Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA GURU MENURUT KH. HASYIM ASY’ARI DALAM KITAB


ADABUL ALIM WAL MTA’ALIM

Mata Kuliah : Psikologi Agama


Dosen Pengampu : Amirudin, S.Pd.I., M.Pd.

KELOMPOK 1

1. Iwa n Efendi
2. M. Sukri Pulungan 192410261
3. Adi
4. Taufik Habib
5. M. Ridho

UNIVERSITAS ISLAM RIAU (UIR)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahi Robbil‘alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan
makalah yang berjudul “ETIKA GURU MENURUT KH. HASYIM ASY’ARI DALAM
KITAB ADABUL ALIM WAL MTA’ALIM” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam kami hanturkan kepada baginda nabi Muhammad SAW semoga kita semua mendapat
syafa’at beliau di akhirat kelak. Aamiin ya robbal ‘alamin.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu mata kuliah psikologi agama yaitu bapak Amirudin, S.Pd., M.Pd.I. yang telah
memberikan tugas ini kepada kami serta mengarahkan kami dalam pembuatan makalah. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekelompok yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami sadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Pekanbaru, 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
2.1 Etika Guru Kepada Peserta Didik.................................................................................................3
2.2 Etika Guru kepada diri sendiri......................................................................................................4
2.3 Etika Guru kepada orang lain.......................................................................................................6
2.4 Etika Guru kepada Rasulullah SAW..............................................................................................7
2.5 Etika Guru kepada Allah SWT.......................................................................................................8
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama, dimana psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, sedangkan agama menurut Harun Nasution adalah :

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
2. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
3.  Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal sari sesuatu kekuatan gaib.
4. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan persaan takut
terhadap kekuasaan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
5. Ajaran- ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

cara harfiah psikologi umumnya dimengerti sebagai “ilmu jiwa”. Pengertian ini berdasarkan
pada penerjemahan kata yunani: psyche dan logos. Psyche berarti “jiwa” dan logos berarti
“ilmu” . dengan demikian, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan.

Selain itu psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang aktif
yang ada pada individu yang mewujudkan atau memanifestasi melaui tingkah laku, tingkah laku
melalui gerakan-gerakan yang disadari dan bertujuan untuk dialamai oleh orang dewasa, normal,
berdab dan berkebudayaan.

Jadi psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah
kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama. Dengan demikian, psikologi
agama mencakup dua bidang kajian yang sama sekali berlainan, sehingga ia berbeda dari
cabang-cabang psikologi lainnya

K.H. Hasyim Asy‟ari adalah salah satu dari beberapa ulama yang turut andil memberikan
pemikirannya untuk mengarahkan pelajar dalam aktifitas belajar agar segera tercapai sebuah
tujuan pendidikan Islam, yang diharapkan dapat melahirkan generasi muda islam yang
berkompeten dalam bidang keilmuan dan keahlian ketrampilan yang berlandaskan nilai-nilai
Islam. Pemikiran beliau ini dapat diketahui dan digali dari karyanya yaitu kitab Adabul „Alim
wal Muta‟allim.

Kiai Hasyim Asy’ari berbicara dalam berbagai topic seperti Kitab Adab Al-‘Alim wal
Muta’allim (etika orang berilmu dan pencari ilmu) merupakan salah satu dari kitab Kiai Hasyim
Asy’ari yang terdapat dalam Irsyadus Syari.

1
Kitab yang termaktub di dalam Adabul „Alim Wal Muta‟alim dengan judul lengkap Adabul
Alim Wal Muta‟allim Fii Ma Yahtaju Ilaihi Fii Ahwal Ta‟limih wama Yatawaqqof „alaiih All-
Muallim fii maqot Ta‟lim merupakan satu dari sekian banyak kitab karya KH. Hasyim Asy‟ari
yang terdapat dalam kitab Irsyadus Syarii, yang 6 mana kitab tersebut membahas tentang akhlak
atau karakter yang ditujukan kepada pelajar dan pendidik yang meliputi ilmu pengetahuan,
perlakuan terhadap ilmu, antara adab dengan ilmu, dan juga kedudukan ilmu dan orang-orang
yang mempunyai ilmu. Menurut Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy‟ari, dalam menimba ilmu hal
yang paling esensial adalah pendekatan kepada Tuhan yang mempunyai Ilmu, bukan
mengandalkan kecerdasan dan teori yang dimiliki oleh manusia, maka hal tersebut dinamakan
“Adab”. Adab atau etika merupakan pokok utama yang diajarkan beliau dalam mencari ilmu
daripada mengedepankan bagaimana cara belajar menggunakan metode praktis. Menimba ilmu
adalah salah satu perintah Allah SWT sebagaimana firmannya Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang berilmu, menuntut ilmu juga bagian dari aktifitas yang sangat mulia. Oleh
karena itu, dalam menuntut ilmu juga harus memperhatikan adab atau etika yang luhur. Seperti
halnya yang telah dipaparkan oleh beliau dalam kitabnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Etika Guru kepada perta didik
2. Etika Guru kepada diri sendiri
3. Etika Guru kepada orang lain
4. Etika Guru kepada Rasulullah SAW
5. Etika Guru kepada Allah SWT

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Etika Guru kepada perta didik
2. Untuk mengetahui Etika Guru kepada diri sendiri
3. Untuk mengetahui Etika Guru kepada orang lain
4. Untuk mengetahui Etika Guru kepada Rasulullah SAW
5. Untuk mengetahui Etika Guru kepada Allah SWT

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika Guru Kepada Peserta Didik

a. Pengertian Etika

Etika berasal dari kata etik yang berarti aturan, tata susila, sikap atau akhlak. Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, etik merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak, sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral
(akhlak).

Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka seorang guru harus memiliki etika
terhadap anak didik, karena seorang guru memiliki tangung jawab yang besar, tanggung
jawab pendidik terjadi karena adanya sifat tergantung dari anak, akan membutuhkan bantuan
atau pertolongan dari pendidik. Maka etika terhadap anak didik sangat perlu agar antara
pendidik dengan anak didik tidak terjadi kesetimbangan.

b. Poin-poin Etika Guru Terhadap Peserta Didik


Adapun etika guru terhadap peserta didik mencakup empat belas etika yang harus
diperhatikan oleh guru didalam memperlakukan anak didiknya, dalam pandangan K.H.
Hasyim Asy'ari dilakukan dengan cara:
1. menyampaikan ilmu dengan niat semata-mata mencari ridlo Allah
2. selalu memberikan motivasi tentang keharusan ketulusan niat dalam belajar
3. mencintai anak didiknya sebagaimna mencintai anak kandungnya
4. menyampaikan pelajaran sesuai kemampuan anak didiknya
5. bersungguh-sungguh dalam menyampaikan ilmunya
6. mengevaluasi hasil belajar anak didik
7. memberikan nasehat baik terhadap anak didik terhadap semua kesulitan yang
dialami
8. tidak pilih kasih terhadap anak didik
9. memperhatikan kehadiran anak didik

3
10. menjaga keharmonisan dalam hubungan dengan anak didik
11. selalu memberi semangat tentang kepentingan belajar
12. memperhatikan alasan ketidak hadiran anak didiknya
13. bersikap tawadlu' terhadap anak didik
14. memberi apresiasi terhadap kelebihan atau keutamaan yang dimiliki anak
didiknya.

Adapun etika guru dalam pembelajaran, diarahkan oleh K.H. Hasyim Asy'ari untuk
diterapkan dengan sebelas etika, dengan rincian sebagai berikut: suci dari hadats
(berwudlu'), berdo'a dalam perjalanan kala mau mengajar, mengucap salam (serta menjaga
wibawa dihadapan anak didik), mengatur tempat duduk agar dapat terakomodir oleh semua
anak didik, didahului dnegan membaca al-qur'an terlebih dahulu sebelum pelajaran yang
lain, menyampaikan pelajaran secara bertahap (disertai penjelasan yang gambalang dan
baik), mengatur britme suara sesuai dnegan kebutuhan (disertai memberi kesempatan kepada
anak didik untuk bertanya), menjaga stabilitas suasaan kelas, menghindari perselisihan
dikelas, mengarahkan anak didik untuk tidak ngotot berpendapat, mengajar dengan hujjah
yang benar bilang tidak tahu, jika memang tidak tahu).

Dari keseluruhan etika ini, tampaknya K.H. Hasyim asy'ari ingin menjelaskan bahwa
guru yang baik adalah guru yang memiliki kredibilitas dan kapasitas sebagai seorang 'alim
dan mu'allim, memiliki kecakapan dan kewibawaan menyampaikan ilmu kepada peserta
didik, serta memiliki sikap profesional pada keseluruhan aspek yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran.

2.2 Etika Guru kepada diri sendiri


Guru sebagai penyandang profesi yang profesional harus memiliki empat kompetensi yaitu
kompetensi profesional, kepribadiaan, pedagogik dan sosial. Dengan memiliki kompetensi
tersebut seorang guru akan menjalankan tugas profesinya dengan baik, selanjutnya di dalam
kode etik guru di Indonesia juga di jelaskan bahwa seorang guru harusah berindak profesional
dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini relevan dengan pemikiran
KH. Hasyim Asy’ari yang lebih menekankan pada kepribadiaan guru yang berkarakter religius

4
dan menekannkan pada jalan kesufian meliputi sikap zuhud, wara’, sakinah, dan khusyuk kepada
Allah.

Untuk menjalankan tugas mendidik, membimbing, melatih dan mengarahkan peserta didik
seorang guru haruslah memiliki sikap yang baik dan luhur. Dengan memiliki sikap yang religius
dapat membentuk peserta didik yang berakhlak mulia. Selain itu nilai karakter Religius menjadi
salah satu solusi dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan, sesuai dengan konteks sekarang,
yaitu dengan adanya penekanan religious ethics ini.

menyangkut kompetensi profesional, KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan bahwa guru


pertama-tama dituntut memiliki kesiapan yang matang, baik secara mental maupun konseptual
menyangkut tugas-tugas yang disandangnya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Persiapan
mental guru dilakukan di antaranya dengan cara membangun niat dan tujuan yang luhur, yakni
demi mencari ridha Allah SWT, mengamalkan ilmu pengetahuan, menghidupkan ajaran Islam,
menjelaskan kebenaran dan kebatilan, serta demi meraih pahala dan berkah ilmu pengetahuan.
Hal ini sebagaimana dijelaskan KH. Hasyim Asy’ari di dalam penjelasannya tentang etika guru
dalam mengajar :

1. Selain itu, guru yang profesional dituntut memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi,
sehingga ia dapat memberikan pelayanan kepada peserta didiknya dengan baik. Hal ini
tercermin didalam penjelasan KH. Hasyim Asy’ari tentang pentingnya guru menjaga
kebersihan jasmaninya, hati dan jiwanya dari kotoran dan najis. Mengenakan pakaian
yang rapi, sopan dan harum, tidak mengajar dalam keadaan yang seperti mengantuk,
kesal, menahan lapar, dan sebagainya.
2. mengajar secara profesional sesuai dengan bidang keilmuannya. Pada analisis ini perlu
untuk diperhatikan bahwa seorang guru ataupun penyelenggara pendidikan,
membutuhkan pembelajaran dan pemahaman pada bidang. Oleh karena itu, seorang
guru harus dibekali pembekalan yang sesuai dengan tugasnya, dengan kata lain bidang
tugas guru adalah sesuai dengan keilmuan yang dimiliki.
3. keharusan guru untuk selalu mengembangkan keilmuannya, seperti menambah
wawasan, mengambil pelajaran yang belum dimengerti dari orang lain tanpa
memandang latar belakang orang tersebut, dan upaya untuk membuat karya ilmiyah
ataupun dalam bentuk karangan yang akan bermanfaat bagi generasi penerusnya. Guru

5
dianjurkan untuk menambah wawasan dan pengetahuannya secara langsung, dengan
menimba ilmu lebih banyak serta meningkatkan sikap dan pribadinya sebagi pendidik
diharapkan kode etik guru agar lebih ditaati dan dilaksanakan. Oleh karena itu, pada
kompetensi ini seorang guru haruslah orang yang cakap dan berkompeten. Selalu
mengembangkan keilmuannya merupakan tawaran yang sesuai dengan konteks ideal
seorang guru pada masa sekarang ini, dimana seorang guru dituntut memiliki kecakapan
meliputi kecakapan ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor.

2.3 Etika Guru kepada orang lain


Etika guru terhadap orang lain dengan mempergauli orang lain dengan akhlak-akhlak terpuji
seperti bersikap ramah, menebar salam, berbagi makanan, menahan amarah, tidak suka
menyakiti, tidakberat hati dalam memberikan penghargaan dan tidak terlalu berharap untuk
dihargai, pandai bersyukur, selalu berusaha memberikan pertolongan kepada mereka yang
membutuhkan, bersikap lembut kepada orang fakir, mencintai tetangga dan para kerabat, serta
memberikan kasih sayang kepada mereka yangsedang menimba ilmu pengetahuan.

Dibawah ini merupakan etika guru yang harus dimiliki oleh guru dalam mengajar menurut
KH. Hasyim Asy‟ari, yaitu:

1. Peka terhadap ketertiban dan kedisiplinan pembelajaran di kelas. Hendaknya guru duduk
di tempat yang terlihat oleh seluruh yang hadir. Hendaknya menghormati orang-orang
yang mulia di antara mereka, baik dari segi ilmu, usia, kebaikan maupun kemuliaan
dengan cara menempatkan mereka di barisan paling depan atau menyuruh mereka
sebagai imam shalat. Apabila guru hendak menyampaikan pelajaran lebih dari satu materi
pembahasan, sebaiknya ia memulainya dengan materimateri yang lebih pentingmulia dan
penting. Guru seharusnya mampu mengatur volume suara sehingga tidak terlampau keras
atau terlalu lirih sehingga tidak dapat didengar dengan jelas oleh para hadirin. Jangan
terlalu cepat dalam menyampaikan tetapi sebaiknya ia menyampaikan dengan pelan-
pelan sehingga penjelasannya akan dapat disimak dan dipikirkan baik-baik oleh orang

6
yang mendengarnya. Kemudian apabila selesai menjelaskan hendaknya memberikan
waktu kepada para murid untuk memikirkan kembali atau menanyakan hal yang belum
jelas. Apabila di dalam majelis pengajaran ikut pula hadir orang yang bukan dari
golongan mereka, hendaknya seorang guru memperlakukannya dengan baik dan berusaha
membuatnya nyaman berada di majelis tersebut. Ketika sedang menjelaskan suatu
persoalan tiba-tiba datang siswa yang terlambat karena suatu alasan, hedaknya ia berhenti
sejenak sehingga siswa tersebut duduk di tempatnya, atau jika perlu guru mengulangi lagi
penjelasannya.
2. Menyukai ukhuwah (persaudaraan). Guru sebaiknya mengingatkan para hadirin akan
pentingnya menjaga kebersamaan dan persaudaraan. Karena sesungguhnya tidak pantas
ahli ilmu tidak mempedulikan satu sama lain sehingga menimbulkan sikap saling
membenci dan bermusuhan.
3. Tegas Guru memberikan peringatan tegas terhadap siswa yang melakukan halhal di luar
batas etika yang semestinya dijaga di saat mereka berada di dalam majelis. Misalnya
mengabaikan peringatan dan petunjuk, melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat,
bersikap tidak baik terhadap siswa lain, tidak menghagai orang yang lebih tua, tidur,
mengobrol dan bercanda. Guru harus menjaga majelis dari kegaduhan, kebisingan, dan
segala sesuatu yang dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar. Gangguandi
dalam majelis bisa berakibat hilangnya esensi pengajara.
4. Jujur Apabila guru ditanya tentang suatu persoalan yang tidak ia ketahui, hendaknya ia
mengakui ketidaktahuannya itu. Karena hal yang demikian itu termasuk sebagian dari
ilmu pengetahuan.

2.4 Etika Guru kepada Rasulullah SAW


Nabi Muhammad SAW. adalah sesosok guru yang telah memenuhi semua sifat dan syarat
seorang guru yang telah ditetapkan oleh para ahli pendidikan. An-Nahlawi misalnya,
menetapkan sepuluh sifat dan syarat bagi seorang guru yaitu :

1. harus memiliki sifat rabbani, artinya seorang guru harus mengaitkan dirinya kepada
Tuhan melalui ketaatan pada syariatnya.

7
2. harus menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan keikhlasan, artinya aktivitas
pendidikan tidak hanya utntuk sekedar menambah wawasan melainkan lebih dari itu
harus ditujukan untuk meraih keridaan Allah SWT. serta mewujudkan kebenaran.
3. harus mengajarkan ilmunya dengan sabar.
4. harus memilki kejujuran, artinya yang diajarkan harus sesuai dengan yang dilakukan.
5. harus berpengetahuan luas dibidangnya.
6. harus cerdik dan trampil dalam menciptakan mertode pengajaran yang sesuai dengan
materi.
7. harus mampu bersikap tegas dan meletakan sesuatu sesuai dengan proporsinya.
8. harus memahami anak didik baik karakter maupun kemampuannya.
9. harus peka terhadap fenomena kehidupan.
10. harus bersikap adil terhadap seluruh anak didik.

2.5 Etika Guru kepada Allah SWT


seorang guru haruslah memiliki rasa takut kepada Allah dalam pengabdian diri dan
pengembanan tugasnya untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa ini. Sehinga guru memiliki
kepribadian yang tidak akan menyalahgunakan kedudukannya sebagai pendidik dan senantiasa
patuh dengan ketentuan dan hukum Allah SWT.

Oleh karena itu seorang guru senantiasa takut kepada Allah subhanahu wata‟ala dalam
setiap gerakan, diam, ucapan, dan perbuatan.69 Selalu takut dengan Allah pada setiap gerakan
dan diamnya, serta perkataan dan perbuatannya. Karena sesungguhnya Allah mengamanahkan
ilmu, hikmah dan rasa takut kepada seorang guru. Ilmu, hikmah dan rasa takut akan hilang jika
guru mempunyai sifat khiyanat.

Dibawah ini merupakan etika guru yang harus dimiliki oleh guru dalam mengajar menurut
KH. Hasyim Asy‟ari, yaitu:

1. Bersih, suci dan rapi sebelum bermajelis Sebelum mendatangi majelis pembelajaran
seorang guru hendaknya terlebih dahulu mensucikan diri dari segala hadas dan
kotoran, memakai wewangian, mengenakan pakaian yang baik menurut pandangan
masyarakat di lingkungannya.

8
2. Tertib, disiplin, ingat Allah baik sebelum, ketika dan sesudah bermajelis. Ketika
keluar dari rumah seyogyanya guru selalu berdzikir dan berdoa kepada Allah. Apabila
ia telah sampai di majelis pembelajaran, hendaknya mengucapkan salam kepada
seluruh yang hadir. Setelah itu hendaknya ia duduk dengan tenang, sopan, khusyu‟,
serta rendah hati. Apabila memungkinkan sebaiknya ia duduk dengan menghadap ke
arah kiblat. Saat berada di dalam majelis hendaknya ia mengindari terlalu banyak
bersendau gurau, karena hal tersebut akan mengurangi wibawa dan kehormatan
sebagai seorang guru. Selain itu, hendaknya ia tidak memberikan pengajaran saat ia
dalam keadaan lapar, haus, gelisah, kesal, mengantuk, atau ketika kondisi tubuh
sedang tidak sehat.Guru sebaiknya memulai dalam pembelajaran dengan ayat al-
Quran untuk mendapatkan berkah dan kebaikan. Setelah itu, ia berdoa untuk dirinya
sendiri dan seluruh kaum muslim, juga orang yang telah mewakafkan sebagian
hartanya untuk tempat ia mengajar. Selesai berdoa, hendaknya ia membaca ta‟awuz,
basmalah, hamdalah, membaca shalawat untuk Nabi, keluarga Nabi dan sahabat Nabi,
dan meminta ridla dari para imam umat islam di dalam doanya.

3. Mengajar secara profesional sesuai bidangnya. Guru tidak boleh mengajarkan sesuatu
pelajaran jika bukan keahliannya. Guru juga tidak boleh menyebutkan ilmu yang
tidak ia ketahui, karena yang demikian itu termasuk bermain-main dengan agama dan
merendahkan manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Alex Sobur. Psikologi umum ( Bandung : PT.Pustaka Setia,2003) hal. 32

Masganti sit.  Psikologi Agama ( Medan : PT. Perdana Publishing, 2011) hal.1

Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan.( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hal.7

Asya‟ri, Hasyim. Adabul „Alim Wal-Muta‟allim. Surabaya: Pustaka Tebuireng.2017

Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar, Terjemah: Adabul „Alim Wal-Muta‟allim,
Surabaya: Pustaka Tebuireng. 2017

Hasyim Asy‟ari, Adabul al-„Alim wa al-muta‟allim,(Jombang: Tebuireng,c1238 H). hlm, 55

Hidayat, Rahmat. ilmu Pendidikan islam “menuntunarah Pendidikan Islam Indonesia”. Medan:
LPPPI,2016.

10

Anda mungkin juga menyukai