PROPOSAL
Oleh;
LARA ZILENPRATAMA
NIM.1712020028
1
M. Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Pt remaja rosdakarya, 2009
Bandung, h. 80
2
Abd. Rahman, Konseling Keluarga Muslim, (Jakarta: The Minang Kabau Foundation,
2005), h. 4
1
2
3
Rehani, Keluarga Sebagai Institusi Pendidikan Dalam Persfektif Al-Quran, (Padang:
Baitul Hikmah Press, 2001), cet. 1 h. 9
4
Quraish Sihab, Wawasan Al-Quran, (Jakarta: Mizan, 1996), h. 210
3
5
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (PT. Karya Toha Putra
Semarang)
4
6
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur‟an Dan Terjemahannya, (Bandung:
diponegoro, 2006) h. 412
7
Ibid, 263
5
8
B. Purwakarya Aliah Hasan, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006) h. 263-265
6
9
Athiyah, Ath-thuri, Hannan, Mendidik Anak Perempuan Dimasa Remaja, (Jakarta:
Amzah, 2007)
10
Imam Abi Husein Muslim Ibnu Hajaj Ibnu Al-Qusyairi an Naisyaburi, Jami‟u al
shohieh, kitab Qodara, Beirut: Libanon Darual-Fikr, Jus 8, h. 52
11
Abu Bakar, Zaenudin, Psikologi Dalam Perspektif Hadit, . (Jakarta: PT. Pustaka Al
Husna Baru, 2004) h. 189-194
7
12
yang telah dilakukan dan tidak akan mengulangi lagi. Dalam
meaplikasikan metode ini di sertai dengan memberikan hadiah kepada
anak karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and
punisment dalam pendidikan Barat.
Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik,
sedangkan hukuman dapat menjadi remote control dari perbuatan tidak
terpuji. Misalkan memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan
pujian, memberikan maaf atas kesalahan merekai, mengeluarkan perkataan
yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, metode
ini cocok di gunakan oleh orang tua untuk membentuk akhlak anak.
Anak merupakan titipan dari Allah SWT yang harus dirawat, dijaga,
dilindungi dan diasuh sesuai usia dan tugas perkembangannya. Seorang
anak akan menjadi apa dan bagaimana nantinya itu tergantung kepada
lingkungan sosial anak, terutama bimbingan yang diberikan orang tua
(keluarga). Sebagai anugrah, orang tua hendaknya memperhatikan
kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh menjadi
anak yang sehat, baik jasmani dan rohani, dan berakhlaqul karimah serta
memiliki intelegensi yang tinggi. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam
firman-Nya:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah hartamu dan anak-anakmu
agar tidak melalaikan kamu dari mengingat Allah, siapa yang berbuat
demikian maka mereka itulah orang yang merugi. ” (QS. Al-Munafiqun:
9)
Tafsiran ayat di atas yaitu AllahSWTmemerintahkan kepada hamba-
hamba-Nya yang mukmin untuk memperbanyak berdzikir kepada-Nya,
karena hal itu akan mendatangkan keberuntungan, kemenangan, dan
kebaikan yang banyak. Allah SWT juga melarang mereka tersibukkan
dengan harta dan anak-anak mereka dari berdzikir kepada-Nya. Karena
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 147
8
13
Nur Afih Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1997) h. 65
14
Syaiful bahri djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014) h. 31
9
15
Ghufron su‟udi. Mencari Sosok Pembinaan Dalam Rangka Mewujudkan Generasi
Muda Islam. Semarang: DepartemEn Agama RI. h, 1
16
Yahya, Jaya. Bimbingan Konseling Agama Islam(Padang: Angkasa Raya, 2004), h. 108-
112
10
17
Ibid. h. 112
11
18
Deni, orang tua, Wawancara Langsung, 02 Juli 2017
13
19
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1991), h. 94
20
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras: 2009), h. 92
15
21
Thohari Musnamar, 1992, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,
Yogyakarta: UII Press, h. 94
16
BAB II
LANDASAN TEORI
22
Ibid. Hlm 98
23
Samsul munir Amir, bimbingan dan konseling islam (Jakarta:AMZAH, 2013)hlm 3
17
18
mencegah ksulitan itu tidak timbul, dan juga dapat diberikan untuk
mengatasi berbagai kesulitan yang telah menimpa individu
Dari penjelasan diatas, bimbingan yang penulis maksud adalah
suatu proses yang dilakukan oleh tenaga ahli kepada klien dalam
memberikan pemahaman dan arahan untuk mengembangkan potensi di
dalam diri, maupun dalam meningkatkan pemahaman dalam ibadah mahda
dan ghairu mahda.
c. Pengertian Bimbingan keagamaan
Bimbingan keagamaan dapat diartikan sebagai suatu perubahan
yang berproses terhadap daya ruhaniyah yang menjadi penggerak
mengarahkan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari terdiri
dari perasaan, pikiran, angan-angan untuk melaksanakan kepercayaan
kepada tuhan dengan anjuran dan kewajiban yang berhubungan dengan
agama.24
Dalam islam ada beberapa pokok yang menjadi landasan atau
pondasi dasar bimbingan keagamaan diantaranya ialah: Al-quran,
sunnah, ijma, ijtihad. Yang menjadi landasan utama bimbingan
keagamaan islam adalah al-qur‟an dan sunnah, sebab kedua landasan
ini merupakan sumber utama.25
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
keagamaan merupakan suatu proses bantuan terhadap individu, agar
dalam kehidupan keagamaan selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah SWT, dan juga memberikan bantuan kepada individu yang
mengalami kesulitan-kesulitan Rohaniyah, dalam lingkungan hidupnya
agar dapat mengatasinya, kemudian mendapatkan kesadaran dan
penyerahan diri kepada Allah SWT. Terhadap kekuasaan tuhan yang
maha esa, sehingga timbul pada diri pribadi individu tersebut
mendapatkan suatu cahaya, harapan kebahagian hidup saat sekarang
dan masa yang akan datang (akhirat).
24
Faqih Anur, Bimbingan dan konseling dalam islam, (Jogjakarta: UII Pres, 2001), hlm 2
25
Meni Yoba, PelaksanaanBimbingan keagamaan orang tua asuh dalam menanamkan
nilai keagamaan. Skripsi sarjana, Usuludin Adab dan dakwah, IAIN, Bengkulu, 2014) hlm.18
19
B. Orang Tua
1. Pengertian Orang Tua
a. Pengertian Orang Tua
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa,
“Orang tua adalah ayah ibu kandung”. Selanjutnya A. H.
Hasanuddin menyatakan bahwa “Orang tua adalah ibu bapak yang
dikenal mula pertama oleh putra putrinya”. Dan H. M Arifin juga
mengungkapkan bahwa “Orang tua menjadi kepala keluarga”.
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan, namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu
adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu ibu dan bapak, selain
yang telah melahirkan kita ke dunia ini ibu dan bapak juga yang
mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara
memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-
hari.
Orang tua juga memperkenalkan anaknya ke dalam hal-hal
yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang
sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak, maka pengetahuan
pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya karena orang
tua adalah pusat kehidupan rohani sianak dan sebagai penyebab
berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya di kemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap
orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan
amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Kata orang tua
merupakan kalimat majemuk, yang secara leksikal berarti “ayah
ibu kandung orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan
sebagainya), orang-orang yang dihomati (disegani). 26
Istilah orang tua atau keluarga dalam sosialisasi menjadi
salah satu bagian ikon yang mendapat perhatian khusus, keluarga
dianggap penting sebagai bagian bagi masyarakat secara umum.
26
Anton Moeliono, Kamus besar bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) hal 629
20
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak- anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan
terdapat dalam keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah
tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian
yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara
kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami
membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud
berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi
secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ibu
dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh
atas pendidikan anak-anaknya. Pendidikan orang tua terhadap
anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih
sayang terhadap anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat.
Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh
karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah
kasih sayang yang sejati pula.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ada dua hal potensial
yang akan mewarnai dan membentuk kepribadian anak yaitu orang
tua yang melahirkannya dan lingkungan yang membesarkannya.
Rasulullah saw bersabda:
ِ َ َ َ َو اُ ُ َ ّ ِو َ ِا ِ َ ُ َ ِ ّ َ اِ ِ َ ُ َ ِ ّ َ ا ِا.ِ َ ْ ِ ْا َ َ ُ َ َ ا ِ ْ َ ْواُ ْو ٍد ِ َّال ُْوا:س ْو ُل هللاِ ملسو هيلع هللا ىلص
ُ قَا َل َر
30
Syaiful Bahri Djmrah, Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 45
31
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 35
32
Athiyah, Ath-thuri, Hannan, Mendidik Anak Perempuan Dimasa Remaja, (Jakarta:
Amzah, 2007)
24
33
Hasyim Umar, Anak shaleh, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: PT. Bina
ilmu, 1997), 91-93
25
34
Hidayah rifa, psikologi pengasuh anak, (yogyakarta: UIN Malang Press, 2009). H, 21-25
27
35
Mubayidh Makmum, Kecerdasan Dan Kesehatan Mental Emosional Anak, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 70
28
36
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan …hal 38-39
37
Yatimini Abdullah, Studi Akhlak Dalam Persfektif Al-quran, (Jakarta: Amzah, 2007),
h. 108
30
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Tafsir dari ayat di atas yaitu sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri teladan bagi kalian dapat dibaca iswatun dan uswatun
(yang baik) untuk diikuti dalam hal berperang dan keteguhan serta
kesabarannya, yang masing-masing diterapkan pada tempat-tempatnya
(bagi orang) lafal ayat ini berkedudukan menjadi badal dari lafal lakum
(yang mengharap rahmat Allah) yakni takut kepada-Nya (dan hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah) berbeda halnya dengan orang-orang
yang selain mereka38.
38
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra
Semarang), h. 1
31
39
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 288
40
Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1983), h. 108
32
43
Ibid, h. 218
36
44
Ahmad Tafsir, op. cit 147
39
45
Hasan Asari, Hadist-Hadist Pendidikan; Sebuah Penelusuran Akar-Akar Ilmu
Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2014), h. 80
40
46
Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Alma‟arif, 1986), h. 56
47
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,
(Yogyakarta: UII Press, 1992), h. 94
48
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), h.
24
49
Thohari Musnamar, Op. Cit, h. 5.
41
52
Ibid. h. 112
43
53
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta: UUI Press, 1992) h. 20
44
54
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Lanjut Tinkat Pertama
(Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 1997) h. 25
45
55
Munadir, Beberapa Pikiran Mengenai Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:
UII, 1987) h. 28
56
Zulkifli akbar, Dasar-Dasar Konseptual Penanganan Masalah Bimbingan Dan
Konseling Islam Dibidang Pernikahan Kemasyarakatan dan Keagamaan, (Yogyakarta: UUI,
1987) h. 12
57
Muhammad, Surya, Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori),
(Yogyakarta: Andi Offset, 1998) h. 44
46
58
Erhamwilda, Konseling Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 117-118
47
59
Op. cit, Almaragi Ahmad, Jus I
60
Yahya Jaya, Bimbingan Konseling Islam, (padang, 2004), h. 116
48
61
ibid, 116
62
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja grafindo persada, 2002), h. 1-2
63
Ibid, 117
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan “field research” yaitu
penulis turun langsung kelapangan untuk mengambil data. Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Secara harfiah penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. 64
Berdasarkan pengertian di atas penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan “cara pembimbingan yang dilakukan oleh orang tua
kepada anak di kenagarian Padang XI Punggasan, kecamatan Linggo Sari
Baganti, kabupaten Pesisir Selatan‟‟
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kenagarian Padang XI Punggasan,
Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan yaitu pada
Masyarakat Padang XI Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti,
Kabupaten Pesisir Selatan.
C. Sumber Data
Penentuan sumber data dengan menggunakan informan, maka
penelitian ini menggunakan teknik purpose sampling yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap yang paling
tahu tentang apa yang kita harapkan65.
64
Sumardi Sutyabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 2010)h. 76
65
Ibid, h. 218
49
50
66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 85
51
67
Burhan, Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 115
68
Usman, Husaini, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 55
52
53
54
B. Deskripsi Data
Berdasarkan temuan dilapangan, permasalahan keluarga yang
mana pembibingan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak sangat
1. Ibu AS (59)
ibu.
2. Ibu KR (48)
seketika sang anak nakal dan tidak mau diajarkan. Yang mana
AZ ini tidak mau mendengarkan atas apa yang telah ibu suruh
3. Ibu IR (42)
sang ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mana ibu IR
4. Ibu ST (45)
5. Ibu Bp (39)
dengan teman-temannya.
6. Ibu SJ (60)
susah mengurus anak yang kedua yang mana anak ini sanag
ibunya.
7. Ibu EM (38)
hari. .
C. Temuan Penelitian
Didalam rumah tangga seseorang pasti mengalami berbagai
perubahan dalam hidupnya. Bagi orang yang tidak siap, berbagai
perubahan akan dirasa akan sangat sulit melaluinya bahkan akan memicu
terjadinya konflik dalam rumah tangga. Konflik diantara suami istri adalah
faktor yang paling sering di anggap sebagai peretak dalam kehidupan
berumah tangga yang membuat sirnanya harapan untuk hidup bahagia
secara lahir maupun batin.
Berdasarkan Observasi yang dilakukan sejak tanggal 23 agustus
69
Hasil Observasi dengan buk As, 24 Agustus 2021
60
Ibu AS. Wawancara pertama yang penulis lakukan pada hari itu
mengatakan bahwa :
mana ibu dulunya susah mengajari anak ibu nak, cara ibu
nasehat agama pada anak hampir tepat yang mana seketika anak
70
Hasil Observasi kedua dengan buk AS, 25 Agustus 2021
71
Ibu AS, informan, wawancara langsung, 25 agustus 2021
61
beribadah dan sang ibu harus membuat sang anak patuh pada ibu
2. Ibu Kr
Observasi yang penulis lakukan pada tanggal 24
agustus 2021 pada pukul 10.00 WIB Nagari Padang XI
Punggasan pada seorang ibu, observasi dilakukan
terhadap keluarga ibu KR, pada saat penulis datang ibu
KR sedang duduk didepan rumah bersama anak dan
tetangganya. 72
Untuk memperkuat hasil observasi yang telah
dilakukan dalam penelitian penulis juga melukakan
wawancara dengan buk KR pada tanggal 25 agustus
2021 ibu mengatakan bahwa:
Ibu memberikan nasehat agama dengan cara
memberikan arahan, bentuk nasehatnya
seperti jika ibu tidak sibuk ibu ingatkan anak
ibu tapi kalau tidak ingat ya tunggu hari
berikutnya baru ibu beri nasehat, begitupun
dengan memperingati anak kadang-kadang
didepan orang banyak ibu memperingati, tidak
dengan lemah lembut karena jika ibu lembut
72
Hasil observasi dengan buk KR, 24 agustus 2021
62
anak yang mana seketika ibu sibuk maka anak tidak akan
3. Buk IR
Berdasarkan observasi dan pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 26 agustus 2021 pada pukul
13.00 WIB terkait dengan metode pemberian nasehat
ini, penulis menemukan bahwa orang tua memberikan
nasehat kepada anak secara berkesinambungan.
Pemberian nasehat yang penulis temukan ketika itu ibu
ir menasehati anaknya untuk tidak banyak belanja dan
menabungkan uangnya. Pada waktu yang berbeda
penulis juga menemukan ibu Hana yang menasehati
anaknya karena mereka saling bertengkar di rumah,
mereka memberikan nasehat dengan lemah. 74
“Memberikan nasehat kepada anak sudah sering saya
lakukan, saya pun tidak menentukan kapan waktu
73
Ibu KR informan, wawancara langsung 25 Agustus 2021
74
Observasi dengan buk ir, 26 agustus 2021
63
dengan waktu dan tugas mereka di rumah. Di sisi lain penulis juga
melihat bahwa salah seorang orang tua yang saling bertengkar adu
anak mereka saling bertengkar dan orang tua tidak menerima jika
hal itu. Saya tahu jika anak saya nakal, tapi jika dia salah
75
Buk IR wawancara langsung , 26 agustus 2021
64
4. Ibu ST
Pada hari yang berbeda pada tanggal 28 agustus 2021
ketika sore penulis melihat orang tua memberikan
nasehat kepada anaknya yang sedang bermain di
lapangan bola. Nasehat diberikan oleh orang tua karena
anya bertengkar dengan teman bermain dan saling
memegang alat untuk mereka pukuli seperti kayu dan
batu, orang tua berteriak dan berlari menghampiri anak
mereka. ketika orang tua datang anak mereka sudah
saling dorong-dorangan dan terjatuh.76Memperkuat
pengamatan ini penulis melakukan wawancara dengan
orang tua yang mengungkapkan bahwa:
“Ibu sering memberikan nasehat kepada anak-anak
baik mereka melakukan kesalahan atau tidak uni tetap
memberikan mereka masukan dan arahan. Akan
tetapi semakin banyak bicara kepada mereka tingkah
laku mereka juga semakin banyak. Kadang-kadang
anak juga sudah bosan karena sering di nasehati,
tetapi sebagai orang tua kami tentu tidak bosan
76
Observasi, 27 agustus 2021
65
77
Ibu ST wawancara langsung, 28 agustus 2021
78
Observasi, 7 September 2021
66
emosi dan juga sang ibu bertengkar dengan suami tidak bisa
6. Ibu Sj
Memberikan nasehat kepada anak dapat dilakukan
oleh orang tua dengan beberapa cara seperti
memberikan nasehat di depan umum dan secara rahasia.
Pada saat melakukan observasi tanggal 10 september
pukul 20.00 Wib ketika itu penulis berada di teras
rumah keluarga pak Deni penulis sering orang tua
memberikan nasehat kepada anak di depan umum,
penulis melihat anak merasa malu dengan cara
menundukkan wajah ke bawah dan pergi menjauh dari
orang tua, karena ketika itu teman bermain anak mereka
79
Ibu BP, Wawancara langsung, 8 september 2021
67
mengatakan bahwa:
80
Observasi, 10 september 2021
81
Ibu SJ, wawancara langsung, 10 september 2021
82
Observasi, 16 September 2021
68
sering dilakukan oleh orang tua karena ketika itu orang tua tanpa
hal yang dilakukan oleh orang tua membuat anak merasa malu
secara rahasia jarang dilakukan oleh orang tua kepada anak, cara
dan memberikan contoh yang baik bagi anak agar ditiru dan
83
Ibu EM, Wawancara Langsung, 28 September 2021
69
perilaku anak.84
yang berkaitan dengan keteladanan yang diberikan oleh orang tua kepada
pukul 14.00, ketika itu penulis sedang berada di warung bu Nori yang pada
saat itu ibu Mira berada di sana. Ketika melakukan pengamatan penulis
melihat ibu Armi sedang berbicara dengan orang tuanya dengan sopan,
setelah beberapa lama mereka berbicara anak ibu Armi datang meminta
uang dan ibu Armi memberikannya. Beberapa saat kemudian anak ibu
Armi datang lagi dan ikut bergabung dengan mereka. Selain berbicara
sopan dengan orang tuanya cara ibu Armi meminta bantuan kepada orang
lain juga sopan, ibu rahmi mengawali dengan kata tolong untuk meminta
bantua.85
84
Abdullah Nasih, Ulwa, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Bandung: Asyfa,
1990), h., 2
85
Observasi, 11 September 2021
70
dapur yang sedang membuka bawang merah dan bawang putih. Beberapa
jam bercerita dengan ibu Riva pada pukul 13.00 wib anak bu AS pulang
baju sekolah sebelum bermain, dari dapur orang tua ibu Riva meminta
terlebih dahulu, ibu Riva tidak memberikan respon yang baik kepada
orang tuanya.86
1. Buk As
86
Observasi, 15 dan 16 September 2021.
87
Buk As, wawancara langsung, 24 agustus 2021
71
sholeha.
2. Buk Kr
berjalan dari rumahnya menuju tempat ibu Mira hal ini dilihat
mengatakan bahwa:
88
Observasi, 25 agustus 2021
72
dilingkungan masyarakat”89
agar anak menjadi anak yang tidak sombong dan menjadi anak
3. Buk IR
89
Ibu Kr, wawancara langsung, 25 agustus 2021
90
Observasi, 26 agustus 2021
73
4. Ibu St
yang kotor dan tekena getah pisang saat bermain dengan teman,
91
Buk IR, Wawancara Langsung, 26 Agustus 2021
74
5. Ibu Bp
92
Observasi, 28 Agustus 2021
93
ibu ST, wawancara langsung, 28 Agustus 2021
75
6. Ibu Sj
94
ibu bp, wawancara langsung, 7 september 2021
95
Ibu Sj, wawancara langsung, 10 september 2021
76
7. Ibu Em
96
Ibu em , Wawancara Langsung, 16 september 2021
77
bukanlah suatu hal yang merugikan anak, namun suatu hal yang
1. Ibu As
(ibu).
97
Observasi, 23 agustus 2021
78
2. Ibu Kr
3. Ibu IR
98
Ibu AS, Wawancara Langsung, 24 agustus 2021
99
Ibu Kr, Wawancara L angsung, 25 agustus 2021
79
4. Ibu ST
dimarahi suara anak lebih tinggi dari orang tua, anak juga
100
Observasi, 26 agustus 2021
101
Ibu Ir, Wawancara Langsung, 26 agustus 2021
80
102
Observasi, 27 agustus 2021
103
Ibu ST, Wawancara Langsung, 28 agustus 2021
104
Ibu BP, Wawancara Langsung, 7 Septembet 2021
81
ibu Sj
7. Ibu Em
105
Ibu SJ, Wawancara Langsung, 10 september 2021
82
membelikannya sepeda”106
temannya.
106
Ibu Em, wawancara langsung, 16 september 2021
107
Yahya, Jaya, Bimbingan Konseling Agama Islam, (Padang: Angkasa Raya,2004) h. 108-112
83
karena hadiah yang diberikan oleh orang tua membuat anak menjadi
A. Kesimpulan
pula yang acuh tak acuh pada anak, cara bergaul di lingkungandan
keteladanan tentang kejujuran, agar tidak berbicara kotor serta orang tua
anak.
84
85
oleh orang tua seperti mengurangi uang saku, mengurangi waktu bermain
juga meludahi anak karena sangat geram dengan perilaku anak. Ketika
diinginkan anak, hadiah yang diberikan oleh orang tua agar anak
B. Saran
Rasulullah SAW
“Tolong”
agar anak tidak merasa malu dan tidak merasa rendah diri
86
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Zaenudin, Psikologi Dalam Perspektif Hadit, .(Jakarta: PT. Pustaka
Al Husna Baru,2004)
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja grafindo persada, 2002)
Anton Moeliono, Kamus besar bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1989)
87
88
Hasan Ayyub, Etika Islam Menuju Kehidupan Yang Hakiki, (Bandung: Trigenda
Karya, 1994)
Hasyim Umar, Anak shaleh, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1997)
Hidayah Rifa, Psikologi Pengasuh Anak, (Yogyakarta: UIN Malang Press, 2009)
Nur Afih Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,1997)
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014)
Syaiful Bahri Djmrah, Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2014)
Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al- Ghazali, (Jakarta, Bumi Aksara 1991)