Surat Luqman menjadi salah satu bagian Al Quran yang sering disebut saat
membahas konsep parenting secara islami. Merupakan surat ke 31 yang ada di
dalam Quran. Surat ini berisi 34 ayat, 8 ayatnya - dari ayat 12 hingga 19 -
mengisahkan tentang nasehat ayah Luqman untuk anak-anaknya.
Insya Allah kita akan membahasnya secara komprehensif di dalam artikel ini. Belajar
parenting dari kisah Luqman tidak bisa langsung membahas ayat per ayat tentang
mendidik anak.
Akan lebih afdhol jika kita juga menelusuri siapakah Luqman. Mengapa Allah SWT
memilih Luqman sebagai salah satu kisah terbaik yang harus kita pelajari terkait
mengasuh anak?
Fyi, materi parenting kali ini aku dapatkan saat mengikuti halaqoh bulanan wali
santri Kuttab Al Fatih Semarang pada bulan Februari dan Maret 2022. Belajar dari
keluarga Luqman adalah materi yang sayang untuk disimpan sendiri karena memiliki
banyak insight.
Ustaz Taufiq El Hakim selaku narasumber halaqoh hari itu, menceritakan secara detail
tentang ayat-ayat Quranic Parenting di dalam surat Luqman. Bertempat di Bukit
Amasya, berikut ini kalimat yang cukup menarik saat Ustaz Taufiq membuka
taujihnya tentang sosok Luqman:
Pada surat Sad ayat 20, “Kami kuatkan kerajaannya dan Kami datangkan al
hikmah dalam membuat keputusan adil.” Dalam surat ini, sosok yang
diberikan hikmah oleh Allah adalah Nabi Daud Alaihissalam.
Pada surat Ali Imran ayat 48, “Dan Dia (Allah) mengajarkan kepadanya (Isa)
Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil."
Pada surat An Nisa ayat 113, “… Dan (juga karena) Allah telah menurunkan
Kitab (Al Quran) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan
kepadamu itu sangat besar.” Sosok di dalam ayat ini tentu saja mengacu
kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.
Jika sohib kongkow tengok dari tiga ayat di atas, nama-nama yang mendapat
hikmah dari Allah Ta’ala adalah para nabi. Di sinilah istimewanya seorang Luqman.
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman… (Q.S Luqman:
12)
Beliau bukanlah nabi, tetapi bisa mendapat hikmah. Dari sini, kita bisa mengambil
ibrah bahwasanya siapa saja bisa mendapatkan hikmah, termasuk kita (manusia
biasa). Caranya bagaimana, tentu saja dengan melakukan konsep ATM (Amati, Tiru
dan Modifikasi) dari perilaku Luqman yang nanti kita akan bahas lebih lanjut ayat per
ayat tentang mendidik anak.
Ustaz Taufiq El Hakim mengisahkan bahwasanya Luqman adalah lelaki sholeh yang
diabadikan kisahnya di dalam Al Quran. Tentu ada maksud mengapa kisah lelaki
yang bukan nabi ini ada di dalam kitab panduan hidup umat manusia.
Banyak para ahli memiliki perbedaan pendapat terkait asal Luqman dari mana. Ada
yang mengatakan dari Sudan, Habasyah, Afrika, dst. Begitu pula terkait pekerjaannya,
ada yang menyebut bahwa ia seorang hakim, penggembala, penjahit, dll.
Dalam beberapa sumber, disebutkan bahwa Luqman memiliki ciri tubuh seperti
berkulit hitam, berbibir tebal dan kulit kakinya pecah-pecah. Hal ini menandakan
bahwasanya Allah tidak menilai fisik hambaNya, tetapi Allah melihat kualitas iman.
Secara garis besar, al hikmah adalah kebaikan yang sangat banyak. Bentuk
kebaikannya seperti apa, hanya Allah yang memiliki hak untuk menentukannya.
Hikmah itu tidak didapat begitu saja. Hikmah bisa didatangkan dan bisa
diperoleh siapa saja melalui ikhtiar terbaik.
Luqman dengan hikmah yang Allah berikan mampu menerapkannya dalam proses
tarbiyah (pengasuhan dan pendidikan) terhadap anak-anaknya. Cara ini bisa kita
duplikasi dalam proses parenting sehari-hari.
Kita tahu bahwa mengasuh anak harus selalu melibatkan Allah di dalamnya.
Oleh karenanya untuk mendatangkan hikmah, kita harus meminta langsung
kepada Allah lewat doa-doa terbaik.
Al hikmah bisa didatangkan dan ditularkan kepada anak, orang tua harus
memberikan teladan bagaimana cara beramal soleh dan taat beribadah.
Orang tua harus memiliki hubungan yang dekat dengan Allah.
Sedikit bicara. Terlalu banyak bicara bisa menyebabkan salah ngomong yang
berujung pada hal-hal bahaya dan banyak mudharatnya.
Banyak berpikir dan menghayati (tafakur dan tadabur).
Berkumpul dengan orang-orang sholeh.
Nah, apakah sebagai orangtua kita telah melakukan hal-hal itu semua? Duh, kalau
aku sih masih jauuuh. Jadi ingat nasehat Abah Ihsan, sebelum memiliki anak sholeh,
maka kita harus menjadi orang tua sholeh.
Semua hal yang kita dapat adalah pemberian Allah. Mengakui dalam hati
bahwasanya segala hikmah dan nikmat datangnya dari Allah, bukan karena
kehebatan diri sendiri.
Diucapkan dengan lisan, yaitu lewat kata Alhamdulillah. Segala pujian hanya
untuk Allah, bukan untuk makhluk. Oleh karenanya, jika ada pujian datang
kepada diri kita, dianjurkan untuk beristighfar.
Menggunakan segala apa yang ada pada diri kita untuk melakukan ibadah.
Hati-hati dengan istidraj, yaitu kondisi di mana kita sedang kufur, namun Allah masih
terus memberikan nikmatNya.
Related: Perjalanan Menemukan Bimbel Online Terbaik untuk Murid yang Menjalani
Program Paket A
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.
Ayat ini memiliki beberapa hal penting terkait dalam mendidik anak, yaitu:
Prioritas kedua setelah hak Allah ditunaikan adalah birrul walidain (berbakti
kepada kedua orang tua), khususnya ibu.
Sebutkan kebaikan-kebaikan orang tua yang telah dilakukan dan sebutkan
keburukan-keburukan orang tua yang akan datang. Agar anak paham bahwa
orang tua adalah manusia biasa, dan bisa menerima kelebihan dan
kekurangan kedua orang tuanya.
Sementara sebagai anak, urusan kita kepada kedua orang tua adalah tetap ma’ruf
dan berbakti. Selalu memperlakukan orang tua dengan sebaik-baiknya.
Karena ketika hatinya selalu hidup, barulah orang tua bisa mengajarkan ibadah-
ibadah dhoif. Salah satu cara agar hati anak bisa hidup adalah lewat berkisah.
Ayat ini ditutup dengan asmaul husna. Mengingatkan kita pentingnya untuk
mengenalkan anak terhadap nama dan sifat-sifat Allah.
Di dalam penjelasan ayat disebutkan bahwa sebaiknya kita tidak berjalan terlampau
cepat, tetapi juga tidak terlampau lambat.
Agar nasehat bisa merasuk ke dalam jiwa anak, setidaknya ulangi minimal tiga kali.
Namun ingat, nasehat hanya akan bisa masuk ketika jiwa anak sudah hidup dan
terisi.
Untuk bisa menyentuh jiwa anak, hal pertama yang harus dilakukan
adalah membangun bonding atau ikatan yang melekat dengannya.
Bertaqwa kepada Allah dan jangan sampai dimatikan dalam keadaan tidak
Islam.
Di antara manusia, tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Harus selalu tolong
menolong. Tunaikan hak orang lain, utamanya kepada kedua orang tua.
Perkataan dan lisan yang selalu dijaga. Lisan yang buruk menghapuskan
perbuatan-perbuatan baik. Di sinilah pentingnya menjaga adab dan akhlak.
Untuk melakukan tarbiyah kepada anak, tahapannya yaitu, pertama
penguatan tauhid/ iman, kedua latihan dan pembiasaan ibadah, ketiga
menanamkan serta membangun adab dan akhlaq.