Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan Islam
Disusun oleh :
Kelas 2E Kelompok II
JAKARTA 2022
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang dengan karunia serta rahmatnya
memberikan nikamat kepada kita semua sebagai makhluk-Nya, yang berupa nikamat iman dan
Islam, serta nikmat sehat wal’afiat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta sampailah kepada
kita selaku umatnya yang senantiasa patuh pada ajarannya. Aamiin.
Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 6 yang telah membantu serta
memberikan gagasan dalam pembuatan makalah ini. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Amin Fauzi., selaku dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menggali ilmu melalui makalah ini.
Di dalam makalah ini kami menjelaskan tentang “Asas-Asas Pendidikan Ahlak Dalam
Filsafat Pendidikan Islam”. Selebih nya saya mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam penulisan ataupun lainnya yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami
mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya makalah yang
sempurna.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan
itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan didunia maupun
yang bersumber baik dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di
Indonesia.
Jadi mengetahui dan mendalami asas-asas ini bukanlah tugas pemikir dan ahli-ahli saja,
tetapi praktisioner di rumah sakit dan pabrik, kebun atau di sekolah. Berkenaan dengan asas-asas
yang kita maksudkan , yaitu asas-asas pendidikan , dapat kita uraiakan dalam beberapa asas yang
akan kita bahas pada makalah ini.
Jadi seorang dokter atau insinyur pertanian atau seorang pendidik memerlukan asas-asas
untuk mempermahir profesi dan menambah pengetahuan , memperkarya pengalaman dan
mengembangkan keterampilan. Ini menghendaki kita supaya jangan mengkajinya hanya sekali
saja atau hanya untuk mendapatkan ijazah tetapi perlu selalu menela’ah dan terus berkomunikasi.
Pendidikan itu mempunyai asas-asas tempat ia tegak dalam materi, interaksi, inovasi dan
cita-citanya.Jadi ia seperti kedokteran, misalnya seperti tehnik atau pertanian.Masing-masing
tidak dapat berdiri sendiri , tetapi merupakan suatu arena dimana di praktekan sejumlah ilmu
yang erat hubungan satu sama lain dan jalin-menjalin. Bidang pertanian , misalnya merupakan
tempat pertemuan kimia umum, kimia tanah, ilmu tumbuh-tumbuhan atau botani , lapisan bumi
dan ilmu tanah, anatomi tumbuh-tumbuhan, klimatologi, genetic, pemakaman dan lain-
lain.Begitu juga berpuluh-puluh ilmu lain, hasil-hasil terapannya bertemu pada bidang pertanian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi asas-asas pendidikan islam ?
2. Apa macam-macam asas pokok pendidikan ?
3. Apa macam-macam asas-asas pendidikan islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi asas-asas pendidikan islam.
2. Menjelaskan macam-macam asas pokok pendidikan.
3. Menjelaskan macam-macam asas-asas pendidikan islam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, istilah akhlak adalah bentuk jamak dari kata Khuluq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku dan akhlak (tabiat). Tabiat ini dilahirkan karena
hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa.
Berikut ini akan dipaparkan definisi akhlak menurut istilah para ahli, yaitu:
Dari ayat-ayat dan hadits di atas dapat dipahami bentuk perkataan akhlak,
khuluk dan khaliqun bisa diartikan dengan istilah budi pekerti atau perangai,
tingkah laku, adab kebiasaan, atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat.
5
2. Menurut Barmawi Umary, tujuan ilmu akhlak adalah supaya perhubungan kita
dengan Alloh dan dengan sesama makhluk tetap terpelihara dengan baik dan
harmonis.
3. M. Athiyah Al-Abrasyi, tujuan pendidikan moral dan akhlak ialah untuk
membentuk orang orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara
dan perbuatan, jujur dan suci.
4. Menurut Ibnu Miskawaih, tujuan pnddkan akhlak adalah terciptanya manusia
yang berperilaku ketuhanan. Perilaku seperti ini muncul dari akal ketuhanan yang ada
dalam diri manusia secara spontan
6
Jadi harus ada bagi hukum akhlak ini norma-norma atau ukuran-ukuran yang
menjadi dasarnya.
Bagi seorang Muslim, itu tidak boleh keluar dari prinsip-prinsip dan dasar-dasar
akhlak yang umum dibawa oleh Islam dan terkandung dalam ajaran-ajaran,
perintah-perintah, dan larangan-larangannya.
• Tanggung Jawab Akhlak (Moral Responsibility)
Tanggung jawab akhlak ini merupakan dasar utamanya akhlak, pangkal hukum
akhlak, balasan akhlak dan hal-hal yg berkaitan dengannya, seperti pahala, siksaan
dengan bentuknya yg bermacam-macam
Diantara syarat-syarat tentang tanggung jawab akhlak, yang paling utama adalah,
kemauan bebas manusia baik itu, ia bebas melakukan suatu perbuatan yg ia
anggap baik ataupun tidak baik. Artinya, ada kesadaran, kemauan dan kebebasan
yg keluar timbul dari dirinya sendiri. Tanpa syarat-syarat ini, perbuatan atau
akhlak manusia tidak bisa dipertanggung jawabkan.
• Ganjaran Akhlak (Moral Rewards)
Ganjaran akhlak itu, apakah itu ganjaran kebaikan ataupun keburukan, pahala
ataupun siksaan, diberikan kepada pelaku akhlak karena adanya tanggung jawab
akhlak dan hukum akhlak.
Tanggung jawab akhlak, hukum akhlak dan ganjaran akhlak berkaitan satu sama
lain dan memiliki hubungan yg timbal balik. Apabila salah satu di antaranya ada,
maka yang lain pun juga ada.
7
E. sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka menolong,
sayang kepada yang lemah dan menghargai orang lain.
F. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul baik di
sekolah maupun diluar sekolah. Selalu tekun beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah dan bermu'amalah yang baik.
9
dahulu lalu memberikan latihan untuk menanamkan kebiasaan baik. Namun secara
umum anak pada tingkatan ini masih bisa menerima latihan untuk bangkit dari
kejelekan yang telah ia lakukan sebelumnya.
a. Keteladanan
Keteladanan
Keteladanan adalah hal-hal yang dapat dicontoh atau ditiru.
Maksudnya seseorang dapat mencontoh atau meniru sesuatu dari
orang lain, baik perilaku maupun ucapan. Keteladanan dijadikan
10
sebagai alat pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik sesuai
dengan “uswah” dalam ayat 21 Al-Qur’an surah al-Ahzab:
سنَةٌ لِّ َمنْ َكانَ يَ ْر ُجوا هّٰللا َ َوا ْليَ ْو َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْي ًر ۗا
َ س َوةٌ َح
هّٰللا
ُ لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر
ْ ُس ْو ِل ِ ا
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa sesungguhnya Rasululloh SAW.
merupakan teladan tertinggi, contoh yang baik, atau panutan yang baik pula
bagi seorang muslim. Karena semua sifat keteladanan ini sudah tercermin
dalam diri beliau. Oleh karena itu Rasululloh SAW. menjadi teladan terbesar
bagi umat manusia sepanjang sejarah.
b. Metode Pembiasaan
Yaitu metode yang dilaksanakan mulai awal dan bersifat kontinyu. Berkenaan
dengan hal ini al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata
mengatakan bahwa: Pada dasarnya kepribadian seseorang itu dapat menerima
segala usaha pembentukan melalui pembiasaan, jika manusia dibiasakan untuk
berbuat jahat maka ia akan menjadi orang yang jahat. Untuk itu al-Ghazali
menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan melatih jiwa kepada
pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.
Pembiasaan ini dinilai sangat efektif jika dalam penerapannya dilakukan
terhadap anak didik yang dalam usia muda. Karena mereka masih memiliki
“rekaman” atau daya ingatan yang kuat dan dalam kondisi kepribadiannya
yang belum matang, menjadikan mereka lebih mudah diatur dengan
kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari.
11
Metode nasihat ini dapat dilakukan guru dengan mengarahkan anak
didiknya, tausiyah maupun dalam bentuk teguran. Aplikasi metode nasihat
ini diantaranya adalah nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang
amar ma’ruf nahi munkar. Dalam penyampaiannya metode Mau’idzah
terkadang disampaikan secara langsung, atau bentuk perumpamaan
maupun tausiyah.
e. Metode Kisah
Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar mengambil
pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut merupakan
kejadian yang baik, maka harus diikutinya, sebaliknya apabila kejadian tersebut
kejadian yang bertentangan dengan agama Islam maka harus dihindari.
Menurut pendapat Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Prinsip-Prinsip
dan Metode Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa metode kisah
merupakan metode yang efektif digunakan dalam pembinaan akhlak, dimana
seorang guru dapat menceritakan kisah-kisah terdahulu. Dalam pendidikan
Islam, cerita yang diangkat bersumber dari al-Qur’an dan Hadist, dan juga
yang berkaitan dengan plikasi berperilaku orang muslim dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam metode qishah ini dapat menumbuhkan kehangatan
perasaan di dalam jiwa seseorang, yang kemudian memotivasi manusia untuk
mengubah perilakunya dan memperbarui tekadnya dengan mengambil
pelajaran dari kisah tersebut.
Dalam metode cerita ini pendidik dapat mengambil beberapa kisah dari al-
Qur’an atau Hadist untuk diambil sebagai pelajaran yang dapat ditiru maupun
sebagai peringatan dalam membina akhlak siswanya.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14