Disusun oleh :
Kelompok 3
NAHDATUL ULUM 2303806131001
SITI FATIMA SALSABILA 2303806131002
M SADID SOBRI HIDAYAH 2303806131003
RINDI NUR HIDAYAH 2303806131004
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan ilmu yang belimpah, agar manusia
berilmu dan dapat mengamalkannya. Atas segala rahmat , hidayah, dan inayahnya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akhlak seorang pelajar terhadap guru dan
pelajarannya menurut islam” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada baginda Rosulullah SAW yang syafaat Nya ditantikan seluruh umat di akhirat kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Adab Ilmu yang diampu oleh
Ibu Miftakhul Jannah ,S.Pd . M . E untuk itu, Penulis menyampaikan terimakasih pada beliau
yang telah memberikan bimbingannya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dan semoga ilmu yang diberikan barokah dan manfaat.
Dengan demikian, penulis mengetahui bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk makalah yang lebih
baik kedepannya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR IS ............................................................................................................................ ii
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Akhlak merupakan sebuah system yang mengatur Tindakan dan pola sikap manusia
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama islam , system nilai tersebut
merupakan sumber ijtihad sebagai salah satu metode brpikir secara Islami . Akhlak memicu
terjadinya Tindakan dan hubungan antara Allah , sesama manusia dan alam semesta . Menurut
Imam al ghozali akhlak merupakan salah satu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya pertimbangan
pemikiran lagi .
Metode dalam Ta’lim bukan hanya dinamakan dalam aktivitas ceramah, diskusi, resitasi
dan semacamnya yang lebih mengedepankan pencapaian “kecerdasan intelektual”
sebagaimana sering dipahami di zaman ini. Metode dimaknakan lebih jauh, yaitu pada cara
pencapaian “kecerdasan emosional yang religius”, sehingga dapat memangun watak perspektif
ini, maka akhlak baik yang dimiliki oleh subyek didik termasuk bagian dari wacana metode.
Etika Murid terhadap Guru dalam kitab Ta’lim Muta’allim Dijelaskan dalam kitab Ta’lim
Muta’allim bagi setiap pelajar sebaiknya mempunyai etika terhadap gurunya. Karena begitu
tinggi penghargaan itu sehingga menerapkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan
Nabi. Agar siswa bisa memuliakan gurunya. (Az Zarnuji: 91). Maka sebaiknya seorang murid
diperlukan internalisasi sikap wara’ dalam beretika terhadap guru, sikap ini akan menjadikan
ilmu yang didapat mempunyai berdaya guna lebih banyak. Di antara sikap Wara’ adalah:
Sesuai dengan itu pula Al ‘Abdari pun menasehatkan para seorang murid agar jangan
mengganggu guru dengan banyak pertanyaan bila ternyata bahwa ia tidak suka dengan
demikian. Jangan berlari dibelakangnya jika di jalanan. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim telah
dijelaskan bahwa seorang murid itu harus patuh kepada guru, dan dalam hal ini Az Azarnuji
berkata, sebagian dari kewajiban para murid ialah jangan berjalan di depan guru, jagan duduk
di tempat guru, dan jangan berbicara kecuali sesudah meminta ijin dari guru. (Fahmi, t.th: 174-
175)
Menurut KH.M Hasyim Asy’ari, ada empat materi ilmu yang terlebih dahulu harus
dipelajari murid. Pertama, ilmu tentang zat Allah, dalam disiplin ilmu ini murid cukup
meyakini bahwa Allah adalah zat yang wujud, dahulu, kekal, dibersihkan dari sifat-sifat kurang
dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Kedua, ilmu tentang sifat-sifat Allah. Materi yang harus
diketahui murid tentang sifat-sifat adalah bahwa Allah memiliki sifat kuasa, berkehendak,
mengetahui, hidup, mendengar, melihat dan berbicara. Seluruh sifat-sifat wajib Allah, sifat
mustahil dan sifat jaiz cukup diketahui oleh seorang murid dalam proses permulaan belajarnya.
Lebih utama lagi jika disertai pengetahuan tentang dalil-dalil sifat tersebut. Mendahulukan
pengetahuan tentang zat Allah dan sifat-sifat-Nya juga senada dengan apa yang ditegaskan
Syekh Ibnu Ruslan. Dalam nazham monumentalnya Shafwatuz Zubad, ia menegaskan bahwa
kewajiban pertama bagi orang mukalaf adalah mengenali Allah dan sifat-sifat-Nya dengan
yakin.
Syekh Ibnu Ruslan berkata: أول واجب على اإلنسان * معرفة اإلله باستيقان
Artinya, “Kewajiban pertama bagi atas manusia adalah mengenali Allah dengan yakin,”
(Lihat Syekh Ibnu Ruslan, Nazham Shafwatuz Zubad).
والمراد بها معرفة وجوده تعالى وما يجب له من إثبات أمور ونفي أمور
Artinya, “Yang dikehendaki adalah mengetahui wujudnya Allah dan yang wajib untuk Allah,
berupa menetapkan beberapa sifat dan mentiadakan beberapa sifat,” (Lihat Syekh Muhmmad
bin Ahmad Ar-Ramli, Ghayatul Bayan, halaman 8).
Ketiga, ilmu fiqih. Cukup bagi pelajar untuk mengetahui dasar-dasar fiqih yang berkaitan
dengan keabsahan ibadahnya sehari-sehari, meliputi shalat, wudhu, mandi janabat,
menghilangkan najis, puasa, dan lain sebagainya. Bila memiliki harta, maka ia wajib
mengetahui ilmu tentang bagaimana membelanjakan harta dengan benar, bertransaksi yang sah
secara syariat. Tidak diperkenankan melakukan aktivitas apa pun sampai ia mengetahui hukum
Allah di dalamnya.
Pendapat KH. M Hasyim Asy’ari mengenai urgensi fiqih ini senada dengan apa yang
ditegaskan oleh Syekh Ibnu Ruslan dalam Nazham Az-Zubad sebagai berikut:
Artinya, “Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amal-amalnya tertolak, tidak
diterima,” (Lihat Syekh Ibnu Ruslan, Nazham Shafwatuz Zubad).\
Keempat, ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang berkaitan tentang menata hati, bujuk rayu nafsu dan
yang sejenis dengannya. Ilmu ini penting untuk diketahui sebagai bekal dasar pengetahuannya
agar tidak menjadi pribadi yang sombong, angkuh, pendengki dan sifat-sifat tercela lainnya.
Al-Imam Al-Ghazali menyebutkannya secara gamblang dalam Kitab Bidayatul Hidayah,
demikian pula Al-Habib Abdullah bin Thahir dalam Kitab Sullam At-Taufiq. Hadhratussyekh
merekomendasikan dua kitab tersebut untuk dipelajari oleh seorang pelajar.
Setelah mempelajari ilmu fardhu ‘ain, yang hendaknya dilakukan adalah menggeluti Al-
Quran. Hendaknya bersungguh-sungguh memahami tafsir-tafsirnya dan ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan Kalamullah, sungguh Al-Quran adalah dasar dari segala ilmu. KHM Hasyim
Asy’ari juga menganjurkan para pelajar untuk menghafalkan kitab yang menjelaskan dasar-
dasar fan ilmu yang menjadi penunjang dalam memahami kitabullah, meliputi ilmu mushtalah
hadits, ushul fiqih, ushul akidah, nahwu, dan sharaf. Kesibukan murid untuk mempelajari dan
menghafalkan hendaknya tidak menghambatnya untuk tetap bertadarus membaca Al-Quran
setiap hari. Hendaknya membaca Al-Quran menjadi salah satu wiridannya. Jangan sekali-kali
lupa Al-Quran setelah menghafalnya karena sungguh banyak beberapa hadits yang mengecam
pelakunya. Dasar-dasar ilmu dan penjelasannya harus digurukan atau ditashih di hadapan para
masyayikh. Jangan hanya mengandalkan membaca secara otodidak tanpa digurukan.
Hendaknya memilih guru yang berkompeten di setiap fan ilmu. Dalam proses menghafal dan
memahami, hendaknya jangan terlalu memforsir diri, harus disesusaikan dengan batas
kemampuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sesuai dengan itu pula Al ‘Abdari pun menasehatkan para seorang murid agar jangan
mengganggu guru dengan banyak pertanyaan bila ternyata bahwa ia tidak suka dengan
demikian. Jangan berlari dibelakangnya jika di jalanan. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim telah
dijelaskan bahwa seorang murid itu harus patuh kepada guru, dan dalam hal ini Az Azarnuji
berkata, sebagian dari kewajiban para murid ialah jangan berjalan di depan guru, jagan duduk
di tempat guru, dan jangan berbicara kecuali sesudah meminta ijin dari guru. Etika Murid
terhadap Guru dalam kitab Ta’lim Muta’allim Dijelaskan dalam kitab Ta’lim Muta’allim bagi
setiap pelajar sebaiknya mempunyai etika terhadap gurunya. Karena begitu tinggi penghargaan
itu sehingga menerapkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi.
Daftar Pustaka
Bathsul Masail Khutbah Sirah Adab Pelajar Terhadap Pelajarannya Menurut KH.M Hasyim
Asy'ari ,2019