Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“TOKOH-TOKOH PAUD DAN PEMIKIRANNYA”

Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat melengkapi tugas kelompok
Mata Kuliah Teknik Bercerita

DOSEN PENGAMPU :

Nurul Khaerani Abduh, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 5
Ratih Setia Ningrum (2102070024)
Dirgahayu (2102070025)
Bunga Tang (2102070009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT, Tuhan Seluruh Alam. Yang telah memberi
kami kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, berserta keluarga dan para sahabatnya
serta para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami
mengenai “Tokoh-tokoh PAUD dan Pemikirannya”. Kami berharap penyusunan
dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu
pengetahuan kita.
Dan kami menyadari didalam penyusunan ini mungkin masih belum
sempurna dan terdapat kesalahan dalam penyusunannya, kami mohon untuk
bimbingan dan kritik serta saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini
merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita semua sampai hari
kemudian.

Palopo, 26 Oktober 2023


Penyusun

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A...Latar Belakang........................................................................................................... 1
B...Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C...Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................................. 3

A...Tokoh-tokoh PAUD dan Pemikirannya................................................................... 3


BAB III: PENUTUP.......................................................................................................... 12

A...Kesimpulan................................................................................................................. 12
B...Saran............................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 halaman 6 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1, butir 14 Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 (enam)
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Nur Cholimah (2008), mengemukakan bahwa PAUD adalah usaha


sadar dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui penyediaan
pengalaman dan stimulasi bersifat mengembangkan secara terpadu dan
menyeluruh agar anak dapat bertumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai
dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat.

Mursid (2015: 46) menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan
salah satu bentuk penyelenggaraan lingkungan seperti bina keluarga balita dan
posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD
sejenis (SPS) Manusia hidup membutuhkan Pendidikan untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya.. Pendidikan berlangsung pada setiap pertumbuhan
dan siklus perkembangan manusia. Pendidikan saat ini tengah menghadapi
permasalahan yang cukup berat dan kompleks. Kategorisasi permasalahan
mendasar antara lain peserta didik (jumlah, perkembangan, profesi), pendidik
(guru dan dosen), tenaga kependidikan, sarana & prasarana pendidikan, kurikulum,
kebijakan (administrasi dan manajemen), dan pembiayaan pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan sedang dihadapkan dengan persoalan-persoalan


yang sangat rumit terutama di dalam masalah narkoba, kejujuran, akhlak, budi
pekerti, dekandensi moral, karena terjadinya krisis yang terjadi saat ini pasti selalu
dihubungkan dengan gagalnya dunia pendidikan dalam membentuk perilaku
generasi muda ke arah yang diinginkan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Penyelenggara pendidikan terbagi 2 oleh pemerintah (negeri/publik) dan swasta
(private).

Pada makalah ini, kita akan membahas siapa sajakah tokoh-tokoh PAUD dan
apa pemikiran-pemikiran mereka.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu:
1. Jelaskan siapa sajakah tokoh-tokoh PAUD dan apa pemikiran-pemikiran
mereka!

C. Tujuan
Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah agar para pembaca
mengetahui siapa sajakah tokoh-tokoh PAUD dan apa pemikiran-pemikiran
mereka.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tokoh-tokoh PAUD dan Pemikirannya


Berdasarkan beberapa literatur riview banyak tokoh yang telah menambahkan
pemahaman kepada kita tentang sifat-sifat anak usia dini dan cara yang terbaik
dalam mendidik dan mengajar mereka. Tokoh-tokoh ternama dalam pendidikan
anak usia dini akan dapat membantu anda untuk lebih memahami tentang anak
usia dini. Berikut beberapa pemikiran tokoh ternama dalam Pendidikan Anak Usia
Dini.

1. Martin Luther

Martin Luther merupakan tokoh pendidikan anak usia dini yang hidup pada
tahun 1483-1546. Pemikirannya banyak dijadikan rujukan para akademisi dalam
mengkaji anak usia dini. Martin Luther menekankan perlunya mendirikan atau
membuat sekolah untuk mengajar anak usia dini, untuk mengajar anak membaca
dan belajar serta bermain. Sekarang ini, kemampuan membaca-menulis bagi orang
tua merupakan prioritas nasional atau yang utama. Seperti yang anda lihat dalam
kontak peran keberagaman, memastikan semua anak dapat membaca dan dapat
diajar dalam Bahasa ibu mereka seperti yang dikatakan Martin Luther adalah
persoalan yang masih kita hadapi hingga sekarang.

2. John Amos Comenius

John Amos Comenius merupakan tokoh pendidikan anak usia dini yang hidup
pada tahun 1592-1670. Comenius menghabiskan waktunya untuk mengajar, yakni
mengajar anak usia dini, beliau sangat mencintai anak usia dini. Beliau juga
penulis buku yang paling terkenal adalah bukunya yang berjudul “The Great
Didactic dan Orbis Puctus” (dunia dalam gambar) yang dianggap buku gambar
pertama yang terbit khusunya buku gambar untuk anak usia dini. Comenius
meyakini bahwa pendidikan anak usia dini harus dimulai sejak dini, beliau
beranggapan bahwa, “tanaman muda dapat ditanam, dicangkok, dipangkas, dan
dibentuk. Ketika sudah menjadi pohon yang mampu berdiri sendiri, proses-proses
tersebut tidak mungkin dilakukan lagi.

Penelitian terbaru tentang otak mengingatkan kita kembali bahwa proses


belajar harus dimulai dini dan bahwa banyak jendela kesempatan untuk
pembelajaran terbentuk pada anak usia dini. John Amos Comenius juga

3
berpendapat bahwa pendidikan anak usia dini menjadi pendidikan yang paling
dasar bagi semua pembelajaran dan selama masih mungkin, semua hal harus
diajarkan. Pendekatan pendidikan ini disahkan oleh Montessori dan menjadi dasar
bagi pengajaran pendidikan anak usia dini sampai saat ini.

3. John Locke

John Locke merupakan salah satu tokoh dalam pendidikan anak usia dini yang
hidup pada 1632-1704. John Locke dikenal karena teorinya tentang pikiran
sebagai “kertas putih”. Dengan ini locke bermaksud mengatakan bahwa
lingkungan dan pengalaman secara harfiah membentuk pikiran. Menurutnya
perkembangan berasal dari rangsangan yang diterima anak dari orang tua dan
pengasuh dan lewat pengalaman yang mereka dapat dari lingkungan mereka.

Implikasi keyakinan ini tergambar jelas dalam praktik pengajaran modern.


Gagasan tentang pentingnya pengaruh lingkungan khususnya sangat terlihat jelas
dalam program-program yang mendorong dan mendukung pendidikan anak usia
dini sebagai cara untuk membantu anak mendapat dasar pembelajaran yang baik
pada anak usia dini. Program-program ini menganggap bahwa perbedaan proses
belajar, prestasi, dan perilaku sangat berhubungan dengan faktor-faktor
lingkungan seperti kondisi rumah dan keluarga, latar belakang social dan ekonomi,
penglaman dan pendidikan anak usia dini.

Gerakan terkini menuju pendidikan universal bagi anak usia tiga dan empat
tahun didasarkan pada pemikiran bahwa memberikan pendidikan pada anak usia
dini dapat membantu mengatasi efek negatif kemiskinan dan penelantaran dan
dapat membantu menghapus perbedaan prestasi anak yang dikarenakan perbedaan
tingkat sosial ekonomi.

4. Jean-Jacques Rousseau

Jean-Jacques Rousseau hidup sekitar tahun 1712-1778 sangat dikenal karena


di dalam bukunya terdapat sebuah pengantar yang menjadi karakteristik
pandanganya tentang politik dan pendidikan yaitu “Tuhan menciptakan segalanya
dalam keadaaan baik; namun manusia mencampurinya dan segalanya menjadi
jahat”. Karena keyakinannya itu Rousseau mendukung pendidikan alami untuk
anak usia dini, mendukung setiap perkembangan anak tanpa campur tangan atau
batasan yang tidak diperlukan.

Rosseau meyakini gagasan tentang keterbukaan, dimana sifat alami anak akan
menjadi apa dan siapa mereka kelak, terbuka sebagai akibat dari perkembangan
yang sesuai dengan jadwal kematangan mereka. Pendekatan yang seperti ini lah
yang menjadi inti praktek pengajaran yang sesuai dengan perkembangan para

4
anak usia dini, dimana guru dan anak menyesuaikan cara mengajar mereka
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan anak. Setiap hari anda akan
membuat keputusan tentang cara memastikan apakah apa yang anda ajarkan dan
cara anda memang sesuai untuk setiap anak usia dini berdasarkan tingkat tahapan
perkembanganya masing-masing.

5. Johann Heinrich Pestalozzi

Johann Heinrich Pestalozzi hidup pada tahun 1746-1827. Pemikiran Pestalozzi


dipengaruhi oleh Comenius dan Rousseau. Johann Heinrich Pestalozzi meyakini
bahwa semua pendidikan berdasarkan pada kesan sensorik dan bahwa lewat
pengalaman sensorik yang tepat, anak-anak dapat mencapai potensi alami mereka.
Untuk mencapai tujuan ini Pestalozzi mengembangkan, “pembelajaran objek”
alat bantu yang mendukung kegiatan seperti menghitung, mengukur, merasakan,
dan meraba.

Pestalozzi menulis dua buah buku untuk anak usia dini “How Gertrude
Teaches Her Children” (Cara gertude mengajar anak-anak). Dan “Book For
Mothers” ( Buku untuk para ibu anak). Tujuanya ialah untuk membantu para
orangtua mengajar anak-anak mereka dirumah. Sekarang ini sudah banyak buku
yang beberikan pengalam tentang orangtua dan begitu jug acara mengajar dengan
anak bahkan di internet pun sudah banyak.

6. Robert Owen

Robert Owen merupakan pakar PAUD yang meyakini bahwa lingkungan anak
berpengaruh terhadap keyakinan, prilaku, dan prestasi mereka sendiri, seperti
yang sudah kita yakini sekarang ini. Owen hidup pada tahun 1771-1851. Beliau
berpendapat bahwa seseorang dan masyarakat dapat menggunakan lingkungan
untuk membentuk karakter anak. Owen merupakan seorang ilmuan yang sangat
idealis, yang mempercayai bahwa dengan mengendalikan lingkungan dan hasil
didikan anak-anak usia dini, masyarakat baru yang mungkin lebih baik sangat
mungkin untuk dibentuk. Pandangan seperti ini dalam mengasuh anak, yakni anak
usia dini akan membuat kondisi lingkungan sebagai salah satu kekuatan dalam
mengarahkan dan membentuk prilaku anak usia dini.

Untuk mengimplementasikan keyakinannya, Robert Owen membuka sekolah-


sekolah anak usia dini pada tahun 1816 di New York, Skotlandia, yang
dirancangnya untuk mengasuh sekitar ratusan anak usia dini. Yang kapasitanya
rata-rata para orangtua bekerja diluar rumah, anak tersebut berusia delapan belas
bulan hingga sepuluh bulan. Penekanan pada pendidikan anak usia dini ini

5
akhirnya mendorong dibukanya sekolah anak-anak pertama di London pada tahun
1818.

Beberapa usaha dan prestasi Owen layak mendapatkan perhatian, yang pertama
sekolah-sekolah balitanya dibangun dua puluh lima tahun sebelum taman kanak-
kanak Froebel. Kedua, pemikiran dan tindakan Owen mempengaruhi para
pendidik dalam hal pentingnya pendidikan anak usia dini dan hubungan antara
perkembangan masyarakat dengan pendidikan, pemikiran yang sedang banyak
diperbincangkan dalam praktik pendidikan anak usia dini pada saat ini juga
mencoba memanfaatkan pendidikan sebagai saran untuk mereformasi masyarakat
dan sebagai cara untuk membuat dunia lebih baik bagi semua orang.

7. Fredrich Wilhelm Froebel

Fredrich Wilhelm Froebel menjalani hidup pada tahun 1782-1852. Ia dikenal


sebagai Bapak taman kanak kanak. Konsep Froebel tentang anak usia dini dan
pendidikan anak usia dini sebagian berdasarkan pada konsep kedewasaan, yang
juga dikemukakan, oleh Comenius dan Pestalozzi. Menurut pandangan ini, peran
pendidik adalah mengamati suatu proses kedewasaan alami anak dan memberikan
kegiatan yang membuat mereka mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika
mereka siap mempelajarinya.

Froebel mengumpakan anak sebagai biji yang ditanam, mulai dari tumbuh,
mengeluarkan tunas, dan tumbuh dari tanaman muda yang sangat lemah menjadi
tanaman yang siap menghasilkan buah. Ia mengumpamakan peran pendidikan
sebagai tukang kebun. Pikirkan sejenak tentang cara kita mengubah metafora
seorang guru sebagai tukang kebun untuk mengambarkan peran kita sebagai guru
anak usia dini. Sebagai contoh adalah saya, saya menganggap diri saya sebagai
penanam benih dalam bekerja dengan anak usia dini. Froebel menginginkan agar
taman kanak-kanak menjadi tempat dimana para anak usia dini mekar seperti
bunga pada umumnya.

Froebel meyakini bahwa perkembangan anak terjadi sebagian besar lewat


kegiatan-kegiatan individual yang dilakukan oleh anak tersebut, bermain juga
merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendukung perkembangan para anak,
khususnya anak usia dini. Permainan oleh Froebel akan dibahas dalam bab
selanjutnya, karena proses belajar yang dilewati oleh anak usia dini lewat suatu
permainan sangatlah penting baik untuk saat sekarang ini maupun pada masa yang
akan dating. Konsep kedewasaan dalam pembelajaran lewat permainan adalah dua
kontribusi tersebar menurut Froebel dalam dunia pendidikan anak usia dini.

6
Untuk mengingatkan kegiatan individual, Froebel mengambangkan kurikulum
sistematis dan terencana untuk pendidikan anak berdasarkan kategori “Bermain
sambil belajar”. Mainan adalah objek untuk digunakan anak sesuai dengan
instruksi guru sehingga mereka dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna dan
konsep yang menjelaskan tentang mainan tersebut. Kegiatan bermain pada anak
usia dini adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan beragam
keterampilan lewat kegiatan kegiatan seperti menjahit dengan papan jahit,
mengambar dengan mengikuti titik, membuat bentuk dengan menggunakan tanah
liat, menggunting, memasak manik manik, menenun, mengambar, menempelkan
dan melipat kertas. Semua kegiatan tersebut adalah bagian dari program kegiatan
yang utama untuk anak usia dini. Froebel mengabadikan hidupnya untuk
mengembangkan program untuk anak-anak yakni anak usia dini yang sangat
disukainya.

8. Maria Montessori

Maria Montessori merupakan tokoh pendidikan anak usia dini yang hidup pada
tahun 1870-1952. Dalam mendidik anak usia dini, Montessori mengembangkan
sebuah sistem yang berpengaruh besar terhadap dunia pendidikan. Sebagai wanita
pertama di Itali, Maria Montessori mendapat gelar sarjana kedokteran, ia tertarik
untuk mencari solusi pendidikan untuk masalah-masalah seperti ketulian,
kelumpuhan, keterlambatan mental. Pada waktu itu ia mengatakan “saya berbeda
dengan rekan-rekan saya yang lain”.

Menindaklanjuti pemikiran Montessori terhadap anak cacat mental, maka ia


mendirikan casa dei bambini atau rumah anak di daerah kumuh di Roma pada
tahun 1907 (Yus, 2011: 13). Lingkungan sekolah ini diperuntukkan untuk anak
usia dibawah 5 tahun dengan filosofi ingin memberikan lingkungan yang hangat
dan nyaman untuk anak belajar dengan prinsip kebebasan sesuai minat anak
terhadap kegiatan pembelajaran yang difokuskan pada keterampilan sehari-hari
pada anak (Johnson dan roopnarine, 2011: 386).

Gagasan dari Montessori sangat tepat untuk digunakan untuk anak karena anak
sebagian besar akan belajar menggunakan tangannya (Masyrofah, 2017: 106).
Tidak kalah penting, yang harus diperhatikan seorang pendidik ketika akan
mendidik anak didiknya adalah mengingat kembali bahwa anak adalah seorang
individu yang unik dan mereka akan berkembang sesuai dengan bakat dan potensi
mereka masing-masing (Hastuti, 2017: 7). Selain itu, Montessori juga
menekankan bahwa mendidik anak usia dini harus sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan anak, tidak diperbolehkan melebihi atau bahkan mendahului dari
tahap perkembangan anak seharusnya (Elytasari, 2017: 64). Montessori percaya
bahwa apabila anak di stimulasi secara tepat sesuai tahap perkembangannya maka

7
anak akan mengalami kemajuan perkembangan yang cepat, untuk itu perlu
dirancang pembelajaran yang tepat dan spesifik (Montessori, 2013: 78).

Melalui proses interaksi langsung antara anak dan lingkungan belajarnya maka
akan didapatkan informasi atau pengetahuan yang mereka peroleh kemudian
masuk kedalam pikiran mereka, menjadi bagian dari diri, pengalaman dan
jaringan konseptual anak (Montessori, 2013: 73). Menurut Montessori, guru
hanya bertindak sebagai fasilitator, sedangkan anak adalah agen yang aktif dalam
pembelajarannya (Isaacs, 2007: 18). Ia menganggap bahwa anak yang
membangun orang dewasa, bukanlah orang dewasa yang membangun anak. Anak
diciptakan sebagai makhluk yang konstruktif dan memerlukan bantuan dari orang
dewasa agar perkembangannya dapat maksimal (Usman, 2018: 158). Montessori
mempunyai ciri khas dari pembelajaran Montessori yaitu belajar secara individu
maupun kelompok kecil.

Dalam melaksanakan pembelajaran, Montessori (Masyrofah, 2017: 110) biasa


menggunakan metode antara lain (1) metode eksperimen, dimana maksud
penggunaan metode ini adalah agar anak lebih aktif untuk dapat melakukan
percobaan sendiri, mengamati prosesnya dan hasil yang didapatkan dari
percobaan yang anak lakukan. (2) metode demonstrasi, metode yang digunakan
dengan cara menunjukkan proses atau kejadian tertentu agar dapat ditiru dan lebih
dipahami anak. Dalam metode demontrasi anak bukan hanya dituntut untuk
melihat apa yang dipraktekkan guru melainkan juga harus lebih jeli untuk
mendengarkan apa yang diinstruksikan guru agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. (3) metode pemberian tugas, pemberian tugas yang dimaksudkan oleh
Montessori adalah melalui latihan-latihan pada anak karena dengan latihan-latihan
tersebut Montessori meyakini bahwa anak pasti akan pesat peningkatan
perkembangannya. Akan tetapi, walaupun anak akan mengalami perkembangan,
Montessori selalu menekankan bahwa anak tidak boleh dibiarkan untuk berjalan
sendiri, melainkan peran guru untuk selalu mendampingi disetiap perkembangan
dan aktivitas anak amatlah penting dan tidak boleh diabaikan.

9. John Dewey

John Dewey yang hidup pada tahun 1858–1952. Teori yang ditawarkan Dewey
tentang pendidikan, yang biasanya disebut dengan progresivisme, memberi
penekanan pada anak–anak dan minat mereka bukan pada mata pelajaran. Dewey
meyakini bahwa pendidikan “adalah proses hidup dan bukan persiapan untuk
menghadapi hidup di masa datang” dan kehidupan sehari–hari harus menjadi
sumber aktivitas dimana anak dapat belajar tentang kehidupan dan ketrampilan
yang dibutuhkan dalam hidup. Sekolah Dewey berlandaskan 5 prinsip dasar, yang

8
kesemuanya sangat kontemporer dan dapat diaplikasikan pada praktik pendidikan
anak usia dini saat ini:

a. Pengalaman awal anak di sekolah mencerminkan kehidupan di rumah


(memasak, menjahit, membuat konstruksi); keahlian akademis adalah hasil
pertumbuhan dari kegiatan–kegiatan ini.

b. Anak–anak adalah bagian dari masyarakat di sekolah yang berfokus pada kerja
sama.

c. Pembelajaran difokuskan kepada masalah–masalah yang dipecahkan anak


(sebagai contoh, angka–angka dipelajari lewat pemahaman buku lewat
penghafalan tabel perkalian).

d. Motivasi terkait dengan pengalaman dan anak.

e. Peran guru adalah untuk memahami anak dan untuk memilih masalah–masalah
yang menstimulasi anak.

10. Jean Piaget

Jean Piaget merupakan ilmuan yang sudah sangat terkenal. Piaget hidup pada
tahun 1896-1980. Teori pembelajaran konstruktivistik menjadi salah satu gagasan
yang Piaget tawarkan dalam dunia pendidikan. Beliau selalu tertarik dengan cara
manusia belajar dan berkembang secara intelektual, di mulai dari lahir dan
berlanjut di sepanjang hidup. Ia mendedikasikan hidupnya untuk bereksperimen,
mengamati anak–anak dan mengembangkan dan menulis tentang pendekatan teori
kognitif nya dalam pembelajaran.

11. Lev Vygotsky

a. Teori sosiokultural (1896 – 1934)

Teorinya bermanfaat untuk menjelaskan tentang perkembangan mental, bahasa


dan sosial anak. Teorinya juga memiliki banyak implikasi yang menyangkut
bagaimana permainan anak mendukung perkembangan bahasa dan sosial. Ia
meyakini bahwa perkembangan mental, bahasa dan sosial didukung dan
ditinkatkan oleh orang lain lewat interaksi sosial. “Proses belajar membangkitkan
beragam proses perkembangan yang dapat terjadi, hanya ketika anak berinteraksi
dengan orang-orang di sekitarnya ketika anak bekerja sama dengan teman-
temannya. Ketika proses-prosesini terjadi, proses-proses tersebut menjadi bagian
dari pencapaian perkembangan anak yang bebas.”

b. Teori Intersubjektivitas

9
Teori ini merupakan konsep kedua dari Vygotsky yang didasarkan pada gagasan
bahwa “individu mehami tugas, masalah atau pembicaraan dengan pemahaman
subjektif mereka sendiri. Jika kemudian mereka mendiskusikan sudur pandang
mereka yang berbeda-beda, pemahaman bersama dapat dicapai. Dengan kata lain,
dalam hal komunikasi partisipan mungkin mencapai pemahaman yang disepakati
bersama atau intersubjektif.” Ia juga meyakini bahwa komunikasi antara guru
dengan anak sangatlah penting dan menjadi sarana untuk membantu anak
berkembang. Banyak praktik mengajar saat ini seperti belajar bersama,
memecahkan masalah bersama pendampingan, kolaborasi, pembimbing dan
bentuk-bentuk lain pendamping belajar didasarkan pada teori belajar dan
perkembangan Vygotsky.

12. Abraham Maslow

Abraham Maslow yang hidup pada tahun 1908-1970 menawarkan teori


aktualisasi diri. Ia mengembangkan teori motivasi yang disebut aktualisasi diri
yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan manusia. Maslow mengidentifikasi
aktualisasi diri atau kepuasan diri sebagai kebutuhan manusia terbesar, namun
anak-anak dan orang dewasa tidak dapat mencapai aktualisasi diri sebelum
kebutuhan kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Kebutuhan–kebutuhan dasar
tersebut terdiri dari Nutrisi Keamanan dan sayang dan keanggotaan serta
kemapanan, Kasih Kepercayaan diri.

13. Erick Erikson

Erick Erikson yang hidup pada tahun 1902-1994. Teori yang terkenal dari
Erick Erikson adalah teori psikososial. Erikson mengembangkan teorinya tentang
perkembangan psikososial berdasarkan pendapat, bahwa perkembangan sosial dan
kognitif terjadi bersamaan dan tidak dapat dipisahkan. Menurutnya, kepribadian
dan keterampilan sosial anak tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan
sebagai respon terhadap permintaan, harapan, nilai dalam masyarakat dan institusi
sosial seperti keluarga, sekolah, dan program pendidikan anak. Orang dewasa,
terutama orangtua dan guru adalah bagian penting dari lingkungan dan oleh
karenanya memegang peranan penting dalam membantu anak mengembangkan
kepribadian dan kemampuan kognitifnya.

14. Urie Bronfenbrenner

Teori Urie Bronfenbrenner yang dikenal dengan teori ekologi. Urie hidup pada
tahun 1917-2005. Pemikiran Urie banyak dijadikan rujukan oleh praktisi dan
ilmuan perkembangan anak usia dini. Urie melihat perkembangan anak-anak
dalam konteks sistem hubungan yang membentuk lingkungan mereka.

10
Ada 5 sistem lingkungan yang saling berkaitan :

a. Mikrosistem. Mencakup lingkungan orangtua, keluarga, teman sebaya,


pengasuh anak, sekolah, para tetangga, kolompok keagamaan, dsb. Anak
bertindak mempengaruhi sistem ini dan juga dipengaruhi oleh sistem ini.
b. Mesosistem. Mencakup jalinan atau interaksi di antara mikrosistem.
c. Eksosistem. Sistem lingkungan yang berisi kejadian kejadian yang terhadapnya
anak–anak tidak memiliki interaksi langsung, tetapi mempengaruhi mereka
dengan cara apa pun.
d. Makrosistem. Mencakup budaya, adat dan nilai masyarakat secara umum.
e. Kronosistem. Mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta
caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku.
15. Howard Gardner

Howard gardner hidup sekitar tahun 1943. Ia telah memainkan peran penting
dalam pendidikan untuk memikirkan ulang konsep kecerdasan. Filosofinya
menyatakan bahwa orang dapat “pintar” dengan banyak cara. Gardner telah
mengidentifikasikan 9 kecerdasan yang dikenal dengan Multipple intellegences
diantaranya kecerdasan spasial, natural, musik, logic matematik, eksistensial,
interpersonal, linguistik, kinestetik, intrapersonal.

11
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Martin Luther merupakan tokoh pendidikan anak usia dini yang hidup pada
tahun 1483-1546. Pemikirannya banyak dijadikan rujukan para akademisi dalam
mengkaji anak usia dini. Martin Luther menekankan perlunya mendirikan atau
membuat sekolah untuk mengajar anak usia dini, untuk mengajar anak membaca
dan belajar serta bermain. John Amos Comenius merupakan tokoh pendidikan
anak usia dini yang hidup pada tahun 1592-1670. Comenius meyakini bahwa
pendidikan anak usia dini harus dimulai sejak dini, beliau beranggapan bahwa,
“tanaman muda dapat ditanam, dicangkok, dipangkas, dan dibentuk. Ketika sudah
menjadi pohon yang mampu berdiri sendiri, proses-proses tersebut tidak mungkin
dilakukan lagi.

John Amos Comenius juga berpendapat bahwa pendidikan anak usia dini
menjadi pendidikan yang paling dasar bagi semua pembelajaran dan selama masih
mungkin, semua hal harus diajarkan. John Locke merupakan salah satu tokoh
dalam pendidikan anak usia dini yang hidup pada 1632-1704. John Locke dikenal
karena teorinya tentang pikiran sebagai “kertas putih”. Dengan ini locke
bermaksud mengatakan bahwa lingkungan dan pengalaman secara harfiah
membentuk pikiran. Menurutnya perkembangan berasal dari rangsangan yang
diterima anak dari orang tua dan pengasuh dan lewat pengalaman yang mereka
dapat dari lingkungan mereka.

Implikasi keyakinan ini tergambar jelas dalam praktik pengajaran modern.


Gagasan tentang pentingnya pengaruh lingkungan khususnya sangat terlihat jelas
dalam program-program yang mendorong dan mendukung pendidikan anak usia
dini sebagai cara untuk membantu anak mendapat dasar pembelajaran yang baik
pada anak usia dini. Program-program ini menganggap bahwa perbedaan proses
belajar, prestasi, dan perilaku sangat berhubungan dengan faktor-faktor
lingkungan seperti kondisi rumah dan keluarga, latar belakang social dan ekonomi,
penglaman dan pendidikan anak usia dini.

Jean-Jacques Rousseau hidup sekitar tahun 1712-1778 sangat dikenal karena di


dalam bukunya terdapat sebuah pengantar yang menjadi karakteristik
pandanganya tentang politik dan pendidikan yaitu “Tuhan menciptakan segalanya
dalam keadaaan baik; namun manusia mencampurinya dan segalanya menjadi
jahat”. Karena keyakinannya itu Rousseau mendukung pendidikan alami untuk
anak usia dini, mendukung setiap perkembangan anak tanpa campur tangan atau

12
batasan yang tidak diperlukan. Johann Heinrich Pestalozzi hidup pada tahun
1746-1827. Pemikiran Pestalozzi dipengaruhi oleh Comenius dan Rousseau.
Johann Heinrich Pestalozzi meyakini bahwa semua pendidikan berdasarkan pada
kesan sensorik dan bahwa lewat pengalaman sensorik yang tepat, anak-anak dapat
mencapai potensi alami mereka. Untuk mencapai tujuan ini Pestalozzi
mengembangkan, “pembelajaran objek” alat bantu yang mendukung kegiatan
seperti menghitung, mengukur, merasakan, dan meraba.

Robert Owen merupakan pakar PAUD yang meyakini bahwa lingkungan anak
berpengaruh terhadap keyakinan, prilaku, dan prestasi mereka sendiri, seperti
yang sudah kita yakini sekarang ini. Owen hidup pada tahun 1771-1851. Beliau
berpendapat bahwa seseorang dan masyarakat dapat menggunakan lingkungan
untuk membentuk karakter anak. Owen merupakan seorang ilmuan yang sangat
idealis, yang mempercayai bahwa dengan mengendalikan lingkungan dan hasil
didikan anak-anak usia dini, masyarakat baru yang mungkin lebih baik sangat
mungkin untuk dibentuk. Pandangan seperti ini dalam mengasuh anak, yakni anak
usia dini akan membuat kondisi lingkungan sebagai salah satu kekuatan dalam
mengarahkan dan membentuk prilaku anak usia dini.

Fredrich Wilhelm Froebel menjalani hidup pada tahun 1782-1852. Ia dikenal


sebagai Bapak taman kanak kanak. Konsep Froebel tentang anak usia dini dan
pendidikan anak usia dini sebagian berdasarkan pada konsep kedewasaan, yang
juga dikemukakan, oleh Comenius dan Pestalozzi. Menurut pandangan ini, peran
pendidik adalah mengamati suatu proses kedewasaan alami anak dan memberikan
kegiatan yang membuat mereka mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika
mereka siap mempelajarinya.

Untuk mengingatkan kegiatan individual, Froebel mengambangkan kurikulum


sistematis dan terencana untuk pendidikan anak berdasarkan kategori “Bermain
sambil belajar”. Mainan adalah objek untuk digunakan anak sesuai dengan
instruksi guru sehingga mereka dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna dan
konsep yang menjelaskan tentang mainan tersebut. Kegiatan bermain pada anak
usia dini adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan beragam
keterampilan lewat kegiatan kegiatan seperti menjahit dengan papan jahit,
mengambar dengan mengikuti titik, membuat bentuk dengan menggunakan tanah
liat, menggunting, memasak manik manik, menenun, mengambar, menempelkan
dan melipat kertas. Semua kegiatan tersebut adalah bagian dari program kegiatan
yang utama untuk anak usia dini. Froebel mengabadikan hidupnya untuk
mengembangkan program untuk anak-anak yakni anak usia dini yang sangat
disukainya.

13
Maria Montessori merupakan tokoh pendidikan anak usia dini yang hidup pada
tahun 1870-1952. Dalam mendidik anak usia dini, Montessori mengembangkan
sebuah sistem yang berpengaruh besar terhadap dunia pendidikan. Sebagai wanita
pertama di Itali, Maria Montessori mendapat gelar sarjana kedokteran, ia tertarik
untuk mencari solusi pendidikan untuk masalah-masalah seperti ketulian,
kelumpuhan, keterlambatan mental. Pada waktu itu ia mengatakan “saya berbeda
dengan rekan-rekan saya yang lain”.

Menindaklanjuti pemikiran Montessori terhadap anak cacat mental, maka ia


mendirikan casa dei bambini atau rumah anak di daerah kumuh di Roma pada
tahun 1907 (Yus, 2011: 13). Lingkungan sekolah ini diperuntukkan untuk anak
usia dibawah 5 tahun dengan filosofi ingin memberikan lingkungan yang hangat
dan nyaman untuk anak belajar dengan prinsip kebebasan sesuai minat anak
terhadap kegiatan pembelajaran yang difokuskan pada keterampilan sehari-hari
pada anak (Johnson dan roopnarine, 2011: 386).

John Dewey yang hidup pada tahun 1858–1952. Teori yang ditawarkan Dewey
tentang pendidikan, yang biasanya disebut dengan progresivisme, memberi
penekanan pada anak–anak dan minat mereka bukan pada mata pelajaran. Dewey
meyakini bahwa pendidikan “adalah proses hidup dan bukan persiapan untuk
menghadapi hidup di masa datang” dan kehidupan sehari–hari harus menjadi
sumber aktivitas dimana anak dapat belajar tentang kehidupan dan ketrampilan
yang dibutuhkan dalam hidup. Jean Piaget merupakan ilmuan yang sudah sangat
terkenal. Piaget hidup pada tahun 1896-1980. Teori pembelajaran konstruktivistik
menjadi salah satu gagasan yang Piaget tawarkan dalam dunia pendidikan. Beliau
selalu tertarik dengan cara manusia belajar dan berkembang secara intelektual, di
mulai dari lahir dan berlanjut di sepanjang hidup. Ia mendedikasikan hidupnya
untuk bereksperimen, mengamati anak-anak dan mengembangkan dan menulis
tentang pendekatan teori kognitif nya dalam pembelajaran.

Lev Vygotsky memiliki 2 teori, yaitu teori sosio-kultural dan teori


intersubjektivitas.

Abraham Maslow yang hidup pada tahun 1908-1970 menawarkan teori


aktualisasi diri. Ia mengembangkan teori motivasi yang disebut aktualisasi diri
yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan manusia. Maslow mengidentifikasi
aktualisasi diri atau kepuasan diri sebagai kebutuhan manusia terbesar, namun
anak-anak dan orang dewasa tidak dapat mencapai aktualisasi diri sebelum
kebutuhan kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Kebutuhan–kebutuhan dasar
tersebut terdiri dari Nutrisi Keamanan dan sayang dan keanggotaan serta
kemapanan, Kasih Kepercayaan diri.

14
Erick Erikson yang hidup pada tahun 1902-1994. Teori yang terkenal dari
Erick Erikson adalah teori psikososial. Erikson mengembangkan teorinya tentang
perkembangan psikososial berdasarkan pendapat, bahwa perkembangan sosial dan
kognitif terjadi bersamaan dan tidak dapat dipisahkan. Teori Urie Bronfenbrenner
yang dikenal dengan teori ekologi. Urie hidup pada tahun 1917-2005. Pemikiran
Urie banyak dijadikan rujukan oleh praktisi dan ilmuan perkembangan anak usia
dini. Urie melihat perkembangan anak-anak dalam konteks sistem hubungan yang
membentuk lingkungan mereka.

Howard gardner hidup sekitar tahun 1943. Ia telah memainkan peran penting
dalam pendidikan untuk memikirkan ulang konsep kecerdasan. Filosofinya
menyatakan bahwa orang dapat “pintar” dengan banyak cara. Gardner telah
mengidentifikasikan 9 kecerdasan yang dikenal dengan Multipple intellegences
diantaranya kecerdasan spasial, natural, musik, logic matematik, eksistensial,
interpersonal, linguistik, kinestetik, intrapersonal.

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun dengan penuh perhatian, semoga dapat
bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kekurangan dari makalah
yang kami buat. Sekian dan Terima Kasih.

Yang Bertanya dan Menjawab serta Menanggapi dan Menambahkan:

1. Penanya: Anisa Nuradi (Kelas A: Apakah dalam satuan PAUD hanya


diterapkan dari 1 pemikiran saja, atau dari banyak pemikiran para tokoh?)
Yang menjawab dan menambahkan: Dirgahayu (Kelas B) dan
Bungatang (Kelas A)
2. Penanya: Ayudiah Fitra Chaerina (Kelas A: Berdasarkan kultur budaya
Indonesia, manakah kira-kira pemikiran tokoh yang paling cocok
dikembangkan dan diterapkan di Indonesia sesuai dengan kulturnya?)
Yang menjawab dan menambahkan: Ratih Setia Ningrum (Kelas B) dan
Khadijah (Kelas B)

15
DAFTAR PUSTAKA

Nofianti, Rita. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Edu Publisher, 2021.

Setyowahyudi, Rendy. "Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Maria Montessori


tentang Pendidikan Anak Usia Dini." PAUDIA: Jurnal Penelitian Dalam
Bidang Pendidikan Anak Usia Dini 9.1 (2020): 17-35.

16

Anda mungkin juga menyukai