Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“BAGAIMANA MANUSIA BERTUHAN”

Kelompok 2 disusun oleh;


Muhammad Faizal

Nur Afni Jufri

Misfah Ihrani

Aini Zahra Assalamy

Winarti

Karmeli

Muhammad Al Ishaq
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini
tepat waktu.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Konsep Ketuhanan
Dalam Islam” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusunan dengan berbagai rintangan, baik itu
yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa Universitas Negeri Makassar. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada
dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Hormat Kami,

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................

C. Tujuan
Penulisan...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian manusia......................................................................................................................

B. pengertian Tuhan.........................................................................................................................

C. Bagaimana manusia bertuhan......................................................................................................

D. Tujuan manusia bertuhan............................................................................................................

E. Membangun argumen tentang cara manusia meyakini dan mengimani tuhan...........................

F. Tuhan ada(wujud).........................................................................................................................

G. Hubungan manusia dengan tuhan...............................................................................................

H. Ciri ciri manusia bertuhan ...........................................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT, Allah menciptakan manusia untuk beribadah
kepada-Nya dan untuk melakukan hal-hal yang baik kepada sesamamanusia dan untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini.

Beribadah adalah suatu perbuatan yang dilakukan pada manusia untukmenyembah tuhan-Nya,
melaksanakan perintaqh-Nya dan menjauhi larangannya.

Dalam bagimana manusia ber-Tuhan, kalian bisa melihat dalam dunia ini, adamanusia yang ber-
Tuhan tapi tidak ber-Agama, begitu juga sebaliknya adamanusia yang ber-Agama tetapi tidak
ber-Tuhan.

Sementara itu, dalam masalah ber-Tuhan dan ber-Agama menjadi masalah utamadalam
keimanan dan keislaman, keimanan kepada tuhan itulah yang akan menjadi dasar orang dalam
memeluk agama
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis merumuskam rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa pengertian Manusia


2. Apa pengertian tuhan secara umum dan menurut para ahli
3. Bagaimana manusia bertuhan
4. Apa tujuan manusia bertuhan
5. Bagaimana membangun argumen tentang cara manusia meyakini dan mengimani tuhan
6. Bagaimana wujud tuhan
7. Bagaimana Hubungan manusia dengan tuhan
8. Jelaskan ciri ciri manusia bertuhan

C. Tujuan penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendekripsikan;

1 berbagai pengertian manusia


2 pengertian tuhan secara umum dan menurut para ahli
3 penerapan manusia bertuhan
4 tujuan manusia bertuhan
5 argumen tentang cara manusia meyakini dan mengimani tuhan
6 wujud tuhan
7 hubungan manusia dan tuhan
8 ciri ciri manusia bertuhan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Manusia selain berperan sebagai khalifah di bumi memiliki kedudukan lainnya di alam ini,
yaitu sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah swt. (QS. Adz-Zariat, 51:56). Al-
Maraghi menjelaskan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia agar mereka dapat
mengetahui atau mengenal Tuhannya, mereka tidak hanya mengenal wujud Tuhannya saja,
namun mereka juga dapat meyakini keberadaannya. Itulah konsekwensi logis dari kedudukan
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang selalu bergantung dan berlindung kepada-Nya.

Esensi dari ‘abd adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan yang semuanya itu hanya layak
diberikan kepada Tuhan. Ketaatan dan ketundukan kepada Tuhan akan senantiasa berlaku pada
manusia dan makhluk ciptaan lainnya, oleh karena itu manusia terikat oleh hukum-hukum
Tuhan yang telah menjadi kodrat pada setiap makhluk ciptaannya. Namun sebagai makhluk
yang memiliki kemuliaan dan kelebihan dibanding yang lainnya, manusia tidak sepenuhnya
terikat pada hukum alamiah saja, karena dengan kemampuan akalnya ia mampu untuk
mengolah potensi alam menjadi sesuatu yang baru yang diperlukan bagi kehidupannya,
sehingga kemudian manusia terikat oleh hukumhukum berfikir dalam upaya mengembangkan
dan mewujudkan pemikirannya.

Jika pengertian ibadah dihubungkan dengan pengertian khalifah maka dapat dijelaskan bahwa
manusia sebagai khalifah yang berarti penguasa alam semesta memiliki kekuasaan dan
kebebasan untuk berfikir dan menggunakan akalnya, sedangkan manusia sebagai ‘abd adalah
seorang yang tidak memiliki wewenang untuk menentukan pilihan, tidak memiliki kebebasan
untuk berkehendak. Jadi dapat disimpulkan bahwa esensi seorang khalifah adalah kebebasan
dan kreatifitas, sedangkan sebagai ‘abd adalah ketaatan dan kepatuhan.

Dengan demikian manusia selain sebagai khalifah yang mengelola dan memelihara alam
semesta ini dengan segala potensi-potensi yang dimilikinya, juga sebagai ‘abd yang seluruh
aktifitasnya harus berdasarkan ibadah kepada Allah. Jika hal ini terlaksana dengan baik, maka
manusia sebagai khalifah tidak akan berbuat kemungkaran, korupsi dan perbuatan yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan. Untuk dapat melaksanakan fungsi ke-khalifahan dan
ibadah dengan baik, maka manusia perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pelatihan,
keterampilan, teknologi dan sarana pendukung lainnya. Dengan demikian secara tersirat
menunjukan bahwa konsep kekhalifahan dan ibadah dalam al-Qur’an erat kaitannya dengan
pendidikan.
B. Pengertian Tuhan
Tuhan adalah suatu dzat abadi dan supranatural yang menciptakan langit, bumi beserta isinya
dan menciptakan makhluk-makhluk yang ada di bumi.Untuk menjelaskan konsep tentang
Tuhan, yaitu:

Pengertian Tuhan menurut para ahli

1.Dalam pandangan Syeikh Siti Jenar (dalam Kandito,2012:69-70), Tuhan merupakan Dzat yang
melingkupi materi dan alam jiwa sekaligus, sehingga wujudTuhan tidak mampu diindera oleh
manusia dan makhluk lain yang diciptakanolehNya. Indera manusia hanya bisa digunakan untuk
mengindera hal-hal yangberwujud materi saja, yang sangat terbatas jumlahnya.

Dengan demikian, Dzat Tuhan yang juga melingkupi alam jiwa dan alamesensi tak akan mampu
diserep oleh indera. Pemaknaan tentang Tuhan tidak akanmampu menunjukkan kesejatian
Tuhan. Berdasarkan uraian diatas mengenai konsepTuhan menurut Syeikh Siti Jenar dapat
disimpulkan bahwa Tuhan tidak dapatdidefenisikan secara mendasar, sebab pemahaman
maupun bahasa yang digunakanoleh manusia tidak akan pernah mampu untuk mengungkapkan
esensi dan kesejatiandari Tuhan itu sendiri.

2. Menurut Nasr (dalam Hunafa, 2006:43-64) Tuhan adalah Dzat yang MahaSuci, sehingga
untuk mendekati Nya seseorang harus dalam keadaan suci. Olehkarena itu, orang-orang sufi
berusaha untuk mensucikan dirinya demi perjumpaannya dengan Dzat yang Maha Suci
tersebut.

3. Sementara itu, menurut Al-Suhrawadi ( dalam Hunafa, 2006:4) Tuhanadalah “Nur al-Anwar”
atau cahaya dari segala cahaya dan merupakan wujudrealitas yang bersifat absolute dan tidak
terbatas, karena tidak terbatas sehingga ataskehendak Nya, maka segala sesuatu yang ada di
dunia ini beserta isinya tercipta. Nural-Anwar adalah Dzat Tuhan, yaitu Allah swt yang
memancarkan cahaya-cahayaterus menerus secara berkesinambungan dan melalui sinar-sinar
itu, maka terciptalahsegala wujud dari segala kehidupan.

4. Menurut Ibnu Thufail (dalam Hamdan, 1994:34) Tuhan adalah Dzat yangsempurna yang
memberi eksistensi kepada segala sesuatu.Thufail mengatakan bahwa Tuhan merupakan
Wajibul Wujud, maksudnya yang memberikan bentukkepada segala yang ada dan Dia
adalahsebab effesien yang menciptakannya.Dia mendengar sebagaimana manusia mendengar
dan melihat sebagaimana manusia melihat.Dia mengetahui setiap saat partikel kecil sekalipun
baik di bumi maupun disurga.
5. Menurut al Kindi (dalam Sharifah, 1994:35) Tuhan adalah Dzat tunggal yangtak terlihat
karena ia tidak tersusun dan tak ada susunan baginya, tetapi sesungguhnya Ia terpisah dari
segala apa yang dilihat. Ia bukan materi, tak berbentuk, tak berjumlah dan tak berkualitas. Al-
Kindi menganggap Tuhan sebagai “Al-Wahidul haq” yakni Tuhan yang satu dalam hakikatnya.

6. Menurut al Farabi (dalam Sharifah, 1994:42) Tuhan sebagai “Al-Maujud Al- Awwal” yakni
wujud yang pertama yang harus dimengerti sebagai zat yang qadim.Keqadimannya itu bukan
karena sesuatu yang lain, melainkan karena dirinya sendiri.Oleh karena Dirinya merupakan Dzat
yang qadim, mau tidak mau mestilah hubungannya dengan alam atau sesuatu diluar diri Nya
tidak menyentuh secaralangsung.

7. Menurut Ibnu Rush(dalam Sharifah, 1994:32) Tuhan adalah pencipta sesungguhnya, artinya
Ia mencipta dengan tujuan tertentu, manfaat tertentu, sertanilai-nilai tertentu. Yang sangat
jelas dalam Al-quran adalah diciptakannya alam semesta.

Berdasarkan uraian di atas mengenai konsep persepsi dan konsep Tuhan(sebagai objek yang
dipersepsi dalam kajian ini), maka dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang Tuhan
merupakan suatu proses mengiterpretasikan, memahami, dan memaknai Tuhan sebagai Dzat
yang Maha suci dan sempurna yang memberieksistensi kepada segala sesuatu, yang diterima
oleh alat indera.

Stimulus tentang Tuhan tidak dapat diinterpretasikan melalui mata, dan tidakdapat pula
diinterpretasikan lewat hidung, akan tetapi stimulus tentang Tuhan dapat diinterpretasikan
melalui telinga, yaitu dari kata-kata yang terdengar dari lingkungan.

C. Bagaimana manusia bertuhan


Pengertian SPRITUAL

Secara etimologi kata "sprit" berasal dari kata Latin "spiritus yang diantaranya berarti "roh, jiwa,
sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup: Dalam
perkembangannya, selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi. Para filosuf
mengonotasian "spirit" dengan: Kekuatan yang menganimasi dan memberi energi pada
cosmos. Kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan.keinginan, dan intelegensi.Makhluk
immaterial. Wujud ideal akal pikiran (intelektualitas rasionalitas, moralitas, kesucian atau
keilahian)
SPIRITUAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dalam perspektif Islam, "spirit sering dideskripsikan sebagai jiwa halus yang ditiupkan oleh
Tuhan ke dalam diri manusia. Al-Qusyain dalam tafsirnya Latha if al-Isyarat menunjukkan bahwa
roh memang lathifah jiwa halus) yang ditempatkan oleh Tuhan dalam diri manusia sebagai
potensi untuk membentuk karakter yang terpuji Roh merupakan fitrah manusia, yang dengan
roh manusia mampu berhubungan dengan Tuhan sebagai kebenaran sejati (al-aqiqah). Karena
adanya roh, manusia mempunyai bakat untuk bertuhan, artinya roh-lah yang membuat
manusia mampu mengenal Tuhan sebagai potensi bawaan sejak lahir. Dengan adanya roh
manusia mampu merasakan dan meyakini keberadaan Tuhan dan kehadiran-Nya dalam setiap
fenomena di alam semesta ini. Atas dasar itulah, sebenarnya manusia memiliki fitrah sebagai
manusia yang bertuhan

PERBEDAAN ANTARA MANUSIA BERTUHAN DENGAN TIDAK BERTUHAN

Manusia berTuhan adalah manusia yang diliputi rasaperikemanusiaan rasa keyakinan dan
rasa persaudaraan. Manusia yang tidak berTuhan adalah manusia yang selaluterbawa oleh
nafsu-nafsu (nafsu pribadi) dan watak. Kepercayaan kita terhadap Tuhan sangatlah beragam,
ada yang sangat mempercayai tentang adanya Tuhan hingga ke dasar hatinya, sehingga apabila
disebutkan nama-Nya hatinya akan bergetar. Ada juga yang hanya sekedar percaya saja tentang
Tuhan mereka, tanpa adanya pemahaman yang benar tentang Tuhan mereka.

Namun, ada juga yang tidak mempercayai tentang Tuhan. yang biasa kita kenal sebagai
seorang Atheisme. Mereka ini biasanya adalah orang yang sombong, misalnya, mereka merasa
tidak perlu bertuhan karena merasa bisa mengatasi segala kebutuhan sendiri. Atau dikarenakan
mereka malas berfikir dan tidak mau repot karenanya. Tetapi sesungguhnya tidak seseorang
pun yang benar-benar tidak bertuhan Karena sesungguhnya makna bertuhan itu adalah
menempatkan sesuatu menjadi pusat dan tujuan bagi kehidupan seseorang. Seseorang sangat
tergila-gila dengan hartanya itu sudah menandakan bahwa dia telah Mengagungkan hartanya
tersebut. Sehingga ia menganggap bahwa harta yang berlimpah itulah yang dapat memenuhi
segala kebutuhannya. Jadi sangatlah jelas bahwa sesungguhnya tidak satu manusia pun yang
tidak bertuhan
D. Tujuan manusia bertuhan
Tujuan manusia bertuhan adalah karena Mendapat perlindungan, seperti awal sejarah
manusia pra sejarah. munculnya agama adalah ketidak tahuan, dimangsa binatang buas,
bencana alam, maka mereka menerka dan mengadakan pemujaan untuk meminta
perlindungan, kepada objek-objek seperti batu besar, pohon, goa, gunung, dll. Ketidaktahuan
kemana ia akan pergi setelah meninggal dunia. Tempat untuk meminta, menyembah,
konsepnya sama biarpun agama itu tidak menggambarkan tuhannya dalam bentuk sebuah
patung, atau sepotong kayu.

E. membangun argumen tentang cara manusia meyakini dan mengimani tuhan


Mengingat Tuhan adalah Zat Yang Mahatransenden dan Gaib (gha ibul ghuyüb), maka manusia
tidak mungkin sepenuhnya dapat mempersepsi hakikat-Nya. Manusia hanya mampu merespon
dan mempersepsi tajalliyat Tuhan. Dari interaksi antara tajalliyat Tuhan dan responmanusia,
lahirlah keyakinan tentang Tuhan. Tajalliyat Tuhan adalah manifestasi -manifestasi Tuhan di
alam semesta yang merupakan bentuk pengikatan, pembatasan, dan transmutasiyang
dilakukan Tuhan agar manusia dapat menangkap sinyal dan gelombang ketuhanan. Dengan
demikian, keyakinan adalah persepsi kognitif manusia terhadap penampakan

(tajalliyat) dari-Nya. Dengan kata lain, meyakini atau memercayai Tuhan artinya pengikatan dan
pembatasan terhadap Wujud Mutlak Tuhan yang gaib dan transenden yang dilakukanoleh
subjek manusia melalui kreasi akalnya, menjadi sebuah ide, gagasan, dan konsep tentang
Tuhan. Tajalli Tuhan yang esa akan ditangkap oleh segala sesuatu (termasuk manusia) secara
berbeda-beda karena tingkat kesiapan hamba untuk menangkapnya berbeda-beda. Kesiapan
(isti'dad) mereka berbeda -beda karena masing-masing memiliki keadaan dan sifat yang khas
dan unik. Karena penerimaan terhadap tajalli Tuhan berbeda-beda kualitasnya sesuai dengan
ukuran pengetahuan hamba, maka keyakinan dan keimanan pun berbeda satudengan yang
lain. Berbicara tentang keimanan, maka ia memiliki dua aspek, yaitu keyakinandan indikator
praktis. Apabila mengacu pada penjelasan di atas, keyakinan dapat dimaknaisebagai
pembenaran terhadap suatu konsep (dalam hal ini konsep tentang Tuhan) sehingga iamenjadi
aturan dalam hati yang menunjukkan hukum sebab akibat, identitas diri, dan memengaruhi
penilaian terhadap segala sesuatu, serta dijalankan dengan penuh komitmen.
F. wujud tuhan
wujud Tuhan dalam perspektif akal dan Islam

Kepercayaan tentang adanya Tuhan yang amat mendalam dan yang sangat penting adalah tidak
terdapat pada kalangan orang-orang biasa. Namun sebagian manusia menolak kepercayaan
tentang adanya Tuhan, sebab bukti-bukti tidak memahami dan menghayati tanda kebesaran
yang tergelar di alam raya ini, sehingga akal bisa samapi memutuskan tentang adanya Tuhan.
Pada dasarnya akal memiliki kebebasan dan kemerdekaan. Dengan akalnya manusia dapat
melepaskan keterkaitannya dengan keadaan lingkungannya dan naluri kemanusiannya. Metode
refleksi filosofis yang digunakan peneliti dalam mencari atau menyeidiki kembali pandangan
para filosof tentang pembuktian adanya Tuhan dengan tidak terikat oleh historis kronologis
para filosof. Sedangkan analisa datanya menggunakan analisa deskripsi. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa;

1. Akal manusia berfungsi sebagai alat untuk mengerti, memahami dan berpikir mulai dari alam
fisika hingga alam metafisika. Dan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam menentukan
segala aktifitas manusia untuk mewujudkan perbuatannya. Akal dengan kekuatannya dari
masalah-masalah yang rendah hingga bisa meninggi sampai kea lam malakut (alam ketuhanan).

2. Pembuktian adanya Tuhan, bisa dibuktikan melalui akal manusia yang berdasarkan
pengalaman ilmiah, pengalaman moral maupun pengalaman keindahan. Akal dapat digunakan
untuk membuktikan adanya Tuhan dengan memahami dan menghayati segala sesuatu yang
ada di alam, termasuk manusia dan permasalahannya.

3. Islam dengan pedoman pokok al-Qur’an, memiliki konsepsi ketuhanan yang dapat
memberikan kepercayaan dan keyakinan pada ummatnya, bahwa Tuhan itu Esa dan Maha Suci
dari sifat-sifat kealaman. Pembuktian wujud Tuhan dapat digunakan beberapa metode dan
argumentasi yang telah dimiliki oleh aliran-aliran yang tumbuh dalam Islam. Seperti dalam
aliran teologi, filsafat, tasawuf dan aliran-aliran yang ada dalam ilmu positif.

G. hubungan antara manusia dan tuhan


Manusia dengan Tuhan memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena agama sangat
dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi
lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah agama – agama yang dianut oleh manusia. Dengan
ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih
bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.Relasi
tersebut yang kemudian memunculkan apa yang dinamakan dengan syari’at dan ritual. Seperti
adanya perintah shalat, puasa, zakat, dan haji, yang lahir karena termaktub di dalam teks suci
al-Qur’an. Oleh sebab itu, al-Qur’an diyakini sebagai kitab petunjuk untuk semua umat
manusia. Terdapat hubungan yang erat antara manusia dengan tuhan, dan tak ada sesuatu pun
yang menghalangi hubungan itu. Allah berada lebih dekat dengan manusia daripada ruh dan
urat nadinya sendiri. Karena itu, manusia yang membenarkan sifat alamiahnya tak akan dapat
mengingkari eksistensi Tuhannya. Sebaliknya, ia akan mengakui kebenaran eksistensi-Nya
dengan sepenuh hati berdasarkan penalarannya sendiri.

H. Ciri ciri manusia bertuhan


1. mengakui kebesaran dan keagungan tuhan yang diwujudkan dengan berbagai cara

2. menyadari bahwa dunia serta isinya adalah ciptaan tuhan

3. manusia dianugerahi akal dan budi yang dapat dikembangkan secara maksimal

4. manusia memiliki keterbatasan yang kadang sukar dijelaskan


BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan
Dari hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa cara manusia bertuhan itu berbeda-beda, ada
yang bertuhan ada yang menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan
yakin berasal dari tuhan, ada juga yang menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang
diyakini berasal dari tuhan.

Bahkan ada manusia yang hanya bertuhan saja ada juga yang beragama saja, yang dimaksud
bertuhan saja manusia itu hanya mengakui keberadaan tuhan saja, mengakui kebesarannya
tetapi dia tidak mengikuti perintah Tuhan-Nya, sedangkan yang beragama saja dia hanya
menjalankan apa yang diperintahkan oleh agamanya, tetapi dia tidak mengakui keberadaan
Tuhan-Nya.

Jadi lebih baik kita beragama dan juga bertuhan, itu akan lebih baik dari pada hanya bertuhan
saja atau hanya beragama saja, sebab kita akan bisa mengenal lebih dekat dengan Agama dan
Tuhan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat, Munawar. (2006.) “Corak Berpikir Keagamaan Mahasiswa Aktivis Islam

UPI: Dari Corak Berpikir yang Eksklusif, Inklusif, hingga Liberal” Jurnal Ta`lim.
Bandung: Jurusan MKDU FPIPS UPI.
(Tedy, 2017)Tedy, A. (2017). Tuhan dan Manusia. El-Afkar Vol. 6 Nomor II, 6(1),
61.
(Munawar, 2019)Munawar. (2019). Bab 2 bagaimana manusia bertuhan? Bagaimana
Manusia Bertuhan, 30–57.

Anda mungkin juga menyukai