Anda di halaman 1dari 36

Makalah

Ilmu pendidikan islam

Untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidilkan islam

Dosen pengampuh : Dr.Maftuh,S.SosI.,M.Pd.I

Di susun oleh

Fatimah

Fatimah indah faidah

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH (INKAFA)

GRESIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami selaku
penulis selalu mengharap ridho-Nya atas apa yang telah kami lakukan.
Shalawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau yang selalu kita harapkan syafaatnya di
Akhirat nanti. Tanpa beliau dunia akan selalu dipenuhi dengan kegelapan-
kegelapan dan tak mungkin manusia akan berjalan selurus-lurusnya.
Dalam penulisan makalah ini tak luput kami ucapakan ungkapan terimakasih kepada semua pihak
yang selalu membantu kami khususnya kepada dosen pengampu kami bapak Dr.Maftuh,SosI,.M.Pd.I

yang tak pernah henti- hentinya memberi bimbingan kepada kami


sehingga kami dapat melaksanakan penulisan makalah ini. Dan pula kepada
kedua orang tua kami yang kami cintai yang selalu memberikan nasehat kepada
kami suapaya kami menjadi insani yang lebih baik. Tak lupa sedikitpun kepada
teman-teman sekelas kami yang selalu menemani kami dan memberikan
support dalam segala hal yang intinya berjuang bersama.
Tujuan penulisan makalah kami disini selain untuk memenuhi tugas,
kami juga ingin memberikan sedikit pengetahuan yang berkenaan dengan
makalah yang kami tulis. Semoga nantinya dapat memberikan tambahan
wawasan bagi siapapun yang membacanya dan memberikan kemanfaatan.
Kami selaku masih dalam tahap pembelajaran tentunya tak luput
sedikitpun dari kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami akan sangat senang
apabila kami diberikan kritikan serta saran terhadap apa yang kami tulis.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................... 2
DAFTAR ISI..............................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang..........................................................4
B.Rumusan masalah....................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................
A.Paradigma peserta pendidik dalam pendidikan islam.................5
B.Sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan islam...........13
C.Dimensi-dimensi peserta didik.............................18
D.Keutamaan belajar....................................34

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan.............................................37
B.Kritik dan saran..............................37

DAFTAR PUSTAKA........................................................36

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Dalam pengertian ini yang di maksud paradigma adalah Paradigma merupakan
konsepsi, model atau pola pemikiran yang sifatnya umum dan mendasar. Paradigma bukan
teori, tetapi merupakan pemikiran yang teoritis yang menuju kepada pengembangan teori
tentang sesuatu, dan pemikiran teoritis ini menjadi dasar fundamental bagi
paraktek.Paradigma pendidikan merupakan pemikiran teoritis yang sifatnya mendasar yang
dipakai sebagai latar belakang bagi disusunnya suatu pelaksanaan pendidikan. Biasanya
paradigma itu dinyatakan dalam bentuk skema, yang memperlihatkan hubungan – hubungan
antara unsur – unsur yang terlibat didalamnya
Dan ada juga kode-kode etik dalam pendidikan islam adalah kewajiban yang harus
di laksanakan dalam proses belajar mengajar bauik secara langsung maupun tidak
langsung dan memiliki sifat-sifat dalam proses belajar tersebut.dalam kode etik dan di
sini juga menjelaskan dimensi-dimensi peserta didik yaitu secara Oleh seorang pendidik
dalam membimbing peserta didiknya Adalah harus membagi kebutuhan manusia dalam
dua pokok baik kebutuhan primer maupun sekunder dan juga harus membagi kebutuhan
rohaniah

B.Rumusan masalah

A.Ayat apa saja yang berhubungan dengan peserta didik dalam pendidikan islam?
B.Dimensi apa saja yang berhubungan dengan peserta didik pendidikan islam?
C.Apa saja yang di perlukan dalam dimensi-dimensi peserta didik dan apa saja
kebutuahnnya dalam mendidik?
D.Apa keutamaan dalam belajar?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Paradigma peserta didik dalam Pendidikan islam

Dalam Pendidikan islam manusia,sebenarnya manusia telah ditempatkan sebagai


makhluk yang termulia dari semua makhluk yang ada di jagat raya ini.sebagaimana firman
ALLAH SWT:

ِ ْ‫ك لِ ْل َمالَ ِئ َك ِة اِنِّ ْي َجا ِع ٌل فِ ْي االَر‬


‫ض َخلِ ْيفَة‬ ً ُّ‫فَا ِ ْذ قَا َل َرب‬
“Dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat,sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorasng pemimpin dimuka bumi”.{Q.S 2:30

Firman ALLAH SWT yang artinya:”esungguhnya kami telah menciptakan manusia dari
sebaik-baiknya”{Q.S 25:4}.Ayat ini menunjukkan bahwa dari segi kejadian {bentuk}dan dari
segi kedudukan manusia lebih mulia dari makhluk lain.selanjutnya ddalam surat AL-ALAQ
dijelaskan pula tentang penciptaan manusia ini sebagaimana firman ALLAH SWT;

‫ النجم الثاقب‬#‫ وما ادراك ما الطارق‬# ‫ و السماء و الطارق‬#


‫ يخرج من بين الصلب‬# ‫ خلق من ماء دافق‬# ‫ فالينظر االنسان مما خلق‬# ‫ان كل نفس لما عليها حافظ‬
‫ انه على رجعه لقادر‬# ‫والترائب‬
“Bacalah dengan menyebut tuhanmu yang menciptakan.Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.Bacalah dan tuhanmulah Yang paling Pemurah .

yang mengsajarkan {manusia}dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan manusia


apa-apa yang mereka tidak ketahui "

Syarat diatas menjelaskan bahwa manusia itu terdiri dari 3 macam diantaranya:
ramayilus,ilmu pendidikan islam(jakarta :kalam mulia,1998)hlmn 49-501

1.manusia itu diciptakan dari A’LAQ {segumpal darah}

2.manusia mempunyai daya untuk berfikir

3.manusia dapat menjadi diktator,apabila ia bersifat congkak dan tidak memerlukan lagi sang
penciptanya[Allah]

Murthado muthshsri melukiskan gambaran manusia sebagai suatu makhluk pilihan


allah ,sebagai pemimpinya dibumi ,serta sebagai semi semawi dan semi duniawi yang didalan
dirinya ditanamkan sifat mengakui tuhan,bebas,tanggung jawab.terpercaya,rasa tanggung
jawab atas dirinya atau alam semests,serta karunia keunggulan terhadap alam semesta,langit
dan bumi.masnusi dipusatkan kearah kecenderungan kepada kebaikan dan
kejahatan.kemajuan mereka dimulai dari ketidakmampuannya yang kemudian bergerak kea
rah kekuatan,akan tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan mereka,kecuali jika
1
ramayilus,ilmu pendidikan islam(jakarta :kalam mulia,1998)hlmn 49-50

5
mereka dekat dengan tuhanya dan mengingatnya .kapasitas mereka tidak terbatas baik dalam
kemampuan belajar m aupun dalam menerapkan ilmu.mereka memiliki keluhuran dan
martabat nalutiah.motivasi dan pendorong mereka dalam banyak hal,tidak bersifat
kebendaan.Akhirnya mereka dapat leluasa memanfaatkan nikmat dan karunia yang
dilimpahkan kepada mereka,namun pada saat yang sama mereka menunaikan kawajiban
mereka kepada tuhan.

Sayyid Qutb menafsirkan”khalqan akhar”pada Q.S 23;12-14 sebagai berikut “manusia


dijadikan sebagai manusia yang unik[khalqan akhar]ketika proses perkembangan biologinya
sudah sempurna dalam Rahim ibunya.ketika itu janin sudah tidak lagi mengalami
perkembangan unsur-unsur biologis,dalam arti pertumbuhan kerangka tubuh .pada saat itu
manusia sudah siap untuk memasuki tahap pertumbuhan yang baru,yang membedakannya
dari hewan.yang membawa manusia pada tahap kejadian yang unik dan baru itu adalah
ditiupkannya roh kedalam dirinya.2 masaklah ini semakin dapat difahami dengan adanya
firman Allah SWT dalam surat yang lain.

“kemudian Dia menyempurnakan dan menitipkan dalam tubuhnya roh[ciptaannya]dan Dia


menjadikan dari kamu pendengaran,penglihatan dan hati[tetapi]kamu sedikit sekali
bersyukur’’.[Q.S. 34:9].

Ayat diatas menjelaskan bahwa dengan adanya roh itulah maka manusi dapat memiliki
penglihatan[al samu’]pendengaran [al-abshar]dan perasaan dalam hati [al-afidah] yang
menjadi ciri khas manusia. Hadist nabi berikut ini akan menjelaskan lebih lanjut waktu
penghembusan roh tersebut dalam ayat diatas.

“sesungguhnya kamu diciptakan dalam kandungan ibumu 40 hari mani,kemudian selama itu
pula segumpal darah,kemudian selama itupula segumpal daging,kemudian dikirimkan roh
oleh tuhan dan IA menghembuskan roh itu kedalam jasadnya.’[H.R BUKHARI]

Harun Nasution memberikan komentar sebagai berikut ‘’yang menarik perhatian opada
perkembangan penciptaan seperti yang dijelaskan pada ayat dan hadis diatas adalah
masuknya jiwa kedalam janin,setelah yang tersebut akhir ini mengalami perkembangan
serratus dua puluh hari dalam kandungan ibu .selama empat bulan setelah sperma dan ovum
bersatu,janin dengan demikian belu memiliki jiwa dan hanya dikataka sebagai tubuh yang
hidup belum menjadi manusia yang sebenarnya .sedangkan janin sebelum masuknya jiwa itu
merupakan calon manusia.3

Selanjutnya Harun Nasution mengatakan sebagai berikut “manusia dalam konsep islam
jadinya tersusun dari 3 unsur yakni tubuh,hayat dan jiwa .andaikan hayat telah
tiada ,tubuhpun mati dan jiwa meninggalkan tubuh yang mati itu,maka disinilah jiwa berpisah
dari tubuh dan pergi kenmbali kea lam im materi.menunggu hari perhitungan dihaddapan
Allah.sedang alam rohani yang digunakan unyuk menunggu itu biasa disebut dengan Alam
Barzah.
2
Ibid hlmn. 52
3
ibid

6
Unsur tubuh dan hayat menyebabkan manusia sama dengan binatang.unsyur roh inilah
yang menyebabkan manusia mempunyai akal,penglihatan,pendengaran,perasaan dan hati
nurani.Berkenaan dengan hal ini AL-ATHAS menyebut bahwa manusia sebagai “Binatang
Rasional”.rasional berarti mengacu pada nalar yang merumuskan makna-makna yang
melibatkan pemikiran,perbedaan,dan penjelasan.disamping “aql” ada “qalb” keduanya
substansi rohaniah yang dapat memahami dan membedakan kebenaran dan kepalsuan.

Dengan kekeutamaan yang diberikan allah kepada manusia dari makhluk lain,manusia
dibebani dengan tugas yang cukup berat tetapi mulia yaitu menjadi khalifash allah dimuka
bumi .fungsi khalifah disini tidak lain adalah merupakan amanah yang mengakibatkan adanya
tanggung jawab.firman ALLAH SWT yang artinya”sesungguhnya tuhan menjadikan manusia
sebagai khalifah ‘’[Q.S. 2;30].

Semua ciri khusus yang dimiliki oleh manusia harus diperhatikan oleh pendidik dalam
menghadapi peserta didiknya ,karna pengetahuan tentang itu mendasari pandangan guru
agama tentang muridnya,sehingga dalam oproses Pendidikan tidak menekan pada unsur
jasad dan hayat saja,akan tetapi lengkap dengan unsur rohnya.

Dengan berpijak pada paradigama”Belajar sepanjang masa “,maka istilah yang tepaty untuk
menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik bukan anak didik .karna peserta
didik cukup luas ,yang tidak hanya melibatkan anak-anak ,tetapi juga pada orang -orang
dewasa.sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-
kanak.penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa Lembaga Pendidikan tidak
hanya disekolah [Pendidikan formal],tapi juga klembaga Pendidikan dimasyarakat seperti
majelis taklim,Paguyuban dan lain sebagainya.4

Pada dasarnya peserta didik merupakan “raw material” [bahan mentah] didalam proses
transformasi yang disebut Pendidikan .berbeda dengan komponen-komponen lain dengan
system Pendidikan karna kita menerima “material” ini sudah setengah jadi.karna memang
peserta didik dadlam islam memiliki fitrah yang dianugerahkan ioleh Allah.sedangkan
komponen-komponen Pendidikan lain dapat dirumuskan dan disusun sesuai dengan fasilitas
dan kebutuhan yang ada.

Namun demikian membicarakan peserta didik,sesungguhnya kita juga membicarakan


hakikat manusia yang membutuhkan bimbingan.para ahli psikologi mempunyai pandangan
yang berbeda terhadap manusia.Aliran psikonalisis beranggapan bahwa tingkah laku manusia
Pada dasarnya digerakkan dengan dorongan -dorongan dari dalam yang mengontrol
kekuatan psikologis yang sejak semela ada dalam diri individu.manusia tak lagi bebas
menentukan nasibnya,sebab tingkah laku manusia semata mata digerakkan untuk
memjuaskan kebutuhan dsn insting biologisnya.Aliran Humanistik beranggapan bahwa
manusia senantiasa dalam proses untuk wujud[be coming]namun tidak pernah selesai dan
tidsak pernah sempurna.tingkah laku manusia tidak semata mata digerakkan oleh dorongan
untyuk memuaskan dirinya sendiri namun oleh rasa tanggung jawab social,dan kebutuhzn
untuk mencapaisesuatu.aliran hevavorisme bderanggapan bahwa bahwa tingkah laku manusia

4
Abdul mujib dan jusuf mudzakkir,ilmu pendidikan islam(jakarta: kencana perdana media,2006)hlmn 103

7
merupakan reaksi dan rangsangan yang datang dari luar dirinya .manusia ditentukan oleh
lingkungan karena proses interaksi teris menerus antar individu dengan
lingkungannya.hubungan interaksi itub diatur oleh hokum hokum belajar,pembiasaan
[conditioning]dan peniruan.5

Sama halnya dengan teori barat,peserta didik dalam Pendidikan islam adalah individu yang
sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik,psikologis,dan religious dalam mengarungi
kehidupan didunian dan akhirat kelak.definisi tersebut memberi arti bahwa perserta didik
merupakan individu yang belum dewasa.anak kandung adalah peserta didik dalam
keluarga,murid adalah peserta didik dalam sekolah ,anak-anak penduduk adalah peserta didik
masyarakat sekitar,dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu
negara.

Dalam istilah tasawwuf peserta didik seringkali disebut sebagai murid atau”thalib”.secara
etimologi murid berarti “orang yang menghendaki “ sedangkan menurut arti Terminologi
murid berarti”pencari hakikat dibawah bimbingan dan arahan dan bimbingan saeorang
spiritual[mursyid].sedangkan thalib menurut Bahasa ialah”orang yang mencari” sedangkan
menurut istilah tasawuf adaklah penempuh jalan spiritual.diman ia berusaha keras untuk
menimpa dirinya untuk mencapai derajat sufi.penyebutan murid ini juga disebut untuk
peserta didik pada sekolah tinggat dasar dan menengah sementara untuk perguruan tinggi
lazim nya disebut dengan mahasiswa.

Dalam proses belajar mengajar,pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta
didiknya sebagai subjek dan objek Pendidikan.kesalahan dalam memahami hakikat peserta
didik dapat menjadi kegagalan dalam proses Pendidikan ,beberapa hal yang perlu dipahami
mengenai karakteristik peserta didik adalah:

1]peserta didik bukan miniature orang dewasa,ia memounyai funia sendiri,sehinbgga metode
beklajar mengajar tidak boleh disamakan dengan orang dewasa.iorang dewasa tidak patut
mengeksploitasi dunia peserta disdik.

2]peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu
semaksimal mungkin.kebutuhan individu mmenurut Abraham Maslow terdapat 5 hierarki
kebutuhan yang dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:

a.kebutuhan taraf dasar [basic needs] yang meliputi kebutuhan fisik ,rasa aman dan
terjamin ,cinta dan ikut memiliki social dan harga diri.

b.meta kebutuhan[meta needs] metiputi apa saja yang terkandung dalan aktualisasi diri
seperti jkeadila,kebaikan,keindahan,keteraturan,kesatuan dan lain sebagainya.

Pemenuhan kebutuhan manusia memiliki tingkat kesulitan yang hierarkis.kebutuhan yang


berada pada hierarkis paling bawah akan mudah dicapai oleh semua manusia .pemenuhan

5
Ramayilus,ilmu pendidikan islam(jakarta:kalam mulia,1998)hlmn 48-49. nampak nya pandangan ahli psikilogi
di atas menutut lang-gulung,di pengaruhi oelh pemikiran filsafat atau setidaknya memiliki kecenderungan yang
di peengaruhi berbagai faktor yang tidak senantiasa dapat di buktikkan secara empirik walaupun metodologi
yang di gunakan tidak keluar dari metode ilmiah

8
kebutuhan yang mengakibatkan kepuasan hidup adalah pemenuhan meta kebutuhan,sebab
pemenuhan kebutuhan ini unyuk pertumbuhan yang timbulnya dari luar diri
[eksternal]sedangkan pemenuhgan kebutuhan dasar hanya diakibatkan kekurangan yang
berasal dari dalam diri [internal].meskipun demikian masih ada lagi kebutuha yang belum
terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu yaitu kebutuhan akan transendensi kepada
tuhan .individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidah dapat dijelaskan dengan kelima
hierarki tersebut,sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridho dari allah.

3]Peserta didik meliliki perbedaan antara individu satu dengan yang lainnya ,baik perbedaan
yang disebabkan oleh factor edogen[fitrah]maupun eksogen [lingkungan] yang meliputi
intelegensi,jasmani,social,bakat,minat dan lingkungan yang mempengaruhinya,Dalam teori
psokologi ,terdapat 3 bagian tentang individu.

seperti Semua orang lain ,yang karnanya perlu perlakuan Pendidikan yang sama satu deng
yang lainnya.

#seperti Sejumlah orang lain ,yang karnanya perlu perlakuan Pendidikan yang berbeda antara
anak yang umum [kecerdasan rata-rata] dengan yang khusus [sangat cerdas /bodoh]

#seperti Tidak seorangpun,yang karnanya perlu perlakuan Pendidikan yang berbeda antara
antara individu satu deng lainnya.

4]peserta didik dipandang sebagai kesatuan system manusia .sesuai dengan hakjikat
manusia ,peserta didik sebagai makhluk monuprularis,maka pribadi peserta didik walaupun
terdiri dari banyak segi ,merupakan satu kesatuan jiwa raga [cipta,rasa,karsa]

5]pesertaa didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam Pendidikan yang dimungkin
kan aktif ,kreatif serta produktif.setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri seperti
[swadaya] dan kreativitas sendiri seperti [daya cipta] sehingga dalam Pendidikan tidak
memandang anak sebagai objek pasif yang biasanya hanya menerima ,mendengarkan saja.

6]Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola


perkembangan tertentu dan memiliki pola perkembangan serta tempo dan iramanya.implikasi
dalam Pendidikan adalah bagaimana proses Pendidikan itu dalam disesuaikan dengan pola
dan tempo ,serta irama perkembangan peserta didik.

Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia atau periode
perkembangannya ,karena usia itu bisa menentukan tingkat
pengetahuan,intelektual,emosibakat,minat peserta didik,baik dilihat dari dimensi
biologis,psikologis,dedaktis.

Dalam psikologis perkembangan disebutkan bahwa periodesasi manusia pada dasarnya itu
dibagi menjadi 5 tahapan;

1]Tahap Asuhan [0-2 th]yang lazim disebut fase Neonatus.dimulai dari kelahiran sampai
kira-kira usia dua tahun,pada tahap ini individu belum memiliki kesadaran dan daya

9
intelektual ,ia hanya mampu menerima rangsanfan yang bersifat biologis dan psikologis
melalui air susu ibunya.pada fase ini belum diterapkan interaksi edukasi secara
langsung,karena itu proses edukasi dapat dilakukan dengan cara:

~memberi adzan ditelinga kasna dan iqomah ditelinga kiri ketika baru lahir [HR-ABU
YA`LA dari husain bin ali] adzan dan iqamah bagaikan password untuk membuka system
syaraf rohani agar anak teringat dengan apa yang ada dalam alam arwah dulu dan perjanjian
Allah SWT [Qs Al araf 172]memberi nama yang baik sebaik nama-nama allah yang ada
daklam asmaul husna.[HR BUHKORI]

~Memotong Aqiqah,dua kambing untuk bayi laki-laki dan satu kambing untuk bayi
perempuan.pemotongan ini selain untuk menunjukkan rasa syukur kepada allah ,juga sebagai
lambing atau symbol pengorbanan dan kepedulian dari orang tua kepada bayinya.agar
anaknya nanti menjadi anak sholeh,dan menuruti keinginan baik orang tuanya.

~Memberi nama yang baik ,yaitu Nama yang secara psikologis mengingatkan atau
berkorelasi denbgan perilaku yang baik misaklnya Asmaul husna ,nama-nam nabi,nama-nam
sahabat,nama-nama orang yang shaleh dan lain sebagainya.

~Membiasakan hidup yang suci,bersih,dan sehat.

~Memberi asi sampai usia 2 tahun.asi selain memiliki komposisi gizi yang sesuai dengan
kebutuhan bayi,juga dapat menambah keakraban,kehangatan dan kasih sayang ibu dengan
bayinya atau sebaliknya.kekurangan asi akan dapat mengakibatkan perilaku buruk seperti
tidak menuruti keinginan orang tua,karena secara psikologi hunungan mereka tidak
akrab.Perhatikan firman Allah SWT :”para ibu hendaklah menyusukan anaknbya selama 2 th
penuh ,yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuhan’’[QS Al-Baqarah 233]

~Memberikan makanan dan minuman yang bergizi dan halal [Al-Baqarah 168]dan
membiasakan hidup bersih dan suci.kekurangan asi dan hidup suci dan bersih ,akan
mengakibatkan buruk bagi perkembangan peadogogis dan psikologis bagi sang anak.

2.Tahap Pendidikan jasmani dan pelatihan pancaindera [usia2-12 th]yang lazim disebut
sebagai masa kanak-kanak.[At-thifl/As shobi] yaitu mulai masa neonates sampai pada masa
polusi [mimpi basah] .mulai tahap ini anak mulai memiliki potensi-potensi
biologis,peadagogis,dan psikologis.karna itu,tahapan ini mulai diperlukan adanya
pembinaan,pelatih bimbingan,pengajaran dan pelajaran yang sesuai dengan bakat yang is
miliki.[QS Ar rum 30]

Minat [Al-kahvi 29]dan kemampuannya [QS hud;93]. Proses pembinaan daan pelatihan lebih
efektif lagi apabila anak sudah menginjak usia sekolah dasar .hal tersebut dikarenakan pada
fase ini ,anak mulai ajtif dan dan memfungsikan potensi-potensi inderenya walaupun masih
pada taraf pemula..proses edukasi dapat diterapkan dengan penuh kasih sayang.perintah dan
larangan disajikan dalan bentuk cerita-cerita yang menarik dan memberikan kesimpulan
untunya,serta melatih anak untuk melakukan aktivitas positif yang dapat membiasakan

10
dirinya dengan bail,apabila apabila kelak menginjak fase berikutnya pepatah arab
mengatakan

‫من شب على شيئ شاب علي‬


‘’barang siapa yang membiasakan sesuatu [dihari mudanya] ,maka ia akan terbiasa olehnya
[di hari tuanya]’’.

Tugas Pendidikan pada fase ini adaklah menumbuhksan potensi-potensi indra dan psikologis
seperti perndengaran,pengklihatan dan hati nurani.Tugas orang tua adalah bagaimana anak
mampu meranfsang pertumbuhabn dengan berbagai potensi tersebut,agar anaknya mampu
bekerja secara maksimal .firman Allah SWT :”Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu
kalian dalam keadaan tidak mengetahui apapun ,dan Ia memberikan
pendengaran,penglihatan,dan hati nurani agar kamu mau bersyukur.”[QS An-naml:78].

Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih hidup dengan baik.seperti dalam
berbicara,makan,bergaul,penyesuaian diri dengan lingkungan dan berperilaku.pembiasaan ini
terjai terutama pasa aspek-aspek doctrinal agama.terutama hyang berkaitang dengan
keimanan.melalui metode uswah hasanah.

3.Tahap pembentukan watak dan Pendidikan agama [usia 12-20 th] fase ini lazimnya disebut
dengan tamyiz,yaitu fase diman anak mampu membedakan antara baik dan yang buruk ,yang
benar dan yang salah.atau fase baligh [disebut juga fase mukallaf]dimana ia telah sampai
berkewajiban memikul beban taklif dari Allah SWT.

Usia ini anak telah memiliki kesadaran penuh ,sehingga ia diberi beban tanggung jawab
[taklif] terutama tanggung jawab agama dan social.Menurut At Taftazani fase ini dianggap
sebagai fase yang mana individu mampu bertindak untuk menjalankan hokum ,baik yang
terkait dengan perintah atau larangan.seluruh perilaku mukallaf haus dipertanggung
jawabkan,karena hal itu akan berimbas pada pahala dan dosa.

Fase ini juga ditandai dengan adanya 2 hal,yaitu:

A..Pemahaman dicapai dengan pendayagunaan akal,karena dengan akal mak seseorang


memiliki kesadaran penuh dalam bertindak.Individu yang tidak memiliki pemahaman yang
cukup maka ia tidak dikenai beban taklif.seperti anak kecil,orang gila,orang terpaksa,orang
tidur,pingsan dan orang yang bersalah.

B.Kecakapan [Al-Ahliyyah]yaitu dipandang cakap melaksanakan perintah,sehingga


perbuatan apa saja dapat dipertanggung jawabkan dan memiliki implikasi hokum .kecakapan
terdiri atas 3 macam yaitu:

-kecakapan melaksanakan {Ahliyyah Ada’]yaitu kecakapan bertindak hokum yang telah


dianggap sempurna untuk mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya baik positif atau
negative.kecakapan ini disyaratkan untuk berakal,baligh,dan cerdas dalam memahami titah
tuhan .

11
-kecakapan Kewajiban [Ahliyyah Wujub] yaitu kecakapan untuk menerima kewajiban-
kewajiban dan hak-haknya.

Pada tahap ini anak mengalami perubahan biologis yang drastic,postur tubuh hamper
menyerupai orang dewasa walaupun taraf kematangan jiwanya belum mengimbanginya.pada
tahap ini anak mengalami masa transisi ,masa yang menuntut anak untuk hidup dalam
kebimbangan antara masyarakat yang telah melembaga .agsknya gtak cocok dalam
kehidupan sehari-hari.sehingga ia ingin melepaskan diri dari belunggu norma dan Susila
masyarakat untuk mencari jati dirinya .ia ingin hidup seperti oang dewasa yang diakui,dan
dihargai .tetapi aktivitas yang dilakukan masih kekanak-kanak an ,sehingga sering kali orang
tua masih mengikat dan membatasi kehidupannya,agar nantinya dapat mewarisi dan
mengenmbangkan apa yang diperoleh orang tuanya. Proses edukasi ini adalah untuk
memberikan suatu model ,mode,dan modus yang islami pada anak tersebut.Sehingga ia
masmpu hidup remaja ditengah-tengah masyarakat tanpa meninggalkan kode etis islamnya.
Tujuan pendidik adalah untuk mengubah presepsi konkret peserta didik menuju pada presespi
abstrak,misalnya psesepsi mengenai ide ide ketuhanan,alam semesta ,dan
sebagainya.pengembangan-pengembangan normative agama melalui institute sekolah ,baik
yang berkenaan dengan aspek kognitif,,afektif mau pun psikomotorik .Dalam hal ini nabi
SAW bersabda :”perintahlah anak-anak kalian untuk melakukan sholat pada usia 7 tahun,dan
pukullah apabila ia meninggalkannya pada usia 10 tahun,dan pisahkan ranjangnya”
[HR.Ahmad Abu Dawud dan Al Hakim dari abdulloh bian amar]. Hadis diatas menjelaskan
bahwa usia 7 tahun merupakan usia mulai berkembangnya kesadaran akan perbuatan baik
dan buruk,benar dan salah.Sehingga Nabi SAW memerintahkan orang tua untuk mendidik
sholat kepada anak-anaknya.Ketika usia 10 tahun tinggat kesadaran anak akan perbuatan baik
dan buruk benas dan salah itu akan mendekati sempurna.sehingga nabi memerintahkan orang
tua untuk memukul anaknya yang meninggalkan sholat . Makna memukul disini tidak berarti
biologis ,seoperti memukul kepala atau atau anggota tubuh lainnya,melainkan bersifat
psikologis seperti menggugah kesadarannya atau menjatuhkan mentalnya.

1.Tahap Kematangan [usia 20-30 tahun]

Pada tahap ini anak telah beranjak menmjadi dewasa yaitu dewasa dalam arti
sebenarnya,mencskup kedewasaan biologis,psikologis,social dan kedewasaan religious.Pada
fase ini mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak,bersikap,mengambil
keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri.Oleh kartena itu proses edukasi dapat
dilakukan dengan memberi pertimbangan dalam memilih teman hidupnya yang memiliki ciri
mukafa`ah [ideal] dalam aspek agama,ekonomi,social dan sebagainnya. [HR.Bukhori –
Muslim dan Abu Hurairah].Pemilihan pasangan hidup yang ideal akan mencetak calon
pendidik di rumah tangga yang kelak akan bertanggung jawab atas Pendidikan anak kandung
dirumah.

2.Tahap Kebijaksanaan [usia 30-meninggal].

12
Menjelang meninggal lazimnya fase ini disebut Azm al umur [lanjut usia] atau syuyukh
[tua] .Pada tahap ini manusia telah menemukan jati dirinya yanghakiki .sehingga tindakan
nya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan perlindungan bagi yang
lain.proses edukasi dapat dilakukan dengan cara mengingatkan agar mereka berkenan
sedekah atau zakat bila ia lupa {QS.Ali Imran ;92]serta mengingatkan akan harta dan anak
yang dimiliki agar selalu diclarmabaktikan kepad agama,negara dan masyarakat sebelum
menjelas akhir hayatnya.

Peserta didk merupakan individu yang akan dipenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan ,sikap
dan tingkah lakunya .sedangkan pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan
tersebut.Akan tetapi dalam proses kehidupan dan Pendidikan secara umum batas antar
keduanya sulit ditentukan .karena adanya salaing mengisi,saling membantu,saling meniru dan
ditiru

B. Sifat-sifat dan Kode Etik Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

saling memberi dan menerima informasi yang dihasilkan .Battle dan Robert I menyatakan
bahwa keberhasilan pendidik dalam proses Pendidikan adalah apabila ia telah mencapai hasil
yang paling tinggi yaitu peserta didiknya mampu

Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. AlGhazali,
yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman," merumuskan sebelas pokok kode etik peserta
didik, yaitu:6

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang
rendah dan watak yang tercela (takhalli) dan mengisi dengan akhlak yang terpuji (tahalli)
(perhatikan QS. al- An'am: 162, al-Dzariyat: 56).

2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi (QS. adh-


Dhuha: 4). Artinya, besemata-mata untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga belajar ingin
berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi, baik di
hadapan Allah dan manusia.

3.Bersikap tawadlu' (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi untuk
kepentingan pendidiknya. Sekalipun ia cerdas, tetapi ia bijak dalam menggunakan kecerdasan
itu pada pendidiknya, termasuk juga bijak kepada teman-temannya yang IQ-nya lebih rendah.

4.Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia terfokus
dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam belajar.

5.Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi maupun untuk
duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah). Ilmu terpuji dapat
mendekatkan diri kepada Allah, sementara ilmu tercela akan menjauhkan dari-Nya dan
mendatangkan permusuhan antarsesamanya.
6
Ibid,hlmn.113-114

13
6.Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah (konkret)
menuju pelajaran yang sukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardlu 'ain menuju ilmu yang
fardlu kifayah (QS. al-Insyiqaq: 19).

7.Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya, sehingga
peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam. Dalam konteks
ini, spesialisasi jurusan diperlukan agar peserta didik memiliki keahlian dan kompetensi
khusus (QS. al- Insyirah: 7]

8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari,sehingga mendatangkan


objektivitas dalam memandang suatu masalah.

9. Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk Allah
SWT, sebelum memasuki ilmu duniawi.

10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan,yaitu ilmu yang bermanfaat
dapat membahagiakan,menyejahterahkan, serta memberi keselamatan hidup dunia akhirat.

11. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit
terhadap dokternva, mengikuti segala prosedur dan metode madzab yang diajarkan oleh
pendidik-pendidik pada umumnya, serta diperkenankan bagi peserta didik untuk mengikuti
kesenian yang baik.

Menurut Ibnu Jamaah, yang dikutip oleh Abd al-Amr Syams al-Din, etika peserta didik
terbagi atas tiga macam,7 yaitu:

(1)terkait dengan diri sendiri, meliputi membersihkan hati,memperbaiki niat atau motivasi,
memiliki cita-cita dan usaha yang kuat untuk sukses, zuhud (tidak materialistis), dan penuh
kesederhanaan.

(2) terkait dengan pendidik, meliputi patuh dan tunduk secara utuh, memuliakan, dan
menghormatinya,senantiasa melayani kebutuhan pendidik dan menerima segala hinaan atau
hukuman darinya.

(3) terkait dengan pelajaran,meliputi berpegang teguh secara utuh pada pendapat
pendidik,senantiasa mempelajarinya tanpa henti, mempraktikkan apa yang dipelajari dan
bertahap dalam menempuh suatu ilmu.

Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi peserta didik dengan enam macam, yang
merupakan kompetensi mutlak dan dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan.8 Syarat yang
dimaksud sebagaimana dalam syairnya:

‫ اال ال تنال العلم اال بستة‬# ‫سانبيك عن مجموعها ببيان‬


‫ ذكاء وحرص واصطبار وبلغة‬# ‫وارشاد استاذ و طول الزمان‬

7
Ibid,hlmn.115.
8
ibid

14
"Ingatlah! Engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu kecuali karena enam syarat; aku akan
menjelaskan keenam syarat itu padamu, yaitu: kecerdasan,

hasrat atau motivasi yang keras, sabar, modal (sarana), petunjuk guru, dan masa yang
panjang (kontinu)".

Dari syair tersebut dapat dipahami bahwa syarat-syarat pencari ilmu adalah mencakup enam
hal, yaitu:9

Pertama: memiliki kecerdasan (dzaka'); yaitu penalaran, imajinasi, wawasan (insight),


pertimbangan, dan daya-»penyesuaian, sebagai proses mental yangdilakukan secara cepat dan
tepat. Kecerdasan kemudian berkembang dalam tiga definisi,

yaitu: (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat
dan efektif.

(2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur,
seperti memahami, berpendapat, mengontrol, dan mengkritik.

(3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali Jenis-jenis
kecerdasan meliputi:

(1) kecerdasan intelektual yang menggunakan otak kiri dalam berpikir linear

(2) kecerdasan emosional, yang menggunakan otak kanan/intuisi dalam


berpikir asosiatif
(3) kecerdasan moral, yang menggunakan tolok ukur baik buruk dalam
bertindak.
(4) kecerdasan spiritual, yang mampu memaknai terhadap apa yang dialami
dengan menggunakan otak unitif
(5) kecerdasan qalbiyah atau ruhaniyah yang puncaknya pada ketakwaan diri
kepada Allah SWT.Kelima kecerdasan ini harus dimiliki oleh peserta didik
sebagai persyaratan pertama dan utama dalam mencapai keberhasilan
pendidikannya.

Kedua: memiliki hasrat (hirsh), yaitu kemauan, gairah, moral dan motivasi yang tinggi
dalam mencari ilmu, serta tidak merasa puas terhadap ilmu yang diperolelmya. Hasrat ini
menjadi penting sebagai persyaratan dalam pendidikan, sebab persoalan manusia tidak
sekadar mampu (qudrah) tetapi juga mau (iradah).

Simbiotis antara mampu (yang diwakili kecerdasan) dan mau (yang diwakili hasrat) akan
menghasilkan kompetensi dan kualifikasi pendidikan yang maksimal.

Maksud motivasi (motivation) pendidikan di sini adalah keseluruhan dorongan, keinginan,


kebutuhan, dan daya yang sejenis yang mengarahkan prilaku dalam pendidikan. Motivasi
pendidikan juga diartikan satu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan
9
Ibid,hlmn.116-119.lihat dalam burhana al-islam al-zamuzi,ta’lim al muta’alimft thariq(surabaya:salim
nabha,tt)hlmn15

15
faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,
mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran pendidikan.

Dalam pendidikan, motivasi berfungsi sebagai pendorong kemampuan, usaha, keinginan,


menentukan arah, dan menyeleksi tingkah laku pendidikan. Kemampuan adalah tenaga,
kapasitas, atau kesanggupan untuk melakukan suatu perbuatan, yang dihasilkan dari bawaan
sejak lahir atau merupakan hasil dari pengalaman. Usaha ialah penyelesaian suatu tugas
untuk mencapai keinginan.

Sedangkan keinginan adalah satu harapan, kemauan, atau dorongan untuk mencapai sesuatu
atau untuk membebaskan diri dari suatu perangsang yang tidak menyenangkan.Motivasi
belajar dalam Islam tidak semata-mata untuk memperoleh

(1) berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju, dan
berkembang

(2) berafiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif,

(3) berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi

(4) berkekuasaan, yaitu dorongan untuk memengaruhi orang lain dan situasi, tetapi
lebih dari itu, belajar memiliki motivasi beribadah, yang mana dengan belajar seseorang
dapat mengenal (ma'rifah) pada Allah SWT, karena Dia hanya mengangkat derajat bagi
mereka yang beriman dan berilmu (QS. al-Mujadalah: 11, az-Zumar: 9)'

ketiga: Bersabar dan Tabah (ishtibar) serta tidak mudah putus asa dalam belajar, walaupun
banyak rintangan dan hambatan, baik hambatan ekonomi, psikologis, sosiologis, politik,
bahkan administratif. Sabar merupakan inti dari kecerdasan emosional. Banyak orang yang
memiliki kecerdasan intelektual yang baik, tetapi tidak dibarengi oleh kecerdasan emosional
(seperti sabar ini) maka ia tidak memperoleh apa-apa.

Sabar adalah menahan (al-habs) diri, atau lebih tepatnya mengendalikan diri, yaitu
menghindarkan seseorang dari melaksanakan perintah, dan menerima cobaan dalam proses
pendidikan (QS. ali Imran: 200).

Menurut al-Ghazali, sabar terkait dengan dua aspek, yaitu: Pertama, fisik (badani), yaitu
menahan diri dari kesulitan dan kelelahan badan dalam belajar.

Dalam kesabaran ini sering kali mendatangkan rasa sakit, luka dan memikul beban yang
berat; Kedua, psikis (nafsi), yaitu menahan diri dari natur dan tuntutan hawa nafsu yang
mengarahkan seseorang meninggalkan pertimbangan rasional dalam mencari ilmu.

Salah satu kelebihan Nabi Khidhir dibandingkan dengan Nabi Musa adalah bahwa Nabi
Khidhir mengetahui suatu

16
peristiwa yang belum terjadi. Sebagaimana yang dilukiskan [QS. al-Kahfi ayat 65-72 ] bahwa
kunci pengetahuan Nabi Khidhir yang tidak dimiliki Nabi Musa adalah sabar, sehingga
berkali-kali Nabi Khidhir mengatakan: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup
sabar bersamaku."

Dalam kisah ini, sabar menjadi kunci bagi kecerdasan individu dalam memperoleh
pengetahuan, yang oleh temuan dewasa ini disebut dengan kecerdasan emosional. Nabi
Khidir memperoleh ilmu ladunni,dengan mengetahui hal-hal yang gaib atau belum terjadi,
disebabkan oleh kesabarannya. Kesabaran (sebagai inti

kecerdasan emosional) mengantar kesuksesan individu, sekalipun tidak melupakan jenis


kecerdasan yang lain.

Keempat: Mempunyai seperangkat modal dan sarana (ibulghah) yang memadai dalam
belajar.

Dalam hal ini, biaya dan dana pendidikan menjadi penting, yang digunakan untuk
kepentingan honor pendidik, membeli buku dan peralatan sekolah, dan biaya pengembangan
pendidikan secara luas. Perolehan ilmu bukan didapat secara gratis, karena profesionalisme
pendidikan melibatkan sejumlah kegiatan dan

sarana yang membutuhkan biaya. Bahkan akhir-akhir ini, sekolah yang mahal adalah sekolah
yang diminati oleh masyarakat. Memang benar, dari sudut material, investasi yang
dikucurkan untuk dana pendidikan tidak akan memperoleh laba yang besar, bahkan boleh jadi
merugi. Namun secara spiritual, justru inilah investasi yang hakiki dan abadi yang dapat
dinikmati untuk jangka panjang dan masa depan di akhirat (perhatikan QS, an-Nisa': 95, al-
Anfal: 72, at-Taubah: 20, 41, 44, 81, 88, 111).

Kelima: Adanya petunjuk pendidik (irsyad ustadz),

sehingga tidak terjadi salah pengertian (misunderstanding) terhadap apa yang dipelajari,
Dalam belajar, seseorang dapat melakukan metode autodidak, yaitu belajar secara mandiri
tanpa bantuan siapa pun. Sekalipun demikian, pendidikan masih tetap berperan pada peserta
didik dalam menunjukkan

bagaimana metode belajar yang efektif berdasarkan pengalaman sebagai seorang dewasa,
serta yang terpenting, pendidik sebagai sosok yang perilakunya sebagai suri teladan bagi
peserta didik.

Dalam banyak hal, interaksi pendidikan tidak dapat digantikan dengan membaca, melihat
dan mendengar jarak jauh, tetapi dibutuhkan face to face antara

kedua belah pihak yang didasarkan atas suasana psikologis penuh empati, simpati, atensi,
kehangatan, dan kewibawaan.

Keenam: Masa yang panjang (thul-Al zaman), yaitu

17
belajar tiada henti dalam mencari ilmu (no limits to study) sampai pada akhir hayat, min
mahdi ila lahdi (dari buaian sampai liang lahat). Syarat ini berimplikasikan bahwa belajar
tidakhanya di bangku kelas atau kuliah, tetapi semua tempat yang menyediakan informasi
tentang pengembangan kepribadian, pengetalman, dan keterampilan adalah termasuk juga
lembaga pendidikan.

C. Dimensi-dimensi Peserta Didik

Suatu hal yang sangat perlu juga diperhatikan oleh seorang pendidik dalam, membimbing
peserta didiknya adalah "kebutuhan peserta didik". Al-Qussy membagi pula kebutuhan
manusia dalam, dua kebutuhan pokok yaitu: (1) Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani
seperti: makan, minum, seks

dan sebagainya; (2) Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohaniah.Selanjutnya ia membagi


kebutuhan rohaniah10 kepada 6

(enam) macam yaitu:


(1) Kebutuhan kasih sayang
(2) Kebutuhan akan rasa aman
(3) Kebutuhan akan rasa harga diri
(4) Kebutuhan akan rasa bebas
(5) Kebutuhan akan sukses
(6) Kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau pengendalian diri
manusia, seperti pengetahuan-pengetahuan
lain yang ada pada setiap manusia yang berakal.
Law head membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:11

1. Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, bernafas, perlindungan,


seksual, kesehatan dan lain-lain.
2. Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan, belajar,
menghubungkan diri dengan dunia yang lebih luas (mengembangkan diri),
mengaktualisasikan dirinya sendiri dan lain-lain.
3. Kebutuhan yang menyangkut jasmani rohani, seperti istirahat, rekreasi,
butuh supaya setiap potensi-potensi fisik dapat dikembangkan semaksimal
mungkin, butuh agar setiap, usaha/ pekerjaan sukses dan lain-lain.
4. Kebutuhan sosial seperti supaya dapat diterima oleh teman-temannya
secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang yang lebih tinggi dari dia
seperti orang tuanya, gurugurunya dan pemimpin-pemimpinnya, seperti
kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya (biasanya dirasakan lebih akhir)
merupakan tuntutan rohani yang mendalam
yaitu, kebutuhan untuk meningkatkan diri yaitu kebutuhan terhadap agama.

10
Ramayilus,ilmu pendidikan islam(jakarta:kalam mulia,1998),hlmn.54
11
Ibid,hlmn.54-55

18
Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa kebutuhan yang paling essensial adalah
kebutuhan terhadap agama.

Agama dibutuhkan karena manusia memerlukan orientasi dan obyek pengabdian dalam
hidupnya. Oleh karena itu tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan agama.Para ahli
tafsir seperti: Mohamma Hijazi, Sayyid Muhammad Husin al-Thaba Thabai, dan Mushafa al
Maraghi, mempunyai pendapat yang sama bahwa fitrah beragama pada hakekatnya adalah
kebutuhan manusia. Oleh karena itu para ahli menyebut bahwa manusia itu adalah makhluk
yang beragama (homo religius)”.™

Kebutuhan-kebutuhan peserta didik di atas harus diperhatikan oleh setiap si pendidik,


sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang serta mencapai kematangan psikis dan pisik.
Pendidik agama di samping ia memperhatikan kebutuhan-kebutuhan biologis dan psikologis
ataupun kebutuhan pada masa kanak-kanak pertama (dua sampai enam tahun) mungkin si
anak

menanyakan tentang Tuhan (rupa-Nya, tempat-Nya dan ke- kuasaan-Nya). Mulai umum lebih
kurang 7 tahun pertanyaan anak- anak terhadap Tuhan

telah berganti dengan cinta dan hormat dan hubungannya dipengaruhi oleh rasa percaya dan
iman. Dan pada masa akhir kanak-kanak (10-12 tahun) fungsi

Tuhan bagi si anak telah meningkat. Tuhan sebagai penolong baginya dalam menghadapi
dorongan jahat dan tidak baik dalam hatinya, serta Tuhan akan

menolongnya melindungi yang lemah, terutama jika ia merasa lemah dan kekurangan.
Gambaran Allah yang seperti itu akan menolong si anak dalam kesukaran dan penderitaan.
Dan pada umur remaja, kepercayaan kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, tetapi
kadang-kadang akan menjadi

berkurang, yang terlihat pada ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas.
Perasaannya kepada Tuhan tergantung pada perubahan

emosi yang sedang dialaminya. Kadang-kadang ia sangat membutuhkan Tuhan terutama


ketika mereka akan menghadapi bahaya, takut akan gagal

atau merasa berdosa. Tapi kadang-kadang ia kurang membutuhkan Tuhan, ketika merasa
senang riang dan gembira. Yamani mengemukakan bahwa

tatkala Allah membekali insan itu dengan nikmat ber- fikir dan daya penelitian, diberinya
pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan

belajar mengenali alam sekitarnya di samping rasa ketakutan terhadap rasa kegarangan dan
kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi

untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan pembimbingannya di saat-saat
yang gawat. Insan primitif telah menemukan

19
apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri, berangsur-angsur dan silih berganti menuj
gejala-gejala alam tadi sesuai dengan penemuannya dan menetapkannya ke dalam jalan
kehidupannya. Dengan demikian timbullah penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau
benda-benda lainnya dari gejala-gejala alam. primer dan sekunder seperti dijelaskan di atas,
maka penekanannya adalah memenuhi kebutuhan anak didik terhadap agama karena ajaran
agama yang sudah, dihayati, diyakini dan diamalkan oleh anak didik, akan dapat mewarnai
seluruh aspek kehidupannya. Setiap pendidik yang mengabaikan kebutuhan terhadap agama
ini hanya akan mampu meraih sebagian kecil dari kepribadiannya, atau bahkan usahanya
akan sia- sia sama sekali sebab pendidikan yang tidak memperhatikan kebutuhan tersebut
tidak akan dapat menjamah psikologi manusiawi yang terdalam.Selain kebutuhan-kebutuhan
di atas, ada aspek penting lain pada peserta didik yang harus diperhatikan dalam sebuah
proses pendidikan. Aspek tersebut adalah potensi peserta didik. Potensi itu menurut
Munawar Khalil sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, disebutkan bahwa potensi
sebagai hidayah yang

bersifat umum dan khusus yaitu:12


• Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi manusia, yang berujud insting atau
naluri yang melekat dan langsung berfungsi pada saat
manusia dilahirkan di muka bumi ini.
• Hidayah Hissyah yaitu potensi Allah yang diberikan kepada manusia
dalam bentuk kemampuan indrawi sebagai penyempurna hidayah pertama.
• Hidayah Aqliah yaitu potensi akal sebagai penyempurna dari kedua
hidayah di atas. Dengan potensi akal ini manusia mampu berpikir dan
berkreasi menemu
kan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari fasilitas yang diberikan
kepadanya untuk fungsi kekhalifahannya.
• Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama yang diberikan kepada manusia
yang berupa keterangan tentang hal- hal yang menyangkut keyakinan
dan aturan perbuatan yang tertulis dalam al-Qur'an dan Sunnah.
• Hidayah Taufiqiyah yaitu hidayah sifatnya khusus. Sekalipun agama
telah di turunkan untuk keselamatan manusia,
tetapi banyak manusia yang tidak menggunakan akal dalam kendali agama. Untuk itu,
agama menuntut agar manusia selalu diberi petunjuk yang lurus berupa hidayah dan taufiq
agar manusia selalu berada dalam keridhaan Allah.

Quraish Shihab berpendapat bahwa untuk menyukseskan tugas-tugasnya selaku khalifah


Tuhan dimuka bumi, Allah makhluk ini dengan potensi-potensi tertentu antara lain:13

• Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi dan kegunaan segala


macam benda. Hal ini tergainbar dalam firman Allah SWT:
“Dia telah mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya".
(Q.S. Al- Baqarah: 231)
• Ditundukkan bumi, langit, dan segala isinya: binatangbinatang, planet
dan sebagainya oleh Allah kepada manusia (Q.S. Al-Khasiah: 12-13).
12
Ramayilus,ilmu pendidikan islam,cet.keempat9jakarta:kalam mulia,2004),hlmn.102..
13
Ibid.,hlmn.102-103.

20
• Potensi akal pikiran serta panca indra (Q.S. Al Mulk: 23)
• Kekuatan positif untuk merubah corak kehidupan manusia ini
(Q.S.13:11)

Disamping potensi yang bersifat di atas, manusia dilengkapi dengan potensi yang bersifat
negatif yang merupakan kelemahan manusia. Kelemahan pertama adalah potensi untuk
terjerumus dalam godaan hawa nafsu dan syetan, seperti yang digambarkan dengan godaan
syetan kepada adam dan hawa, sehingga keduanya melupakan peringatan Tuhan untuk tidak
mendekati pohon terlarang (Q.S. Thaha: 15-27). Kelemahan kedua, banyak masalah yang tak
dapat dijangkau oleh pikiran manusia, khususnya menyangkut diri, masa depan, serta banyak
hal yang menyangkut manusia.Dalam Hasan Langgulung bahwa pada prinsipnya potensi
manusia menurut pandangan Islam tersimpul pada sifat-sifat Allah (asma'ul husna) yang
berjumlah 99 buah. Sebagai contoh sifat al-ilm yang dimiliki Allah, maka manusiapun
memiliki sifat tersebut, dengan sifat itu manusia senantia berupaya untuk mengetahui sesuatu.
Untuk mengaktifkan potensi ini, maka Allah menjadikan alam dan isinya termasuk diri
manusia sebagai ayat Allah yang harus dibaca dan dianalisa. Namun demikian, bukan berarti
kemampuan manusia sama tingkatannya dengan kemampuan Allah. Hal ini disebabkan
karena perbedaan hakikat keduanya. Manusia memiliki keterbatasan. Dari keterbatasan ini
menjadikan manusia sebagai mahluk yang memerlukan bantuan untuk memenuhi
keinginannya. Keadaan ini menyadarkan manusia akan keterbatasannya dan ke Maha
kuasaan Allah. Dengan potensi yang terbatas ini,

dimanapun. manusia, kapan- pun dan dalam keadaan bagimanapun diharapkan tetap ada
jalinan rohani, zikir kepada Allah dan tidak boleh putus, mengingat

manusia adalah ciptaan Allah yang dependen pada Yang Maha Pencipta.

Karena adanya potensi yang positif dan negatif serta keterbatasan manusia, sebagai
penyempurnaan nikmat Tuhan kepada makhluk-Nya, dianugrahkanlah kepadanya oleh Tuhan
yang mengetahui hakikat manusia petunjuk-petunjuk yang disesuaikan dengan hakikat itu,
serta disesuaikan pula dengan

fungsinya selaku khalifah di muka bumi, yaitu potensi untuk senantiasa condong pada fitrah
yang hanif. Sebagaimana firman Allah SWT:

‫و اقم وجهك للدين حنيفا فطرت هللا التي فطر الناس عليها ال تبديل لخلق هللا ذلك الدين القيم ولكن اكثر‬
‫الناس ال يعلمون‬
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah tetaplah atas fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Q.S. Al-
Rum: 30)

Pengertian fitrah yang ditunjukkan ayat di atas memberi pengertian bahwa manusia
didptakan Allah dengan naluri beragama tauhid yaitu Islam. Namun dalam pengembangan

21
selanjutnya, Hasan langulung, memberi pengertian fitrah yang lebih luas yaitu pada
pengertian dasar yang dimiliki oleh setiap

manusia. Potensi tersebut merupakan embrio semua kemampuan manusia yang memerlukan
penempaan lebih lanjut dari lingkungan insani maupun non insani untuk bisa berkembang.
Untuk mengaktulisasikan potensi yang dimilikinya tersebut manusia memerlukan bantuan
orang lain yaitu pendidikan. Menurut Widodo Supriyono, manusia merupakan makhluk
multidimensional yang berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Secara garis besar ia
membagi manusia pada dua dimensi yaitu dimensi fisik dan rohani. Secara rohani, manusia
mempunyai potensi kerohanian yang tak terhingga banyaknyan Potensi-potensi tersebut
nampak dalam bentuk memahami sesuatu (ulil albab), dapat berpikir/merenung,
mempergunakan akal, dapat beriman, bertaqwa, mengingat atau mengambil

pelajaran, mendengar kebenaran firman Tuhan, dapat berilmu, berkesenian, dapat menguasai
teknologi tepat guna dan terakhir manusia lahir ke dunia telah membawa fitrah. Zakiah
Daradjat, membagi manusia kepada tujuh dimensi pokok yang masing-masingnya dapat
dibagi kepada dimensidimensi kecil. Ketujuh dimensi tersebut adalah: dimensi fisik, akal,
agama, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan sosial kemasyarakatan. Semua dimensi tersebut
harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan Islam.14

1. Dimensi Fisik (jasmani)


Fisik atau jasmani terdiri atas organisme fisik, organisme fisik manusia lebih sempurna
dibandingkan organisme-organisme makhluk-makhluk lainnya. Pada dimensi ini, proses
penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun tumbuhan, sebab semuanya
termasuk bagian dari alam. Setiap alam biotik, memiliki unsur material yang sama, yakni
terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa jasad
manusia, tersusun dari sel-sel yang terbentuk dari bagian-bagian yang disebut organel yang
tersusun dari molekul-molekul senyawa unsur-unsur kimiawi yang terdapat di bumi. Namun
manusia merupakan makhluk biotik yang unsur-unsur pembentukan materialnya bersifat
profesional antara keempat unsur tersebut sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang
sempurna dan terbaik penciptaannya. Firman Allah:"Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (Q.S. At-Tiin: 4)

Keempat unsur di atas merupakan materi yang abiotik (tidak bidup). Ia akan hidup jika
diberi energi kehidupan yang bersifat fisik (thaqat al-jismiyah). Energi kehidupan ini
lazimnya disebut nyawa. Karena nyawa manusia hidup, Ibnu Maskawaih menyebut energi
tersebut dengan al-hayat (daya hidup].

Sedangkan at-Ghazali menyebutnya dengan ruh jasmaniyah (ruh material), daya hidup ini
merupakan vitalitas ini tergantung sekali kepada konstruksi fisik seperti susunan sel, fungsi
kelenjar, alat pencernaan, susunan saraf sentral, urat, darah, daging, tulang sumsum, kulit,
rambut dan sebagainya.Dengan ini manusia dapat bernafas, merasa sakit, haus lapar, panas,
dingin, keinginan seks dan sebagainya. Jadi aspek jasmani ini memiliki dua natur yaitu natur

14
Ibid.,hlmn,107-122.

22
kongkrit berupa tubuh kasar yang tampak dan natur abstrak berupa nyawa yang menjadi
sumber kehidupan tubuh. Aspek abstrak jasmani inilah

yang mampu berinteraksi dengan aspek rohani manusia.

Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di dalam alQur'an dan hadits ditentukan prinsip-
prinsip tentang pendidikan jasmani di antaranya: Firman Allah SWT: "Bersihkanlah
pakaianmu, jauhkanlah kejahatan" (Q.S. al-Mudatsir: 4-5),

Firman Allah SWT: "Siapkan bagi mereka sesanggupmu suatu kekuatan" (al-Anfal: 60)
Juga firman Allah SWT:

"Makan dan minumlah dan jangan kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah

tidak suka orang-orang yang berlebih-lebihan". (al-a'raf: 31) juga firman Allah SWT: "Ibu-
ibu haruslah menyusukan anak-anaknya dua tahun penuh". (al-Baqarah: 233) Sabda
Rasulullah SAW:

"Cukuplah dosa manusia bahwa ia menyia- nyiakan orang yang barus diberinya makan”.
(Abu Daud, al- Nasa'i dan al-Mukmin). Juga

Sabda Nabi SAW: "Jika anjing menjilat bejana kamu hendaklah ia menyiramnya kemudian
dibasuhinya tujuh kali". Sabda Rasulullah

"Jika kamu mendengar berita ta'un di suatu negeri maka janganlah kamu memasukinya dan
jika kamu berada di suatu negeri (sedang taun datang ke situ) janganlah

kamu keluar dari negeri itu”. Juga sabda Rasulullah SAW: "Kami adalah suatu kaum yang
tidak makan kecuali kalau sudah lapar dan kalau kami makan kami tidak kenyang". Juga'
sabda Rasulullah . : "Berobatlah, sebab yang menciptakan penyakit juga menciptakan obat”.
(H.R. Ahmad).

Juga sabda Rasuluflah SAW: "Ajarkanlah kepada anak-anak kalian renang, melempar
lembing (tombak) dan menunggang kuda".

Mendidik jasmani dalam Islam, memiliki dua tujuan sekaligus yaitu:

a. Membina tubuh sehingga mencapai pertumbuhan secara sempurna.


b. mengembangkan energi potensial yang dimiliki manusia berlandaskan
fisik, sesuai dengan perkembangan fisik manusia.

2. Dimensi Akal

AI-Ishfahani, membagi akal manusia kepada dua macam yaitu:

• Aql al-Matbbu`, yaitu akal yang merupakan pancaran dari Allah sebagai
fitrah illahi. Akal ini menduduki posisi yang
sangat tinggi, namun demikian, akal ini tidak akan bisa berkembang
dengan baik secara optimal, bila tidak dibarengi

23
dengan kekuatan akal lainnya, yaitu aql al-masmu`.
• Aql al-masmu', yaitu akal yang merupakan kemampuan menerima yang
dapat dikembangkan oleh manusia. Akal ini bersifat aktif dan berkembang
sebatas kemampuan yang dimilikinya lewat bantuan proses perinderaan,
secara bebas. Untuk mengarahkan agar akal ini tetap berada dijalan Tuhannya,
maka keberadaan akan masmu' tidak dapat dilepaskan.
Sedangkan fungsi akal manusia terbagi kepada enam yaitu:
• Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia dapat mengerti apa
yang tidak dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai
kewajiban.
• Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam
menghadapi sesuatu baik yang tampak jelas maupun yang tidak jelas.
• Akal adalah petunjuk yang dapat membedakan hidayah dan Kesesatan.
• Akal adalah kesadaran batin dan pengaturan.
• Akal adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi penglihatan
mata.
• Akal adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang
akan dihadapi, la menghimpun semua pelajaran diri apa yang pernah terjadi
untuk menghadapi apa yang akan terjadi, la menyimpan, mewadahi,
memulai dan mengulangi semua pengertian itu. Akal dapat memahami
setiap perintah kebajikan dan memahami setiap larangan mengenai
kejahatan.
Meskipun demikian kemampuan akal cukup terbatas. Pada dimensi ini, akal memerlukan
bantuan al-qalb. Sebab dengan alqalb tersebut, manusia dapat merasakan eksistensi arti
immaterial dan kemudian menganalisanya lebih lanjut.

Dalam dunia pendidikan, fungsi intelektual atau kemampuan akal manusia atau peserta didik
dikenal dengan istilah kognitif. Istilah kognitif berasal dari cognition yang padanannya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognisi ialah peroleh, penataan dan
penggunaan pengetahuan.

Kognitif sebagai salah satu peranan psikologis yang berpusat di otak meliputi setiap perilaku
mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan. Mendidik akal, tidak lain adalah
mengaktualkan potensi dasarnya. Potensi dasar itu sudah ada sejak manusia lahir, tetapi
masih berada dalam alternatif: berkembang menjadi akal yang baik, atau sebaliknya tidak
berkembang sebagaimana mestinya.Dengan pendidikan yang baik, akal yang masih berupa
potensi akhirnya menjadi akal yang siap dipergunakan. Se- baliknya,membiarkan potensi akal
tanpa pengarahan yang positif,akibatnya bisa fatal. Karenanya pendidikan akal memiliki arti
yang penting dibatasi pandangan akal itu. Dengan demikian tenaga akal itu akan terhindar
dari cengkraman hal- hal yang gaib yang tidak bisa dijangkaunya. Islam memberi
kemungkinan kepada manusia untuk mengetahui hal-hal yang gaib, tapi itu merupakan
kemampuan roh, sedangkan akal hanya mampu menangkap dan menghayati hal-hal yang
kon- krit yang dapat ditangkap oleh indra. Maka dalam Islam sumber pengetahuan dan
kebenaran itu bukan dari akal, karena banyak hal lain yang,tidak dapat dijangkau oleh akal.

24
Adapun tujuan pendidikan akal, berdasarkan semangat Islam secara utuh, adalah akal yang
sempurna menurut ukuran ilmu dan takwa. Dengan kata lain, setelah mengalami pendidikan
dalam arti yang luas, akal seseorang diharapkan mencapai tingkat perkembangan yang
optimal, sehingga mampu berperan sebagaimana yang diharapkan, yaitu untuk berpikir dan
berzikir.Dalam. AI-Qur'an tidak kurang dari 300 kali Allah memperingatkan manusia untuk
menggunakan akalnya dalammemperhatikan alam semesta. Di antaranya adalah seperti
firman Allah SWT:

‫وسخر لكل اليل و النهار والشمس والقمر والنجوم مسخرات باءمره ان في ذلك اليات لقوم يعقلون‬
Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu
ditundukkan (untukmu) terdapat dengan perintahNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benarbenar terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mempergunakan akal".
(Q.S. An-Nahl: 12)

Melalui ayat di atas, Allah mengajak manusia untk mengembangkan dan mempergunakan
akalnya semaksimal mungkin untuk mengenal dan memanfaatkan alam semesta untuk
kepentingan hidupnya. Dengan dasar ini, jelaslah bahwa materi dalam pendidikan akal adalah
seluruh alam ciptaan Allah meneliti sekalian makhluk-Nya dengan penuh kesempurnaan,
memberi indikasi bahwa tujuan akal yang sebenarnya

adalah untuk meyakini, mengakui dan mempercayai eksistensi Allah. Inilah yang merupakan
ciri khas pendidikan Islam, yaitu internalisasi (penanaman) dan transformasi (pembentukan)
nilai-nilai ilahi ke dalam diri peserta didik.

3. Dimensi Keberagamaa

Manusia adalah makhluk yang berketuhanan atau disebut homodivinous (makhluk yang
percaya adanya Tuhan) atau

disebut juga homoreligious artinya makhluk yang beragama. Berdasarkan hasil riset dan
observasi, hampir seluruh ahli ilmu

jiwa sependapat bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang
bersifat universal, Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi
kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan
kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.Dalam pandangan Islam, sejak
lahir manusia telah mempunyai jiwa agama, jiwa yang mengakui adanya zat yang

Maha Pencipta dan Maha Mutlak yaitu Allah SWT. Sejak di dalam roh, manusia telah
mempunyai komitmen bahwa Allah adalah tuhannya. Pandangan ini bersumber pada firman
Allah SWT: "Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?. "Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi", (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (Keesaan Allah)". (Q.S. al-A'raf: 172)

25
Muhammad Hasan Hamshi, menafsirkan fitrah pada ayat di atas dengan ciptaan Allah, yaitu
bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Pandangan
tersebut diperkuat oleh Syeh Muhammad Abduh dalam tafsirnya yang berpendapat bahwa
agama Islam adalah agama fitrah.Demikian juga Abu Ala al-Muadudi menyatakan bahwa
agama Islam identik dengan watak tabi'i (human nature). Islam memandang ada suatu
kesamaan di antara sekian perbedaan manusia. Kesamaan itu tidak pernah akan berubah
karena pengaruh ruang dan waktu. Yaitu potensi dasar beriman (aqidah tauhid) kepada Allah.
Aqidah tauhid merupakan fitrah (sifat dasar) manusia sejak misaq dengan Allah. Sehingga
manusia pada prinsipnya selalu ingin kembali kepada sifat dasarnya meskipun dalam keadaan
yang berbeda-beda. Pandangan Islam terhadap fitrah inilah yang membedakan kerangka nilai
dasar pendidikan Islam dengan yang lain. Dalam, konteks makro, pandangan Islam terhadap
kemanusiaan ada tiga implikasi dasar yaitu: Pertama, implikasi yang berkaitan dengan

pendidikan di masa depan, di mana pendidikan diarahkan untuk mengembangkan fitrah


seoptimal mungkin dengan tidak mendikotomikan materi. Kedua, tujuan (ultimate goal)
pendidikan, yaitu muttaqin yang akan tercapai bila manusia menjalankan fungsinya sebagai
abdullah dan khalifah sekaligus. Ketiga,muatan materi dan metodologi pendidikan, diadakan
spesialisasi dengan metode integralistik dan disesuaikan dengan fitrah manusia. Manusia
adalah hasil dari proses pendidikan yang mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pendidikan akan
mudah tercapai

kalau ia mempunyai kesamaan dengan sifat-sifat dasar dan kecenderungan manusia pada
obyek-obyek tertentu. Menurut

Abdurrahman Shaleh Abdullah, praktek kependidikan yang tidak dibangun di atas dasar
konsep yang jelas tentang sifat dasar manusia pasti akan gagal.Berkaitan dengan sifat dasar
inilah pendidikan Islam dirumuskan untuk membentuk insan muttaqin yang memiliki
keseimbangan dalam segala hal berdasarkan iman yang mantap untuk mendapatkan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

4. Dimensi Akhlak

Salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dalam pendidikan Islam adalah Ahlak.
Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak. Tidak berlebih-lebihan kalau
kita katakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama
dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai, akhlak-
akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang
diajarkan oleh agama. Sehingga seorang muslim tidak sempurna agamanya bila akhlaknya
tidak baik. Hampir- hampir filosof-filosof pendidikan Islam sepakat, bahwa pendidikan
akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Sebab bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan
Islam. Sebab salah satu tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah pembinaan ahlak al-
karimah.

Menurut Iman al-Ghazali, bahwa akhlak yang disebutnya dengan tabiat manusia dapat dilihat
dalam dua bentuk, yaitu:

26
(1) tabiat-tabiat fitrah, kekuatan tabiat pada asal kesatuan tubuh dan
berkelanjutan selama hidup. Sebagian tabiat tersebut lebih kuat
lebihlama dibandingkan dengan tabiat lainnya. Seperti tabiat syahwat
yang ada pada manusia sejak ia dilahirkan, lebih kuat dan lebih sulit
diluruskan dan diarahkan dibanding tabiat marah.
(2) Akhlak yang muncul
dari suatu perangai yang banyak diamalkan dan ditaati, sehingga menjadi
bagian dari adat kebiasaan yang berurat berakar pada dirinya.
Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu hasil dari iman dan
ibadat, karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna
kecuali kalau dari situ muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak dalam
Islam bersumber pada iman dan taqwa
mempunyai tujuan langsung, yang dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh, yaitu ridha Allah
SWT. Adapun ciri akhlak Islam antara lain:

(1) bersifat menyeluruh (universal).


Akhlak Islam adalah suatu metode (minhaj) yang sempurna,
meliputi seluruh gejala aktifitas biologis
perseorangan dan masyarakat. Meliputi segala hubungan manusia dalam segala
segi kehidupannya, baik hubungan
dengan Tuhan, dengan manusia, mabluk lainnya dan dengan alam.
(2) Ciri-ciri keseimbangan Islam dengan ajaran-ajaran dan akhlaknya .
menghargai tabiat manusia yang terdiri dari berbagai dimensi
memperhatikan seluruh tuntutannya dan
kemaslahatan dunia dan akhirat.
(3) Bersifat sederhana.
Akhlak dalam Islam berciri kesederhanaan dan tidak berlebihan
pada salah satu aspek. Ciri ini memastikan manusia berada pada
posisi pertengahan, tidak berlebih lebihan dalam suatu urusan dan tidak pula
bakhil.
(4) Realistis. Akhlak Islam sesuai dengan kemampuan manusia dan sejalan
dengan naluri yang sehat.
Islam tidak membebankan manusia kecuali sesuai dengan kemampuannya dan
dalam batas-batas yang masuk akal.
(5) Kemudahan. Manusia tidak dibebani kecuali dalam‘batasbatas
kesanggupan dan kekuatannya, ia tidak dianggap bertanggung jawab dari
akhlak (moral) dan syara' kecuali jika berada dalam keamanan, kebebasan dan
kesadaran akal yang
sempurna.
(6) Mengikat kepercayaan dengan amal, perkataan dan perbuatan dan teori
dan praktek.
(7) Tetap dalam dasardasar dan prinsip-prinsip akhlak umum. Akhlak Islam
kekal sesuai dengan zaman dan cocok untuk segala waktu, ia tidak tunduk pada
perubahan dan pertukaran sesuai dengan hawa nafsu.
Pembentukan akhlak yang mulia merupakan tujuan

27
utama pendidikan Islam. Hal ini dapat ditarik relevansiny dengan tujuan
Rasulullah diutus oleh Allah:
"Bahwasanya saya diutus untuk menyempurnakan budi pekerti". (HR.
Bukhari).
Tujuan dari pendidikan ahlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral
baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai,
bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain
pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (iai-
fadhilah).

Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran,aktifitas, merupakan sarana
pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak
di atas segala-galanya.Pendidikan akhlak dalam. Islam telah dimulai sejak anak dilahirkan,
bahkan sejak dalam kandungan Perlu disadari bahwa pendidikan akhlak itu terjadi melalui
semua segi pengalaman hidup, baik melalui penglihatan, pendengaran dan pengalaman atau
perlakuan yang diterima atau melalui pendidikan dalam arti yang luas. Pembentukan akhlak
dilakukan setahap demi setahap sesuai dengan irama pertumbuhan dan perkembangan,
dengan mengikuti proses yang alami.

5. Dimensi Rohani (Kejiwaan)

Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang sangat penting, dan memiliki pengaruh
dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia.
Penciptaan manusia mengalami kesempurnaan setelah Allah meniupkan sebagian ruh
ciptaan-Nya.

Firman Allah SWT:

‫فاذا سويته ونفخت فيه من روحي فقعو له ساجدين‬


"Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya
ruh-Ku, maka tunduk sujudlah kamu kepadanya". (Q.S. alHajr: 29)Sehubungan dengan ayat
di atas al-Ghazali menjelaskan: Insan adalah makhluk yang diciptakan dari tubuh yang dapat
dilihat oleh pandangan dan jiwa yang bisa ditanggapi oleh akal dan bashirah. Tetapi tidak
dengan panca indera. Tubuhnya dikaitkan dengan tanah dan ruhnya pada nafs atau
diri/jiwanya. Allah maksudkan ruh itu ialah apa yang kita ketahui sebagai jiwa atau an-
nafs".AI-Ghazali membagi roh kepada dua bentuk:

(1) al-ruh
yaitu daya manusia untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal tuhannya dan mencapai ilmu
pengetahuan, sehingga- dapat menentukan manusia berkepribadian, berakhlak mulia serta
menjadi motivator sekaligus penggerak bagi manusia dalam melaksanakan perintah Allah
SWT;

(2) al-nafs yang berarti panas alami yang mengalir pada pembuluh-
pembuluh nadi, otot-otot dan syaraf manusia, la, sebagai tanda adanya kehidupan pada diri

28
manusia. Al-nafs dalam konteks ini diistilahkan dengan nyawa (al-hayat), yang membedakan
manusia dengan benda mati, tapi tidak membedakannya dengan makhluk lain seperti hewan
dan tumbuhan, karena sama-sama memiliki al-nafs. Akan tetapi berbeda pada tingkat esensial
antara al- nafs, manusia sebagai makhluk mulia, dengan makhluk lainnya yang sama-sama
memiliki al-nafs.

Sedangkan Al-Shari'ati menyebut roh yang ditiupkan kepada manusia adalah the spirit of
God (rub Ilahi). Roh ini bersifat

metafisis (gaib), dinamis, menghidupkan dan "luhur" di atas. Dengan sifatnya yang dinamis,
memungkinkan manusia untuk meraih derajat yang setinggi-tingginya. Atau menjerumuskan
diri pada derajat yang serendah-rendahnya. Manusia memiliki

kehendak bebas (the freedom of will) untuk mendekatkan diri ke kutub "Roh Ilahi" atau, ke
arah kutub "tanah".Firman Allah SWT:

"Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah


mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya" (Q.S. Al-Syams 7-10)
Berdasarkan ayat di atas dapat dilihat bahwa roh manusia itu bisa berkembang ke taraf yang
lebih tinggi apabila manusia berusaha ke arah itu. Menurut al-Ghazali jalan ke arah itu adalah
dengan peningkatan iman, amal dan mempererat hubungan yang terus menerus dengan Allah
SWT, melalui ibadah terus menerus, zikir, tilawah al-Qur'an dan doa atau dengan kata, lain
melalui

peningkatan keberagamaan. Dengan memperbanyak ibadah maka rohani manusia akan


mencapai kebahagiaan dan ketentraman yang tiada taranya.Setiap manusia dalam hidupnya
menginginkan kebahagiaan dan pada hakikatnya setiap usaha, yang dilakukan oleh manusia,
adalah dalam rangka mewujudkan kebahagiaan tersebut. Berbagai usaha telah dilakukan
manusia untuk mencari kebahagiaan. Dengan akal, ilmu pengetahuan, teknologi dan berbagai
fasilitas telah berhasil, diciptakan manusia, untuk menunjang kehidupannya, namun
kebahagiaan tetap tidak diperoleh. Malahan berbagai fasilitas tersebut dapat menimbulkan
berbagai problema dan kesulitan. Secara fisik materiil kebututan manusia terpenuhi, namun
secara mental spiritual mengalami pendangkalan. Padahal dimensi mental spiritual inilah
yang mampu menjamin kebahagiaan manusia. Islam dengan enam pokok keimaman
(arkanul iman), dan lima pokok ajarannya (arkanul Islam) memupuk dan mengembangkan
fungsi-fungsi kejiwaan dan memelihara keseimbangannya serta menjamin ketentraman batin.
Oleh karena itu maka dalam rangka terlaksana usaha untuk mewujudkan kebahagiaan
tersebut adalah dengan pendidikan agama. Yang dimaksud dengan pendidikan agama tidak
hanya upaya untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan agama, tapi sekaligus upaya
untuk menanamkan nilai keagamaan dan membentuk sikap keagamaan sehingga menjadi
bagian dari kepribadian mereka.

6. Dimensi seni (keindahan)

29
Seni adalah ekspresi roh dan daya manusia yang mengandung dan mengungkapkan
keindahan. Seni adalah bagian dari hidup manusia. Allah telah menganugerahkan kepada
manusia berbagai potensi rohani maupun indrawi (mata, telinga dan lain sebagainya). Seni
sebagai salah satu potensi rohani, maka nilai seni dapat diungkapkan oleh perorangan sesuai
dengan

kecenderungannya, atau oleh sekelompok masyarakat sesuai dengan


budayanya, tanpa adanya batasan yang ketat kecuali
yang digariskan Allah.Firman Allah SWT:
"Maha Suci Allah dari segala kekurangan dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan". (Q.S. AI-Nahl: 1)
Sebagai manifestasi dan refieksi dari kehidupan manusia, maka seni merupakan sarana
bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan
melaksanakan fungsi kekhalifahannya di atas dunia ini. Jadi tujuan seni bukanlah untuk seni,
tapi memiliki tujuan jangka panjang yaitu kebahagiaan spiritual dan material manusia di
dunia dan di akhirat serta menjadi rahmat bagi segenap alam di bawah naungan keridhaan
Allah SWT.

Dimensi seni (keindahan) pada diri manusia tidak boleh diabaikan. Sebaliknya perlu
ditumbuhkan, karena keindahan itu akan menggerakkan batinnya, memenuhi relung-relung
hatinya, meringankan beban kehidupan yang kadang menjemukan, dan menjadikan
merasakan keberadaan nilai-nilai, serta lebih mampu menikmati keindahan hidup.Keberadaan
seni dalam Islam telah diperlihatkan langsung oleh Allah SWT lewat tuntunan-Nya yaitu al-
Qur'an, nilai keindahan al-Qur'an yang maha mulia menunjukkan kehadiran Ilahi dalam objek
pengetahuan manusia. Karena al-Qur'an adalah ekspresi kebijaksanaan dan pengetahuan

Allah, tuntunan dan petunjuk-Nya, kehendak dan perintah-Nya. Keindahan alQur'an dapat
dilihat dari segi kekuatan teksnya untuk menundukkan dan mengatasi setiap
perbandingan maupun dari segala sastranya, merupakan bukti ke-ilahian. Hal inilah yang
merupakan kemukjizatan al-Qur'an. Sebuah mukjizat yang bersifat universal. Ia ditunjukkan
kepada seluruh manusia di setiap masa dan setiap orang mampu untuk menangkap dan
mengapresiasikannya jika ia mempunyai pembawaan yang kuat untuk merasakan
keindahan.Firman Allah SWT:"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu,
padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu
makan". (AI-Nahl:5)

Ayat tersebut menjelaskan hikmah dan manfaat binatang. Kemudian pada ayat berikutnya
Allah SWT berfirman:"Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu
membawanya kembali ke kandang dan ketika kami melepaskannya ke tempat
pengembalaan”. (Q.S. AI-Nahl: 6)

َ‫َولَ ُك ْم فِيهَا َج َما ٌل ِحينَ تُ ِريحُونَ َو ِحينَ تَس َْرحُون‬

Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali
ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan

30
Ayat ini mengingatkan sisi keindahan yang mengingatkan keindahan Rabbani yang
digambarkan langsung oleh Sang Pencipta, yaitu Allah SWT.Islam tidak hanya mengajak
manusia untuk merasakan

keindahan, mencintai dan menikmatinya, tapi juga menekankan agar manusia


mengungkapkan perasaan dan kecintaan itu yang juga merupakan suatu keindahan Nilai
keindahan sangat erat kaitannya dengan keimanan.

Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, ia semakin mampu untuk menyaksikan dan
merasakan keindahan yang dicipta- kan Allah di alam. Seorang mukmin juga mendntai
keindahan, karena Rabbnya mencintai yang indah. Allah itu indah dan mencintai yang indah.
Seni bagi seorang mukmin adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
meningkatkan keimanan, bukan menjadi sesuatu yang dapat menimbulkan kelalaian dan
kesombongan yang dibenci oleh Allah dan manusia. Oleh karena, itu seorang pendidik
hendaklah mampu mengarahkan peserta didiknya untuk dapat mengembangkan dimensi seni,
baik dalam bentuk bimbingan untuk merasakan dan menghayati nilai-nilai seni yang ada pada
alam ciptaan Allah (qur'any dan kauniy), maupun memotivasi mereka agar mampu
mengungkapkan nilai-nilai seni tersebut sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka
masing-masing.

7. Dimensi Sosial

Seorang manusia adalah makhluk individual dan secara bersamaan adalah mahluk sosial.
Keserasian antar individu dan masyarakat tidak mempunyai kontradiksi antara tujuan sosial
dan tujuan individu. Dalam Islam tanggung jawab tidak terbatas pada perorangan, tapi juga
social sekaligus. Tanggung jawab perorangan pada pribadi merupakan asas, tapi ia tidak
mengabaikan tanggung jawab sosial yang merupakan dasar pembentuk masyarakat.Setiap
individu adalah bagian dari kelompoknya. Kelompok terkecil dalam masyarakat adalah
keluarga. Individu merupakan bagian integral dari anggota kelompok di dalam masyarakat
atau keluarga, atau sebagai anggota keluarga dan pada waktu yang sama, sebagai anggota
masyarakat. Kelompok yang paling penting dan besar pengaruhnya adalah keluarga. Karena
Perkembangan dimensi sosial telah dimulai semenjak lahir.Dalam perkembangan sosial,
setiap individu menempatka dirinya di antara banyak individu lainnya. Maka agen sosialisasi
bagi seorang anak adalah ibu dan bapaknya. Setiap orang tua harus menyadari bahwa setiap
interaksinya dengan anak merupakan kesempatan-kesempatan baik untuk menanamkan
benih-benih penyesuaian sosial dan pembentukan watak yang dapat menghasilkan buah,
sesuatu yang sangat berharga dalam interaksi kemanusiaan. Sebelum anak menyadari dirinya
sendiri dan dunia sekitarnya, stimulan sosial yang diberikan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan jiwa sosial selanjutnya. Bahkan kecepatan perkembangan sosial anak
tergantung pada pemeliharaan sebelum lahir, yaitu bagaimana reaksi orang-orang di
sekitarnya terutama orang tua baik yang disadari atau tidak disadari terhadap keberadaannya,
dan kemudian dilanjutkan pendidikan setelah lahir.Pendidikan sosial ini melibatkan
bimbingan terhadaptingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka aqidah Islam yang

31
betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama Didalam al-Qur'an dan hadits ditemukan
prinsip-prinsip tentang pendidikan sosial. Sabda Rasulullah SAW:

"Perumpamaan orang-orang beriman yang saling cinta, tolong menolong, dan kasih sayang di
antara mereka adalah bagaikan suatu tubuh. Bila salah satu bagian dan tubuh kita itu
merasakan kesakitan, maka seluruh tubuh akan merasakannya pula dengan menderita demam,
dan tidak dapat tidur".Ikatan kemasyarakatan yang kuat mendorong setiap orang untuk
berbuat menolong, sesamanya, bila ditimpa musibah dan kemalangan. Perbuatan demikian
merupakan pencerminan keimanan seseorang, seperti tercermin dalam ungkapan Nabi
melalui sabdanya:

"Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Maka ditanyakan

oleh para sahabat: "Siapakah ia, ya Rasulullah ? " Beliau menjawab:

"Orang yang tidur kekenyangan, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia


mengetahuinya".

Masyarakat yang baik menurut pengertian Islam, adalah masyarakat yang ikut merasakan
kesulitan-kesulitan orang lain. Tumbuhlah kemudian rasa cinta dan solider terhadap
sesamanya. Yang kaya harus menolong yang miskin, sedangkan orang yang kuat harus
menolong kepada yang lemah. Disebutkan oleh Rasulullah SAW, tentang dasar-dasar
solidaritas sosial:"Barang siapa yang membebaskan seorang mukmin dari suatu kesukaran

(musibah), maka Allah akan membebaskan dirinya dari kesukarankesukaran hari kiamat".
"Barang siapa yang meringankan bebannya di dunia dan akhirat". "Barang siapa yang
menutupi cacat (kejelekan) orang Islam, maka Allah akan menutupi cacatnya di dunia dan di
akhirat".

"Sesungguhnya Allah akan menolong hamba-Nya selama bamba-Nya itu suka menolong
saudaranya yang dapat meningkatkan iman, taqwa, takut kepada Allah danmengerjakan
ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepadaproduksi, menghargai waktu, jujur, ikhlas
dalam perbuatan, adil,kasih sayang, ihsan, mementingkan orang lain, tolong menolong,setia
kawan, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air danlain-lain lagi bentuk akhlak yang
mempunyai nilai sosial Didalam al-Qur'an dan hadits ditemukan prinsip-prinsip

tentang pendidikan sosial. Sabda Rasulullah SAW:

"Perumpamaan orang-orang beriman yang saling cinta, tolong menolong, dan kasih sayang di
antara mereka adalah bagaikan suatu tubuh. Bila salah satu bagian dan tubuh kita itu
merasakan kesakitan, maka seluruh tubuh akan merasakannya pula dengan menderita demam,
dan tidak dapat tidur".Ikatan kemasyarakatan yang kuat mendorong setiap orang untuk
berbuat menolong, sesamanya, bila ditimpa musibah dan kemalangan. Perbuatan demikian
merupakan pencerminan keimanan seseorang, seperti tercermin dalam ungkapan Nabi
melalui sabdanya:"Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Maka ditanyakan
oleh para sahabat: "Siapakah ia, ya Rasulullah ? " Beliau menjawab: "Orang yang tidur
kekenyangan, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia mengetahuinya".Masyarakat

32
yang baik menurut pengertian Islam, adalah masyarakat yang ikut merasakan kesulitan-
kesulitan orang lain. Tumbuhlah kemudian rasa cinta dan solider terhadap
sesamanya.Yangkaya harus menolong yang miskin, sedangkan orang yang kuat harus
menolong kepada yang lemah. Disebutkan oleh Rasulullah SAW, tentang dasar-dasar
solidaritas sosial:"Barang siapa yang membebaskan seorang mukmin dari suatu kesukaran
(musibah), maka Allah akan membebaskan dirinya dari kesukarankesukaran hari kiamat".
"Barang siapa yang meringankan bebannya di dunia dan akhirat". "Barang siapa yang
menutupi cacat (kejelekan) orang Islam, maka Allah akan menutupi cacatnya di dunia dan di
akhirat". "Sesungguhnya Allah akan menolong hamba-Nya selama bamba-Nya itu suka
menolong saudaranya"

Solidaritas sosial mengandung pengertian yang dalam,

baik yang menyangkut rasa mencintai dan merasakan kepada

penderitaan orang lain, berusaha meringankan beban yang

dipikul mereka, sampai menyangkut sikap menutupi kelemahan dan cacat dalam tubuh
mereka. Sikap ini tidak mungkin

timbul bila keimanan tidak tumbuh dalam diri seorang

muslim. Karena itulah Rasulullah SAW bersabda: yang artinya: ''Tidak beriman salah
seorang dari kalian, hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri".Demikianlah sistem pendidikan Islam, diharapkan dapat membentuk peserta didik
yang beriman, yang memiliki pribadi utama dan seimbang dalam keseluruhan dimensi
kehidupan peserta didik. Selaras dan seimbang karena segenap dimensi dan potensi yang ada
padanya bekerja dan berfungsi sesuai dengan batas kemampuan masing-masing

D. Keutamaan Belajar

Belajar merupakan sebuah proses penting dal'am kehidupan manusia, karena memang adanya
manfaat yang nyata dan besar dalam mengembangkan potensi yang terkandung dalam setiap
diri manusia. Sehingga tidak heran jika Islam sangat menaruh perhatian akan urgensi belajar
bagi setiap manusia, bahkan Islam telah mewajibkan untuk belajar.Imam al-Ghazali
memandang bahwa belajar merupakan sebuah kegiatan yang mulia dan terpuji. Ia
menyandarkan pendapatnya ini pada sebuah teks QS. at-Taubah: 122 yang berbunyi:15

‫َّهوا يِف الدِّي ِن َولُِيْن ِذ ُروا َق ْو َم ُه ْم ِإ َذا َر َجعُوا ِإلَْي ِه ْم‬ ِ ‫ِئ‬ ٍِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫َو َما َكا َن الْ ُمْؤ منُو َن لَيْنف ُروا َكافَّةً ۚ َفلَ ْواَل َن َفَر م ْن ُك ِّل ف ْرقَة مْن ُه ْم طَا َفةٌ ليََت َفق‬
‫لَ َعلَّ ُه ْم حَيْ َذ ُرو َن‬

15
Nur uhbiyati,ilmu pendidikan islam I (bandung:pustaka setia,1998),him.him104.

33
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
ٓ ‫فلوال نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ َع ٍة ِم ْنهُ ْم‬
‫طَاِئفَةٌ لِيَتَفَقَّهُ ُوا فِي الدِّين‬

Ada beberapa teks menyatakan:16

Artinya: "Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah
kepadanya jalan ke surga".

•Artinya: "Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu, tanda
rela dengan usahanya itu".

•Artinya: "Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu
adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya".

•Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan perempuan".

•Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzar ra. Nabi bersabda: "Menghadiri majlis orang
berilmu, lebih utama daripada mendirikan shalat seribu rakaat, mengunjungi seribu orang
sakit dan bertakziah seribu jenazah". Lalu orang bertanya: "Wahai rasulullah, dari membaca
Al-Qur'an?"Maka Nabi menjawab: "Adakah berguna al-Qur'an itu selain dengan ilmu?"

Artinya: "Barang siapa meninggal dunia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam,
maka antara dia dengan nabi-nabi dalam surga sejauh satu tingkat"

Berkata Ibnu Mubarak ra.: "Aku heran orang yang menutut ilmu, bagaimana ia mau
membawa dirinya kepada kemuliaan".

•Abu Darda' berkata: "Lebih suka saya mempelajari satu masalah daripada beribadah satu
malam".

•Ia menambahkan: "Orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu berserikat pada
kebajikan. Dan manusia lain adalah bodoh, tak ada kebajikan padanya".

•Ia berkata juga: "Barang siapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan jihad, maka
adalah dia orang yang kurang pikiran dan akal".

•Atha' berkata: "Majelis ilmu pengetahuan itu menutupkan tujuh puluh majelis yang sia-sia".

•Imam Asy-Syafi'i berkata: "Menuntut ilmu itu lebih utama daripada berbuat ibadah sunnah".

Dari beberapa teks tersebut, dapatlah diambil pemahaman bahwa belajar mempunyai peranan
yang penting'-dalam

kehidupan manusia, karena dengan belajar orang bisa pandai,

16
Ibid.,hlmn.105-106

34
ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia belum

mengetahui dan memahaminya. Dan selain belajar merupakan perbuatan yang mulia, ia juga
dinilai suatu ibadah dihadapan Allah. Selain itu masih banyak lagi keutamaan orang yang
berilmu dan menuntut ilmu.Sehingga tidak heran apabila ada teks yang menyatakan bahwa
ilmu yang merupakan hal terpenting dalam tujuan sebuah pendidikan, teks itu adalah:

‫ومن أراد اخرى فعليه بالعلم ومن أراد هما فعليه بالعم‬،‫ من أراد الدينار فعليه بالعلم‬Barangsiapa menghendaki
dunia, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa menghendaki akhirat hendaklah dengan
ilmu pula, dan barangsiapa yang mengendaki keduanya, maka haruslah dengan ilmu

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

35
B.Kritik dan saran

Untuk para pembaca jika kalau menemukan kesalahan dan kurang kesempurnaan dalam
pembahasan makalah ini,kami sebagi penyusun memohon untuk kepada pembaca untuk
meluruskan dengan cara memberi kritik dan saran yang membangun karena hanya saran dan
kritik para pembacalah kami bisa tahu kesalahan kami dan kami akan berusaha memperbaiki

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu pendidikan islam:Muhammad Muntahibun Nafis,M.Ag

36

Anda mungkin juga menyukai