هّٰللا ۤ
َ َ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ ن5ٰيٓاَيُّهَا
ََمٓا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن
Artinya” Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-
malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa
yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(Qs. At Tahrim: 6)
Apabila di dalam keluarga terdapat suasana keagamaan dimana ibu dan bapak
hidup penuh dengan kasih sayang dan menjaga sopan santun, sikap dan tindakan
sesuai dengan petunjuk agama, maka sejak lahir si anak telah mendapat unsur-
unsur positif melalui pengalaman yang dilihat dan didengarnya dari kedua orang
tuanya, bagi kebutuhan pribadinya. Selanjutnya perlakuan orang tua yang lemah
lembut, kasih sayang, disertai dengan kejujuran, keikhlasan, dan keadilan yang
dilandasi oleh ketaatan kepada agama akan menambah kuatnya unsur-unsur
positif dalam kepribadiannya, Peranan keluarga dalam pembentukan moral yang
luhur adalah memberikan nasihat, membiasakan hal-hal yang baik, memberikan
teladan, memberikan perhatian serta memberi pengawasan.
Kewajiban orang tua tidak hanya sekedar memelihara eksistensi anak untuk
menjadikannya kelak sebagai seseorang yang berkependidikan dan berilmu
pengetahuan tinggi, serta sukses dalam meniti karir dan cita-citanya. Tetapi juga
memberikan pendidikan berupa pembinaan anak sebagai individu muslim dan
muslimah yang tumbuh dan berkembang melalui pembinaan akhlak yang mulia
berdasarkan keTuhanan yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah
SAW:
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a. telah bersabda Nabi Muhammad Saw: Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
yahudi, nasrani, atau majusi. ( HR. Bukhari ).
Dari hadits diatas, jelaslah bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci)
dan memiliki pembawaan ketauhidan yang harus dibimbing, dipupuk,
dikembangkan oleh orang tua sejak anak dalam kandungan, bahkan sampai anak
memasuki fase remaja maupun dewasa. Agar setiap proses dan tahap
perkembangannya dilalui dengan baik dan benar berdasarkan pada pembinaan
menurut syari’at islam. Karena tujuan pembinaan moral dan akhlak anak dalam
keluarga yaitu menjadikan generasi-generasi penerus bangsa yang beriman dan
beramal sholeh serta berakhlakul karimah, dengan cara melakukan pembinaan
memberikan stimulus dan menjadikan lingkungan yang positif, kondusif, dan
edukatif yang bernilaikan islam.