnal
Pendidikan Islam, 5(01), 1–24. https://doi.org/10.46963/alliqo.v5i01.140
Surawardi, S. (2017). Karakteristik dan Konsep Pendidikan Islam yang Terkandung
dalam Surah Al-A‘raf Ayat 179. JURNAL TRANSFORMATIF (ISLAMIC
STUDIES), 1(1), 32–47. https://doi.org/10.23971/tf.v1i1.660
Susianti, C. (2017). EFEKTIVITAS METODE TALAQQI DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR‘AN ANAK
USIA DINI. Tunas Siliwangi : Jurnal Program Studi Pendidikan Guru PAUD
STKIP Siliwangi Bandung, 2(1), 1–19. https://doi.org/10.22460/ts.v2i1p1-
19.305
Wika, W. (2019). PROBLEMATIKA DALAM MENGHAFAL AL-QUR‘AN BAGI
ANAK-ANAK DI RUMAH TAHFIDZ TAMAN PENDIDIKAN DAARUL
‗ILMI KELURAHAN SUKARAMI KECAMATAN SELEBAR KOTA
BENGKULU [PhD Thesis]. IAIN BENGKULU.
Zaki Zamani & Muhammad Syukron Maksum. (2009). Menghafal al-Qur‘an itu
Gampang—Google Buku.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=iy5SR23-
H_oC&oi=fnd&pg=PA2&dq=malas+menghafal+Al+Qur%27an&ots=8Q8Dnz
m9Fl&sig=p0o6QJDOUmk2FrOsb1MLlrhzel8&redir_esc=y#v=onepage&q=ma
las%20menghafal%20Al%20Qur'an&f=false

296

Anda mungkin juga menyukai