Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MODEL PENDIDIKAN ANAK DALAM

KELUARGA LUKMAN AL-HAKIM

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI II Yang
Diampu Oleh Ibu Dra. Hj. Tuti Hayati., M.Pd.)

Disusun oleh :

Alwan Novianto (1172020029)

Supyan Sauri (1202020172)

Yazid Zaki Nur Fikri (1202020190)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Metode lukman dalam mendidik anak” Dengan
hadirnya makalah ini dapat memberikan infomasi bagi para pembaca tentang kerja
keras dalam menuntut ilmu.
Tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah PAI dalam Keluarga oleh Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS. dan Asep Rizal
Khoerudin, Mp.d. Makalah ini kami buat berdasarkan hasil diskusi kelompok dan
beberapa referensi yang kami dapatkan sebagai bahan diskusi. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan, baik dalam cara
penulisan maupun dalam isi.
Oleh karena itu kami menerima pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang
membaca makalah ini.

Bandung, Mei 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Orang tua, terutama ibu, harus punya perhatian lebih dalam mendidik anak. Oleh
karena itu, orang tua harus mengajarkan hal-hal baik di permulaan pertumbuhan anak.
Kaum ibulah yang paling banyak berinteraksi dengan anak. Baik buruknya anak
sangat erat kaitannya dengan ajaran yang diajarkan seorang ibu kepada anak di masa
kecil.
Allah SWT memberikan sebuah teladan agung di dalam Al-Quran berkaitan
dengan mendidik anak ini, yakni nasihat-nasihat bijak Luqman al-Hakim kepada
putranya. Nasihat ini dirangkum dalam sebuah surat yang sangat indah bernama Surat
Luqman. Ucapan dan perkataan Luqman sarat hikmah dan penuh kandungan
kebijaksanaan. Allah SWT mengabadikan cara Luqman mendidik anaknya dalam
surat Luqman ayat 13-16:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (Luqman berkata): ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui.”
Dari ayat di atas, kita melihat setidaknya ada tiga pokok cara Luqman dalam
memberikan ajaran dan didikan kepada anaknya sehingga mengantarkan si anak
menjadi anak yang baik. Pertama, Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk
mengenal Allah. ia tanamkan ke dalam diri anaknya untuk mengesakan Allah. Ia
ajarkan Tauhid dan iman yang kuat kepada anaknya. Ajaran pertama ini menjadikan
anaknya sejak dini mengenal siapa penciptanya, siapa yang telah memberikan
beragam nikmat kepadanya, dan siapa yang telah memuliakannya dalam kehidupan
ini.
Luqman menyadari, tidak mungkin seorang anak akan bertumbuh kembang
dengan baik tanpa dibekali keimanan dan ketauhidan dalam jiwanya. Ia mengenalkan
kepada si anak bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah dengan sebenar-benarnya
kecuali Allah. Laa ilaha illa Allah. Kalimat Tauhid ini meniscayakan kepada setiap
yang beriman untuk senantiasa memuliakan dan mengagungkan Allah. Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat Laa ilaha illa Allah.”
B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa masalah yang akan
dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan model dalam mendidik anak?
2. Siapakah lukman al-Hakim?
3. Metode apa saja yang di terapkan lukman dalam mendidik anak ?
4. Bagaiamana model mendidik anak pada keluarga lukman?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud model dalam mendidik anak
2. Untuk mengetahui siapakah lukman al-hakim
3. Untuk mengetahui metode yang di terapkan lukman dalam mendidik anak
4. Untuk mengetahui bagaiman Model-model lukman dalam mendidik anak dalam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penjelasan Singkat Perihal Model
Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang
disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi informasi- informasi
tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena
sistem yang sebenarnya. Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau
kejadian yang sesungguhnya yang hanya berisi informasi- informasi yang dianggap
penting untuk ditelaah. (Mahmud Achmad, 2008: 1).
Kata ”model” diturunkan dari bahasa latin mold (cetakan) atau pettern (pola).
Menurut Mahmud Achmad (2008: 2) bahwa bentuk model secara umum ada empat,
yaitu model sistem, model mental, model verbal, dan model matematika.
Model sistem adalah alat yang kita gunakan untuk menjawab
pertanyaanpertanyaan tentang sistem tanpa melakukan percobaan. Sebagai contoh
sebuah model dari perilaku seseorang untuk mengatakan bahwa dia orang ”baik”.
Model ini membantu kita untuk menjawab pertanyaan bagaimana dia akan bereaksi
apabila kita bertanya padanya.
Model mental adalah model-model untuk sistem teknik yang berdasarkan pada
pada pengalaman dan perasaan. Sebagai contoh bagaimana mengendarai sebuah
mobil merupakan sebagian dari pengembangan mental model dari sifat sifat
mengemudi mobil.
Model verbal adalah sebuah model perilaku sistem pada kondisi yang berbeda
dideskripsikan dengan kata-kata. Sebagai cotoh apabila suku bank naik, maka tingkat
penggangguran akan naik.
Sedangkan yang dimaksud dengan model matematika yaitu dimana kita
menghubungkan antara besaran (jarak, arus, aliran pengganguran dan lain
sebagainya) yang dapat kita amati pada sistem, dideskripsikan sebagai hubungan
matematikal dalam model. Sebagai contoh, kebanyakan hukum-hukum alam adalah
model matematika, seperti sistem masa titik hukum Newton dari gerakan memberikan
hubungan antara gaya dan kecepatan. Untuk sistem resistor, hukum Ohm
mendeskripsikan hubungan antara arus dan tegangan.
Pemodelan sistem merupakan kumpulan aktivitas dalam pembuatan model dimana
model merupakan perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual
suatu penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks.
B. Biografi Lukman
Luqman Al-Hakim adalah seorang yang diberikan hikmah oleh Allah SWT.
Sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT dalam firman- Nya, “Dan sesungguhnya
telah kami berikan hikmah kepada luqman...”(QS. Luqman :12).
Jumhur ulama ahli takwil menyatakan: Lukman adalah seorang wali bukan Nabi.
Yang benar Lukman adalah seorang laki-laki yang hakim (bijak) mendapat hikmah
dari Allah, dia benar dalam aqidah, dan ahli di bidang agama dan cerdas akalnya, dia
seorang Hakim Agung Bani Israil.
Ibnu Umar menyatakan: Saya mendengar Rasululah saw. bersabda:
,‫ه بالحكمـة‬D‫ ف َم َّن علي‬,‫الى فأحبـه‬D‫ أحبَّ هللا تع‬,‫ن اليقين‬D‫دا كثيـر التفـكر حس‬D‫ان عب‬D‫ا ولكن ك‬Dًّ‫ان نبي‬D‫لم يكن لقم‬
)‫(ابن الحاتم‬.ِّ‫وخـيَّره فى أن يجعله خليفة يحكم بالحق‬
(Lukman bukanlah seorang Nabi, tetapi dia seorang hamba yang banyak berfikir
dan memiliki keyakinan yang baik, dia mencintai Allah Ta’alaa, dan Allah
mencintainya. Allah menganugerahinya hikmah, dan Allah memilihnya untuk
dijadikan kholifah atau pemimpin untuk menetapkan hukum dengan benar)
Mujahid berkata : Luqman Al-Hakim adalah seorang hamba habasyah yang
bibirnya tebal dan kedua tumitnya pecah-pecah . dia didatangi seseorang ketika
sedang duduk dan memberikan ceramah di hadapan banyak orang. Dia bertanya
kepada luqman, “ bukankah dulu anda yang menggembala kambing ditempat ini dan
ini ? “ Luqman menjawab : “ ya.” orang itu bertanya lagi,” apa yang membuat anda
mencapai kedudukan ini ?” beliau menjawab , “ berbicara jujur dan diam dari sesuatu
yang tidak perlu.”
Tentang pekerjaan Luqman, ada beberapa pendapat: Sa’id Ibnul Musayyab
menyatakan; Dia seorang penjahit. Menurut Kholid ar Ruba’ie: Dia seorang tukang
kayu. Dari pendapat lain: Lukman adalah seorang tukang kayu, orang miskin berkulit
hitam dari Sudan, yang diberi hikmah oleh Allah setingkat dengan kenabian.
Banyak perbedaan pendapat dari kalangan ulama mengenai siapa sesungguhnya
Luqman Al Hakim. Ibnu Katsir mengatakan bahwa "Luqman adalah seorang lelaki
sholeh, ahli ibadah dengan pengetahuan dan hikmah yang luas." Ibnu katsir juga
mengatakan bahwa "Luqman Al Hakim didalam Al Quran adalah Luqman bin Unaqa'
bin Sadun." Ada juga yang mengatakan dia adalah Luqman bin Sarad sebagaimana
dikisahkan oleh Ali Suhaili dari Jarir dan Al Khuzaimi.
Ibnu Khatim mengatakan bahwa "Abu Zur'ah Shafwan bin Walid, Abdurrahman
bin Yazid telah bercerita kepada kami dan Jabir berkata "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Luqman Al Hakim dengan Hikmahnya. Seorang lelaki yang sudah
mengenal dirinya dan sebelumnya pernah melihatnya didalam sebuah majelis
bertanya kepadanya "Bukankah engkau budak dari bani fulan yang menggembalakan
kambing kemarin. Luqman menjawab "Ya" Lelaki itu berkata "Apa yang
membawaku menyaksikanmu hari ini?" Luqman berkata "Takdir Allah, menunaikan
amanah, jujur dalam perkataan dan meninggalkan apa-apa yang tidak berguna."
(Tafsir Al Quran Al Azhim Juz 12 hlm 333-335)
Allah Azza wa Jalla telah mengangkat Lukman Al Hakim dengan hikmahnya.
Untuk itu Luqman dijuluki dengan Ahlul Hikmah. Mungkin kita sudah sering
mendengar kata hikmah. Namun pada hakikatnya kita sering meleset akan arti
hikmah tersebut. Hikmah adalah kemampuan memecahkan masalah dan mampu
mencari solusi terbaik dari suatu masalah. Sehingga hasil dari hikmah itu adalah
kemaslahatan bagi orang tersebut.
Hikmah menurut bahasa, terdapat dalam Kamus Munjid: Kalimat yang sesuai
dengan kebenaran, filsafat, urusan yang benar, keadilan, ilmu, ketulusan. Menurut
Ibnu Abbas, hikmah adalah: Ilmu, kefahaman, serta kebenaran dalam ucapan dan
tindakan. Dalam pemakaian sehari-hari hikmah adalah: Kearifan dan kebijaksanaan.
Ahmad al Maroghie dalam Tafsirnya menyatakan: Hikmah adalah akal sehat atau
kecerdasan, dan telah banyak kata-kata mutiara hikmah dari Lukman, sebagai upaya
mendidik anak-anaknya antara lain: “Wahai anakku sesungguhnya dunia ini ibarat
sebuah lautan yang dalam, dan telah menenggelamkan banyak manusia, oleh karena
itu jadikanlah taqwa kepada Allah sebagai perahumu, iman sebagai muatannya, dan
tawakal sebagai layarnya, maka engkau akan selamat”. Kata mutiara lainnya:
“Barang siapa yang memiliki kendali diri, maka akan mendapatkan penjagaan dari
Allah, dan barang siapa yang adil terhadap dirinya sendiri, maka Allah berkenan
menambah kemulyaan baginya. Meremehkan ketaatannya kepada Allah, maka berarti
mendekati Allah dengan maksiyat”. Kata mutiara lainnya: “Wahai anakku, jangan
terlalu manis, maka kamu akan ditelan orang, dan jangan terlalu pahit, maka kamu
akan dimuntahkan orang”. Kata mutiara Lukman yang lain: “Hai anakku, apabila
engkau hendak berteman dengan seseorang, maka buatlah dia marah, bila dia
bertindak adil kepadamu, ketika dia marah, maka jadikanlah dia temanmu, bila tidak,
maka jauhilah dia”.
Dan Lukman sebagai orang yang diberi hikmah diperintah bersyukur kepada
Allah, karena siapa orang yang diberi hikmah berarti diberi anugerah yang teramat
banyak dan besar, sebagaimana firman Allah dalam surat al Baqarah 269:
“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran
dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah)”
Orang yang diberi hikmah adalah mendapatkan anugerah yang sangat besar dari
Allah, oleh karena itu wajib bersyukur kepada Allah atas anugerah hikmah tersebut.
Orang yang diberi hikmah oleh Alah, tampil sebagai pribadi yang berakhlakul
karimah, adil, arif dan bijaksana, terhadap segala urusan baik urusan dirinya sendiri,
keluarga, masyarakat, atau terhadap sesama makhluk hidup. Orang tersebut akan
tampak sebagai hamba kekasih Allah, kehidupannya terhormat, dan taat menjalankan
semua perintah Allah dan sanggup menjauhi semua larangan Allah. Inilah pribadi
muttaqin menurut pandangan Islam.
Ada beberapa ayat dalam Alquran yang mengabadikan pelajaran Luqman terhadap
anaknya, salah satunya adalah firman Allah :
‫ي ال تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ِإ َّن ال ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬
َّ َ‫َوِإ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ ال ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(QS. Luqman: 13).
Diceritakan pula dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa pada suatu hari Luqman
al-Hakim bersama anaknya pergi ke pasar dengan menaiki seekor Keledai. Ketika itu
Luqman naik di punggung Keledai sementara anaknya megikuti di belakangnya
dengan berjalan kaki. Melihat tingkah laku Luqman itu, ada orang yang berkata,
“Lihat itu orang tua yang tidak merasa kasihan kepada anaknya, dia enak-enak naik
keledai sementara anaknya disuruh berjalan kaki.” Setelah mendengarkan gunjingan
orang orang, maka Luqman pun turun dari keledainya itu lalu anaknya diletakkan di
atas keledai tersebut. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula,
“Hai, kalian lihat Situ ada anak yang kurang ajar. Orang tuanya disuruh berjalan kaki,
sedangkan dia enak-enaknya menaiki keledai.”
Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas punggung keledai
itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang-orang juga ribut menggunjing,
“Hai teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki seekor keledai. Kelihatannya
keledai itu sangat tersiksa, kasihan ya.” Oleh karena tidak suka mendengar gunjingan
orang-orang, maka Luqman dan anaknya turun dari keledai itu, kemudian terdengar
lagi suara orang berkata, “Hai, lihat itu. Ada dua orang berjalan kaki, sedangkan
keledai itu tidak dikenderai. Untuk apa mereka bawa keledai kalau akhirnya tidak
dinaiki juga.”
Ketika Luqman dan anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman al-Hakim
menasihati anaknya tentang sikap orang-orang dan keusilan mereka tadi.
Luqman berkata, “Sesungguhnya kita tidak bisa terlepas dari gunjingan orang lain.”
Anaknya bertanya, “Bagaimana cara kita menanggapinya, Ayah?”
Luqman meneruskan nasihatnya, “Orang yang berakal tidak akan mengambil
pertimbangan melainkan hanya kepada Allah Swt. Barang siapa mendapat petunjuk
kebenaran dari Allah, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam mengambil
keputusan.”
Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku,
carilah rizki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya orang fakir
itu akan tertimpa tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya,
lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya
(kepribadiannya). Lebih dari sekedar tiga perkara itu, orang-orang yang suka
merendah-rendahkan dan menyepelekannya.”
C. Esensi Pokok Pendidikan Lukman Al Hakim
a. Pendidikan Aqidah Tauhid
Pertama, Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk mengenal Allah. ia
tanamkan ke dalam diri anaknya untuk mengesakan Allah. Ia ajarkan Tauhid dan
iman yang kuat kepada anaknya. Ajaran pertama ini menjadikan anaknya sejak dini
mengenal siapa penciptanya, siapa yang telah memberikan beragam nikmat
kepadanya, dan siapa yang telah memuliakannya dalam kehidupan ini.
Luqman menyadari, tidak mungkin seorang anak akan bertumbuh kembang
dengan baik tanpa dibekali keimanan dan ketauhidan dalam jiwanya. Ia mengenalkan
kepada si anak bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah dengan sebenar-benarnya
kecuali Allah. Laa ilaha illa Allah. Kalimat Tauhid ini meniscayakan kepada setiap
yang beriman untuk senantiasa memuliakan dan mengagungkan Allah. Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat Laa ilaha illa Allah.”
Ada tiga tahapan dalam mengenalkan Allah kepada anak-anak kita saat mereka
sudah bisa kita ajak menjadi lawan bicara kita. Ini diisyaratkan dalam intisari surat al-
A`laq ayat 1-5:
1. Tahap pertama, mengenalkan anak kepada sifat Allah sebagai Maha Pencipta
(al-Khaaliq). Kita ajari anak-anak kita bahwa segala sesuatu yang ada dan di
mana saja kita menghadapkan wajah kita, semuanya adalah ciptaan Allah.
Kita tumbuhkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang ia lihat, ia rasakan,
iaperhatikan, ia amati, ia kagumi, adalah ciptaan Allah. Kesadaran inilah yang
menundukkan hatinya hanya kepada Allah al-Khaliq.
2. Kedua, kita ajari anak untuk mengenal Allah dengan mengajarkan sikap
syukur atas segala kenikmatan yang melekat pada dirinya. Kita rangsanag
anak-anak kita untuk menyadari bahwa setiap anggota tubuhnya adalah
amanat yang diciptakan dan diberikan oleh Allah. Di balik semua itu tentu ada
‘harga’ yang harus dibayar, yaitu mensyukuri nikmat Allah SWT. Caranya
adalah dengan menggunakan semua itu untuk mengabdi kepada Allah.
3. Ketiga, untuk mengenalkan Allah kepada anak adalah mengenalkan sifat al-
Karim (sifat pemurah) Allah. Dengan ini akan tumbuh kecintaan dan
pengharapan kepada Allah semata.
b. pendidikan akhlakul Karimah
berbuat baik kepada kedua orang tua. Bakti kepada orang tua itu berada satu garis
di bawah keimanan kepada Allah SWT. Artinya, setelah kita beriman kepada Allah,
maka tugas kita berikutnya adalah berbakti kepada ayah ibu kita. Maka kita ajarkan
kepada anak-anak kita cara berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Kita ajarkan
bagaimana cara bergaul dengan orang tua. Kita ajarkan cara berbuat baik kepada
mereka, baik di saat mereka masih hidup atau telah meninggal dunia.
Tentu berbakti kepada orang tua punya batasan tertentu. Jika sikap bakti itu
dilakukan dengan melanggar prinsip Tauhid, maka tauhid harus dimenangkan dari
menuruti keinginan orang tua. Kita tidak boleh melakukan ketaatan kepada seorang
makhluk pun jika sampai melanggar perintah Allah.
Dengan taat kepada orang tua, si anak akan meraih berkah dalam kehidupannya.
Ada sebuah ungkapan hikmah yang berbunyi “Jadikanlah orang tua raja maka
rezekimu seperti raja.” Jika anak-anak memuliakan orang tuanya kelak kehidupan
mereka berlimpah dengan kebaikan. Mengapa? Karena Allah ridha kepada siapa saja
yang membuat ridha orang tuanya.
c. pendidikan Disiplin dan Taat terhadap Hukum
Luqman mengajarkan kepada anaknya adalah menanamkan sikap tanggung-jawab
atas perbuatan yang dilakukan di dunia ini. Setiap perbuatan ada konsekuensinya.
Ada anak yang sejak kecil dimanja hingga dewasa oleh orang tuanya. Akhirnya ia
takut mengambil suatu keputusan karena khawatir akan mengalami kegagalan. Ada
anak yang tidak diajarkan kepadanya sikap tanggung-jawab sehingga ketika ia
melakukan suatu perbuatan tercela, ia tak mau bertanggung-jawab, lari dari
kenyataan, atau merengek-rengek kepada orang tuanya. Orang tuanya dibuat susah
atas tindakan anaknya yang merugikan dirinya atau orang lain.
Sangat tepat jika cara Luqman ini ditiru oleh para orang tua. Kita tumbuhkan
kesadaran pada anak-anak kita bahwa segala perbuatan yang dikerjakannya akan ada
pertanggung-jawabannya, baik kepada sesama atau kepada Allah. Amal baik akan
dibalas kebaikan dan amal buruk akan dibalas keburukan. Sebagaimana kita
menanam begitulah kita memanen.

‫رهُ()ۥ‬
َ َ‫ي‬ َ َ‫فَ َمن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َخ ْيرًا يَ َرهُ() َو َمن يَ ْع َملْ ِم ْثق‬
‫ال َذ َّر ٍة َش ًّرا‬
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula.” (Qs. al-Zalzalah : 7-8).
Dengan begitu, anak-anak akan berhati-hati dalam bertindak dan berucap. Mereka
tidak akan mudah jatuh dalam suatu keburukan. Jika melakukan suatu kekhilafan, ia
akan segera menyadari lalu bertaubat kepada Allah dan memperbaiki keadaan agar
menjadi lebih baik.
Sikap tanggung-jawab membuat anak-anak cerdas dalam mengontrol dan
mengendalikan dirinya sendiri. Sikap bertanggung-jawab akan menjadikannya
memilki pengetahuan mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukannya. Ia akan
melakukan apa yang ia ketahui sebagai kebaikan dan kebenaran. Ia akan menunda
melakukan suatu perbuatan hingga ia mengerti apakah perbuatan itu baik atau buruk.
Tentu semua ini dengan menjadikan Allah dan Rasul sebagai tolak ukurnya.
D. Metode Luqman Dalam Mendidik Anak
Istilah metode secara sederhana sering diartikan cara yang cepat dan tepat. Dalam
bahasa Arab istilah metode dikenal dengan istilah thoriqah yang berarti langkah-
langkah strategis untuk melakukan suatu pekerjaan. Akan tetapi menurut Ahmad
Tafsir jika dipahami dari asal kata method (bahasa Inggris) ini mempunyai pengertian
lebih khusus, yakni cara yang cepat dan tepat dalam mengerjakan sesuatu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara/langkah untuk melakukan sesuatu
hal, dengan demikian maka metode yang dipakai Luqman al-Hakim dalam mendidik
anaknya diantaranya sebagai berikut
1. Metode Kisah
Menurut kamus Ibn Manzur (1200 H), kisah berasal dari kata qashsha-
yaqushshu-qishshatan, mengandung arti potongan berita yang diikuti dan pelacak
jejak. Menurut al-Razzi (1985:87) kisah merupakan penelusuran terhadap kejadian
masa lalu. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, kisah sebagai metode
pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, karena
dalam kisah-kisah terdapat keteladanan dan edukasi. Hal ini karena terdapat beberapa
alasan yang mendukungnya:
a.    Kisah senantiasa memikat karena mengundang pembaca atau pendengar
untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selanjutnya makna-makna
itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.
b.    Kisah dapat menyentuh hati manusia, karena kisah itu menampilkan tokoh
dalam konteksnya yang menyeluruh, sehingga pembaca atau pendengar dapat
menghayati dan merasakan isi kisah tersebut, seolah-olah dia sendiri yang menjadi
tokohnya.
c.    Kisah qurani mendidik keimanan dengan cara: membangkitkan berbagai
perasaan, seperti khauf, ridho dan cinta (hub), mengarahkan seluruh perasaan
sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah, melibatkan pembaca
atau pendengar kedalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.
Kisah qurani merupakan suatu cara dalam mendidik anak agar beriman kepada
Allah. Menurut An-Nahlawi (1996) dengan mengutip pendapat Syayid Qutb (tt: 117-
128) terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.    Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah. Mewujudkan rasa mantap
dalam menerima al-Quran dan keutusan Rasul. Kisah-kisah tersebut menjadi salah
satu bukti kebenaran wahyu dan kebenaran Rasul-Nya.
2.    Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, al-din itu datangnya dari Allah
3.    Menjelaskan bahwa Allah menolong dan mencintai Rasul-Nya. Menjelaskan
bahwa kaum mukminin adalah umat yang satu dan Allah adalah Rabb nya
4.    Kisah-kisah itu bertujuan menguatkan keimanan kepada kaum Muslimin,
menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang menimpa mereka
5.    Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin adalah syaitan; menunjukkan
permusuhan abadi itu lewat kisah akan tampak lebih hidup dan jelas.
2. Metode Nasihat
Metode nasihat merupakan metide yang yang dilakukan oleh para Nabi kepada
kaumnya, seperti Nabi Saleh yang menasehati kaumnya agar menyembah Allah, dan
Nabi Ibrahim yang menasehati ayahnya agar menyembah Allah dan tidak lagi
membuat patung. Begitu pula al-Quran mengisahkan Luqman yang memberi nasihat
kepada anaknya agar menyembah Allah dan berbakti kepada kedua orang tua serta
melakukan sifat-sifat yang terpuji, seperti yang terdapat dalam QS. Luqman ayat 13  
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar"  (QS. Luqman;13)
Selain dari kisah Nabi dan Luqman di atas, al-Quran sendiri mengandung ayat-
ayat yang mengandung nasihat, seperti nasihat agar tidak mempersekutukan Allah
dan berbuat baik kepada manusia. Dalam al-Quran juga terdapat nasihat yang
berulang-ulang. Hal ini menunjukkan bahwa masalah yang dinasihati itu penting
sesuai dengan konteksnya.
Abuddin Nata (1997) menegaskan bahwa Al-Quran secara eksplisit
menggunakan nasihat sebagai salah satu cara untuk menyampaikan suatu ajaran. Al-
Quran berbicara tentang penasihat, yang dinasihati, objek nasihat, situasi nasihat, dan
latar belakang nasihat. Karenanya sebagai suatu metode pengajaran, nasihat dapat
diakui kebenarannya untuk diterapkan sebagai upaya mencapai suatu tujuan.
Abuddin Nata juga mengatakan, bahwa nasihat ini cocok untuk anak usia remaja,
karena dengan kalimat-kalimat yang baik, dapat menentukan hati untuk
mengarahkannya kepada ide yang dikehendaki. Selanjutnya beliau mengatakan
bahwa metode nasihat itu sasarannya adalah untuk menimbulkan kesadaran pada
orang yang dinasihati agar mau insaf melaksanakan ajaran yang digariskan  atau
diperintahkan kepadanya
3.    Metode Targhib dan Tarhib
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai
dengan bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib dan
Tarhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah, akan tetapi keduanya memiliki
titik tekan yang berbeda. Targhib agar melakukan kebaikan yang diperintahkan oleh
Allah, sedangkan tarhib agar menjauhi perbuatan jelek yang dilarang oleh Allah swt.
Metode ini didasarkan atas fitrah manusia, yaitu sifat keinginan kepada
kesenangan, keselamatan, dan tidak menginginkan kesedihan dan kesengsaraan.
Dalam hal ini dapat dilihat dari QS. Luqman ayat 16, yaitu ketika Luqman
memberikan pengajaran kepada anaknya   
"Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui”. (QS. Luqman: 16)
Dari ayat diatas anak dilatih untuk melakukan yang terbaik, agar mereka sadar
bahwa semua yang dilakukan sekecil apapun baik atau buruk, pasti akan dibalas oleh
Allah. Anak dilatih untuk tidak melanggar peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku lebih-lebih syari’at yang ditetapkan oleh Tuhan Allah.
4.    Metode Keteladanan
Dalam penanaman nilai-nilai ajaran Islam kepada anak, keteladanan yang
diberikan orang tua merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena
pendidikan dengan keteladanan bukan hanya memberikan pemahaman secara verbal,
bagaimana konsep tentang akhlak baik dan buruk, tetapi memberikan contoh secara
langsung kepada mereka. Didalam QS. Luqman ayat 18-19 Allah berfirman:  
18.dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Dari dua ayat diatas menerangkan untuk memiliki akhlak yang baik dan menjadi
teladan bagi orang lain, dengan tidak sombong dan congkak.
5.    Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan ini berintikan pengalaman,
karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan, dan inti kebiasaan ini
adalah pengulangan.
Rasulullah saw mengajarkan agar para orang tua “pendidik” mengajarkan shalat
kepada anak-anak dalam usia tujuh tahun, “suruhlah anak-anak kalian melaksanakan
shalat dalam usia tujuh tahun, dan pukulah mereka apabila meninggalkannya ketika
mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR. Abu
Dawud). Membiasakan anak-anak dalam melaksanakan terlebih dilakukan secara
berjamaah itu penting, karena dengan kebiasaan ini akan membangun karakter yang
melekat dalam diri mereka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Lukman: 17:   
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman: 17)
E. Pesan Dalam Surah Lukman dalam mendidik anak
1. Pesan Pertama, Tauhid
Dalam ayat ke-13 diceritakan bahwa yang pertama-tama diajarkan Luqman kepada
anaknya adalah mengenai tauhid. Ia berpesan, “Hai anakku, jangan sekali-kali
mempersekutukan Allah,” tidak cukup dengan memberikan pelarangan tetapi ia pun
memberi alasan dengan mengatakan, “(karena) sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kezaliman yang amat besar.”

)13 :‫ (لقمن‬.‫ي الَ تُ ْش ِر ْك بِاهلل إن ال ِشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬ َ َ‫َو ْإذ ق‬


َّ َ‫ال لُ ْقمنُ ال ْبنِ ِه َوهُ َو يَعظُهُ يبُن‬

“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"
Aqidah adalah perihal yang sangat penting yang pertama-tama ditanamkan
kepada anak. Kokohnya aqidah yang genggam oleh anak akan menimbulkan
pengaruh kepada aktivitas-aktivitas selanjutnya. Ia mungkin akan bersedih atas
kemalangan yang menimpanya tapi ia tidak akan meratap karena ia mengetahui
hikmah dari kemalangan tersebut.
Pernyataan “hai anakku”, menunjukkan bahwa pendidikan Lukman
menggunakan pendekatan cinta kasih. Ahmad Musthofa al Maroghie menyatakan:
“Dholim adalah: meletakkan sesuatu bukan peda tempatnya”. Kedholiman besar
ketika orang menyamakan antara Dzat yang tidak ada kenikmatan kecuali dari pada-
Nya, yakni Allah SWT. dengan makhluk yang tidak mampu memberi kenikmatan
kepada siapapun, yakni patung atau berhala”.
Aqidah (keimanan yang kuat) adalah kunci dari keberagamaan seseorang, dan itu
akan diperoleh melalui pendidikan dan latihan secara tekun dan terus menerus, baik
melalui pendidikan keluarga, atau pendidikan formal, misalnya di Madrasah, Sekolah,
pesantren, bisa juga melalui pengajian di majelis-majelis ta’lim.
2. Pesan kedua, Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Salah satu tujuan pernikahan: agar memperoleh anak keturunan yang baik, sebagai
tugas melestarikan kehidupan jenis manusia di muka bumi ini. Setelah keluarga
memiliki anak, maka Islam mengatur hak-hak anak terhadap orang tua dan hak-hak
orang tua terhadap anak. Berbicara tentang pendidikan anak, maka tekanannya adalah
bagaimana mendidik anak agar menyadari bahwa dia banyak berhutang budi kepada
kedua orang tua terutama ibu, ibu sebagai perantara dia lahir ke dunia, maka dia
wajib menghargai dan menghormati kedua orang tua sebagai manusia yang paling
berjasa terhadap dirinya sehingga dia lahir dan hidup di dunia ini. Anak dididik
memiliki sopan santun, etika, dan hormat kepada orang tua dan yang lebih tua dari
padanya. Allah sangat bijaksana dalam mengantar pendidikan ini, Allah sendiri
langsung yang memerintahkan, dengan firman-Nya dalam ayat 14 – 15 surat
Lukman:
“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”
Dari ayat ini ada beberapa pelajaran:
1. Anak wajib berbakti kepada kedua ibu bapaknya, dan haram hukumnya
melawan atau menentang kedua orang tua, kapan saja di mana saja, dalam
kondisi apa saja. Karena jasa-jasa keduanya yang tak mungkin terbalas oleh
anak manapun. Bahkan Allah secara tegas berfirman dalam surat al Israa: 23:

“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain


Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”

Banyak cerita tentang bencana yang akan diterima oleh orang yang tidak
berbakti kepada kedua orang tua (uquuqul walidain), kata orang Jawa
"kuwalat". Oleh karena itu wajib bagi anak berusaha untuk mendapat ridlo
orang tua agar Allah meridloinya, sebagaimana sabda Nabi saw: “Ridlo Allah
itu terletak pada keridloan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah itu terletak
pada kemurkaan kedua orang tua”.

2. Dilarang mengikuti perintah orang tua yang mengajak mempersekutukan


Allah dengan yang lain, atau berma’siyat kepada Allah, dan wajib bergaul
dengan baik walaupun agama kedua orang tua bukan orang Islam. Karena
anak telah memahami bahwa menyekutukan Allah dengan yang lain adalah
kedholiman yang besar.

Dalam satu riwayat bahwa ayat ini diturunkan meyangkut tentang Sa’od bin
Abi Waqosh, ia berkata: “Ketika saya masuk Islam, ibuku bersumpah, dia
tidak akan makan dan minum, pada hari pertama dia mogok makan saya
memanggilnya untuk makan, dia tidak mau dan dia bertahan, pada hari kedua
saya panggil untuk makan, dia menolak, pada hari ketiga, saya panggil lagi,
dia tetap menolak. Lalu saya berkata kepadanya: “Demi Allah seandainya ibu
memiliki seratus nyawa, maka seratus nyawa itu akan melayang sebelum saya
meninggalkan agamaku ini”. Ketika ibu tahu bahwa saya tidak akan
melakukan apa yang dikehendaki agar saya kembali musyrik, maka dia mau
makan”.

3. Dan setiap anak wajib menempuh jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang
menuju kepada Tuhan Allah, yakni jalan orang-orang sholeh yang rajin
beribadah kepada Allah, dengan kesadaran bahwa dia akan kembali kepada
Allah dan menerima balasan apa yang telah mereka perbuat di dunia. Inilah
pendidikan anak tentang syari’ah agama yang dianutnya.
3. Pesan Ketiga Mawas Diri
Dalam perjalan spiritual kita mungkin pernah mengalami masa-masa saat shalat
begitu khusyuk dalam keramaian dan begitu cepat seperti menyeruput kopi panas
dalam kesendirian. Atau merasa putus asa ketika perbuatan baik yang kita lakukan
tidak mendapatkan apresiasi. Alih-alih mendapatkan apresiasi, setitik kesalahan yang
pernah dilakukan justru diungkit terus menerus.
Pada nasehat ketiga, Luqman mengingatkan anaknya supaya menjalani kehidupan
dengan terus mawas diri karena sekecil apapun amal yang dilakukan, bersama-sama
atau pun sendiri, disembunyikan serapat-rapatnya, seseungguhnya Allah mengetahui
hal tersebut dan Dia akan datang dengan membawa balasannya.
ٌ ‫ت بها هللا إن هللا ل ِطي‬
‫ْف‬ ِ ‫األرض يَأ‬
ِ َ ‫يبُنَ ّي إنها إن تَك ِم ْثقا َل َحب ٍة من َخرْ د ٍل فت ُكن في‬
‫ص ْخرة أو في السموت أو في‬
)16 :‫ (لقمن‬.‫خَ بِيْر‬
“Hai anakku,” kata Luqman, “sesungguhnya jika ada perbuatan seberat biji sawi
dan disembunyikan di dalam batu, di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatanginya dengan membawa balasan yang setimpal.” Tak sedikitpun yang akan
luput dari pengetahuan-Nya karena “Sesungguhnya Allah mahahalus lagi Maha
Mengetahui.”
4. Pesan Keempat Aqidah dan Akhlak
Setelah berpesan mengenai dua hal mendasar di wilayah aqidah dan akhlak,
selanjutnya Luqman menyampaikan nasehat tentang wilayah syariah. Ia berpesan
kepada anaknya supaya menegakkan shalat (ayat ke-17).
:‫ (لقمن‬.‫زم اُأل ُمــــوْ ِر‬D
ْ D‫ك ِمن َع‬DD‫ابَك إن ذل‬DD‫ا أص‬DD‫بِر َعلَى َم‬D‫ْروف وا ْنهَ عن المنكر واص‬
ِ ‫يبُنَ ّي أقم الصلوة وأ ُمرْ بال َمع‬
)17
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)”
Nasehat ini menjadi petunjuk bagi kita bahwa agama-agama samawi telah
memerintahkan umat pemeluknya untuk menunaikan shalat. Yang membedakan
shalat antara syariat sebelum Rasulullah dengan syariat ajaran Rasulullah adalah tata
cara ibadahnya. Dan mengenai hal ini, kita bisa merujuk pada kitab-kitab taurat
Tidak hanya shalat Luqman pun mengajak supaya anaknya menyeru manusia
untuk melakukan kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang munkar. Ibnu katsir
menjelaskan bahwa memerintahkan perkara yang baik dan mencegah perkara yang
munkan menurut batas kemampuan dan jerih payahmu karena pastinya dalam amr bil
ma’ruf dan nahy án munkar akan mengalami rintangan dan gangguan dari orang lain.
Untuk menguatkan hati anaknya, Luqman menyampaikan supaya ia bersabar dalam
menjalankan perintah-perintah tersebut: shalat, amar ma’ruf, dan nahyu ánil munkar.
Ada pendapat lain bahwa Luqman memerintah anaknya supaya bersabar dalam
menghadapi berbagai kesulitan hidup di dunia (álä mä ashöbak, atas apa yang
menimpamu) dan jangan sampai ketidaksabaran menghadapi hal tersebut
menjerumuskanmu dalam perbuatan durhaka kepada Allah.
5. Pesan Kelima Hubungan Antar Manusia
Lalu sampailah nasehat Luqman kepada anaknya perihal hubungan antar manusia,
kesopanan dalam bersosialisasi. Ia mengatakan, “Dan kamu janganlah memalingkan
muka dari manusia (karena sombong) dan jangan pula berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (ayat ke-18)
‫يحبُّ ُك َّل ُم ْختَا ٍل فَ ُخوْ ر‬ ِ ْ‫َمش فِي األر‬
ِ ‫ض َم َر ًح إن هللا ال‬ ِ ‫ك للناس َوال ت‬ َ ُ‫وال ت‬.
َ ‫صعِّر خ َّد‬
(18 :‫)لقمن‬
Dengan hati-hati Luqman memerintahkan supaya anaknya tidak sombong dengan
cara memalingkan wajah. Memalingkan wajah adalah salah satu ekspresi
kesombongan dan masih banyak lagi cara orang mengekspresikan kesombongan.
Sho’ir khoddaka adalah kiasan. Makna aslinya adalah unta yang mengalami sakit
pada sendiri punuknya yang membuat wajahnya tidak bisa tegak dan memalingkan
muka.
Sumber kesombongan juga bermacam-macam. Ada kalanya bersumber dari
kebanggaan atas diri sendiri karena perbuatan baik; atau menganggap orang lain
remeh karena kesalahan atau dosa yang dilakukan.
Imam al-Qurthubi menafsiri ayat ini bahwa kita hendaknya berprilaku simpatik
dan menawan kepada lawan bicara kita. Menatap wajahnya, bukan memaling wajah
saat berbicara.
6. Pesan Keenam Pola Komunikasi
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan antar manusia adalah pola
komunikasi. Luqman menasehati anaknya supaya baik-baik berkomunikasi dengan
mereka. Setelah mewanti-wanti supaya menjaga sikap dari sifat tercela, kali ini
Luqman mengingatkan supaya anaknya senantiasa berhias diri dengan akhlak terpuji.
Hai anakku, sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuh-buruk suara ialah suara keledai (ayat ke-19).
Al-qoshdu, menurut imam Qurthubi, adalah cara jalan yang tidak terlalu cepat
tidak pula terlalu lambat. Mengenai hal ini Rasulullah bersabda:
‫سُرْ َعةُ ال َم ْشي تُ ْذ ِهــبُ بَهَا َء ال ُمْؤ ِم ِن‬
“Cara jalan yang cepat akan menghilangkan keanggunan orang mukmin.”
Tentu saja kecepatan dalam berjalan ini disesuai dengan adat dan tata krama di
lingkungan masing-masing. Bisa jadi kita hidup di lingkungan di mana orang berjalan
pelan dan bisa jadi di lingkungan yang lain justru berjalan berkali-kali lebih cepat.
Kita pun dapat merujuk kepada ayat lain untuk menjelaskan maksud ayat ini, yaitu:
‫َو ِعبَا ُد ال َرحْ من ال ِذ ْينَ يَ ْم ُشوْ نَ َعلَى األرْ ض هَوْ نًا‬
“Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) mereka
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati” (Q.S Furqon : 63)
Selain dengan cara jalan, adakalanya seseorang menunjukkan kesombongannya
melalui suaranya yang meninggi dan juga bahasa yang mengungguli lawan bicaranya.
Allah menyindir orang-orang yang meninggikan suaranya seperti suara keledai.
Mengapa perumpamaan yang dipilih adalah keledai? Di lingkungan Arab berlaku
ejekan sangat keras, salah satunya adalah menyamakan seseorang dengan keledai.
Bagi kita, masyarakat Indonesia, mempersamakan dengan keledai mungkin tidak
begitu keras karena secara adat dan budaya memang berbeda
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode Lukman dalam mendidik anak
1. Metode kisah
2. Metode Nasihat
3. Metode Targhib dan Tarhib
4. Metode keteladan
5. Metode Pembiasaan
Esesnsi pokok pendidikan lukman
1. Pendidikan aqidah tauhid
2. Pendidikan Berbakti kepada Orang tua
3. Pendidikan Disiplin dan Taat terhadap hukum
Ada lima hal penting yang disampaikan luqman kepada anaknya, yaitu:
1. Larangan mempersekutukan Allah SWT
2. Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua
3. Menanamkan cinta akan amal sholih.
4. Mengenalkan pada anak untuk menjalankan kewajiban kepada Allah SWT.
5. Perintah untuk bersikap tawadlu’ dan larangan untuk menyombongkan diri.
Terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan oleh orang tua dalam mendidik
anaknya, diantaranya metode kisah, nasihat, targhib dan tarhib, keteladanan dan
pembiasaan. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah luqman tersebut, terutama
soal keteladanan bapak dalam mendidik anak. Luqman menanamkan tauhid dan
keimanan kepada Allah SWT. Luqman mengajarkan bagaimana cara berhubungan
yang baik kepada keluarga dan  masyarakat, yang di sini luqman langsung
memberikan keteladanan terhadap anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid Hakim, “As Sulam”, Juz II, As Sa’diyah Putra, Jakarta
Abil Husain Muslim bin al Hajjaj al Qusyairie an Naisaburie, “Shohih Muslim”, Juz:
I, Darul Fikri, Beirut, Libanon
Abu Abdillah Muhamad bin Ahmad al Anshorie al Qurthubie, 1994.  “Al Jami’u li
ahkaami al Qur’aani” (Tafisr al Qurthubie), jilid VII, Bagian ke XIV, Darul Fikri,
Beirut, Libanon
Abu faruq al –atsari,2009. “Bagaimana Mendidik Anak?”, Solo: al-Qowam group
Abu Thohir bin Abbas, 1995. “Tafsir Ibnu Abbas”, Darul Fikri, Beirut, Libanon,
Ahmad Musthofa al Maroghie, “Tafsir al Maroghie”, jilid 7, Juz: 21, Darul Fikri,
Beirut, Libanon
Copmac Disc (CD) “Mausu’ah al Hadits as Syarif al Kutubut Tasi’ah”, Sunan Abu
dawud, hadits no. 4441
http://kembaradua.com
Mahmud dkk. 2013. “Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga”. Jakarta: Akademia
Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syarof an Nawawie, “Riyadlus Sholihin” min
kalami Sayyidil Mursalin, Salim Nabhan wa aulaadih, Surabaya
Rahmanblogspot.com
Syarbini, Amirullah dan Heri Gunawan. 2014. “Mencetak Anak Hebat”. Jakarta: PT
Alex Media.
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI NO. 20
Thn. 2003), Jakarta: Sinar Grafika, Jakarta
Yunahar ilyas, 2009. “kuliah akhlaq”, Yogyakarta: LPPI UMY

Cayaray, Sarliaji.2014.Model layanan perpustakaan sekolah luar biasa, Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia

https://dingkelik.net/2017/10/belajar-dari-luqman-al-hakim-dalam-mendidik-anak/

http://elihrohayati.blogspot.com/2016/04/metode-luqman-dalam-mendidik-anak.html

http://harian-hikmah.blogspot.com/2015/06/kisah-luqman-al-hakim-dan-keledai.html
http://inpasonline.com/beginilah-cara-luqman-mendidik-anaknya/

Anda mungkin juga menyukai