Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT PERSPEKTIF

ISLAM

Nenden Farhatunnisa

A. Urgensi Pendidikan Agama Islam


Pendidikan Agama Islam merupakan kunci dalam mendekatkan diri kepada
Allah dan sudah dijelaskan pula di dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56
yang artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku” Di dalam terjemahan ayat tersebut sudah jelas pendidikan
agama islam sangat penting bagi kehidupan semua umat manusia ataupun jin,
karena kita diciptakan di dunia ini hanya untuk meraih ridha Allah dan
beribadah kepada-Nya. Kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah di tempat
yang hanya sementara ini, maka ilmu pengetahuan pendidikan agama islam
merupakan point penting untuk berlomba– lomba menambah bekal untuk
persiapan di hari selanjutnya. Di dalam agama islam menuntut ilmu hukumnya
wajib bagi perempuan atau laki-laki. Seperti dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah yang artinya “ Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim
( HR.Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam shahih wa Dha’if
Sunan Ibnu Majah no 224)
Menurut Zuhairini dengan mengutip pendapat John Dewwy dan Rupert C.
Lodge menjelaskan bahwa kedudukan dan fungsi pendidikan yang begitu
strategis bagi kehidupan manusia secara tidak langsung telah menempatkan
pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan
umat manusia. Bahkan pendidikan serta proses hidup dan kehidupan manusia itu
berjalan serempak atau bisa disebut dengan life is education, and education is
life.
Islam mewajibkan kepada semua laki-laki dan perempuan untul menuntut
ilmu karena dengan ilmu manusia bisa lebih mendekat kepada pencipta-Nya dan
mencari ilmu itu berlangsung selama seumur hidup (Life long education)
adapula salah satu kata mutiara yang sangat terkenal yaitu tuntulah ilmu dari
buaian hingga liang lahat. Maka urgensi pendidikan agama ialah sebagai salah
satu jalan mencari ridha-Nya.
B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Pendidikan salah satu faktor terpenting bagi kehidupan semua umat
manusia, pendidikan tidak hanya dikatakan di dalam kelas saja, atau sekolah.
Pendidikan juga harus diterapkan di dalam keluarga karena ibu adalah
madrasatul ula yaitu sebagai guru pertama bagi anak-anaknya. Di dalam
sekolah hanya di ajarkan mengenai pendidikan formal dan proses pembelajaran
yang sesungguhnya ialah saat berada di lingkungan masyarakat yang
memberikan pembelajaran mengenai hidup dan bagaimana cara mengatasi
masalah kehidupan. (Hamzah, 2015)
Menurut Jean Piaget, bahwa ada dalam tahap perkembangan moral
individu di mana ia sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, orang tua
menjadi pendidik pertama bagi setiap anak yang telah Allah titipkan kepada
mereka. Dalam surat At-Tahrim ayat 6 Allah SWT berfirman :

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰۤل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل‬
َ‫يَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬
“Wahai umat yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
ancaman api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat- malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”
Demikian juga hadits Nabi yang artinya “ Tiap – tiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan mereka
Yahudi, Nasrani, dan Majusi”
Dalam pendidikan agama islam yang harus ditanamkan dalam keluarga
dalam pembentukan insan kamil ialah terdapat dalam Qur’an surat Luqman ayat
12-19 yang mencakup 4 aspek sebagai berikut
1. Pendidikan terhadap aspek keimanan kepada Allah ( Aqidah )
2. Pendidikan terhadap aspek ibadah, baik yang Mahdhoh maupun ghairu
mahdhoh
3. Pendidikan dalam aspek Akhlakul karimah
4. Pendidikan pada aspek keterampilan
C. Pola Pendidikan Anak dalam keluarga
Pendidikan anak dalam keluarga haruslah menggunakan pola pendidikan
karena sebagai metode yang dilakukan pendidik dalam menyampaikan nilai-
nilai atau materi untuk mencapai tujuan yang utama ialah bertaqwa kepada
Allah. Pola pendidikan juga sudah dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad
SAW, karena pendidikan dalam keluarga Nabi Muhammad sesuai dengan
kandungan Al-Qur’an.
Abdurahman Al-Nahlawi dalam bukunya yaitu Ushulul al-Tarbiyah al-
Islamiyah wa Ashalibiha mencoba mengembangkan pendidikan Qur’ani, yang
disebut metode penelitian Qur’ani, yang dimakud disini ialah mengembangkan
pendidikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai upaya pendidikan didasarkan
kepada nilai-nilai yang terdapat di dalamnya (Syahidin, 2005)
Allah SWT berfirman :

‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكانَ َم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُخَ َر ۗي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر‬
ُ َ‫فَ ْلي‬
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an sebagai petujuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan
batil (Q.S. Al-Baqarah:185)
Ayat di atas mengemukakan bahwa Al-Qur’an selain berfungsi sebagai
sumber nilai yang harus dikembangkan dalam pendidikan, dapat dijadikan
sebagai sumber dalam melakukan tindakan pendidikan. Tujuan pendidikan
Qur’ani diarahkan kepada suatu hal yang bersifat fisik, mental, dan speiritual.
Ketiga hal tersebut akan membetuk kepribadian anak (Taubah, 2015)
Dalam pelaksanaan pendidikan agama dalam keluarga pola pendidikan
harus diterapkan, adapun pila pendidikan Qur’ani dalam keluaga sebagai
berikut :
1. Keteladanan
Pola pendidikan keteladan ini dengan memberikan contoh yang
baik kepada anak, baik perkataan atau perbuatan. Keteladanan
merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan oleh Nabi
Muhammad SAW, karena keteladana ada pada diri Rasulullah.
Menurut Al-Ghazali anak ialah amanat bagi orang tuanya, hatinya yang
suci masih merupakan permata tak ternilai harganya, masih murni dan
belum terbentuk (Haya Binti Mubarok al-Barik, 1998) Maka dari itu
sebagai orang tua bagi anak-anak kita harus bisa membentuk karakter
anak yang taat dan takut kepada Allah dengan mencontohkan hal baik
karena usia anak itu masih pada tahapan meniru apa yang dilakukan
oleh kedua orangtuanya atau linkungan sekitar maka kita harus menjadi
suri teladan bagi anak dalam keluarga, bisa kita ambil contoh agar anak
selalu terbiasa mengucapkan salam, maka senantiasan memberikan
ajaran setiap hari dengan mengucapkan salam ketika pulang dan pergi
dari rumah. Teladan yang baik dari orang tua terhadap anak akan
berpengaruh besar pada perkembangan anak di masa yang akan datang,
karena kebaikan di waktu anak-anak awal menjadi dasar untuk
perkembangan di masa dewasa kelak. Untuk itu lingkungan keluarga
harus sebanyak mungkin memberikan keteladanan bagi anak, dengan
keteladan anak akan lebih cepat menirunya sebab keteladan cepat
mempengaruhi tingkah laku anak. Apa yang dilihatnya akan ia tirukan
dan akan menjadi kebiaasaan (Taubah, 2015) Hal ini sesuai dengan
firman Allah Q.S Al-Ahzab

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬

“Sungguh telah ada pada diri rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allaah dan
kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.Al-
Ahzab : 21)
Dalam keteladanan ini Abdullah Nashih Ulwan menafsirkan
dalam beberapa bentuk yaitu keteladanan dalam ibadah, keteladanan
bermurah hati, keteladanan kerendahan hati, keteladanan kesantunan,
keteladanan keberanian, keteladanan memegang Akhlak Akidah.
(Abdullah Nashih Ulwan, 1992) Maka dari itu orang tua harus
memberikan teladan sesuai dengen perkembangannya sehingga anak
mudah mencerna apa yang di sampaikan orang tuanya.
2. Adat Kebiasaan
Usia anak ialah usia meniru apa yang dilakukan orang-orang di
sekitarnya, baik saudara terdekatnya atau keluarganya oleh karenanya
ini harus menjadi perhatian semua orang terutama apabila orang tuanya
ingin anaknya menyandang kebiasaan baik dan akhlak terpuji maka
orang tua harus mendidik anak sedini mungkin dengan moral yang
baik. Karena tiada yang paling utama dari pemberian orang tua kecuali
budi pekerti yang baik. (Taubah, 2015) Hal ini sesuai dengan sabda
Rasaulullah yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi dari Ayyub bin Musa
(at-Tirmidzi) yang artinya :
“Diceritakan dari ayun bin Musa dari ayahnya dari kakeknya, bahwa
Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada pemberian yang lebih utama dari
seorang ayah kepada anaknya kecuali budi pekerti yang baik” (H.R At-
Tirmidzi).
Apabila lingkungan keluarnya baik dan diberikannya bimbingan,
arahan dan adanya saling menyanyangi antara anggota keluarga juga
sesama maka ia akan terpengaruh apapun yang dilihat, didengar, atau
di ajarkan. Jika pola pendidikannya baik niscaya anak menjadi anak
yang shaleh/ah.
3. Pendidikan dengan Nasehat
Pemberi nassehat di dalam keluarga ialah orang tua selaku
pendidik utama bagi anak, pemberian nasehat juga tidak cukup apabila
tidak di barengi dengan keteladanan seperti menggabungkan teori
(nasehat) dan praktek (keteladanan) nasihat akan membuka jalan jiwa
kedalam perasaan, setiap anak membutuhkan nasihat dari orang
tuanaya. Nasihat akan berhasil memengaruhi jiwa anak apabila orang
tua mampu memberikan keadaan yang baik. Sesuai dengan firman
Allah SWT :

َ َ‫اس بِ ْٱلبِ ِّر َوتَن َسوْ نَ َأنفُ َس ُك ْم َوَأنتُ ْم تَ ْتلُونَ ْٱل ِك ٰت‬
َ‫ب ۚ َأفَاَل تَ ْعقِلُون‬ َ َّ‫َأتَْأ ُمرُونَ ٱلن‬
Artinya : “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian,
sedangkan kamu melupakan diri kewajiban mu sendiri, padahal kamu
membaca kitab (Taurat) ? maka tidakkkah kamu berpikir ?
(Q.S. Al-Baqarah : 44)
Pemberi nassehat di dalam keluarga ialah orang tua selaku
pendidik utama bagi anak, pemberian nasehat juga tidak cukup apabila
tidak di barengi dengan keteladanan seperti menggabungkan teori
(nasehat) dan praktek (keteladanan) nasihat akan membuka jalan jiwa
kedalam perasaan, setiap anak membutuhkan nasihat dari orang
tuanaya. Nasihat akan berhasil memengaruhi jiwa anak apabila orang
tua mampu memberikan keadaan yang baik. Sesuai dengan firman
Allah SWT :
Menurut Ulwan dalam memberikan penyajian atau memberikan
nasihat itu ada pembagiannya, yaitu :
a. Menyeru untuk memberikan kepuasan dengan kelembutan atau
penolakan. Sebagai contohnya adalah seruan Luqman kepada anak-
anaknya, agar tidak mempersekutukan Allah SWT. Seperti yang
telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an surat luqman ayat 13 yang
artinya :
“ Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepada anaknya : “Hai anakku, janganlah kamu
mempesersekutukan Allah, sesungguhnnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar” (Q.S Luqman :13)
b. Metode cerita dengan disertai tamsil ibarat dan nasihat
Metode ini mempunyai pengaruh terhadap jiwa dan akal. Biasanya
anak itu menyenangi tentang cerita – cerita, unruk itu orang tua
sebisa mungkin untuk memberikan massalah cerita yang berkaitan
dengan keteladnan yang baik yang dapat menyentuh perasaanya.
Sebagai mana firman-Nya dalam Q.S Al-A’raf : 176 yang artinya :
“... Maka ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah itu agar mereka
berpikir.”
c. Pengarahan melalui wasiat
Orang tua yang bertanggung jawab tentunya akan berusaha
menjaga amanat-Nya dengan memberikan yang terbaik untuk anak
demi masa depannya dan demi keselamatannya.
4. Pendidikan dengan Perhatian
Orang tua yang diamanatkan oleh Allah dengan kehadiran anak
berkewajiban memenuhi segala kebutuhan anak yaitu jasmani ataupun
ruhani, kebutuhan ruhni termsuk pemberian kasih sayang dan perhatian
yang lebih. Pendidikan dengan perahatian ialah mencurahkan,
memperahatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan dalam
pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, di samping
selalui beratanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil
ilmiahnya. (Ulwan)
Orang tua yang baik akan selalu mengoreski anaknya apabila
perilakunya tidak baik dengan perasaan kasih sayangnya, maka anak
akan merasa lebih terperhatikan. Apabila orang tua mampu
memberikan perhatian dan kasih sayang, niscaya anak-anak akan
menerima pendidikan dari kedua orang tuanya dengan penuh perhatian.
Namun pangkal dari seluruh perhatian yang utama adalah perhatian
dalam akidah. (Taubah, 2015)
5. Pendidikan dengan memberikan hukuman
Hukuman diberikan apabila metode/pola pendidikan itu tidak
dapat mengubah tingkah laku anak, hukuman yang memberikan
pelajaran bagi setiap anak dan hukuman yang baik bukan dengan
kekerasan tapi dengan menambahan pelajaran agar anak tidak
melakukannya kembali. Sebab hukuman merupakan tindakan tegas
untuk mengembalikan persoalan di tempat yang benar. (Muhammad
‘Ali Quthb, 1993)
Dalam memberikan hukuman orang tua melihat waktu dan
tempatnya, diantara metode memberikan hukuman kepada anak ialah
dengan menghukum anak dengan lemah lembut dan kasih sayang,
menjaga tabiat anak yang salah. Hukuman diberikan sebagai upaya
perabaikan terhadapa diri anak, dengan tahapan yanng paling akhir dari
metode-metode yang lain. Menurut Nashih Ulwan, hukuman bentuknya
ada 2, yakni hukuman psikologis dan hukuman biologis.
Hukuman yang bersifat psikologis ialah menunjukan kesalahan
dengan pengarahan, menunjukkan kesalahan dangan isyarat dan
menunjjukan denagan kecaman dan hukuman ini diberikan kepada
anak di bawah usia 10 tahun, apabila hukuman psikologis tidak
merubah perilaku anak maka hukuman biologislah yang yang diberikan
apabila sampai usia 10 tahun tidak ada perubahan bagi anak. Hal ini
agar anak jera dan tidak mengulangi perbuataan yang tidak baik. Sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu daud dari
Mukmal bin Hisyam. Yang artinya:
“Suruhlah anak kalian mengerjakan shalat, sedang mereka berumur
tujuh tahun, dan pukulilah mereka itu karena shalat ini, sedang meraka
berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”
(HR.Abu Daud)

Anda mungkin juga menyukai